Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman karet (Hevea brasilliensis) tanaman karet merupakan salah satu

komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber

devisa non migas bagi indonesia.Sehingga memiliki prospek yang cerah .Oleh

sebab itu upaya peningkatan produktifitas usaha tani karet terus dilakukan

terutama dalam bidang teknologi budidayanya (Anwar, 2001).

Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus.

Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun

setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil

dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak

dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di

Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan

pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di kebun raya

bogor (Deptan, 2006).

Berbagai jenis hama yang umumnya menyerang tanaman karet baik di

pembibitan, TBM dan TM adalah Tikus, tikus menjadi hama pada tanaman karet

pada fase perkecambahan dan persemaian, Belalang, belalang menjadi hama bagi

tanaman karet pada fase penyemaian dengan cara memakan daun-daun yang

masih muda, serangga ini tergolong sangat rakus, Uret tanah, uret tanah

merupakan fase larva dari beberapa jenis kumbang, uret tanah menjadi hama yang

sangat merugikan karena memakan bagian tanaman karet yang berada di dalam

tanah, terutama tanaman karet yang masih berada di pembibitan.


Pengetahuan tentang berbagai jenis hama yang menyerang pada tanaman

karet sangat penting, hal ini berguna untuk menentukan tindakan pengendalian

yang akan dilakukan. Rayap, rayap yang menjadi hama bagi tanaman karet, rayap

tersebut menggorogoti bibit yang baru saja ditanam di lahan, dari ujung stum

sampai perakaran, sehingga menimbulkan kerusakan yang sangat berat. Kutu,

kutu tanaman yang menjadi hama bagi tanaman karet adalah saissetia nigra, kutu

tersebut menjadi hama bagi tanaman karet dengan cara menusuk pucuk batang

dan daun muda untuk mengisap cairan yang ada didalamnya (Pracaya, 2010).

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja jenis hama pada tanaman karet?

2. Bagaimana cara mengatasi hama pada tanaman karet?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui jenis hama pada tanaman karet

2. Untk mengetahui jenis hama pada tanaman karet


BAB II TINJAUN PUSTAKA

Hama merupakan salah satu jenis organisme pengganggu tanaman yang

keberadaannya sangat tidak diinginkan karena besarnya kerugian yang

ditimbulkan akibat aktivitas hidup dari organisme ini pada pertanaman. Apabila

dilihat dalam arti luas, Hama adalah semua bentuk gangguan baik kepada

manusia, tanaman, maupun ternak. Namun, dari arti sempit hama adalah semua

hewan yang merusak tanaman yang dapat menimbulkan kerugian. Jadi, apabila

ada seekor hewan pada tanaman namun tidak menimbulkan kerugian maka hewan

tersebut tidak termasuk hama.

Hama yang merusak tanaman dapat dilihat secara jelas dari bekasnya

(gerekan atau gigitan). Secara garis besar hewan yang dapat menjadi hama dapat

dari jenis serangga, moluska, tungau, tikus, burung, atau mamalia besar. Mungkin

di suatu daerah hewan tersebut menjadi hama, namun di daerah lain belum tentu

menjadi hama (Dadang : 2006). Pada intinya hama merupakan gangguan yang

meresahkan manusia, gangguan tersebut dapat berasal dari binatang penganggu

(kutu, tikus, wereng, dll), dan juga dapat berasal dari tumbuhan penganggu

(bakteri, jamur, virus).

Ada beberapa golongan hama yang bisa menyerang tanaman budidaya

yaitu : golongan serangga, golongan mamalia, golongan binatang lunak, dan

golongan Aves(burung). Serangga adalah binatang kecil yang memiliki kaki

beruas dan bernafas melalui pembuluh nafas, tubuh dan kepalannya berkulit keras

(belalang, wereng, kutu, ulat, kumbang).Mamalia adalah mahluk hidup bertulang


belakang dan menyusui binatang dari golongan mamalia yang merusak tanaman

antara lain : kelelawar, tupai, musang, tikus, dan lain-lain.Golongan binatang

lunak yang potensial menjadi hama adalah mollusca dan nematode.

penyakit tanaman merupakan terjadinya perubahan fungsi sel dan jaringan

inang sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agensi patogen atau faktor

lingkungan dan berkembangnya gejala. (Desy, 2010). penyakit tanaman adalah

kelainan atau penyimpangan dari keadaan normal tanaman akibat adanya

gangguan penyebab penyakit dan gejala dapat dilihat dengan mata telanjang.

Berdasarkan sifatnya, ada dua tipe gejala: a). Gejala lokal, yaitu gejala yang

dicirikan oleh perubahan struktur yang jelas dan terbatas. Biasanya dalam bentuk

bercak atau kanker. Gejalanya terbatas pada bagian-bagian tertentu dari tanaman

(pada daun, buah, akar). b). Gejala sistemik, yaitu kondisi serangan penyakit yang

lebih luas, bisanya tidak jelas batas batasnya. Contohnya adalah serangan oleh

virus mosaik, belang maupun layu. Gejalanya terdapat di seluruh tubuh tanaman

(layu, kerdil). (Fahmi, 2012).

Penyebab munculnya penyakit pada tanaman bisa terjadi karena di suatu

tempat ada tanaman, patogen, serta lingkungan (segitiga penyakit karena tiga

faktor). Agar muncul penyakit pada tanaman, maka ketiga faktor tersebut harus

memenuhi syarat berupa tanaman harus peka, penyebab penyakit harus ganas, dan

lingkungan mendukung. Akan tetapi, adanya keikusertaan manusia dalam

pembudidayaan tanaman dapat mempengaruhi tiga faktor sebelumnya, karena

manusia dapat menciptakan kondisi dimana penyebab penyakit dapat berkembang

dengan baik. ( Ririnpunto, 2011).


Seluruh atau sebagian tanaman yang terserang hama akan mengalami

penurunan fungsi metabolisme atau bahkan tidak dapat berfungsi sama sekalidan

akhirnya dapat menyebabkan kematian pada tanaman.

Tanaman karet (Hevea brasiliensis)merupakan tanaman perkebunan yang

bernilai ekonomis tinggi. Tanaman tahunan ini dapat disadap getah karetnya

pertama kali pada umur tahun ke-5. Dari getah tanaman karet (lateks) tersebut bisa

diolah menjadi lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah

(crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet. Kayu tanaman karet,

bila kebun karetnya hendak diremajakan, juga dapat digunakan untuk bahan

bangunan, misalnya untuk membuat rumah, furniture dan lain-lain (Purwanta et

al., 2008).

Tanaman karet merupakan tanaman asli Brazil yang mempunyai nama

latin Hevea brasiliensis. Tanaman karet adalah tanaman berumah satu

(monoecus). Pada satu tangkai bunga yang berbentuk bunga majemuk terdapat

bunga betina dan bunga jantan. Penyerbukannya dapat terjadi dengan

penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang. Penyerbukan silang terjadi dengan

bantuan serangga seperti jenis-jenis Nitudulidae, Phloeridae, Curculionidae, dan

jenis-jenis lalat.

Tanaman karet ( Hevea brasilliensis Muell Arg ) adalah tanaman

getahgetahan. Dinamakan demikian karena golongan ini mempunyai jaringan

tanaman yang banyak mengandung getah ( lateks ) dan getah tersebut mengalir

keluar apabila jaringan tanaman terlukai (Santosa, 2007). Biji karet mengandung
protein dan energi metabolis yang tinggi sehingga penggunaan tepung biji karet

dalam ransum bertujuan sebagai sumber energi dan sumber protein yang dapat

diberikan pada unggas terutama ayam kampung.Keunggulan tepung biji karet

adalah tepung biji karet dihasilkan dari biji tanaman karet yang merupakan

tanaman perkebunan yang paling banyak ditanam di Indonesia, sehingga

ketersediaannya dalam jumlah besar relatif terjamin. Selain itu biji karet selama

ini merupakan biji yang disia-siakan atau belum dimanfaatkan dan tidak dapat

dimakan langsung. Biji yang akan dipakai untuk bibit, terutama untuk penyediaan

batang bagian bawah harus sungguhsungguh baik (Setyamidjaja, 1993).


BAB III PEMBAHASAN

A. Hama dan Penyakit Pada Tanaman Karet

a. Hama da Penyakit Utama

1. Tikus (Rattus sp.)

Menurut Ratmawati 2010 hama tikus diklasifikasikan sebagai berikut :

Klasifikasi:

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Tikus adalah hama yang sangat ganas yang dapat merusak tanaman

karet serangat berat, serangan tikus dimulai sejak benih disemaikan di

persemaian dan sdh menjadi bibit.

Pengendaliannya :

- Secara kultur teknis

Pengendalian secara kultur teknis yaitu dengan cara pengaturan pola

tanaman, pengaturan waktu tanam, pengaturan jarak tanam,

penggunaan tanaman perangkat.

- Secara fisik mekanis


Pengendalian secara mekanis merupakan usaha manusia untuk

merubah factor lingkungan fisik agar dapat menyebabkan kematian

pada tikus, factor fisik tersebut dapat dirubah diatas atau dibawah

toleran tikus. Pada prinsipnya pengendalian secara fisik dan mekanis

adalah sebagai berikut: - Membunuh tikus secara langsung dengan

bantuan alat-alat - Mengusir tikus dengan bermacam-macamalat yang

tidak bersifat kimia (menggunakan sinar ultraviolet,gelombang elektro

magnetic, dan suara ultrasonik) melindungi tanaman dari serangan

tikus.

2. Belalang

Klasifikasi belalang menurut Aderisandi (2002).

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthopoda

Class : Insecta

Ordo : Orthoptera

Subordo : Caelifera

Famili : Acrididae

Genus : Valanga

Spesies : Valanga nigricornis

Belalang adalah serangga herbivora yang terkenal sebagai hama

dengan kemampuan melompat yang baik ,dapat mencapai jarak hingga

20 kali panjang tubuhnya, pada umumnya belalang berwarna hijau atau

coklat. Belalang terkait erat secara biologis dengan kecoa dan jangkrik
dan masuk ke dalam kelompok serangga orthoptera, saat ini terdapat

lebih dari 20.000 spesies belalang di dunia.

Gejala serangan belalang tidak spesifik, bergantung pada tipe tanaman

yang diserang dan tingkat populasi, daun biasanya bagian pertama

yang diserang hampir keseluruhan daun habis termasuk tulang daun

jika serangannya parah, spesies ini dapat pula memakan batang,

belalang memakan daun muda dan tak segan-segan pula memakan

daun tua apabila daun mudah habis, bahkan bisa mematikan tanaman.

Pengendaliannya :

- Secara mekanis

Melakukan gerakan masal sesuai stadia populasi : stadia telur, untuk

mengetahui lokasi telur maka dilakukan pemantauan lokasi dan waktu

hinggap kelompok belalang dewasa secara intensif. Pada areal atau

lokasi bekas serangan yang diketahui terdapat populasi telur, dilakukan

pengumpulan kelompok telur melalui pengolahan tanah sedalam 10

cm, kelompok telur diambil dan dimusnahkan, kemudian lahan segera

ditanami kembali dengaan tanaman yang tidak disukai belalang, stadia

nimfa, setelah dua minggu sejak hinggapnya kelompok belalang

kembaran mulai dilakukan pemantauan terhadap kemungkinan adanya

nimfa, nimfa dikendalikan dengan cara memukul menjaring,

membakar atau menggunakan perangkap lainnya, menghalau nimfa

kesuatu tempat yang sudah disiapkan di tempat terbuka apabila

memungkinkan juga dapat dilakukan pembakaran namun harus hati-


hati agar api tidak merembek ke tempat lain. Pengendalian nimfa

berperang penting dalam menekan perkembangan belalang (Sarbini, A.

2011).

- Secara kimiawi

Dalam keadaan populasi tinggi, perlu segera diupayakan penurunan

populasi, apabila cara-cara lain sudah ditempuh tetapi populasi masih

tetap tinggi maka insektisida yang dapat digunakan untuk

mengendalikan belalang adalah jenis yang berbahan aktif organofosfat

seperti fenitrothion.

b. Hama dan Penyakit Sewaktu-waktu

1. Kutu Putih

Klasifikasi kutu putih menurut Mound dan Halsey (2010) yaitu

sebagai

berikut:

Kerajaan : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Hemiptera

Famili : Pseudococcidae

Species : Paracoccus marginatus

Paracoccus marginatus termasuk jenis kutu-kutuan yang seluruh

tubuhnya diselimuti oleh lapisan lilin berwarna putih, tubuh

berbentuk oval dengan embelan seperti rambut-rambut berwarna


putih. Dengan ukuran yang pendek, hama ini terdiri dari jantan dan

betina, dan memiliki beberapa fase perkecambahan yaitu : fase telur

, pradewasa (nimfa), dan imago (Mound dan Halsey, 2010)

Kutu putih merusak dengan mengisap cairan, semua bagian

tanaman yaitu daun, serangan pada pucuk menyebabkan daun kerdil

dan keriput seperti terbakar, kutu putih dewasa jantan bisa

berukuran 3 mm dan bersayap.

Gejala serangan kutu putih menghisap cairan tumbuh dengan

memasuki stilet kedalam jaringan epidermis daun, maupun batang.

Pada waktu yang bersamaan kutu putih mengeluarkan racun

kedalam daun, sehingga mengakibatkan klorosis, kerdil, malformasi

daun, daun mengkerut dan menggulung, daun muda akan rontok,

banyak menghasilkan embun madu yang dapat berasosiasi dengan

cendawan jelaga , hingga kematian tanaman pada tanaman yang

sudah dewasa, gejala yang muncul adalah menguning dan lama

kelamaan daun akan gugur.

Pengendalian :

- Kultus teknis

Menanam pinggiran lahan pinggiran lahan dengan tanaman jagung

atau bunga matahari sebagai barier dan memperbanyak populasi agens

hayati. Pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman bukan inang

terutama bukan famili seperti tomat, cabai, kentang dan cubis.


Pergiliran tanman harus satu hamparan, tidak perorangan serentak dan

seluas mungkin.

- Secara fisik/mekanis

Pemasangan perangkat likat berwarna kuning (40 buah per ha). Sisa

tanaman terserang dukumpulkan dan di bakar.

2. Rayap

Klasifikasi rayap menurut (Amir, 2003) adalah sebagai berikut:

Domain : Eukariota

Kerajaan : Animalia

Filum : Arthopoda

Kelas : Insecta

Ordo : Blattodea

Infraordo : Isoptera

Gejala Serangan rayap pada tanaman karet, rayap menyerang tanaman

karet dengan cara menggerek batang dari ujung daun sampai ke akar

dan memakan akar. Rayap pada tanaman karet dapat mengakibatkan

batang patah/rebah, tanaman tanaman yang terserang c. curvignatus

secara kasat mata terlihat masih hidup namun sebenarnya tidak

memiliki kekuatan untuk menahan tiupan angin kencang sehingga

mudah tumbang, Pada tanaman karet rayap menyerang di pembibitan

yang mengakibatkan biji tidak bertunas atau tidak tumbuh (Amir,

2003).
Pengendaliannya :

- Kultur teknis

Senitasi di areal perkebunan dengan cara membersihkan tunggul-

tunggul tanaman sisa pembukaan lahan.

- Kimiawi

Pengendalian kimiawi dilakukan dengan teknik pengumpunan

menggunakan insektisida berbahan aktif hesaflumuran yang dapat

menghambat sintesa khitin yang menyebabkan kegagalan proses

pergantian kulit rayap, umpan gulungan kertas tisu yang telah

dicelupkan kedalam larutan hesaflumuran diletakkan dalam perangkat

yang ditanam dalam tanah dan ditempatkan pada tititk-titik jalur lalu

lalang rayap, rayap yang sudah terkontaminasi oleh hesaflumuran tidak

langsung mati akan tetapi menyebarkannya kepada rayap lain karena

rayap memiliki sifat trofalaksis.

c. Hama dan Penyakit Potensial

a. Uret Tanah

Klasifikasi uret tanah menurut Sarbini, A. (2011).

Kerajaan : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Coleoptera

Famili : Scarabaeidae

Genus : Lapidiota
Spesies : L. stigma

Uret merupakan hama yang hidup menyerang akar tanaman, karena

hidup bersembunyi bersembunyi di dalam tanah, serangan uret

sangat susah diatasi, kalau tidak waspada dan jeli, seringkali kita

terlambat mengantisipasi, tahu-tahu tanaman akan sudah layu dan

mati. Serangga ini memerlukan sekitar satu tahun untuk

menyelesaikan daur hidupnya, dewasanya kawin dan bertelur pada

tumpukan sampah sisa-sisa daun di sekitar bulan oktober-desember.

Gejala serangan hama uret, pada awalnya menunjukkan gejala daun

layu dan menguning layu kekurangan air. Pada serangan lanjut

tanaman akan mati dan mudah roboh atau sangat mudah dicabut,

serangan pada tanaman muda dapat menyebabkan kematian

tanaman, sehingga perlu penanaman ulang (penyulaman).

Sedangkan serangan pada tanaman dewasa mengakibatkan

terjadinya penurunan hasil atau bahkan gagal panen, batas ambang

kerugian ekonomis akibat serangan hama uret terjadi apabila jumlah

populasi sudah mencapai 4 – 5 ekor per satu pohon karet.

Pengendalian :

- Secara mekanis

Bertujuan untuk menangkap dan membunuh uret secara langsung,

pelaksanaannya biasa dikombinasikan dengan kegiatan lain, misalnya

bersamaan dengan pengolahan tanah dan penangkapan imago

menggunakan light trap. (Sarbini, A. 2011).


- Secara kimiawi

Menggunakan insectisida granulair berbahan aktif BHC, diasinon dan

kuinalfos dengan dosis masing-masing 10 g gram formulasi per lubang

tanam.

d. Hama dan Penyakit Migran

a. Penyakit Jamur Akar Putih

Penyebab: Jamur Rigidoporus lignosus atau R.icropus

Gejala Serangan :

- Mati mendadak seperti tersiram air panas pada musim hujan,

- Terbentuk buah lebih awal pada tanaman muda yang seharusnya

belum cukup waktunya berbuah dan bertajuk tipis.

- Daun berwarna hijau gelap kusam dan keriput, permukaan daun

menelungkup.

- Pada permukaan akar terdapat benang-benang berwarna putih

kekuningan menempel pipih menyerupai akar rambut yang menempel

kuat dan sulit dilepas.

- Gejala lanjut akar membusuk, lunak dan berwarna coklat.

- Gejala lainnya badan buah berbentuk kipas tebal, agak berkayu,

mempunyai zone-zone pertumbuhan, sering mempunyai struktur serat

yang radier, mempunyai tepi yang tipis. Warna permukaan atas bakal

buah dapat berubah tergantung dari umur dan kandungan airnya. Pada

waktu masih muda berwarna jingga jernih sampai merah

kecoklatan,dengan zone berwarna gelap yang agak menonjol.


b. Penyakit bidang sedap kanker garis

Penyeban : phytophthora palmivora

Gejala serangan :

- Adanya selaput tipis berwarna putih kelabu dan tidak begitu jelas

menutupi alur sadap, apabila dikerok diatas irisan sadap akan tampak

garis-garis tegak, berwarna coklat atau hitam.

- Garis-garis ini berkembang dan berpadu satu sama lain membentuk

jalur hitam yang terlihat seperti retak-retak membujur pada kulit

pulihan.

- Terdapat benjolan-benjolan atau cekungan cekungan pada bekas

bidang sadap lama sehingga sangat mempersulit penyadapan

berikutnya.

- Gejala lanjut lateks yang keluar berwarna coklat dan berbau busuk.
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Pohon karet merupakan salah satu tanaman perkebunan yang sangat

menguntungkan. Tanaman karet dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan,

kesempatan kerja, menambah devisa negara, pendorong pertumbuhan ekonomi

sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet, maupun meningkatkan

pelestarian lingkungan dan sumber daya hayati.

Pada dasarnya, industri karet terbagi atas dua jenis, yaitu karet alam dan

karet sintetis. Beberapa jenis karet alam yang dikenal luas antara lain bahan olah

karet, karet konvensional, lateks pekat, karet bongkah (block rubber), karet

spesifikasi teknis (crumb rubber), karet siap olah (tyre rubber) dan karet reklim

(reclaimed rubber).

Selain dimanfaatkan getahnya, sebenarnya kayu karet juga berpotensi

untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniture. Namun, pemanfaatan

yang dilakukan belum optimal sehingga diperlukan upaya pemanfaatan lebih

lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Aidi dan Daslin, 1995. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Pusat Penelitian Karet.

Balai Penelitian Sembawa. Palembang.

Anwar, C. 2006. Manajemen Dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian

Karet Sei Putih. http:// www.ipard.com/ art_ perkebun/. [06 Januari 2016].

Balit Getas Balai Penelitian Getas. 2010. Evaluasi dan Rekomendasi Sistem

Eksploitasi Kebun Karet PT Perkebunan Nusantara XII. Balai Penelitian

Getas.

Budiman, H. 2012. Budidaya Karet Unggul Prospek Jitu Investasi Masa Depan.

Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Damanik, S., M. Syakir, M. Tasma, dan Siswanto. 2010. Budidaya dan Pasca

Panen Karet. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.

Anda mungkin juga menyukai