Anda di halaman 1dari 5

KD. 3.

13 Menganalisis cara menggunakan kompas untuk menentukan nilai deviasi


dengan mengobservasi matahari

1. Menentukan Deviasi dengan Membaring Matahari


Saat yang paling baik untuk mengambil baringan adalah pada saat matahari terbit
dan terbenam dengan membaring tepat di tengah-tengahnya. Asimut matahari pada
saat terbit dan berbenam matahari untuk tempat-tempat di sekitar khatulistiwa
(lintang 3o U sampai 3o S) dapat dihitung dengan rumus yang sederhana. Saat
matahari terbit zawal Utara ; T = 90 o – zawal, sedangkan zawal Selatan T = 90 o +
zawal. Selanjutnya pada saat matahari terbenam; zawal Utara maka T = 170 o +
zawal sedangkan zawal Selatan ; T = 270o – zawal.
Adapun cara-cara menentukan deviasi pedoman-pedoman di kapal adalah sebagai
berikut :
1. Membaring matahari dengan baringan pedoman(BP).
2. Pada saat membaring tersebut dicatat dengan cermat ; jam membaring waktu di
kapal, besarnya baringan (BP) dan besarnya haluan yang dikemudikan (HP).
3. Menjabarkan jam saat membaring menjadi GMT yaitu dengan memperbaikinya
terhadap BDW.
4. Setelah diperolenh GMT, maka hitung sudut jam baratmatahari (P) dan
zawalnya dari almanac nautika.
5. Kemudian menghitung azimuth (T) matahari tersebut dengan menggunakan
daftar ABC (XI dan XII DIP) yaitu dengan argumen atau unsur-unsur lintang
duga, zawal, dan nilai P.
6. Azimuth matahari tersebut sama dengan baringan sejati (BS).
7. Baringan sejati (BS) dijabarkan pada variasi yang terdapat di peta laut yang
kemudian akan diperoleh baringan magnetis (BM) dengan rumus BM = BS –
variasi.
8. Kemudian BM dijabarkan terhadap baringan pedoman (BP) untuk memperoleh
nilai deviasi pedoman kapal dengan rumus ; deviasi = BM – BP.

Contoh : 1. Jawab : Jawab : Rumus mencari


Diketahui : 2. BM = BS–VAR DEV = BM-BP BM dan DEV :
H = 0° VAR = 1°E3. BM = 250° - 1° DEV = 249°-251° BM = BS-VAR
BS = 250° BP = 251° 4. Bm = 249° DEV = -2° DEV = BM-BP
Hitung : DEV = 2°W Ingat :
5. BM? Deviasi Timur (+)
6. DEV? Deviasi Barat (-)
Soal Ulangan Harian !
Jawab dengan rumus untuk mengisi nilai BM dan DEV dibawah ini !
Warna Kuning yang diketahui nilai nya.

No H BS VAR BM BP DEV

1 0° 250° 1° E 249° 251° 2°W

2 45° 310° 1° E 308°

3 90° 45° 1° E 44°

4 135° 110° 1° E 111°

5 180° 160° 1° E 159°

6 225° 95° 1° E 96°

7 270° 213° 1° E 215°

8 315° 111° 1° E 110°

2. Perbaikan Tinggi Matahari


Dalam pelayaran astronomi untuk menentukan posisi duga kapal adalah dengan
melakukan baringan terhadap benda angkasa salah satunya matahari. Tinggi
matahari diukur dengan menggunakan sextan, dalam pengukuran tersebut terdapat
beberapa kesalahan yang harus dikoreksi oleh si pengamat. Koreksi-koreksi
kesalahan dalam pengukuran tinggi matahari ini disebut dengan perbaikan tinggi
matahari. Adapun hal-hal yang harus diperbaiki dalam pengukuran tinggi matahari
adalah :
1) Kesalahan sextan
 Koreksi kaca berwarna (KKB) dapat dilihat pada sertifikat sextan.
 Kesalahan indeks (KI) harus dicari setiap kali akan mengkur matahari, KI
merupakan lawan dari salah indeks (SI). Apabila nilai SI negatif, maka nilai KI
positif dan sebaliknya.
2) Penundukan tepi langit maya (pltm)
 Ptlm terjadi karena adanya lapisan atmosfer bumi yang tidak sama padatnya
dari bawah ke atas, sehingga sinar yang berjalan melalui atmosfer tadi akan
dibiaskan dan jalannya sinar tidak berbentuk lurus akan tetapi melengkung.
 Tepi langit yang dilihat pengamat adalah tepi langit maya yang letaknya lebih
tinggi dari tepi langit sejatinya (Gambar 2.7).
 Sinar yang datang dari bumi yang jalannya melengkung disebut lengkungan
sinar astronomis (Gambar 2.7).
 Koreksi ptlm selalu negatif.
 Nilai ptlm dapat dihitung dengan rumus : ptlm = 106,3”√ t atau ptlm =
106,3”.t½, dimana t = tinggi mata dalam meter atau dapat dicari pada Daftar
XVIII DIP pada kolom tepi langit bebas.
ΘM1 ΘM
lsa

T tu Ω
C S
t ptlm

A1 D A

B1 B
P

Keterangan Gambar 2.7. Penundukan tepi langit maya (ptlm)


:
STA = ptlm TA = tepi langit maya t = tinggi mata
STB = ptls TB = tepi langit sejati
CS = cakrawala sejati M = matahari yang sebenarnya
T = mata penilik M1 = matahari yang kelihatan
P = pusat bumi Lengkungan TD = lengkungan sinar bumiawi

 Nilai ptlm dapat pula dicari dengan pengukuran memakai sextan yang
mempunyai busur 180o, dimana sudut yang diukur dikurangi 180 o sama
dengan 2 kali ptlm atau ptlm sama dengan setengah dari selisih antara sudut
yang diukur dengan 180o.
Rumus matematis ptlm adalah :
2 . ptlm = sudut yang diukur - 180o
Ptlm = ½ (sudut yang diukur - 180o)
 Tepi langit maya adalah tepi langit yang dilihat oleh si penilik dank arena
kepadatan lapisan udara maka terlihat oleh si penilik berada di atas tepil
langit sejati.
 Tepi langit sejati adalah garis singgung dari mata si penilik ke permukaan
bumi.

3) Lengkung sinar astronomis (lsa)


 Lsa adalah lengkungan jalannya sinar dari benda angkasa yang datang ke
mata si penilik, yang terjadi karena sinar tadi melalui atmosfir bumi yang
kepadatannya berubah-rubah (Gambar 2.7).
 Koreksi lsa selalu negatif, karena matahari akan kelihatan lebih tinggi
daripada letak yang sebenarnya. Sehingg nilai lsa tergantung pada tinggi
benda angkasa, suhu, dan tekanan udara.
 Nilai lsa dapat dilihat pada daftar XIX DIP yang berlaku untuk tekanan udara
762 mm dan suhu udara 10oC.
 Jika tinggi matahari besar, maka nilai lsa kecil. Semakin tinggi letak matahari,
maka akan semakin kecil lsa, sebaliknya makin rendah letak matahari, maka
makin besar nilai lsa.
 Sebaiknya jangan mengukur tinggi matahari yang tinggi kurang dari 10 o.
 Untuk tinggi ukur matahari < 10 o, maka nilai lsa harus dikoreksi dengan suhu
dan tekanan udara yang diambil dari daftar XX dan XXI DIP.
4) Paralaks
 Kesalahan paralaks terjadi karena seharusnya pengukuran benda angkasa
dilakukan dari pusat bumi akan tetapi hal ini tidak mungkin dilaksanakan dan
pengukuran dilakukan dari permukaan bumi.
 Paralaks adalah ½ garis tengah bumi jika dilihat dari benda angkasa yang
bersangkutan.
 Paralaks datar (po)adalah paralaks pada saat benda angkasa berada di
cakrawala setempat penilik (Gambar 2.8).
 Paralaks tinggi (p) adalah paralaks pada saat benda angkasa berada di
sembarang tempat di anggkasa (Gambar 2.8).
 Nilai p tergantung pada tinggi matahari dan jarak antara bumi dengan
matahari dan nilai paralaks selalu positif.
 Semakin tinggi matahari, maka akan semakin kecil nilai paralaksnya.
 Nilai paralaks untuk matahari (po) = 8,80” dimana p = po cos t dan t = tinggi
matahari.Jadi rumus untuk paralaks (p) adalah p = 8,80” cos t (dalam pers
log menjadi log p = log 8,80 + log cos t)

M
p

P A
po
M1

C S
P

Keterangan Gambar 2.8. Paralaks:


∟TMP = paralaks tinggi ∟MPS = tinggi sejati
∟TM1P = paralaks datar ∟MTM = tinggi yang diukur
CS = cakrawala sejati TM = cakrawala setempat
∟MPS = ∟MAM = ∟MTM + ∟TMP
Jadi tinggi sejati = tinggi yag diukur + paralaks (par)

Anda mungkin juga menyukai