PROGRAM : ANT – II
1. DESKRIPSI
sama dan jarak yang sudah ditetapkan, sesuai dengan waktu dan
kecepatan tanpa dimasukan pengaruh angin dan arus. Haluan
ditentukan dari kompas magnetik, atau dari kompas giro, dan
kecepatan dari log, atau hitungan putaran mesin.,dan nilai-nilai ini
diplot pada peta. Pada kapal – kapal yang modern suatu
perhitungan analisa tempat duga ini sering digunakan untuk
menghitung gerakan kapal melalui air dan pelacak perhitungan
duga (DRT = Dead Reckoning Tracer) ) akan menghitung dan
secara otomatis merencanakan posisi. Sistem navigasi inersia dan
sistem navigasi doppler, pada dasarnya adalah sistem perhitungan
duga yang banyak telah digunakan sekarang ini.
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
3. POKOK BAHASAN :
Bab 0 - Penentuan Posisi Pada Umumnya ( Pengenalan Posisi.)
Bab 1 - Penentuan Posisi Navigasi Astronomi.
Bab 2 - Penentuan Posisi Navigasi Datar.
Bab 3 - Penentuan Posisi Navigasi Elektronik & Moderen.
Bab 4 – Sistem Keterpaduan Navigasi & Keterpaduan Anjungan
Pertemuan ke-1.
PENGENALAN POSISI
Navigasi - pelabuhan,
Jika jarak yang dimaksud kurang dari 2 mil dari kapal.
Gbr.1.1
Gbr 1.2
(Gbr 1.3 )
d, Pengukuran jarak sampai titik dikenal,
Jarak tersebut dapat diperoleh misalnya dengan bantuan pengukuran
sudut pada bidang tegak (sextant) atau pengukuran jarak dengan radar.
LOP berupa lingkaran dengan titik yang dikenal sebagai titik pusat dan
jarak yang diperoleh sebagai jari-jari lingkaran.(Gbr 1.4)
Gbr 1.4
Gbr 1.5
b. Pengamatan Astronomi.
Garis posisi sirkuler yang diperoleh dengan pengamatan astronomi
disebut jajar tinggi ( gambar 1.6 )
Gbr 1.6
c. Pengukuran –jarak dari satelit.
Gbr 1.7
radio yang menghasilkan garis posisi semacam ini adalah :-Sistem Loran
C atau e Loran ( Gbr 1.8 )
Gbr 1.8
Gbr. 1. 9
Gbr. 1.10
LOP dari kedudukan yang sama terhadap suatu garis pantai .
LOP ini diperoleh jika diterima gambaran pantai dengan sedikit sifat
aksidentasi ( Gbr1.11)
Gbr. 1.11
10
Soal-Soal
Essay :
BAB 1
1.2.1.1 PENENTUAN POSISI NAVIGASI ASTRONOMI
Pertemuan ke-1
1.2.1.1.1 Pendahuluan
Penentuan posisi astronomi merupakan suatu sistem penentuan posisi
kapal melalui observasi benda angkasa seperti matahari, bulan , bintang-
bintang dan planet .Instrumen-instrumen yang dipakai adalah sextant,
chronometer, dan kompas dengan perhitungan tabel-tabel pelayaran ,
almanak nautika ataupun kalkulator.
Dari hasil pengamatan dan perhitungan didapatkan arah garis tinggi
dan azimuth suatu benda angkasa . Namun untuk mendapatkan posisi
sejati kapal harus dilakukan pengamatan dua kali atau lebih, dengan
memeperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Mengenal nama bintang-bintang dan planet yang akan diobservasi.
Waktu pengamatan dilakukan sebaiknya pada saat matahari
berkedudukan – 3° senja sipil dan−9 ° senjanautis
Jika dua benda angkasa yang diambail maka sebaiknya sudut potong
kedua azimuth tersebut 90° , jika tiga benda angkasa yang diobservasi
maka sudut potong masing-masing 120° , empat benda angkasa yang
diobservasi berpotongan dengan sudut-sudut 90°
Posisi kapal sejati (Fix Position) adalah titik potong kedua, ketiga atau
keempat garis-garis tingginya dan dapat dilakukan secara konstruksi di
peta atau secara perhitungan.
Ada beberapa cara dalam menentukan posisi kapal dilakukan bersamaan
atau hampir bersamaan dan pada waktu tidak bersamaan. Untuk
mendapatkan posisi astronomi yang dibutuhkan adalah menentukan
azimuth dan garis tingggi benda angkasa melalui titik tingginya
Diagram Senja.
Gbr. 1.1.
pagi dimulai
1. Senja civil : senja civil apabila ts matahari = −
sore be rakhir
6°
pagi dimulai
2. Senja nautis:senja nautis apabila ts matahari = −
sore be rakhir
12°
pagi dimulai
3. Senja astronomis :senja astronomis apabila
sore berakhir
ts matahari = − 18°
Disamping itu bagi beberapa bintang – bintang yang terlihat dengan jelas
dan terang diberi nama masing-masing .Nama-nama ini sebagian berasal
dari Greek.Latin, Arab yang dapat dilihat di dalam Almanak Nautika.
Cara yang lebih mudah dengan menghafalkan garis-garis lengkung yang
menghubungkan beberapa bintang utama dan bintang-bintang
lainnya.Garis-garis ini kita namakan alignment.
Jadi alignment itu dapat dipergunakan untuk mencari bintang-bintang
tertentu , Sekali kita mengenal letak sebuah bintang di angkasa maka
pengetahuan kita mengenai alignment dapat dipergunakan untuk mencari
sesuatu nama bintang. Dengan latihan secukupnya , maka dengan
warnah bintang dan bentuk gugusannya dan tanda-tanda lainnya pada
umumnya sering dipergunakan untuk mencari bintang tertentu. ( Gbr.1.2 )
BINTANG KUTUB
B
Polaris,
Bintang Utara, terletak di ujung gagang Little Dipper ( Little Bear =
Beramg Kecil ), bintang-bintang yang lainnya merupakan bintang
redup dibandingkan dengan bintang-bintang dari Big Dipper (Big
Bear).
Tujuh bintang utama yang membentuk Ursa Minor juga dikenal
sebagai Little Dipper, sedangkan tujuh bintang terang dari Ursa
Major merupakan pola yang terkenal dikenal sebagai Big Dipper
(Big Bear ).
Menariknya, Big dan Little Dippers sedemikian rupa sehingga
ketika salah satu tegak, yang lain adalah terbalik. Selain itu Biduk
(Polaris) adalah jauh lebih terang dari bintang-bintang lainnya
dalam rasi tersebut
17
Rasi bintang di be
lah
an angkasa Selatan
Gbr 1.2.
Gbr. 1.3
Untuk Bulan :
Dihitung bagi saat awal dan saat akhir dari penjagaan tersebut
Oleh karena SHA € berubah sangat cepat (max 42 ‘ setiap jam).
Contoh Soal :
Tentukan bintang-bintang manakah yang akan berembang atas dan
rembang bawah selama dini hari tanggal 20 April 2013, jika penilik berada
di bujur 153° 15’ B. Jam dikapal berjalan menurut zone time
Penyelesaian :
ZT di kapal 04.00 - 08.00 tgl 20/4
ZD 10.00 - 10.00 (+)
GMT 14.00 - 18.00 tgl 20/4
GHA Y 58° 49’.2 118° 59’.1
Bujur Barat 153°15.0’ 153° 15’.0 (-)
LHA Y 265°34’.2 325°44’.1
LHA * 360°00’ 360°00’
LHA Y 265°34’.2 325°44’.1
SHA *terletak antara 94° 25’.8 34°15’.9
Contoh Soal
Hitunglah GMT perembangan diderajah atas (Merpass) dari planet
Saturnus , bagi si pengamat di bujur 125 ° T, pada tanggal 7 Januari
2013 .
Penyelesaian :
LMT mer,pass bujur 0° = 07.41 ( 7/1)
LMT mer.pass bujur 0° = 08.40 ( 8/1)
Selisih = 00.59’
Bujur Koreksi. Tablel II = 25
Soal-Soal
Essay :
4. Pada tanggal 13 Januari 2013, di posisi 48° 55’.0 S - 075° 18’.0 T akan
dihitung senja pagi, senja sore, waktu matahari terbit,matahar iterbenam
bulan terbit dan bulan terbenam .
1. Apa tujuan akhir dari kegunaan peta bintang untuk navigasi kelautan ?
a) Mengenal salah satu bentuk gugusan bintang di angkasa
b) Mengetahui nama dari gugusan bintang yang sedang kita amati
c) Menemukan deklinasi (zawal) dan SHA-nya di dalam Almanak
Nautika *
d) Semuanya salah.
25
tg Z tg L
Cotg T =( ------- -- ------- ) x cos L
Sin P tg P
↓ ↓
B A
Cotg T x Sec L = A ± B
(L & Z tak senama ,) ambil ( A + B ) T = Tumpul
(L & Z senama , P < 90° ambil (A – B ) T = Tumpul
atau ambil ( B – A ) T = Lancip.
Gbr 4.4
(L & Z senama , P > 90° ambil ( A + B ) T = Lancip
*X
LHA* 318° 18' .9
P* 41° 41' .1 T
L 33° 13' .5 U
Z 29° 41' .7 S
L±Z 62° 55' .2
B=¿ ¿ .0,86
A= = 0.74
Cot T = ( A± B ) x Cos L
T= = 1.60x cos L
= U 143° T
senama
Tanda ± jika L dan Z - - disini T
tak senama
lancip
tumpul
Gbr. 4.6
Apabila z = nol maka cos To = nol = To = 90°
= cos ( 90°± Z )
∴ To = 90°± Z
Contoh Soal :
Tanggal 23 Agustus 2013, pada posisi duga 28º34,0’ S / 42º37,0’ B saat
matahari terbenam di baring dengan pedoman tolok (standar) = 288 °
Hp tolok = 314º dan Hp kemudi = 317º. Variasi di peta (1983) = 3° B.
Increasing about 10’ /annually
Diminta :
a. Hs kapal
b. Deviasi masing-masing pedoman
Skema :’
Wkt ⊙ terbenam = 17 43 tgl 23/8
BB/wkt = 2 50;.5 (+)
GMT = 20 33’.5
Dec ⨀ = 11° 10’,4 U d = 0.9
d corr = - 0’,5 (+)
Dec.corr = 11° 9’.9
Sembir = - 31°
Var = - 8° -
Dev ped tolok = -23°
Hp tolok = 314°
HM = 291°
HP kemudi = 317°
Dev P.kemudi = -26°
Keterangan :
∆ = KuBt (jarak kutub) = 53’.4’ (tahun 1966 )
Contoh :
Berapakah tinggi sejati benda angkasa tersebut dibawah ini, apabila tinggi mata
adalah 5.4 meter ,temperatur udara - 3° C , dan tekanan Barometer = 982 mb
pada GMT 10.00 tgl 30 Oktober 2013,
Tinggi ukur benda angkasa sebagai berikut :
T.u. tepi bawah matahari = 21° 19’ 7 , t.u. tepi atas matahari = 09° 20’.0
31
t.u. tepi bawah bulan = 33 ° 2' .6 ; t.u. tepi atas bulan = 26 ° 6' t.u. bintang
Polaris = 49° 36' .5 ; t.u. planet Venus =04° 50' Koreksi Index = (-) 1’ , Koereksi
kaca berwarnah = + 1’
Skema Perhitungan
Obs Altitude 21° 19’ 7 09° 20’0 33° 1' .6 26° 5' .0 04° 49' .0 49° 35' .5
DIP) -4’,1 -4’.1 -4’.1 -4’,1 -4’,1 -4’,1
Apparent Altitude 21° 15’ 6 09° 15,9’ 32 26° 0' .9 04° 44 '.9 49° 31' .4
Main correction +13’.8 - 21'.7 ° 57' .5 +60’.5 -10’.3 -0,8’
+57’5
(L & U limb for +2’.6
moon Correction +3.2’
-30’ for U limb -30’
moon )
Additional cor. for
0,2
Venus
Additional
refraction
correction -0,2’
-0.1’ -0.1’ -0.5’ 0.0
-0.1’ -
∴ True Altitude
Gbr 1.5
Contoh Soal
Pada tanggal 16 Februari 2013 pagi hari di tempat duga 24
° 43' .7 U −062 ° 24 ' .3 Bdi ukur tinggi tepi bawah matahari 21 ° 49' pada ppw =
02-01-16, duduk pada ketika itu (-) 01-06-26. Hitnglah : Tinggi hitung ( th)
matahari tersebut. Waktu kapal menurut zone time (ZT)
Penyelesaian :
ZT = 08.00 – 12.00 Ppw = 02-01-16
ZD = 04.00 - 04.00 (+) Ddk = (-) 01-06-26
GMTDuga = 12.00 -16.00 Tgl 16/2 GMT dekat= 00-54-50
GMT sejati = 12-54-50 Tgl 16/2
Apabila benda angkasa itu adalah matahari , maka kita sebut ini titik –
lintang- tengah hari dan titik-lintang tengah malam (Gbr. 1.6)
Contoh Soal
Z - 21° 57’.5
N 18° 28’.7
b) Lintang ( L) - 3° 28’.8 = 3° 28’.8 S
c) Titik lintang tengah hari 3° 28’.8 S - 132°46’.5 T
Pertemuan ke-4
Waktu Mer Pass dihitung jam 12.30 sehingga ketiga garis tinggi dari
Mualim II, IV dan III digeser ke jam 12.30. Tepat jam 12.30 ketiga perwira
mengadakan pengamatan perembangan matahari sampai didapat lintang
Mer Pass , dan untuk kepentingan posisi kapal lintang Mer Pass digeser
kembali ke posisi jam 12.00 ( Noon Position).Gbr. 1.7
Gbr. 1.7
Pada waktu lintang kapal dan zawal matahari nilainya sama dan senama ,
, maka terjadi bahwa matahari berada di ZENITH penilik dan tinggi
matahari sama dengan atau hampir 90°, sedangkan azimuthnya tak
terhingga.
Didalam praktek pengamatan harus dilakukan oleh beberapa perwira
sebanyak 3 kali sebelum dan 3 kali sesudah jam Mer Pass . Masing-
masing hasil pengamatan dicatat waktu dan tinggi ukurnya , untuk
mendapat nilai GHA , zawal (z) dan tinggi sejati ( ts ) matahari.
(4) Perpotongan ke enam lingkaran adalah posisi Mer. Pass (Gbr. 1.8 )
Pengamata 1 2 3 4 5 6
n
Ppw
Ddk
GMT
GHA
Incr
GHA ⨀
P⨀
P dilukis sebagai bujur proyeksi bumiawai
t.u. ⨀
KTM
ts ⨀
90° - ts
R
R dilukis sebagai sebagai jari-jari jajar tinggi
Z
D
37
Gbr. 1.8
Gbr. 1.9
Segitiga bola PST dengan titik sudut P (kutub utara), S (bintang Polaris)
dan T (lintang Polaris).
Sisi segitiga bola tersebut diatas adalah PS (90°- Z ) = ∆ ; PT = (90°- L0
dan ST = (90°- ts btg Polaris). Titik T merupakan titik potong antara jajar
tinggi dengan meridian penilik (meridian yang melalui tempat sejati
kapal).
Rumus :
Lintang sejati (Ls) = ts btg Polaris + C1 + C2
C1 C2
Ls = ts + ao + a1 + a2 − 1°
Contoh Soal :
Pada tanggal 22 Oktober 2013, waktu tengah hari posisi kapal 61 ° 26’.0 U
- 178° 08’.0 B . Dari sini kapal berlayar terus dengan HS = 270 ° sejauh 60
mil. Kemudian pada waktu senja sore itu di adakan pengukuran bintang
Polaris dengan tinggi ukur 61° 11’,0 . Salah Indeks (-) 0’.5 ; tinggi mata 15
m pada ppw = 08-19-38. Duduk pada saat itu = (-) 00-53-51. Pada saat
yang sama pula bintang tersebut dibaring dengan pedoman magnit 348,5 °
; variasi 10° Timur. Haluan-haluan yang dikemudikan : Pedoman Standar
257° , Pedoman kemudi 256° . Waktu di kapal berjalan menurut zone time.
Diminta : a) Lintang sejati, dimana kapal berada.
b) Titik lintang Polaris.
Jawab
41
Contoh Soal :
Pada tanggal 22 Oktober 2017, waktu tengah hari posisi kapal 61 ° 26’.0 U
- 178° 08’.0 B . Dari sini kapal berlayar terus dengan HS = 270 ° sejauh 60
mil. Kemudian pada waktu senja sore itu di adakan pengukuran bintang
Polaris dengan tinggi ukur 61° 11’,0 . Salah Indeks (-) 0’.5 ; tinggi mata 15
m pada ppw = 08-19-38. Duduk pada saat itu = (-) 00-53-51. Pada saat
yang sama pula bintang tersebut dibaring dengan pedoman magnit 348,5 °
; variasi 10° Timur. Haluan-haluan yang dikemudikan : Pedoman Standar
257° , Pedoman kemudi 256° . Waktu di kapal berjalan menurut zone time.
42
Jawab :
Jawab
∆ L = j x cos H = 60’ x cos 270 = 0° Simpang = j x sin 270 ° = 60’ = 1°
∆ b=simp x seclm = 60’ x sec 61° 26’.0 = 125;.5 = 2° 5’.5 B
Posisi = 61° 26’.0 U - 178° 08’.0 B tgl 22/10
∆ L=0 °-∆ b 2° 5’.5 B
TD = 61° 26’.0 U - 179° 46’.5 T tgl 23/10
ZT 08.00 - 12.00
ZD 12.00 - 12.00 tgl 23/10
Tg z tg L
Cotg T = { ------ − -------} x cos L
Sin P tg P
Maka rumus terbut menjadi
Tg ts tg L
Cotg P = { ------ − -------} x cos L
Sin T tg T
P disebut T apabila baringan azimutalnya ke
Untuk menentukan nama bintang S maka arah Timur atau
1. Menentukan SHA bintangnya P disebut B apabila baringan azimutalnya ke
2. Menentukan zawal bintangnya arah Barat.
3. Menentukan sebutan zawal bintang
( U/S) 1. Menentukan SHA *
LHA *= 360° - P atau 360° + P
LHA* = GHA Y + SHA* ± Bujur
SHA* = LHA – ( GHA Y + ± Bujur )
2. Menentukan zawal *
Sin z = cos (L-ts) – cos L x cos ts x sinvers T
Term I Term II
3. Menentukan sebutan zawal (U/S)
44
Contoh soal :
Pada tanggal 3 Agustus 2013 pada saat jaga dini hari di posisi duga
13°11’ U - 113° 51’ T dilakukan pengamatan sebuah bintang yang tidak
dikenal namanya ( bintang X) dengan tinggi ukur 36°50’,
serta dibaring pula dengan baringan gyro = 109°, pada ppw = 09-34-28.
Duduk ppw = (+) 0.09.30 .Tinggi mata = 14 m. Koreksi index = +
1’.5 .Waktu dikapal berjalan menurut zone time.
Tentukan : Nama bintang yang ditilik
46
Penyelesaian :
ZT 04.00 – 08.00 tgl 3/8 t.u = 36° 50’ Bar. Gyro = 109°
ZD 08.00 - 08.00 K.I. = + 1’.5 Atau (T) = U 109° T
KT = - 7’.9
GMTduga 20.00 - 00.00 tgl 2/8 t.s ∗ = 36° 43’.6
PPW 09.34.28 tg ts tg L
Duduk + 0.09.30 Cotg P = ----- - ----- x cos L
GMT 09.43.58 (+ 12 jam) sin T tg T
GNT sejati 21.43.58 tgl 2/8 tg 36 °43’.6 tg 13°11’
(-------------- -- ------------ ) x cos 13°11’
GHA Y 266° 36’.9
Sin 109° tg 109°
Incr 11° 01’.3
Cotg P = 0.84682 P ∗ = 49°44’.5 T
LHA* = 360° -- P = 310°15’.5
GHAY corr. 277° 38’.2
SHA∗ = LHA* - ( GHA Y + BT)
= 310°15’.5 – ( 277° 36’.4 + 113° 51’ )
∴ SHA * = 278° 48’.1
Lihat di AN pada Index to Selected Star,
Kemungkinan* adalah : Elnath,Alnilam
Bellatrix,Capella, Rigel, Betelguez
Pengecekan:
Sin z = cos (ts --L) – cos L x cos ts x siv T
= cos 23°32’.6— (cos 13° 11’ x cos
36°43’.6’ x sinv 109°)
Sin z = 0.11768
Z = 6°45’.5
Karena Term I < Term II maka z dan L
tidak senama maka Z = Selatan
Zawal bintang adalah 6° 45’.5 S
∴ Nama btg yg sangat mendekati :RIGEL
Soal Essay
2. Pada tanggal 12 Maret 2013, posisi duga 61° 26’.0 U - 179° 46’.0 T
dilakukan penilikan bintang sebagai berikut :
Pilihan Ganda
1. Pada waktu lintang kapal dan zawal matahari nilainya sama dan
senama maka matahri berada :
a. di khatulustiwa
b. dilintang pengamat
c. di zenit
d, di kutub.
Pertemuan ke-5
Keterangan :
TD = tempat duga kapal
T1 = azimuth pengamatan ke-1
T2 = azimuth pengamatan ke-2
tt1 = titik tinggi ke-1
tt2 = titik tinggi ke-2
p1 = intercept = +
p2 = intercept = --
S = posisi kapal
Gbr. 1.10
Gbr.1.1
Ketewrangan :
b) Dari tt1 dengan T1/T2 sebagai haluan dan tt1 S sebagai jauh, akan
perhitungan.
Dalam hal ini perlu dilakukan penggeseran garis tinggi pertama yang
didapat sejauh pelayaran kapal (beda waktu pengamatan ) dihitung dari
titik tinggi pertama (tt1) kearah haluan sejati. ( Gbr. 1.13 )
51
Keterangan :
T= tempat duga pengamatan ke-1.
p1 = intercept pengamatan ke 1
p2 = intercept pengamatan ke 2
T1 = azimuth pengamatan ke-1
T2 = azimuth pengamatan ke-2
TD2 = tempat duga pengamatan ke-
2 setelah kapal dilayarkan.
tt1 = titik tinggi pengamatan ke-1
tt2 = titik tinggi pengamatan ke -2
gt1 = garis tinggi pengamatan ke-1
gt2 = garis tinggi pengamatan ke -2
S =posisi kapal.
Gbr. 1.13
Keterangan :
∆b antara tt1 dan S
dihitung dengan rumus :
∆b = ∆ L x C
C = cotg x sec L = A ± B
Gbr. 1.14
Apabila pengamatan lintang tengah hari didapat lebih dahulu, kemudian
baru mengadakan pengamatan lagi, maka yang digeser /dilayarkan
adalah garis lintang tengah hari tersebut sesuai dengan haluan sejati dan
jauh pelayaran. Artinya pengamatan dilakukan setelah tengah hari ,
misalnya benda angkasa tersebut adalah matahari maka tingginya akan
semakin menurun . Dari pengamatan lintang tengah hari didapat gt1
berupa lintang sejati, kemudian agt1 digeser sepanjang haluan dan jauh,
digabungkan dengan agt2 yang diperoleh dari pengamatan kedua.(Gbr
1.15)
Keterangan :
Yang perlu dihitung untuk
mendapatkan koordinat posisi S adalah
∆ b antara Td2 dan S.
Gbr. 1.15
53
54
Contoh Soal :
Jawab :
55
SKEMA PERHITUNGAN
Th = 27° 07’.7
Ts – Th (p) = - 5’.7 T = 60° = U 120° T
L Mer.Pass = TD3 =
L TD3 = ∆L
∆L = Pos.di Mer.Pass(S1 ) =
∆ Bu =
a) Mer Pass
BB dalam waktu ( 063° 20’.3 / 15)
GMT
ZD
a) Waktu rembang (ZT )
Zawal (16 j )
Kor. d (0’.9 )
Z matahari
t.u. matahari tepi bawah
K.Index
K. Kaca berwarnah
Tinggi penilikan
K. tinggi mata
App Altd (Tinggi setempat maya)
K. Utama/Pertama
t.s =
N ( 90° - ts )
L = Z - N
L = Mer. Pass
Dari jam 00.00 -12.27 waktu tempuh = jam dengan jauh = mil.
Rata2 kecepatan kapal per jam mil
Waktu yang ditempuh dari mMer. Passi ke waktu tengah hari (jam 12.00) = 27
menit dengan jauh tempuh =, dan haluan 86°
Posisi Mer.Pass =
∆L
Contoh Soal
Pada tanggal 30 Oktober 2017, pukul 15.00 ZT, posisi kapal adalah 33
' '
° 31 .6 U−02 4̊ ° 24 .5 T .
Dari posisi tersebut kapal berlayar sejauh 62 mil dengan haluan sejai=107° . Kemudian
diadakan penilikan benda-benda angkasa sbb :
Ppw Benda Angkasa t.u.
03.48.18 Fomalhout 16° 0’.8
03.50.18 Mirfak 14° 53.9
03.51.40 Rasalhague 48° 23' .7
Duduk pada ketika itu adalh (+) 00-04-51 . Tinggi mata 14 m. Kor. Index = (-) 2’.5.
Kecepatan kapal 20 knots. Tempat duga berlaku pada pengamatan pertama.
Penyelesaian :
SKEMA PERHITUNGAN
∆ b=simp x seclm
Di TD1, ZT menjadi 15.00 +( 62 : 20) = 15.00 + 3 jam = 18.00 , tgl 30/10
ZD = 025° :15 = 02.00
GMT duga = 16.00 tgl 30/10
Cos L
Cos Z
Sinvers P ( 1 –Cos
P)
Term II
TermI( Cos L± Z ¿
Sin th
Tinggi hitung (th)
t.u
K index
Tinggi
pengukuran
K.tinggi mata
App Altd (tsm)
Kor. Pertama
Tinggi sejati (ts)
(th)
Intercept (p)
Cotg T
T (Azimuth)
Konstruksi :
Soal Essay.
1). Pada tanggal 21 Maret 2013 , “MV. Grenada” dalam pelayaran dari
Jepang ke Amerika , di North Pacific Ocean kapal mengalami truble main
engine , dan auxilary engine black out, sehingga GPS tidak dapat dipakai
menentukan posisi kapal. Dalam kondisi kapal terapung-apung tanpa
kecepatan , pada jam 04.20 pagi waktu di kapal , maka untuk memperoleh
posisi fix kapal, dilakukan pengamatan bintang-bintang sbb :
Posisi duga kapal ( DR) 36° .15’ U - 150° 00’ T. Chronometer berjalan lebih
cepat 5 detik dari waktu UT . Salah index sextan = + 5’. Tinggi mata
pengamat = 15.8 meter.
59
Diminta :
a) Tentukan fix position dalam lintang dan bujur kapal dari garis
tinggi hasil observasi bintang-bintang tersebut .
b) Jika sampai siang hari perbaikan mesin belum selesai dan kapal
belum dapat melanjutkan pelayarannya , jam berapa waktu kapal ,
matahari berembang /kulminasi atas ? Jika waktu kapal pada
zone time UT + 10.00.
.2) Pada tanggal 18 Februari 2013, pukul 00.00 ZT, posisi kapal adalah
25° 16’ S - 136° 42’B,. Dari posisi tersebut kapal berlayar terus dengan HP
= 284° sembir (+) 15° sejauh 124 mil sampai waktu jaga dini hari.
Kemudian diadakan penilikan benda-benda angkasa sbb :
Ppw Benda Angkasa t.u.
04.52.40 ∝Aquilae 23° 06’.6
04.54.38 ∝Bootis 40° 38' .5
04.56.20 ∝Virginis 52° 18' .1
Duduk pada ketika itu adalh (-) 01-40-32 . Tinggi mata 12 m. Salah Index
= (+) 1’.5. Kecepatan kapal 21 knots. Tempat duga berlaku pada
pengamatan pertama.
Diminta :a) Posisi kapal pada pengamatan terakhir dengan menggunakan
semua garis tinggi yang didapat.
b) Salah duga pada saat itu.
3) Pada tanggal 12 Maret 2013, posisi duga 61° 26’.0 U - 179° 46’.0 T
dilakukan penilikan bintang sebagai berikut :
4) . Pada tanggal 2 Januari 20xx , waktu jaga Dini Hari , ditempat duga (G)
30° 18’.0 U - 131° 33’.0 T ,diadakan pengamatan benda aangkasa sebagai
berikut :
ZT BA LHA ZAWAL TS
06-52-18 ALPHARD 419° 16’.4 08° 28’.7 S 21° 14’.9
07-34-56 JUPITER 360° 03’.7 09° 51’.3 S 49° 50’
08-02-56 MATAHARI 296° 21’.1 22° 59’.0 S 09° 02’.3
5), Pada tanggal 10 April 20xx di tempat duga 20 ° 42’.0 U - 136° 26’.0 T
diadakan observasi matahari pada saat Mer.Pass . Karena lintang duga
penilik dan zawal matahari senama dan hampir sama besar maka
diadakan pengukuran sebelum dan sesudah merpass sebanyak 3 kali.
Dairi hasil observasi didapatkan data-data sebagai berikut : HS = 70 ° ;
Kecepatan 15 knots. Mer.Pass =11-57-00
ZAWAL 20° 41’.7 20° 41’.7 20° 41’.7 20° 41’.7 20° 41’.7 20° 41’.7
U U U U U U
1. Kesalahan Waktu.
Gbr. 1.16a
Gbr. 1.16b
Keterangan : Td1 digeser ke td2 atau langsung gt1 digeser ke gt2 kearah
Barat sejauh 15 menit bujur untuk kesalahan waktu 1 menit.( Gbr. 1.16b)
63
Gbr.
1.17a
Gbr. 1.17b
Gbr. 1.18a
Garis tinggi digeser ke arah azimuth sebesar nilai kesalahan (+),jika nilai
65
Gbr. 1.18b
Gbr. 1.19 a
Gbr. 1.19 b
Keterangan :
Jika LOP yang didapat telah diplot dipeta , maka LOP yang berada di
bukan sebuah garis lurus tetapi merupakan “area of position “
Jika lebar kemungkinan kesalahan =σ (standard deviation) seperti
Nampak pada gambar , maka kemungkinan dari posisi yang tepat di area
ini adalah 68%.
Jika lebar kemungkinan kesalahan = 2 σ maka MPP ( Most Probable
Position = Kemungkinan banyak posisi ) adalah 95%, untul lebar
kemungkinan kesalahan = 3 ρ adalah 99,7 % MPP.
Gbr. 1.20
Keterangan :
A1 adalah posisi semula dan A2 posisi setelah dikoreksi. Jika terdapat 2
LOP yang berpotongan dengan sudut kecil, maka satu buah garis Dip
Free Lop akan mewakili kedua LOP tersebut dan kesalahan sistematik
dapat dihilangkan.
Gbr. 1.21
Keterangan :
Ketiga benda angkasa azimuthnya terletak diseluruh cakrawala , maka
posisi kapal terletak di titik pusat lingkaran dalam segitiga tersebut, yang
merupakan titik potong ketiga Dip Free LOP
Yang dimaksud dengan setengah cakrawala ini bias di depan, dibelakang
atau dilambung kiri, lambung kanan kapal dengan sudut kurang dari 180°
( Gbr. 1.22 )
70
Gbr. 1.22
Keterangan :
Di titik A, B dan C dilukis arah-arah azimuth LOP masing-masing. Sudut
yang dibentuk azimuth-azimuth itu dibagi dua menjadi Dip Free LOP
berpotongan diluar segitiga.
Gbr. 1.23
Kesimpulan :
a. Pengambilan azimuth ketiga benda angkasa harus selalu diseluruh
cakrawala , agar sistematik error maupun random error dapat
dikoreksi dengan menerapkan posisi d dalam segitiga.
b. Hal ini merupakan kelemahan dari observasi 3 benda angkasa ,
untuk itu dianjurkan agar mengambil 4 benda angkasa guna
pengontrolan.
Gbr. 1.25
Keterangan : Random error dengan kemungkinan posisi berada dikanan-
kiri garis tinggi LOP.Posisi kapal berada diarea perpotongan ke empat
LOP.
c. Kesalahan Besar (Blunder) – gbr. 1.26
Gbr. 1.26
Keterangan :
Untuk mendapatkan Deep Free LOP terlihat bahwa LOP1 dan LOP2
searah dengan arah azimuth.LOP3 dan LOP4 beralawanan denganarah
73
azimuth.Dalam kasus ini posisi kapal bukan perpotongan Dip Free LOP
seperti pada systematic Error.
Kesimpulan :
a. Pada kasus terakhir ini bukanlah systematic error karena arah geseran
LOP ke daerah error tidak sama.
b. Jika area ini kecil dapat dianggap random error dan posisi kapal berupa
segiempat.
c. Jika area ini besar berarti blunder , maka tidak diperoleh posisi kapal.
dengan cepat , jika terjadi satu kali kesalahan masih tertolong oleh nilai
rata-rata.
Didalam praktek observasi benda angkasa seorang perwira jaga di
anjungan melakukan seorang diri, sehingga tidak mungkin mengukur
tinggi beberapa bintang pada waktu yang sama. Karena antara bintang
yang satu dengan yang lainnya ada selisih waktu sedangkan selama itu
kapal sudah bergerak sesuai haluan sejati dan kecepatan, maka
Penentuan posisi dilakukan dengan menggeser garis-garis (LOP) ke suatu
waktu yang dikehendaki.
Disinilah sering terjadi kemungkinan kesalahan , baik pada jarak
penggeseran maupun arah /haluan penggeseran. ( Gbr. 1.27 )
Gbr. 1.27
Keterangan :
Pada jam 09.00 matahari diukur tingginya 5 kali, maka akan didapat tinggi
rata-rata secara teliti , walaupun salah satu observasi salah.Keterangan :
Kemungkinan kesalahan baringan 0.75° maka pada jarak 2 mil akan
menyebabkan kesalahan 0.06 mil dan pada jarak 20 mil menjadi 0.6 mil
dikanan kiri baringan.
Gbr. 1.28
Keterangan :
TC = true course, TB1 = azimuth 1; TB2 = azimuth 2,
∆ d = kesalahan jarak ;∆ s = salah duga. E = ∆ d cos (TB1 – TC
E = ∆ sSin (Tb1-TB2)
∆ d x cos (TB1-TC )
∆ s=( salah duga ) = --------------------------
Sin (TB1-TB2)
Gbr. 1.29
∆S F ∆ c x D x sin(TB 1−TC)
F = ∆ c x D ∆ s= = =
sin(Tb 1−TC ) sin(TB 1−TB 2) sin(Tb1−TB2)
∆c x D
∆ c dalam radial=
57.3 °
Keterangan :∆ sakan kecil (yang terbaik) jika :
(1) ∆ cadalah kecil.
(2) D kecil, artinya selisih waktu antara observasi tidak lama sehingga
jarak penggeseran tidak jauh.
(3) TB1 – TC = 0°, benda angkasa tepat didepan/ buritan kapal.
(4) TB1 -0 TB2 = 90° , artinya 2 LOP berpotongan tegak lurus.
∆ C x D 1 ° x 60'
Catatan : F = = =1 mil
57.3° 57.3 °
1 mil.
1°
60 mil
Gbr. 1.30
Penilik di Bintang di
O1 S1
O2 S2
O3 S3
Gbr. 1.31
Gbr. 1.31
Keterangan :
(a) Jika sipenilik tidak bergerak .
(b) Jika penilik bergerak mendekati pb maka tinggi yang tertinggi
sesudah Mer . Pass.
(c ) Jika sipenilik bergerak menjauhi pb maka tinggi yang tertinggi
sebelum Mer.Pass.
Apabila kapal bergerak dengan cepat kearah Utara atau Selatan , dapat
dikatakan bahwa tinggi benda angkasa yang tertinggi dari benda angkasa
tersebut bukanlah ketika di meridian, tetapi sebelum atau sesudahnya
tergantung arah gerakan kapal.
Langkah yang harus dilakukan jika terjadi kasus seperti tersebut diatas
adalah :
a. Melakukan koreksi tinggi memakai daftar XIV ( Haverkamp 1976)
dengan menggunakan
79
Soal
10. Pada gambar dibawah ini kapal bergerak kearah Selatan dan kearah
Utara
a) b
3, Langkah- langkah apa yang harus dilakukan jika terjadi kasus seperti
tersebut diatas. Jelaskan !
82
Pertemuan ke-7
1.2.1.2.27 PENDAHULUAN
1.2.1.2.28 Definition :
Ground Track
Course made good ovr the ground
Water Track
Course allowing for leeway.
Track Angle
The direction a track ( in degree)
Intended Track (Ttr)
The anticipated path of the vessel over
the ground after considering the
estimated effects of wind and current.
SPEED (S)
The rate of movement through the water ,
expressed in knots. It may be indicated
by means of a log or may be calculated
from the engine revolutions.
Gbr. 2.1
Gambar 2.2
Contoh Soal ke -1
Gbr. 2.3
Gbr. 2.4
Gbr. 2.5
1.2.1.2.32
Melayarkan
posisi pada saat
tidak diketahui
adanya
arus.
(Running Fix With
Unknown Current)
Contoh Soal ke -4
Jam 0910 Bs1= 069° Jam 0920 Bs2 = 040° Jam 0942 Bs3 = 318° .
Penyelesaian :
.(Gbr. 2.6)
Pada pukul 19.00 posisi kapal dari pengamatan benda angkasa seperti
dalam gambar . Haluan sejati pada saat itu = 108 ° dan kecepatan kapal
10 knots. Pada pukul 20.30 menara suar X dibaring BS -050 ° dan pada
pukul 22.00 dibaring lagi menara suar dengan BS = 000 ° . Lukis posisi
pada pukul 22.00 dan perlihatkaset and drift yang dialami sejak pukul
19.00.
Penyelesaian :
Dua LOP di plot dan garis haluan dari pukul 19.00. Perpetongan garis
haluan dan LOP diberi label B. Titik C ditandai di garis haluan sehingga
rasio jarak adalah :
14 1,5
= , sehingga BC = 4,5 mil.
BC 0,5
Posisi adalah perpotongan dua LOP. DR untuk 22,00 diplot dan set & drift
akan menjadi vektor dari DR untuk posisi. Haluan dan kecepatan dari
19,00 dapat diperoleh dan track dimaksudkan dapat diplot dari posisi.
Gbr. 2.7
Contoh ke-6.
Pukul 22.00 lampu K dibaring (BS) 045 ° . Haluan Sejati saat itu 105° ,
kecepatan kapal 14 knot. Pada pukul 22.45, haluan sejati dirubah 165 °
dan pukul 23,15 lampu L dibaring (Bs) 127° . Arah arus sepanjang trek
diperkirakan 244° dengan kekuatan arus 3.5 knots.
92
Gbr. 2.8
93
Pertemuan ke-8
Ini hanyalah sebuah kasus khusus dari posisi yang dilayarkan tetapi
menggunakan baringan relatif , bukan baringan kompas. Jika baringan
relatif dari objek tertentu pada saat baringan relatif adalah dua kali lipat
adalah sama dengan jarak dari objek pada saat pengamatan kedua,
dimana kapal tersebut tidak mengalami leeway atau efek pada saat itu
Gbr. 2.9
Catatan: Biasanya sudut ∅ relatif kurang dari 45° tapi ini tidak penting.
Gbr 2.10)
Gbr 2.11
Tidak semua lini posisi dari objek darat berupa garis lurus dan kadang-
kadang diperlukan untuk mentransfer lingkaran posisi untuk mendapatkan
memperbaiki / ini akan, pada kenyataannya, menjadi fix berjalan
menggunakan garis posisi melengkung. Karena tidak mungkin untuk
mentransfer kurva dengan cara yang sama bahwa garis lurus ditransfer,
lihat halaman 46, satu-satunya solusi untuk masalah ini adalah untuk
mentransfer tengah lingkaran, sehingga mentransfer seluruh lingkaran,
Sebuah lampu menara (Tinggi 121 kaki) diamati pada saat pasang naik
( to rise) dan dua jam kemudian diamati turun (to dip) Dalam jangka waktu
itu kapal dikemudikan 200° sejati dengan kecepatan kapal 11 knot, Arah
arus saat itu 326° sejati, pada kekuatan arus 2 knot. Ketinggian mata
pengamat 49 kaki. Plot posisi kapal pada saat rising (pasang naik) dan
dipping (pasang turun.). Gbr 2.12
Gbr 2.12
Penyelesaian :
96
Haluan sejati dari kapal dilukis /di plot dari lampu P, bersama-sama
dengan set dan drift
(326° x 4 mil). Posisi A yang diperoleh sebagai titik pusat radial untuk
lingkaran posisi baru sebagai lingkaran yang di transfer dari titik pusat P
dengan radial 20’.7 mil. Perpotongan lingkaran posisi dengan titik pusat
radial A dan lingkaran yang dilukis dari lampu P adalah posisi kapal
pada saat lampu turun (dipping). Dengan melayarkan/ menstrasfer
“course made good” ( haluan yang diperbaiki ) maka posisi yang kita
dapat sesuai dengan jarak lingkaran cahaya lampu P.
Pada 13.45, dengan cara sudut sextant vertikal, jarak off lampu O adalah
6,5 mil. Program ini 100 T dan kecepatan 12 knots.The saat ini
diperkirakan untuk mengatur 200 pada 3 knot. Pada 1445 lampu P
menanggung 030 T.
Plot posisi kapal pada baringan terakhir.
(Gbr. 2.13)
Jarak dari lampu diplot sebagai LOP-1 melengkung (curve) seperti yang
ditunjukkan dalam gambar ; LOP -2 sebagai garis baring dari lampu P
juga diplot. Satu-satunya cara untuk mentransfer LOP melengkung adalah
97
untuk memindahkan titik radial O pada leeway track sesuai lama waktu
intervalnya sebagai titik radial baru LOP -1 . Transfer LOP-1 dengan titik
pusat pindahan radial O sehingga memotong baringan dari lampu P . Titik
potongnya merupakan posisi kapal (Gbr. 2.13)
Soal
(Gbr. 2.14)
Jika tiga baringan yang diambil dari objek dekat dari kapal bergerak tidak
mungkin bahwa mereka akan berpotongan pada satu titik yang sama dan
pada kenyataannya, membentuk segitiga yang dikenal sebagai “cocked
hat" (topi berbentuk segi tiga).
Untuk mengatasi hal ini perlu untuk mentransfer baringan pertama dan
kedua dengan jumlah yang sama pada haluan dan jarak interval antara
99
baringan, Jika, setelah transfer dua baringan pertama, "cccked hat" masih
ada, itu mungkin karena salah satu atau lebih hal – hal yang berikut:
1. Identifikasi salah objek,
2. kesalahan dalam melukis baringan,
3. kesalahan kompas yang tidak diketahui
4. kesalahan menerapkan salah kompas.
5. survei pemetaan yang kurang datanya.
Pertemuan ke-9
(Gbr. 2.15a)
Trigonometri.
Hitung panjang garis sumbu AB ( d 1 = ½ AB x cotg α ¿ dan garis sumbu
BC (d2 = ½ BC) x cotg β .
Jangkakan d1 dan d2 pada masing-masing garis sumbu AB dan BC di P 1
dan P2 . Buat lingkaran -lingkaran dengan titik pusat P 1 dan P2 masing-
masing melalui tali busur AB dan BC.
Kedua lingkaran tersebut berpotongan dalam satu titik yang merupakan
posisi kapal (S).
102
(Gbr 2.15 b)
Gbr 2.16
Jika kedua lingkaran telah dilukiskan maka S merupakan posisi kapal dan
kita lihat kedua lingkaran saling memotong kurang baik.
Untuk mendapatkan perpotongan yang lebih baik , maka sekarang tariklah garis lurus
dari titik B melalui titik pusat lingkaran P1 dan P2 yang akan memotong kedua lingkaran
tersebut, masing-masing di titik D dan E. Akhirnya hubungkanlah titi D dan E ini,
maka titik potong garis hubung ini dengan kedua lingkaran tersebut adalah
posisi kapal (S). Gbr 2.17
Gbr 2.17
Gbr 2.18
Tinjauan perpotongan sudut-sudut.
Misalkan sudut perpotongan =δ maka :
104
δ = 360° −( α + β + γ )
Apabila (α + β+ γ ¿ = 180° ataupun 360° maka lukisan posisi kapal adalah
tidak mungkin.
Apabila 30 ° >δ > 150°, maka perpotongan kurang baik (kurang saksama).
Jika dikehendaki agar δ paling sedikit 30° maka (α + β+ γ ¿ harus terletak
antara 30° dan 150° ataupun antara 210° dan 330°/
Apabila (α + β+ γ ) = 90° atau 270° maka perpotongan tegak lurus (paling
baik ) Gbr 2.19
.
Gbr 2.19
1.2.1.2.41 Memindahkan Waypoint –Waypoint dari Peta
Gnomonik ke Peta Mrkator.
1.2.1.2.42
a) Mengukur jarak antara 2 tempat di peta gnomonik.
Gbr. 2.21
Keterangan :
A = 10° U - 50° B dan B = 20° U - 20° B
106
Gbr. 2.22
Gbr. 2.23
Gbr 2.25
Pada gambar 5.1 tergamabr situasi , yang ketiga garis baring (LOP) tidak
melalui satu titik, tetapi membentuk suatu segitiga – kesalahan . Jika
persyaratan telah dipenuhi pada baringan semacam ini , maka dalam hal
terjadinya segitiga-kesalahan , dapat kita tarik kesimpulan , bahwa
terdapat kesalahan tersembunyi pada salah satu atau lebih garis baring
yang digunakan.
Dalam hal demikian , maka titik-titik yang diambil harus dikenali ulang,
dibaring ulang dan diperiksa kembali perhitungan baringan sejati dan
konstruksi garis baring. Jika tetap juga terjadi segitiga , maka kita akan
berpendapat , bahwa pada koreksi-koreksi yang dipakai ( sembir, pada
baringan kompas, koreksi total pada baringan giro, koreksi kalibrasi pada
baringan radio) masih tersembunyi lagi kesalahan-kesalahan yang tidak
diketahui.Jika dapat kita terima , bahwa kesalahan yang tidak diketahui itu
pada ketiga baringan sama besar, (misalanya pemakaian variasi yang
salah , salah pada deviasi yang digunakan, kesalahan pada koreksi laju
dan koreksi peralatan pada pedoman giro), maka untuk dapat
menentukan PPM , dapat kita gunakan “metode Snellius”.
Dimintakan perhatian pada suatu fakta, bahwa pada umumnya adalah
salah untuk menentukan PPM berada di tengah-tengah dari segitiga-
kesalahanPersyaratan yang harus dipenuhi pada baringan silang dengan
tiga titik ialah :
109
1.Perbedaan sudut terkecil antara setiap dua buah garis baring harus
sedekat mungkin 60°
2 Jarak sipenilik sampai titik baring harus sekecil mungkin.
3.Ketiga titik harus dibaring praktis bersamaan , untuk memperkecil
pengaruh dari pelayaran
Gbr .2.26
.
Contoh gambaran kesalahan dalam jarak. (Penggunaan tabel jarak sudut
verikal oleh pengamat yang didapat dari Norrie’s Nautical Tabel pada
sudut vertikal, pada pasang air tinggi adalah 10 meter dan sudut vertikal
pada pengamatan yang sama pada saat air rendah,maka yang akan
terjadi adalah dua jarak .
Gbr 2.27
Gbr .2.28
Memperkecil kesalahan - kesalahan tersebut diatras:
( Gbr 2.29)
Memperkecil kesalahan - kesalahan tersebut diatas:
Kesalahan yang timbul dari jarak yang salah yang digunakan antara garis
posisi 1 dan 2 karena salah memperhitungkan kecepatan kapal. Untuk itu
maka :
Kecepatan diatas air dapat diperoleh dari speed log, asalkan yang
terakhir ini ada dan terpercaya dan kesalahannya dikenal dan
memungkinkan. Jika speed log tidak dapat diandalkan atau tidak tersedia,
maka rata-rata revolusi mesin selama satu jam harus digunakan.
112
Ini dapat dikonversi menjadi kecepatan di atas air yang dimiliki dengan
memperhatikan:
1. Grafik putaran mesin / kecepatan ( procentasi daya / kecepatan
propeller -pitch –dorongan kapal) waktu keluar dari dermaga,
seperti yang diperoleh dari Buku
2. Data Pelayaran .(Log Book)
Angin dan laut mengurangi atau menambah kecepatan kapal di
atas air. Data tersebut dicatat dalam Buku Data Pelayaran
( Navigational Data Book) dan kemudian efek ini dianalisis,
sehingga pengkajian cepat dan akurat dapat dilakukan dalam
situasi tertentu.
Posisi adalah tidak mungkin , ketika tiga benda dan kapal., semua terletak
pada lingkaran posisi yang sama, (con-cyclic). Kedua lingkaran posisi
yang dibangun menjadi satu. (Gbr 2.30)
Gbr 2.30
Kesalahan utama bila digunakan sudut sekstan horisontal .:
1. Kesalahan dalam pengukuran sudut dari instrumen.
2. Kesalahan plotting , (terutama ketika sudut melebihi 90° ).
3. Kesalahan karena tiga benda tidak berada di bidang yang sama.
Gbr. 2.30
Folio Peta
Folio peta adalah kumpulan atau seri peta-peta secara lengkap
untuk suatu daerah tertentu, atau suatu bagian dari dunia ini
dengan batas- geografis tertentu. Setiap folio mempunyai nama
dan seri nomor, daftar dari folio batas tersebut yang berisi nomor,
dan nama peta yang terdapat didalam folio itu.
Folio peta BA meliputi seluruh dunia dan dunia ini dibagi dalam 100
folio dan diberi nomor 1 s/d 100.
Suatu nota yang diambil dari berita pelaut untuk melengkapai buku itu.
Perhatian dalam menggunakan buku itu.
Perhatian dalam hal ukuran-ukuran serta satuan-satuan yang dipakai
dalam buku itu. Keterangan-keterangan yang berhubungan dengan peta
laut ,penerbitan-penerbitan navigasi , cuaca dan navigasi umumnya.
Peta-peta index yang menunjukkandaerah yang dijelaskan dalam buku itu.
Keterangan-keterangan terperinci dari suatu daerah , pemerintah , flora ,
fauna, perdagangan, mata uang yang berlaku, nomor dan skala peta
yang paling baik untuk daerah itu , keadaan cuaca , arus-arus pasang
surut , isyarat-isyarat , peringatan-peringatan, sisyem
pelampung ,komunikasi , stasion radio , galangan kapal , pembasmian
tikus, waktu tolok dan lain-lain ,yang tidak diberikan di dalam buku Ocean
Passage for the World.
Buku Kepanduan Bahari dicetak kembali dalam batas waktu 10 – 12 tahun
, setelah tahun penerbitan yang terakhir. Pelengkap untuk tiap jilid dicetak
tiap tahun dan pelengkap ini dilampirkan didalam jilid-jilid yang
bersangkutan,
Introductory Remarks
Peta Navigasi
Kepercayaan dari peta (Alasan untuk berhati-hati dalam
penggunaan)
V. Semua koreksi yang diperlukan untuk Admiralty list of lights and fog
signal (Pelaut-pelaut disarankan bahwa koreksi ini mungkin tidak
bertepatan dengan informasi mengoreksi peta apapun.)
Untuk tujuan memeriksa dan memperbarui peta dari daftar nomor seri
pemberitahuan permanen diterbitkan, pemberitahuan ini akan telah
diterbitkan dalam 2 tahun sebelumnya dan akan mempengaruhi peta-[eta
Admiralty bersama-sama dengan Peta Australia dan Selandia Baru yang
telah diterbitkan ulang dalam seri Admiralty.
Ini diterbitkan pada awal setiap tahun dan berisi pemberitahuan biasa dan
penting yang mencakup topik yang sama atau dikenakan pertahun. Hal ini
juga berisi semua pemberitahuan yang sementara dan awal yang
mempengaruhi arah berlayar yang berlaku pada akhir tahun sebelumnya.
Koreksi Peta
Blok Koreksi
Sebuah metode yang lebih modern koreksi peta yang tidak digunakan
secara luas oleh semua depot peta dan agen. koreksi yang tepat dapat
ditransfer dan melacak langsung ke peta oleh pelaut
Sumber informasi:
Dalam rangka memberikan tidak hanya layanan yang aman tapi efisien,
departemen hidrografi dari berbagai otoritas di seluruh dunia yang benar
dan memperbarui peta-peta navigasi yang dipasok,Koreksi ini diperoleh
informasi dari survei asli dan dari re-survei. Dalam hal ini United Kingdom
the Royal Navy mengoperasikan kapal survei untuk tugas tertentu.