Anda di halaman 1dari 10

KEGAWATDARURATAN KELAUTAN KAPAL TUBRUKAN

Chindy Falensia Rorong 19142010222


Herni Pioh 19142010219
Ayu Puspa Tuwo 19142010238
Sari Kaseti 1714201182
Dio Juventa Manampiring
PENGERTIAN
Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu,yang digerakan dengantenaga
angin,tenaga mekanik ,energi lainya,di tarik atau di tundah ,termasuk kendaraan yang
berdaya dukung dinamis ,kendaraan dibawah permukaan air ,serta alat apung dan bangunan
terapung yang tidak berpindah-pinda .Sudah sering terjadi adanya tubrukan atau di sebut
dengan kecelakaan kapal di lautya yang sering terjadi karna adanya kerusakan atau tidak
berfungsinya peralatan navigasi di atas kapal.
LANJUTAN...
Kapal tubrukan atau penyentuhan antara kapal-kapal satu sama lain sudah sering terjadi di
laut karnah di sebabkan adanya kerusakan atau alat yang tidak berfungsi dengan baik
sehingga terjadi tubrukan dan merugikan kapal lain.Karna sering terjadi kedua kapal yang
akan bertabrakan berlayar kea rah yang sama,tubrukan ini biasa terjadi jika kapal yang satu
akan mendahului kapal yang lain sehingga terjadi tubrukan .Oleh karena itu tubrukan di
bagi menjadi dua bagian yaitu,
1.Tubrukan kapal yang sesungguhnya
2.Tubrukan kapal yang tidak seseunggunya
PENATALAKSANAAN MEDIS
Evakuasi
adalah kegiatan memindahkan korban kecelakan kapal ketempat penampungan pertama untuk tindakan penanganan berikutnya.
RJP •
• Berikan napas buatan : hal yang utama dan pertama
• Ventilasi mulut ke hidung dapat digunakan sebagai alternatif ventilasi mulut ke mulut jika penyelamat mengalami kesulitan dalam mencubit hidung korban, menyangga
kepala korban, dan membuka jalan nafas di dalam air
• Setelah pemberian dua kali nafas bantuan, penolong harus segera memberikan kompresi dada dan melakukan siklus kompresiventilasi sesuai pedoman bantuan hidup
• Apabila dalam 10 detik denyut nadi tidak teraba, siklus kompresiventilasi harus dilakukan kembali. Apablia penolong hanya sendiri, setidaknya memberikan 5 siklus
(sekitar 2 menit) sebelum meninggalkan korban untuk menghubungi nomor darurat
• Hanya penolong yang terlatih yang sebaiknya memberikan kompresi dada di air
• Ketika korban sudah dikeluarkan dari air, jika ia tidak merespon dan tidak brnafas
• setelah dua kali nafas bantuan, penolong harus memasang Automated External Defibrillator (AED) jika tersedia dan melakukan defibrilasi jika shockable rhythm
teridentifikasi. • Hanya perlu mengeringkan daerah dada sebelum memasang bantalan defibrilasi dan menggunakan AED
SPO

Didalam proses penyelamatan baik para penolong maupun yang di tolong harus memahami
tentang :
• Cara menggunakan alat-alat penolong yang ada dikapal dan teknik pelaksanaannya.
• Tindakan- tindakan yang harus di lakukan sebelum dan setelah terjadinya kecelakaan pada
kapal.
• Tindakan-tindakan selama terapung dan bertahan di laut sebelum tim SAR dan MEDIS
datang.
• Tindakan tindakan pada waktu naik sekoci/rakit penolong.
TINDAKAN YANG HARUS DI LAKUKAN PADA
SAAT MENGALAMI
TUBRUKAN (MMINET COLLISSION ).
A. Kamar mesin di beri tahu.
B. VHF di pindahkan ke chanel 16.
c. Lampu-lampu dek di nyalakan nakhoda diberitahu .
D. Awak kapal dan penumpang di kumpulan di stasiun darurat.
E. Pintu-pintu kedap air dan pintu –pintu kebakaran otomatis di tutup.
F. Mengerakan kapal sedemikian rupa untuk mengurangi pengaruh tubrukan.
G. Posisi kapal tersedia di ruang radio dan di perbaharui bila ada perubahan.
H.Bunyikan sirine bahaya ( emergency Alarm sounded ).
I. Setelah tubrukan got-got dan tengki-tengki di sonding.
JURNAL INVESTIGASI DAMPAK INSIDEN TUBRUKAN TERHADAP
RESPON STRUKTUR KAPAL PENUMPANG ANTAR PULAU

PENDAHULUAN
Sejak dimulainya sejarah industri perkapalan, fenomena tubrukan sudah menarik perhatian yang luas,
baik dalam kasus kecelakaan pada moda transportasi darat maupun transportasi laut. Besarnya
kemungkinan kejadian tubrukan yang dipengaruhi berbagai faktor, membuat investigasi dan riset di
bidang ini terus dilakukan dalam hal aktif (navigasi) maupun pasif (kapabilitas struktur). Pada moda
transportasi laut, sejarah mencatat kecelakaan besar yang melibatkan tubrukan kapal, seperti Titanic
pada saat pelayaran perdananya di tahun 1912. Karena kuantitas kerugian yang begitu besar dari
kecelakaan ini, pihak-pihak terkait mengadakan investigasi dan penelitian yang ditujukan untuk
mengevaluasi standar aturan dan keamanan pada saat melakukan operasional di laut.
METODE

1. Insiden Kecelakaan Referensi untuk pemodalan kasus kecelakaan diambil berdasarkan


kasus kecelakaan yang melibatkan Ro-Ro Marisa Nusantara dan Reefer Qi Hang di
Selat Sunda. Pada saat tubrukan, Ro-Ro bertindak sebagai struck ship, sedangkan
reefer berperan sebagai striking ship.
2. Prosedur Investigasi Metode nonlinier FEM akan digunakan untuk melakukan
kalkulasi numerik berdasakan aktual skenario tubrukan, dengan target keluaran tingkat
kerusakan dan energi tubrukan.
HASIL
Berdasarkan hasil, direkomendasikan pada saat penentuan konfigurasi tubrukan, jarak
antara kedua target lebih besar daripada 2 m untuk mendapatkan perbedaan yang signifikan.
Dalam hal kekuatan struktur lambung, perbandingan antara kedua lokasi menunjukan
bahwa midship lebih kuat daripada fore-end dengan estimasi diatas 30% disaat menerima
beban ubrukan dari arah samping
KESIMPULAN

Penelitian ini menyajikan sebuah studi mengenai investigasi beberapa kasus tubrukan kapal
yang didesain. Konfigurasi dari metode ini berhasil diverifikasi.
Pada analisa kasus tahap lanjut, didapat bahwa pengaruh target lokasi secara keseluruhan
menunjukkan perbedaan kapabilitas yang cukup signifikan dalam menghadapi beban
impak.

Anda mungkin juga menyukai