Anda di halaman 1dari 17

MEMBUAT ROUTE PELAYARAN KAPAL

PENANGKAP IKAN
(Disampaikan pada Bimbingan Teknis Pengawasan PSDK Tanggal 6-9 April 2021 di
Semarang)

OLEH :
BAITHUR SYARIEF
AGUNG WAHYONO
DJOKO SAPTOJO

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP
BALAI BESAR PENANGKAPAN IKAN
SEMARANG
2021

0
I. MENJANGKA PETA

A. Arti mejangka peta

Istilah menjangka peta terdiri dari dua suku kata, yaitu menjangka dan peta, yang
dipisah artikan akan sangat dangkal sekali. Padahal, didalam prakteknya menjangka peta
mengandung arti :
1. Membaca peta secara waspada, yang artinya tidak boleh langsung mempercayai data-data
yang tercantum dalam peta, tetapi sedapat mungkin mengecek sendiri kebenarannya, hal
ini dapat dilakukan dengan cara :
- Mengecek sendiri kebenaran dalamnya air dengan echosounder atau topdal.
- Apakah dalam-dalamnya air berdekatan
- Apakah garis-garis pantai dipetakan secara seksama.
- Apakah peta dibuat secara modern,
- Kapan peta tersebut di buat,
- Kapan peta tersebut terakhir di koreksi,
- Apakah badan hukum pembuat peta tersebut bisa di percaya,
- Dan lain-lain.
2. Mencari jalan yang aman untuk di tempuh.
3. Memilih jalan yang terdekat, antara satu tempat ke tempat yang lain secara aman,praktis,
dan ekonomis.
4. Mempelajari buku-buku atau publikasi lainnya yang memiliki keterkaitan dengan pelayaran.
5. Menggunakan alat-alat bantu navigasi yang bertujuan untuk menentukan posisi kapal serta
menghindari bahaya-bahaya navigasi yang mungkin akan di temui pada saat berlayar.

B. Peralatan Menjangka Peta

Pekerjaan memindahkan posisi kapal diatas peta laut disebut pekerjaan menjangka
peta, untuk itu diperlukan peralatan-peralatan menjangka peta antara lain :
1. Peta laut, sesuai dengan daerah pelayaran
2. Panduan bahari dan terbitan oceanografi lainnya
3. Penggaris jajar, dipergunakan untuk menarik garis-garis sejajar dalam memindahkan garis
lintang, bujur, baringan, haluan dan lain sebagainya
4. Jangka, jangka cemat, dipergunakan untuk mengukur jarak, memproyeksikan sudut-sudut
bumi dan lain-lain.
5. Penggaris segitiga, selain memindahkan garis-garis sejajar juga untuk memproyeksikan
sudut-sudut bumi.
6. Busur derajat.
7. Sextan, alat untuk mengukur sudut dan proyeksi arah terhadap benda-benda.

1
Jangka cemat dan Jangka pensil

Busur derajat dan Mistar jajar

Mistar Segitiga
Gambar 1 Ilustrasi peralatan menjangka peta

C. Aplikasi menjangka peta


Dalam bernavigasi dalam pelayaran penangkapan ikan, penentuan posisi atau arah
pelayaran selalu bermain dengan sudut dan proyeksi-proyeksi jarak.
Dalam aplikasi navigasi penangkapan ikan, dikenal istilah-istilah dengan definisi sebagai
berikut:
a. Membaring, menentukan arah dari kapal terhadap benda-benda yang kelihatan
b. Titik baringan, benda yang dibaring
c. Baringan, adalah sudut atau arah membaring terhadap benda baringan dikenal baringan
pedoman, baringan magnit atau baringan sejati.
d. Garis baringan, garis lurus pada peta laut yang ditarik dari titik atau benda baringan

2
e. Perbedaan lintang ( li), busur derajah antara jajar yang melalui dua buah tempat
f. Perbedaan bujur ( bu), burur pada katulistiwa antara derajah yang melalui dua buah
tempat
g. Benda di muka tepi langit, dan benda di belakang tepi langit (tampak sebagian)
1. Menentukan jarak ke suatu benda
Pada peta, suar dan benda-benda yang mempunyai ketinggian tertentu disertai
keterangan tentang tinggi benda tersebut. Berdasarkan keterangan ini dapat dihitung jarak
benda dengan pengamat dengan cara mengukur sudut ketinggian benda.
Benda atau suar yang tercantum dalam peta dilakukan kalkulasi dan koreksi sehingga
ketinggian benda tersebut benar-benar atau setidaktidaknya mendekati ketinggian yang diukur
dari permukaan laut sipenilik, selanjutnya puncak benda tersebut diukur sudut ketinggiannya.
Dalam gambar 2 ilustrasi pengukuran jarak benda tepi langit.

h = tinggi benda

Sudut ketinggian

Jarak benda

Gambar 2 Ilustrasi pengukuran jarak


Jarakdalam mil laut benda dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
h Cotg. 
1852 atau dengan melihat pada Daftar 25 pada Daftar Ilmu Pelayaran.

Mengukur jarak puncak benda pada tepi langit dapat dilihat pada Gambar 3 sebagai berikut :
Jarak antara titik singgung bumi dengan si penilik = 2,08h, dan jarak antara titik singgung
dengan puncak benda = 2,08H, sehingga jarak antara keduanya = 2,08 (h + H) mil laut.

Titik singgung bumi

h = tinggi si penilik H = tinggi benda

Gambar 3 Mengukur jarak puncak

3
Menentukan jarak dengan benda selain dengan cara melalui pengukuran sudut ketinggian
(vertical), juga dapat dihitung dengan mengukur sudut dengan cara mendatar (horizontal).
Dalam gambar 4 memperlihat pengukuran jarak benda secara horizontal.

Benda (suar) di pulau

J=jarak
J sin 

J cos 

Gambar 4 Pengukuran jarak horisontal

2. Menentukan posisi dengan baringan

Menentukan posisi dapat dilakukan dengan baringan-baringan, baik dengan baringan


satu benda, dua benda, satu kali baringan maupun dengan kombinasi.
Adapun ikhtisar penentuan posisi dengan baringan, antara lain :
a. Membaring satu benda satu kali
Pertama-tama menghitung jarak benda dengan cara menghitung sudut ketinggian,
selanjutnya membaring benda tersebut untuk menentukan garis baringan dan kemudian
proyeksikan jarak benda sehingga menemukan sebuah titik (posisi yang dicari). Lihat
gambar 5 (A)
Membaring benda, dan buat garing baringan pada peta, periksa kedalaman laut dengan
melakukan pemeruman dan cari garis kedalamam yang sama. Lihat gambar 5 (B).

Jarak yang diukur 3 15


7
3 15

x Posisi kapal Posisi kapal 15


3
7 3

A. Jarak dengan baringan B. Kedalaman dan baringan


Gambar 5 Posisi kapal berdasarkan baringan satu benda

4
b. Membaring satu benda dua kali

Benda yang sama dibaring dua kali, dengan memperhatikan waktu dan kecepatan atau
laju kapal. Pertama-tama membaring benda tersebut dan dicatat waktu melakukan
pembaringan, selang waktu tertentu (missal 30 menit) benda tersebut dibaring lagi. Dengan
memperhatikan jarak tempuh kapal selama waktu tertentu tersebut (30 menit) dan hasil kedua
baringan terhadap benda tersebut maka dapat diketahui posisi kapal. Gambar 6 dapat
menjelaskan penentuan posisi kapal tersebut.

Bar.1
Bar.2
Posisi Kapal

Haluan kapal

Gambar 6 baringan geser

Sama dengan apa yang dilakukan pada penentuan posisi dengan baringan geser, yaitu
menentukan posisi dengan baringan sudut ganda, yaitu baringan ke-2 besarnya sudut baringan
adalah 2x dari sudut baringan pertama. Pada gambar 7 menjelaskan cara-cara tersebut.

Bar.2
Bar.1

Posisi kapal
 2

Gambar 7 baringan geser

5
Untuk memudahkan pekerjaan seperti pada gambar 22, dapat dilakukan dengan
menggunakan baringan sudut istimewa 4 (empat) surat yaitu 450 dan 900

c. Membaring dua benda

Menentukan posisi dengan membaring dua benda sedemikian rupa sehingga


menghasilkan garis baringan silang. Pada gambar 8 menjelaskan maksud baringan silang

Bar.1

Bar.2
Posisi kapal

Gambar 8 Baringan silang

d. Membaring tiga benda


Menentukan posisi dengan membaring tiga buah benda sedemikian rupa sehingga
menghasilkan tiga buah garis baringan silang. Pada gambar 39 menjelaskan maksud baringan
silang tersebut.

Bar.2

Bar.3
Bar.1

Posisi kapal
Gambar 9 Baringan silang

Pada baringan silang dari tiga benda, memungkinkan terjadinya segitiga kesalahan,
yaitu terjadinya selisih sudut baringan terhadap 3 (tiga) buah benda, sehingga membentuk
segitiga. Kalau segitiga yang terbentuk terlalu besar, mungkin perlu dilakukan koreksi-koreksi
atau dengan melakukan interpolasi pada gambar segitiga tersebut dengan mengambil titik
menengahnya.
Dalam gambar 10 menjelaskan segitiga kesalahan yang dimaksud.

6
Baringan 1

Posisi kapal
Baringan 2
Baringan 3

Gambar 10 Segitiga kesalahan

e. Baringan bahaya

Dalam pelayaran, sering ditemui daerah-daerah yang berbahaya untuk dilayari,


sehingga perlu dihindari dengan membentuk sebuah baringan untuk dijadikan patokan atau
pedoman dalam menghindarinya.
Baringan bahaya horizontal (gambar 11) dapat dilakukan sebagai berikut :
 Tentukan dua buah titik baringan (A dan B) di peta pada daerah yang berbahaya, kemudian
kedua titik tersebut dihubungkan dengan satu garis.
 Tegak lurus pada garis tersebut ditentukan sebuah titik (P) sebagai pusat lingkaran daerah
berbahaya tersebut.
 Pada lingkaran ditentukan sembarang titik (C) kemudian hubungkan titik C tersebut dengan
titik A dan titik B, selanjutnya ukur sudut temberek ACB, inilah sudut bahaya dimana untuk
menghindarinya dengan tetap mempertahankan besarnya sudut tersebut terhadap
baringan A dan B.
Baringan bahaya vertical dengan tetap mempertahankan sudut ketinggian benda selama
melayari daerah berbahaya tersebut.

Gambar 11 Sudut bahaya horisontal

7
3. Ploting pada peta laut

Penggunaan peta sebagai bagian dari bernavigasi merupakan hal penting dan sebagai
keharusan dalam keselamatan pelayaran (keselamatan kapal, awak kapal dan juga alat
penangkapan ikan yang digunakan).
Penggunaan alat bantu navigasi (GPS) memungkinkan awak kapal mengetahui persis lintang
dan bujur posisi kapal, namun tanpa peta laut awak kapal tidak dapat memastikan kondisi
perairan pada posisi lintang - bujur yang ditunjukkan oleh alat bantu navigasi tersebut., apakah
aman untuk pelayaran atau tidak.
Berikut ini beberapa ilustrasi yang berkaitan dengan tindakan ploting posisi kapal diatas peta
laut :

a. Gambar 12, haluan kapal mengarah kepada rambu-rambu (sebagai panduan arah yang
aman), maka untuk mengetahui berapa arah yang ditunjukkan dalam peta tersebut, dengan
menggunakan mistar jajar garis imajinasi kapal ke arah rambu digeserkan pada mawar
pedoman, sehingga diperoleh arah 29º

Gambar 12, arah haluan kapal pada obyek (rambu)

b. Pada gambar 13, dari kedudukan kapal dilakukan baringan kepada rambu ke-2, maka garis
imajinasi antara kapal dan rambu ke-2 dengan menggunakan mistar jajar digeserke mawar
pedoman sehingga diperoleh penunjukkan arah 60º

8
Gambar 13, arah baringan dari kapal ke obyek (rambu)

c. Pada gambar 14, dengan cara yang sama untuk mengetahui arah baringan antara rambu
dengan rambu lainnya. Bisa jadi arah yang ditujunkkan ke dua rambu tersebut merupakan
panduan aman pelayaran.

Gambar 14, arah baringan antara dua obyek (rambu)

d. Pada gambar 15, menunjukkan kondisi perairan yang memerlukan kehati-hatian dalam
melintasi. Walaupun dalam panduan aman ditunjukkan pada garis antara dua rambu (300º)
namun karena sempitnya alur pelayaran, maka perlu juga dipertimbangkan pengaruh arus

9
Gambar 15 alur perairan sempit/berbahaya

e. Pada gambar 16, merupakan panduan melintasi alur pelayaran sempit berbahaya, setelah
menggunakan haluan 300º, pada posisi atau titik tertentu dengan mengambil baringan
(beam) 90º pada rambu ke-3 kapal harus menggunakan haluan 263 º

Gambar 16 panduan alur perairan sempit/berbahaya

f. Pada gambar 17, pada kondisi yang sama yang terjadi pada gambar 15, haluan kapal ke
arah rambu penuntun harus dipertimbangkan dengan arah dan kekuatan arus. Sehingga
kapal harus menggunakan haluan yang tepat seperti yang ditunjukkan pada gambar 18

10
Gambar 17 arah haluan kapal yang salah pada alur berbahaya

Gambar 18 arah haluan kapal yang aman pada alur berbahaya

g. Ploting hasil GPS pada peta laut


Penggunaan alat bantu navigasi (GPS) memungkinkan awak kapal mengetahui persis
lintang dan bujur posisi kapal, namun posisi yang diperoleh dari GPS ini harus dipetakan
pada peta laut yang sesuai.
Sebagai contoh, dari GPS diperoleh posisi lintang bujur sebagai berikut :
Lat 0º 42’ 32” S (lintang Selatan)
Long 90º 46’15” E (bujur Timur)
Dalam peta gambar 34, ditunjukkan langkah pemetaan hasil GPS, sebagai berikut :

h. Penentuan Posisi Kapal dgn Radar


Jika kita sudah mengetahui kedudukan (Posisi kapal) kita, maka kita memiliki titik tolak
terpecaya untuk berbagai bagian kebijakan navigasi yaitu:
 menentukan arah arah ke titik yang dituju,
 menghindari rintangan, gosong gosong, dan bahaya bahaya lainnya,
 menentukan haluan dan atau laju yang paling ekonomis,

11
 menetapkan letak duga geografis dan menentukan ETA ( Estimated Time of Arrival ),
Penentuan posisi kapal banyak ragam dan cara tapi yg kita mau bahas disini ada 3 point
yaitu:
 Penetuan posisi kapal baringan dgn jarak menggunakan radar
 Penentuan posisi kapal  baringan dgn baringan mengunakan radar
 Penetuan posisi kapal jarak dgn jarak mengunakan radar

i. Prinsip Penentuan posisi dengan cara baringan


Pada gambar dibawah ini terdapat 2 buah garis baringan yaitu garis baringan pertama (1)
terhadap mercu suar P. Garcia  adalah LOP1 dan garis baringan kedua (2) terhadap
Tanjung Pulau Ridwan adalah garis LOP2. Jika kedua baringan tersebut dilakukan
bersamaan waktu dan tanpa salah, maka titik potong kedua garis baringan (LOP)
merupakan posisi kapal ( S ).

 
j. Baringan Silang
Syarat syarat Dalam Mengambil Baringan, Syarat syarat yang harus dipenuhi oleh baringan
dapat diformulasikan sebagai berikut :
 Titik yang dibaring harus merupakan titik yang dikenal, Titik dikenal yang lebih dekat
letaknya, merupakan pilihan yang baik dari pada titik yang jauh dari kapal.
 Alat alat baringan yang dipergunakan harus terpasang dengan baik
 Baringan harus dilakukan dengan cermat dan teliti, dianjurkan dan kebiasaan yang baik
untuk membaring dilakukan beberapa kali dan diambil pembacaan rata rata,
 Koreksi koreksi yang digunakan harus terpercaya (koreksi total, sembir dlsb),

Point di atas adalah prinsip yg penting dlm pengambilan baringan kapal mengunakan
kompas standard, karena kiriman video menggunakan radar jadi pada prinsip pun tak jauh
beda dan bahkan lebih mudah karena di lengkapi dgn gyro compass. Yg terpenting harus
mengenal betul benda navigasi yg mau di ambil.
Baringan empat surat (45) drj adalah baringan sudut berganda dimana baringan kedua
berada melintang dengan kapal membentuk sudut 90 drj, yang artinya dimana garis
baringan dipeta terlukis untuk Baringan Sejati I (Bs.I) dengan sudut 45 drj dan baringan
sejati II (Bs.II) dengan sudut 90 drj.

12
Seperti pada baringan sudut berganda pada baringan kedua (Bs.II) yang telah dijabarkan
menjadi Baringan Pedoman(Bp.II) dijaga pada pedoman baringan sampai benda baringan
tersebut sama (tepat) dengan Baringan Pedoman yang dihitung (90).
Jika baringannya (Bp) cocok, kemudian jam / waktu dicatat dan jarak ditempuh dari
baringan I ke baringan II jiga dihitung. Kemudian akhirnya posisi kapal (S) dapat
diketemukan Langkah-langkah membaring
Langkah-langkah proses baringan empat surat seperti tersusun dan terurai berurutan
dibawah ini :
Adapun caranya adalah sebagai berikut :
 Dipeta dilukiskan garis garis baringan benda I dan II sedemikian rupa sehingga
membentuk sudut 45 drj (4 surat) dan 90 drj dengan garis haluan kapal,
 Baringan Sejati (Bs.I) dan Baringan Sejati II (Bs.II) diubah menjadi BP.I dan Bp.II,
 Mualim jaga bersiap siap di mawar pedoman / kompas baringan, pada saat Bp.I cocok
dengan arah baringan yang telah dihitung dicatat jam / pukul / penunjuk waktu, pada
saat Bp.II cocok dengan arah baringan yang telah dihitung dicatat jam / pukul / penunjuk
waktu dan jarak
 Jarak yang ditempuh dari baringan I sampai baringan II dihitung dan jangkakan dari
benda A pada garis baringan II didapatkan titik S,
 Titik S pada baringan sejati II (Bs.II) merupakan posisi kapal.
 

Baringan dengan Geseran
Pengertian Dasar
Baringan dengan geseran dilakukan bila hanya terdapat satu bendabaringan saja, yang
artinya benda baringan yang sama dibaring sekali lagi.
Pada baringan dengan geseran yang harus diperhatikan adalahmenghitung jarak yang
ditempuh dan memperkirakan kecepatan kapal.Cara menghitung jarak yang ditempuh yaitu
dengan mencatat pukul berapa pada Bp.I dilakukan kemudian misalnya 30 menit kemudian
benda tersebut dibaring lagi dengan Bp.II. Misalnya Bp.I pada pukul08.00 kemudian Bp.II 08.30
maka waktu yang ditempuh adalah 30 menit.
Cara menghitung kecepatan kapal adalah diperkirakan dengan perhitungan perhitungan
kecepatan dari hasil baringan baringan sebelumnya., misalnya didapatkan 12 mil / jam, maka
jarak yangditempuh adalah 30 x 12 mil / jam = 6 mil6071Langkah-langkah membaring Didalam
pemahaman dan penerapan materi kuliah yang telah disampaikan oleh pengajar adalah kunci
keberhasilan dalam mentransfer ilmu yang diinginkan. Oleh karena itu kita harus mengikuti
pedoman yg biasa kita kerjakan agar tepat dalam pengambilan baringan

13
Adapun caranya adalah sebagai berikut :
1. Baringlah benda tersebut ( mis : A ) dengan mawar Pedoman (Bp),dan jabarkan Bp menjadi
Bs,
2. Tariklah garis lurus baringan sejati (Bs) dibenda A dalam arahberlawanan (dari benda A
kepenilik / kekapal berpotongan digarishaluan dititik B,
3. Setelah selang waktu tertentu (mis 30 menit) benda yang samadibaring pada pedoman,
setelah dijabarkan menjadi Bs, kemudiantariklah garis lurus dengan arah berlawanan (garis
baringan sejati II/ Bs.II ) catat waktunya
4. Jangkakan jarak selisih waktu terhadap kecepan pada arah garishaluan ( C ),
5. Tariklah garis jajar dengan garis baringan I ( Bs.I ) dititik C6. Titik potong dari garis Bs.I yang
telah digeserkan melalui titik Cdengan garis baringan sejati II ( Bs.II ) menghasilkan titik
Sadalah posisi kapal.

14
POSISI KAPAL

Gambar 34, peta lokasi yang ditunjukkan GPS

 Langkah pertama, petakan lintang 0º 42’ 32” S (dicari pada garis-garis lintang pada sisi
kiri atau kanan yang menunjukkan besaran lintang yang ditunjukkan oleh GPS.
 Langkah ke-dua, petakan bujur 90º 46’ 00” E (dicari pada garis bujur pada sisi bawah
atau atas yang ditunjukkan oleh GPS.
 Langkah ke-tiga hubungkan kedua titik yang didapat pada garis lintang dan bujur
dengan menggunakan mistar jajar, sehingga kedua garis tersebut berpotongan.

Adakalanya, GPS tidak menunjukkan “detik” nya, misalnya :


Lat 0º 42,533’ S (lintang Selatan)
Long 90º 46,250’ E (bujur Timur)
Dalam hal seperti ini jangan sampai terjadi angka decimal (dibelakang koma)
diinterprestasikan sebagai detik dan kemudian dikonversikan ke menit sehingga menjadi :
Lat 0º 42,533’ S + 8’ 53” = 0º 50’53” S
Long 90º 46,250’ E + 4’ 10” = 90º 50’10” E

15
II. PENUTUP

Tindakan bernavigasi, adalah setiap evaluasi terhadap perubahan posisi dari suatu titik
ke titik lain, yang menyangkut arah, jarak, dan waktu, yang kesemuanya untuk mendapatkan
pelayaran yang aman, efektif dan efisien.
Aman pelayaran mengandung pengertian selamat bagi kapal, awak kapal dan atau
penumpangnya, selamat bagi alat penangkap ikan dan juga selamat bagi lingkungan perairan.
Efektif, mengandung pengertian tindakan yang tepat sasaran, sedangkan efisien mengandung
pengertian hemat atau tidak membuang biaya.
Keselamatan pelayaran atau operasi penangkapan ikan sangat tergantung pada
kemampuan dan keterampilan awak kapal, walaupun ditunjang oleh peralatan yang canggih,
alat tersebut hanyalah berupa alat bantu dan tidak akan berarti apa-apa bila tidak disertai
kemampuan awak kapal dalam memanfaatkannya secara tepat, bahkan dapat menimbulkan
permasalahan baru yang lebih berbahaya untuk kapal, penumpangnya, alat penangkap ikan
yang digunakan serta lingkungan perairan.

16

Anda mungkin juga menyukai