Anda di halaman 1dari 10

PERHITUNGAN POSISI SEJATI KAPAL

DENGAN PENGAMATAN TERHADAP BENDA-BENDA ANGKASA

Penentuan posisi astronomi merupakan suatu system penentuan posisi kapal melalui
observasi benda angkasa seperti matahari, bulan, bintang-bintang dan planet. Instrument
yang digunakan adalah sextant, chronometer dan compass dengan perhitungan table-tabel
serta almanac nautica.

Dari hasil pengamatan dan perhitungan didapatkan arah garis tinggi dan azimuth dari suatu
benda angkasa. Namun untuk mendapatkan posisi sejati kapal harus dilakukan pengamatan 2
kali atau lebih. Posisi sejati kapal adalah perpotongan antara arah garis tinggi penilikan
pertama dengan arah garis tinggi penilikan berikutnya.

Untuk mendapatkan posisi sejati kapal dengan perpotongan dua garis tinggi atau lebih dapat
dilakukan secara konstruksi dan perhitungan.

Ada beberapa cara dalam menentukan posisi sejati kapal, antara lain: dua benda yang
dibaring dalam waktu yang bersamaan atau hampir bersamaan, satu benda yang dibaring dua
kali dalam waktu yang berbeda.

Dalam prakteknya, posisi duga kapal sangat memegang peranan penting dalam penentuan
posisi sejati kapal dengan benda-benda astronomi.

Di laut lepas, jika benda-benda darat tidak tampak lagi untuk menentukan tempat
kedudukan dengan mengambil baringan, maka harus menggunakan benda-benda angkasa
untuk menentukan posisi kapal.
Mengukur tinggi benda angkasa, kemudian menggunakan koordinat-koordinat lainnya bagi
perhitungan posisi kapal disebut ‘penentuan posisi astronomi’.
Sebagai salah satu system di dalam ilmu pelayaran, penentuan posisi astronomi sudah
dikenal sejak lama dan untuk menjamin keselamatan pelayaran, system tersebut terus
ditumbuh kembangkan sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pelaksanaan perhitungan posisi tsb kitaperlukan waktu GMT, posisi duga pengamatan, dll.
Dalam hal ini waktu ditentukan dengan pengukur waktu. Pada umumnya dengan perhitungan
ini bumi dianggap benar-benar bulat, sebab pengaruh pipihan bumi sedikit sekali
dibandingkan dengan hasil yang dicapai, sehingga pipihan bumi diabaikan.
Dari hasil observasi benda angkasa dapat diperoleh garis tempat kedudukan (LOP = Line Of
Position).
1. Penentuan Posisi Astronomi.
Menurut Capt. Arso Martopo, penentuan posisi astronomi adalah suatu system
penentuan posisi kapal melalui observasi benda angkasa seperti matahari, bulan, bintang-

1
bintang dan planet. Instrument yang digunakan adalah sextant, chronometer dan compass
dengan perhitungan table-tabel serta almanac nautika.

Menurut A. Frost, B.Sc, ada beberapa prosedur yang perlu dilakukan dalam penentuan
Posisi Astronomi :
a) Dari waktu yang ditunjukkan oleh chronometer, digunakan untuk menentukan nilai
GMT
b) Dari GMT tsb, kita dapat menentukan nilai GHA dan declinasi benda angkasa
c) Dengan menggunakan bujur duga pengamat dan GHA, dapat kita tentukan besarnya
nilai LHA
d) Gabungkan nilai lintang duga pengamat dan declinasi benda angkasa. Jika lintang dan
declinasi senama, maka: L-D. Jika lintang dan declinasi tidak senama, maka: L+D
e) Gunakan rumus sinus untuk menentukan nilai tinggi hitung.
f) Tentukan tinggi sejati dari benda angkasa.
g) Dengan menggunakan tinggi hitung dan tinggi sejati benda angkasa, dapat kita
tentukan nilai selisih tinggi (p).
h) Dengan menggunakan daftar ABC dapat kita tentukan nilai azimuth benda angkasa.
Dari hasil observasi benda-benda angkasa dapat diperoleh garis tempat kedudukan kapal
(LOP = Line Of Position) dan dengan beberapa Line Of Position tsb akan didapatkan posisi
sejati kapal.

2. Proyeksi Bumiawi
Dalam menggunakan benda angkasa untuk menentukan tempat kedudukan dengan
mengukur tinggi benda angkasa tsb, maka harus diketahui letaknya di angkasa pada saat
diadakan penilikan.
Dengan menggunakan pengukur waktu untuk mendapatkan GMT, maka koordinat tsb
dapat dicari dalam Almanak Nautika. Apabila telah diketahui koordinat-koordinat tsb
sehingga kita dapat dengan mudah memproyeksikan posisi benda angkasa tsb ke permukaan
bumi.
Koordinat benda angkasa tsb adalah GHA dan deklinasi benda angkasa, yang nilainya
dapat diperoleh dalam Almanak Nautika. Sedangkan koordinat proyeksi bumiawi adalah
lintang proyeksi bumiawi dan bujur proyeksi bumiawi.
Menurut M. Pardi, proyeksi bumiawi adalah titik potong di permukaan bumi dengan
garis yang menghubungkan pusat benda angkasa dengan pusat bumi.

2
Keterangan:
P = Pusat bumi
Ku = Kutub Utara Bumi
Gr = Greenwich
Pb = Proyeksi bumiawi
BA = Benda Angkasa
Ki = Equator bumi
KU = Kutub Utara

3. Jajar Tinggi
Dengan diketahuinya letak benda angkasa dan letak proyeksinya di permukaan bumi,
serta diukurnya tinggi benda angkasa tsb, maka kita dapatkan lingkaran kecil di permukaan
bumi yang disebut jajar tinggi.
Menurut M. Pardi, jajar tinggi adalah lingkaran kecil pada permukaan bumi dengan
proyeksi bumiawi sebagai pusatnya di mana tempat kedudukan penilik, pada saat yang sama
mengukur benda angkasa yang sama, mendapatkan tinggi sejati yang sama.

4. Lengkungan Tinggi dan Garis Tinggi


Bentuk lengkungan tinggi tergantung pada kedudukan jajar tinggi terhadap kutub bumi.
Dalam melukis jajar tinggi pada bulatan bumi dilakukan dengan cara terlebih dahulu
menentukan lintang dan bujur proyeksi bumiawi.
Lengkungan tinggi adalah gambaran jajar tinggi pada peta lintang bertumbuh (proyeksi
Mercator).
Garis tinggi adalah sebuah garis lurus di peta yang merupakan sebagian dari lengkungan
tinggi, dilukis pada titik tinggi tegak lurus terhadap arah azimuth benda angkasa.

5. Azimuth
Azimuth adalah arah sejati dari benda angkasa. Adapun perhitungan azimuth dapat
dilakukan dengan beberapa cara yang berhubungan unsur-unsur dari segitiga parallax.

3
Untuk mendapatkan nilai azimuth dengan menggunakan rumus:

tg z tg l
Cotg T sec l = − , dengan:
sin P tg P

T = azimuth
l = lintang
z = deklinasi / zawal
P = sudut jam

Yang selanjutnya perhitungannya dilakukan dengan menggunakan Daftar Ilmu Pelayaran


pada daftar XIA, XIB dan XII.

6. Perhitungan titik tinggi


Perhitungan titik tinggi dipakai untuk mendapatkan nilai tinggi hitung (th), dengan
menggunakan bantuan Daftar Ilmu Pelayaran dan Almanac Nautica. Perhitungannya dengan
menggunakan rumus:

Sin th = Cos (lt + z) – Cos l x Cos z x SinVers P

Keterangan:
th = tinggi hitung
lt = lintang
z = zawal / deklinasi
P = sudut jam

7. Penentuan Posisi Kapal


Contoh perhitungan dalam menentukan posisi sejati kapal di laut:
a) Pada tanggal 19 September 2015, pada jam 18h 01m 42s GMT, posisi duga kapal
180 44.0’ U / 1170 12.0’ B. mengukur matahari dengan menggunakan sextant,
didapatkan tinggi ukur tepi bawah 590 38.7’, koreksi index (-) 0.6, tinggi mata 18m.
Tentukan arah garis tinggi dan posisi titik tinggi.
Penyelesaian:
GMT = 18h 01m 42s (19 September 2015)
GHA Θ = 910 33.1’
Increment = 00 25.5’ +
= 910 58.6’ (+ 360o)
Bujur (B) = 1170 12.0’ -
LHA Θ = 3340 46.6’
P = 250 13.4’ (E)

4
dec Θ = 10 23.9’ U
d corr’ (d=1.0)= 0.0’ -
dec Θ = 1 23.9’ U
0

log sin vers P = 8.97930


log cos l = 9.97636
log cos d = 9.99987 +
log x = 28.95553
x = 0.09027

l = 180 44.0’ U
d = 10 23.9’ U –
l–d = 170 20.1’

Cos (l-d) = 0.95458


x = 0.09027 –
Sin th Θ = 0.86431
th Θ = 590 48.2’

Tu Θ = 590 38.7’
KI = (-) 0.6’
Dip = (-) 7.5’ Lukisan Agt
App Alt = 59o 30.6’
Corr App Alt = (+) 15.4’ + 18O 44.0’
2.2
Ts Θ = 590 46.0’
Th Θ = 590 48.2’ –
p (intercept) = (-) 2.2’ 2.2

A = 0.72
B = 0.06 (180 44.0’U / 1170 12.0’B)
A-B = 0.66 (T = Tumpul) TD
2.2
T = U 1470 59.6’ T
Azimuth

5
(b) Pada tanggal 9 Januari 2015, pada posisi duga kapal 35 0 10.0’S / 1270 05.0’E, pada jam
10h 15m 10s (GMT). Mengukur tinggi bintang Sirius didapatkan tinggi ukur 53 0 10.4’,
koreksi index (+) 0.4’, tinggi mata 15m.
Tentukan arah garis tinggi dan posisi titik tinggi pada penilikan tsb.

Penyelesaian:

GMT = 10h 15m 10s (tgl 9 Januari 2015)


GHA γ = 2580 37.6’
Increment = 30 48.1’ +
GHA γ = 2620 25.7’
SHA*(Sirius) = 2580 32.4’
Bu (T) = 1270 05.0’ +
LHA* = 6480 03.1’ - 360o
= 288o 03.1’
P = 710 56.9’ (E)

Dec* (Sirius) = S 160 44.5’


Log SinVers P = 9.83893
Log cos l = 9.91248
Log cos d = 9.98119 +
Log x = 29.73260
x = 0.54026

l = 350 10.0’ S
d = 160 44.5’ S
l–d = 180 25.5’

Cos (l-d) = 0.94874


X = 0.54026 -
Sin th = 0.40848
Th * = 240 06.6’

Tu * (Sirius) = 240 13.3’


KI = (+) 4.0’
Dip = (-) 6.8’ +
App Alt = 240 10.5’
Corr = (-) 2.1’ +
Ts * = 240 08.4’
Th * = 240 06.6’ -
p (intercept) = (+) 1.8’

6
A = 0.23
B = 0.32
C = 0.09 (T = Lancip)
T = S 850 47.5’ T
= U 94o 12.5’ T

Lukisan Agt
o
18 44.0 1.8’

(350 10.0’S / 1270 05.0’E) 1.8


TD

Azimuth

1.8’

Dalam penentuan posisi astronomi kita menggunakan bantuan benda-benda angkasa sebagai
alat bantu untuk bernavigasi. Benda-benda angkasa tsb meliputi matahari, bintang belan dan
planet (venus, mars, Jupiter dan saturnus).

Dari hasil pengamatan terhadap benda angkasa tsb yang dilakukan dengan menggunakan
sextant, akan didapatkan tinggi ukur dari benda angkasa. Kemudian tinggi ukur tsb
dikoreksi dengan koreksi index, tinggi mata, refraksi maupun semi diameter benda angkasa,
untuk mendapatkan tinggi sejati benda angkasa.

Dari hasil pengamatan terhadap benda angkasa dapat diperoleh azimuth benda angkasa,
tinggi hitung maupun arah garis tinggi.

Namun dengan diadakan hanya satu penilikan, maka tempat kedudukan kapal belum dapat
ditentukan, masih diperlukan sautu atau lebih penilikan lagi atau lebih penilikan lagi atau
baringan. Perpotongan antara arah garis tinggi penilikan pertama dengan arah garis tinggi
penilikan berikutnya, merupakan posisi kapal.

Untuk mendapatkan posisi sejati kapal dengan perpotongan dua garis tinggi atau lebih dapat
dilakukan secara konstruksi dan perhitungan.

Secara Konstruksi
1. Secara konstruksi di peta laut / plotting sheet

7
Dua observasi yang dilakukan bersamaan atau hampir bersamaan dapat dihitung dari
tempat duga yang sama.

Lukisan:

Agt1

K
Agt2

TD

Azimuth * 1

Azimuth * 2

Keterangan:
K = Posisi sejati kapal
TD = Tempat duga kapal

2. Secara konstruksi di kertas biasa


Gunakan kertas bergaris tegak sejajar yang dapat dipakai sebagai skala bujur.
Lukiskan sudut lintang duga kapal pada ujung garis-garis tsb untuk dipakai sebagai skala
lintang. Sisi mendatar berfungsi sebagai skala bujur peta dan sisi tegak / miring sebagai
skala lintang. Dengan cara ini koordinat posisi sejati dapat diperoleh dengan konstruksi dari
tempat duga.

8
Skema perhitungan posisi sejati:
Tempat Duga = …………………. U/S - …………………. T/B
∆ li / ∆ bu = …………………. U/S - …………………. T/B
Posisi Sejati = …………………. U/S - …………………. T/B

Agt 1
skala

TD

Azimuth * 1
Agt 2

Azimuth * 2

Secara Perhitungan:
1. Dengan 2 observasi dalam waktu bersamaan.
Perhitungannya dilakukan bertahap, pertama menghitung letak titik tinggi observassi I,
titik ini kemudian dipakai sebagai tempat duga untuk perhitungan observasi II. Perhitungan
dilakukan dengan menggunakan daftar I dan II, untuk memperoleh ∆li dan ∆bu, di mana
Azimuth berfungsi haluan dan p (selisih tinggi) sebagai jauh.
Dari TD dilukis azimuth *1 dan selisih tinggi penilikan pertama (p1), untuk mendapatkan
titik tinggi pertama dan selanjutnya berfungsi sebagai tempat duga kedua dari observasi
kedua. Dari titik tinggi 1 dilukiskan azimuth *2 dan selisih tinggi kedua (p2) dan
mendapatkan titik tinggi penilikan kedua. Perpotongan antara arah garis tinggi I dengan
arah garis tinggi II adalah posisi kapal (K).
Untuk mencari koordinat K adalah sbb:

9
a. Dari TD dengan azimuth *1 sebagai haluan dan p1 sebagai jauh, akan
didapatkan koordinat titik tinggi penilikan pertama (TT1)
b. Dari TT1 dengan T1 – T2 sebagai haluan dan TT1 – K sebagai jauh, akan
didapat koordinat K secara perhitungan.
c. Dengan 2 observasi yang berbeda waktu.

Dalam hal ini perlu dilakukan penggeseran garis tinggi pertama yang didapat sejauh
pelayaran kapal yang dihitung dari titik tinggi 1 ke arah haluan sejati kapal.

Agt 1 yang digeser


Agt 1
TD

Agt 2
K
TT2
TT1

Azimuth *2
Azimuth *1

Keterangan:
TD = tempat duga
K = Posisi Sejati Kapal
TT1 = Titik tinggi penilikan 1
TT2 = Titik tinggi penilikan 2

Pada prakteknya posisi duga kapal harus kita ketahui terlebih dahulu, karena rumus-
rumus yang digunakan dalam perhitungan ini selalu berhubungan dengan posisi duga kapal,
dalam hal ini lintang dan bujur. Sehingga tempat duga memegang peranan yang sangat
penting dalam penentuan posisi secara astronomi.
Pengamatan terhadap benda angkasa tsb bisa dilakukan pada 2 benda angkasa atau
lebih dalam waktu yang berssamaan atau hampir bersamaan dan bisa juga terhadap satu
benda angkasa, namun waktu pengamatannya berbeda. Dan perhitungan dan penentuan
koordinat posisi kapal dapat dilakukan dengan cara konstruksi maupun perhitungan.

=================

10

Anda mungkin juga menyukai