Anda di halaman 1dari 33

i

PENANGANAN KEBAKARAN DI SEKOCI PADA

KAPAL MV. ALFAHAD

Disusun Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut (DP) Tingkat I

MAKMUR

NIS. 19.10.101.007

AHLINAUTIKA TINGKAT I

PROGRAM DIKLAT PELAUT TINGKAT I

POLITEKNIK ILMU PELAYARAN MAKASSAR

TAHUN 2019
ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Nama : MAKMUR

Nomor Induk Siswa : 19.10.101.007

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat I

Menyatakan bahwa KIT dengan judul:

PENANGANAN KEBAKARAN DI SEKOCI PADA KAPAL MV.

ALFAHAD.

Merupakan karya asli. Seluruh ide yang ada dalam karya ilmiah ini, kecuali tema

dan yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide yang saya susun sendiri.

Jika pernyataan di atas sebaliknya, maka saya bersedia menerima sanksi yang di

tetapkan oleh Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar.

Makassar, Desember 2019

MAKMUR
iii

PERSETUJUAN SEMINAR

KARYA ILMIAH TERAPAN

Judul : PENANGANAN KEBAKARAN DI SEKOCI PADA

KAPAL MV. ALFAHAD

Nama Pasis : MAKMUR

NIS : 19.10.101.007

Program Diklat : Nautika Tingkat I

Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diseminarkan

Makassar, Desember 2019

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

( Capt.Bruce Rumangkan, M.Sc, M.Ma ) ( Capt. Zainal Yahya Idris,M.A.P,M.Mar)


iv

PENANGANAN KEBAKARAN DI SEKOCI PADA KAPAL

MV. ALFAHAD

Disusun dan Diajukan Oleh :

MAKMUR

NIS. 19.10.101.007

Ahli Nautika Tingkat I

Telah dipertahankan didepan Panitia Ujian KIT

Pada Tanggal Januari 2020

Pembimbing I Pembimbing II

( Capt.Bruce Rumangkan, M.Sc, M.Ma) (Capt. Zainal Yahya Idris,M.A.P,M.Mar )

Mengetahui,

Direktur Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar

Capt. Rahmad Tjahjanto, MM, M. Mar

Pembina Tingkat 1 (IV/b)

NIP.
v

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr. Wb. Segala Puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena Rahmat dan Izin-Nya selama ini,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan KIT ini, dengan judul: “Analisis

Penanganan Kebakaran di sekoci pada kapal MV. Alfahad ”. Adapun tugas

akhir ini merupakan salah satu persyaratan bagi Pasis dalam menyelesaikan

studinya pada program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut (DP) Tingkat I di PIP

Makassar.

Tidak sedikit tantangan yang penulis hadapi selama perjalanan untuk

mencapai cita-cita namun penulis senantiasa tabah dan berusaha untuk

menghadapi segala rintangan sehingga mencapai keberhasilan di dalam

penyelesaian KIT ini, dan penulis menyadari bahwasanya dalam penyelesaian

KIT ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dari susunan kalimat, segi

bahasa, cara penulisan serta pembahasan materi. Untuk itu penulis senantiasa

menerima kritikan maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan

tugas akhir ini,

Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang senantiasa memberikan dorongan

semangat, nasehat, materi serta bantuan doa kepada penulis dalam penyelesaian

tugas akhir ini, antara lain :

1. Bapak Capt. Rahmad Tjahjanto, MM, M. Mar selaku Direktur Politeknik

Ilmu Pelayaran Makassar

2. Bapak Capt.Bruce Rumangkan, M.Sc, M.Mar sebagai Pembimbing materi di


vi

dalam penyelesaian KI

3. Bapak Capt. Zainal Yahya Idris,M.A.P,M.Mar sebagai pembimbing materi di

dalam penyelesaian KIT ini

4. Seluruh Civitas Akademika Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar

5. Nahkoda, KKM, seluruh ABK dari MV.Alfahad

6. Teman-teman Pasis yang banyak membantu dalam penyelesaian KIT ini

Akhir kata penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak

yang telah membantu dalam penyusunan KIT ini namun tidak dapat disebutkan
vii

ABSTRAK

Makmur, 2019“Penanganan Kebakaran Disekoci pada Kapal MV. Alfahad ”

dibimbing oleh Bruce Rumangkan dan Saenal Yahya.

Penanganan kebakaran diatas kapal adalah salah satu usaha untuk


mencegah atau mengurangi adanya kecelakaan pada saat kapal berlayar. Oleh
karena itu diharapkan kepada semua crew atau pekerja di atas kapal agar selalu
mengadakan fire patrol untuk pengontrolan terhadap kebakaran di atas kapal
baik kapal dalam pelayaran maupun kapal berada di dermaga untuk selalu
menjaga kewaspadaan terhadap kebakaran.

Penelitian ini diadakan di atas kapal MV. Alfahad. Sumber data yang
diperoleh adalah data primer yang langsung dari tempat penelitian dengan cara
melakukan pengamatan dan tanya jawab langsung dengan cara melakukan
pengamatan tanya jawab langsung dengan perwira anak buah kapal khususnya
bagian deck, literatur-literatur yang berkaitan dengan judul KIT ini

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa terjadinya


kebakaran di sekoci pada kapal MV. Alfahad karena diakibatkan oleh bara api
yang keluar dari cerobong asap dari kapal yang diakibatkan oleh Enjector yang
tidak mengabut,
viii

ABSTRACT

Makmur, 2019 "Handling of Fire Dissociated on MV. Alfahad "guided by Bruce


Rumangkan and Saenal Yahya.

Fire handling on board is one of the efforts to prevent or reduce


accidents when the ship sails. Therefore, it is expected that all crew or workers on
the ship always hold a fire patrol to control fire on the ship, both on board the ship
and on the dock to always maintain vigilance against fires.

This research was conducted on the MV. Alfahad. Sources of data


obtained are primary data directly from the research site by observing direct
questions and answers by observing questions and answers directly with officers
of the crew, especially the decks, literature-literature relating to the title of this
KIT.

The results obtained from this study indicate that the occurrence of fire
in a lifeboat on the MV. Alfahad because it was caused by the embers coming out
of the chimney from the ship which was caused by the Enjector which did not pull
out.
ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMANJUDUL.............................................................................

PERNYATAAN KEASLIAN KIT ......................................................

PERSETUJUAN SEMINAR KIT .......................................................

HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................

KATA PENGANTAR .........................................................................

ABSTRAK ...........................................................................................

ABSTRACT .........................................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................

A. Latar Belakang ...................................................................

B. Rumusan Masalah ..............................................................

C. Batasan Masalah.................................................................

D. Tujuan Penelitian ...............................................................

E. Manfaat Penelitian .............................................................

F. Hipotesis.............................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA`............................................................

A. Faktor Manusia ..................................................................

B. Organisasi Pemadam Kebakaran Diatas Kapal ..................

C. Pekerjaan dan Lingkungan Kerja

D. Faktor Kapal .....................................................................

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN ……………………...


x

A. Lokasi Kejadian ……………………………………

B. Situasi dan Kondisi …………………………………

C. Temuan ……………………………………………..

D. Urutan Kejadian ……………………………………

BAB IV PENUTUP ………………………………………………..

A. Kesimpulan ………………………………………….

B. Saran ………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kapal merupakan sarana transportasi laut yang memiliki potensi dalam

memajukan pertumbuhan perekonomian sebuah negara, melihat pergerakan

perekonomian secara global lebih banyak didominasi oleh pergerakan kapal-

kapal niaga dan kapal penumpang untuk mendistribusikan kebutuhan

masyarakat secara umum, keseluruh pulau-pulau ataupun Negara bagian.

Dengan begitu kapal menjadi sarana transportasi yang bisa membawa

penumpang dan muatan dalam jumlah banyak ke tempat tujuan dengan aman

dan selamat, sehingga membutuhkan sumber daya manusia yang berkompeten

dibidangnya untuk bisa melayarkan kapal sampai ketempat tujuan.

Kapal dibedakan dari fungsi dan muatannya terdiri dari kapal

passenger, kapal general cargo, kapal container, kapal tanker, kapal bulk

carrier, kapal harbour tug ship assisting yang mempunyai tingkat resiko

marabahaya kebakaran sehingga harus diperhatikan karena keselamatan

transportasi laut ini sangat berhubungan dengan kesiapan dan ketersediaan

alat-alat keselamatan, kemampuan serta keterampilan anak buah kapal (ABK)

sesuai persyaratan IMO (International Maritime Organization) dalam

melaksanakan pekerjaan atau tugasnya untuk menunjang kelancaran

operasional dan keselamatan kapal. Sehingga diperlukan anak buah kapal

untuk melakukan fire drill minimal 1 (satu) kali dalam sebulan untuk kapal

niaga dan sekali seminggu untuk kapal penumpang.

Data menunjukan angka kecelakaan kapal akibat kebakaran semakin


2

banyak terjadi akhir-akhir ini. KNKT (Komite Nasional Keselamatan

Transportasi) sepanjang tahun 2019 terjadi 34 kasus kecelakaan dikapal

akibat kebakaran. https://news.detik com. Kecelakaan akibat kebakaran

menunjukkan bahwa minimnya kesadaran untuk meningkatkan standar

keselamatan di kapal. Hal tersebut semestinya membuat organisasi maritim di

Indonesia perlu melihat kembali konsep yang sudah ada yang ternyata belum

mampu menyelesaikan masalah keselamatan ini. Sampai saat ini International

Maritime Organization (IMO) terus berusaha memperbaiki regulasi yang

digunakan untuk mengatur keselamatan pada kapal penumpang dan sudah

memaksimalkan perubahan-perubahan terkait keselamatan di kapal yang

mengacu pada peristiwa atau kecelakaan kapal di tahun-tahun sebelumnya

yang masih pantas dan layak untuk diterapkan, baik masalah konstruksi,

deteksi kebakaran, peralatan keselamatan.

Adapun fakta yang penulis alami saat bekerja pada kapal MV. Alfahad

yaitu terjadi kebakaran di sekoci lambung kiri kapal saat pelayaran dari Jeddah

menuju Egyptian (Mesir) di alur Swes Golf. Berdasarkan kondisi tersebut di

atas, sangat menarik perhatian penulis untuk mengkaji lebih jauh dalam karya

ilmiah terapan (KIT) tentang “Penanganan Kebakaran disekoci pada

Kapal MV. Alfahad . ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah sebagai berikut adalah Apa Penyebab terjadinya kebakaran disekoci

lambung kiri kapal MV. Alfahad?


3

C. Batasan Masalah

Secara teknis batasan masalah pada umumnya hanya mencakup pada

lingkungan di atas kapal MV. Alfahad terkhusus pada kejadian kebakaran di

Sekoci.

D. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui penyebab kebakaran disekoci pada kapal MV. Alfahad.

E. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis diharapkan bagi anak buah kapal secara umum dapat

menjadikan acuan untuk lebih memperhatikan tindakan preventif yang

dilakukan oleh Nahkoda dan perwira jaga untuk mengolah gerak kapal

pada saat terjadi kebakaran disekoci lambung kiri kapal dan penggunaan

alat-alat pemadam kebakaran di atas kapal

2. Secara praktis diharapkan dapat memberikan gambaran kepada para

pembaca di lingkungan PIP Makassar dan anak buah kapal tentang

penanganan kebakaran

F. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang diatas dan rumusan masalah yang telah

dikemukakan, hipotesis yang diambil adalah diduga Bara api yang keluar dari

cerobong asap menyebabkan terjadinya kebakaran di sekoci kapal MV.

Alfahad .
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Faktor Manusia

Faktor manusia dalam penyebab terjadinya kebakaran merupakan

faktor yang paling utama antara lain meliputi :

1. Pengetahuan anak buah kapal yang minim tentang penanggulangan

pemadam kebakaran .

2. Panik dan tidak fokus menghadapi sesuatu bahaya yang datang secara

tiba-tiba.

3. Ketidak mampuan anak buah kapal dalam menguasai berbagai

permasalahan yang mungkin timbul dalam operasional kapal.

Penyebab utama kebakaran di atas kapal di karenakan oleh kelalaian

manusianya yang tidak mentaati prosedur kerja dan melaksanakan

pencegahan bila keadaan berbahaya di temukan.

Beberapa kejadian kebakaran menjadi bencana besar karena tidak

berhasilnya mengontrol situasi dan kondisi yang ada.

Kegagalan mengendalikan kebakaran diatas kapal dapat mengakibatkan

kehilangan kapal dan bahkan jiwa manusia, oleh sebab itu penting sekali

crew kapal selalu siaga akan situasi-situasi yang dapat terjadinya

kebakaran diatas-kapal

B. Organisasi Diatas Kapal

Bilamana terjadi situasi kebakaran diatas kapal, koordinasi dan

menggerakkan team harus segera dilaksanakan untuk memperkecil efek dari

kebakaran tersebut. Tanggapan ini harus standard untuk semua kapal dan
5

setiap personil yang sign on diatas kapal, ia harus sudah tahu organisasi

kebakaran yang ada dan tahu posisinya dan tugasnya tersebut. Perlu diketahui

bahwa tidak ada satupun kejadian keadaan darurat (emergency) yang sama dan

setiap situasi harus siap dievaluasi sebelum diambil suatu tindakan. Setelah

penilaian dilakukan atas insiden yang terjadi Nahkoda atau Perwira yang

ditugasi untuk itu langsung mengerahkan team.

Safety Officer harus dulu mempertimbangkan keselamatan dan

tindakan berisiko yang tidak perlu agar supaya jangan dilakukan, konsep

team yang kecil akan lebih mudah diukur dan diatur serta dengan cepatnya

digerakkan dari muster station (tempat berkumpul). (Badan Diklat

Perhubungan, 2000:45).

1. Instruksi-instruksi bagi anak buah kapal dalam menghadapi kebakaran,

Suatu organisasi keadaan darurat harus dibuat terlebih dahulu untuk

operasi keadaan darurat. Maksud dan tujuan organisasi bagi setiap situasi

adalah untuk:

a. Menghidupkan tanda bahaya

b. Menemukan menaksirkan besarnya kejadian serta kemungkinan

bahayanya

c. Mengorganisasi tenaga dan peralatan untuk menanggulangi kebakaran

2. Persiapan-persiapan dalam menghadapi keadaan darurat

a. Persiapan

Perencanaan dan persiapan adalah syarat utama untuk mencapai

keberhasilan pelaksanaan pemadaman kebakaran diatas kapal.

Nahkoda dan para perwira harus menyadari bahwa apa yang harus
6

mereka lakukan bila terjadi kebakaran diatas kapal .

b. Tindakan pendahuluan

Seorang yang menemukan kebakaran harus membunyikan tanda

bahaya atau alarm tidak terputus-putus selama satu menit, laporan

kepada perwira jaga yang kemudian menyiapkan organisasi, sementara

itu yang berada di lokasi segera mengambil tindakan untuk

mengendalikan kebakaran tersebut sampai diambil alih oleh tim

pemadam kebakaran diatas kapal .

c. Alarm kebakaran kapal.

Dimanapun kapal berada setiap crew begitu mendengar alarm bahaya

harus langsung menuju tempat yang telah ditentukan sesuai sijil dan

menyakinkan lengkapnya crew mengidentifikasi personil yang tidak

ada. Setiap personil harus tanggap terhadap keadaan darurat dan

mengikuti petunjuk-petunjuk dibawah ini :

1) Menentukan keadaan darurat segera membunyikan alarm

2) Melaporkan ke pusat control dengan informasi

3) Tetap berada ditempat kejadian untuk mengontrol kebakaran

dengan peralatan sampai regu pemadam tiba. Jika situasi semakin

membahayakan personil harus segera meninggalkan lokasi

kebakaran menuju tempat yang telah ditentukan untuk berkumpul

dan melaporkan situasi ke pusat control.

4) Mendengar alarm bahaya, personil segera menuju tempat

berkumpul dan membentuk regu sesuai tugas-tugasnya.


7

5) pemimpin regu atau wakilnya melaporkan kesiapan regunya ke

anjungan.

Pada saat berada dipelabuhan, alarm atau serine kebakaran atau

satu suling pendek dan satu tiup panjang terus menerus. Anak buah

kapal yang menemukan kebakaran harus segera membunyikan

alarm dan melaporkan lokasinya, setelah itu segera menyiapkan

regu pemadam kebakaran.

d. Peralatan pemadam kebakaran

Karena peralatan pemadam kebakaran harus selalu siap untuk

dipergunakan setiap saat, maka perlu adanya pengecekan secara

periodic dan dilaksanakan oleh perwira yang bertanggung jawab akan

pemeliharaan / perbaikan atau pengisian tabung tepat waktu. (Bacaan

Diktat Perhubungan, 2000:17-19),

e. Peran Komandan Team

Komandan team harus cakap melaksanakan tugas dibebankan untuk

memimpin teamnya. Komandan team tidak perlu langsung

memadamkan kebakaran, dia hanya mengontrol tindakan teamnya

terutama melindungi keselamatan teamnya

f. Formasi Team

Tujuan pembahasan hand out ini dapat diasumsikan jumlah crew kapal

minimum 26 orang dibagi 5 team.


8

Formasi team :

1) Bridge team ( team anjungan /command center )

Team anjungan bertanggung jawab terhadap komando dan

mengontrol situasi serta meyakinkan tugas-tugas pada master list

bagi setiap personil dilaksanakan dengan efektif. Jika perlu team

anjungan mengontrol dan mencari orang yang tidak terhitung serta

melakukan komunikasi luar da dalam antara anjungan dan kamar

mesin. Team anjungan melakukan navigasi dengan aman dan tetap

mencatat waktu detail kejadian pada log book.

2) Engine room team (Engineer Group)

Team kamar mesin harus melapor ke anjungan atas kesiapan di

kamar mesin. Laporan ini mengidentifikasikan dan emergency

system yang siap optimal operasi. Team harus dapat

mempertahankan fungsi sesungguhnya dari pompa emergency

services.

3). Emergency team I & II (regu khusus I & II )

Emergency team I melaporkan ke anjungan kemudian menyiapkan

segala peralatan dan melaporkan kesiapan team ke anjungan serta

siap melaksanakan perintah nahkoda atau perwira yang ditunjuk.

4). Support Team (regu penunjang)

Melaporkan kesiapannya membantu segala keperluan untuk

menunjang emergency team bila di diinstruksikan oleh nahkoda.

Misalnya :

a) Menyiapkan rumah sakit & P3K

b) Menyiapkan sekoci penolong / rakit


9

c) Menyiapkan breathing apparatus

d) Menyiapkan logistic

e) Menyediakan peralatan pemadam tambahan

f) Tetap mengadakan penjagaan keselamatan

g) Membantu boundary cooling

5). Reverse team

Jika kapal yang mempunyai crew lebih dari 2 orang tambahan

personil cocok dimasukkan ke dalam team cadangan namun

disarankan tidak ada team yang anggotanya lebih dari 8 orang.

g. Keefektifan Team

Sukses dari setiap team tergantung atas bermacam ketrampilan dan

atribut masing-masing individual anggota team yang sama baiknya pada

waktu latihan. Dalam memilih team ketrampilan dan atribut harus

didasarkan atas pengetahuan :

1) Fire fighting ( semua anggota )

2) Enclosed space entry ( memakai BA )

3) Search and rescue techniques

4) Penamatan dan kemampuan berkomunikasi

5) Electrical skill

6) Seaman ship skill

7) First aid skill

8) Pengetahuan kapal dan peralatan pemadam

9) Damage control

10) Kebugaran phisik ( usia perlu dipertimbangkan )


10

11) Disiplin pribadi yang tinggi

12) Semangat dalam team

h. Di Pelabuhan / DOK / LAY –UP

Organisasi pemadam kebakaran diatas kapal adalah untuk kapal yang

operasi, tetapi harus diperhatikan bahwa kekuatan individual team

mungkin menurun bila kapal di pelabuhan.

Keadaan darurat akan diterapkan bila kapal berada di atas dok atau

kapal lay-up kelengkapan minimal maka mengalami kondisi emergency

harus melakukan hal demikian.

1) Mengaktifkan emergency aliran alarm dan menginformasikan ke

perwira jaga

2) Menghubungi dan meminta bantuan dari pelayanan emergency di

darat

3) Mengatasi keadaan daruratnya sejauh aman bagi teamnya.

4) Menentukan bentuk pelayanan apa tersedia di kapal dalam situasi

tersebut

5) Menyiapkan petunjuk bagi team darat untuk mengatasi keadaan

darurat dan memberikan informasi sebanyak mungkin untuk

mengatasi keadaan darurat tersebut.

i. Daftar Periksa Anggota Team Di Muster Station

Daftar periksa ditempatkan pada setiap station yang menunjukkan nama

dan tugas masing-masing anggota team dalam muster list daftar periksa

tersebut adalah :
11

j. Emergency equipment check list

Daftar pelayanan emergency harus ditempelkan pada locker

penyimpanan peralatan.

Setiap locker harus berisi :

1) 1 BA talley set lengkap dengan spare botolnya

2) 1 rescue oxygen resuscitator

3) 4 life line

4) 4 spare SCBA cylinders dengan sarungnya

5) 4 recharge safety lamps

6) 2 baju pemadam lengkap

7) 2 kampak tangan

8) 4 spare selang dan koplingnya

9) 1 spare fog nozzle

10) 2 thunder whistles

11) 1 explosimeter

12) 1 oxygen analysis

13) 1 emergency dokumen dalam map yang berisi General

arrangement, fire and safety control plans, muster and check list

14) 1 daftar team dengan tugas khusus seperti kebakaran, tabrakan

dan SAR

15) 1 spare resque safety horness

16) 1 set peralatan bantuan helicopter

17) 1 kompas besar

18) 1 coil tali dengan diameter 1 inch


12

19) 1 pisau tajam

20) 1 international shore connection

21) 6 boiler suit

22) 6 safety helmet lengkap

C. Pekerjaan dan Lingkungan Kerja

1. Faktor aktivitas Kapal yang sangat sibuk dipelabuhan

Aktivitas yang berlangsung selama 24 jam, pengoperasian kapal

yang sangat sibuk di lokasi mengakibatkan keterbatasan waktu dalam

melaksanakan latihan-latihan keselamatan dan latihan pemadam kebakaran

di atas kapal.

2. Lingkungan Kerja di Atas Kapal Kurang Harmonis

Dengan adanya suasana di atas kapal yang kurang nyaman, akibat

adanya kelompok-kelompok orang di atas kapal yang menyebabkan

hubungan kerja menjadi kurang harmonis. Hal ini terjadi di atas kapal MV.

Alfahad

Klasifikasi Kebakaran

Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan kebakaran berdasarkan

jenis bahan yang terbakar dan media yang akan digunakan untuk

memadamkan kebakaran tersebut. Klasifikasi kebakaran ini merupakan

pedoman dalam bahaya kebakaran. Tujuan Pengklasifikasian:

a. Memudahkan usaha pencegahan dan pemadaman kebakaran.

b. Dapat memilih penggunaan media pemadam yang tepat sesuai jenis

bahan yang terbakar.


13

Klasifikasi kebakaran selalu berkembang atau berubah, hal ini disebabkan:

a. Ditemukan dan digunakannya bahan bakar baru.

b. Ditemukan media pemadam baru yang lebih tepat terhadap

kebakarannya.

Setiap Negara menentukan sendiri klasifikasi kebakarannya, namun

klasifikasi kebakaran yang banyak dipakai di Indonesian adalah

klasifikasi NFPA (National Fire Protection Association) dari Amerika,

yang membagi kebakaran menjadi 4 kelas yaitu :

a. Klas A : bahan padat biasa,

Contoh : kebakaran kayu, kertas kain, plastic, dan sebagainya. Alat /

media pemadam yang tepat untuk memadamkan kebakaran klas ini

adalah dengan pasir, tanah / lumpur, tepung pemadam, foam (busa)

dan air

b. Klas B : bahan cair atau gas dan padat mudah mencair,

Contoh : kerosene, solar, premium (bensin), LPG, LNG dan minyak.

Alat pemadam yang dapat dipergunakan pada kebakaran tersebut

adalah tepung pemadam (dry powder), foam (busa), air dalam bentuk

spray / kabut yang halus.

c. Klas C : listrik

Alat pemadam yang dipergunakan adalah karbondioksida (C02),

tepung kering (Dry Chemical), dalam pemadam ini dilarang

menggunakan media air.

d. Klas D : logam (metal)

Alat pemadam yang dipergunakan adalah pasir halus dan kering, dry
14

powder khusus. (Badan Diktat Perhubungan, 2000:20-21).

1. Prosedur keselamatan setelah sandar petugas terminal harus segera

menghubungi perwira yang bertanggung jawab untuk:

a. Menyepakati penentuan tempat merokok, pembatasan api di dapur

dengan peralatannya, pemberitahuan prosedur ijin kerja dan ijin

kerja keras.

b. Memberi informasi : peraturan keselamatan dan pencemaran local

atau terminal lainnya, cara pemberi bantuan dari terminal dalam

kebakaran, pengobatan, dan Iain-lain keadaan darurat.

c. Saling membicarakan sarana pemadam kebakaran yang dimiliki,

tindakan-tindakan yang akan diambil jika terjadi kebakaran atau

keadaan darurat lainnya.

Segera sebelum atau setidaknya kapal dipelabuhan:

a. Selang-selang kebakaran harus disambung ke pipa induk muka dan

belakang

b. Penyemprotan monitor (dapat distel) siap dipakai. Alat pemadam

portable (busa kimia) siapkan dekat manifold.

c. Bila memungkinkan untuk memelihara tekanan pipa induk pompa

dihidupkan selama operasi bongkar, muat, kalau tidak harus selalu

standby

d. Di check kapal dan terminal tersedia “International Fire Connection”

Sarana pemadam kebakaran di darat / terminal harus siap digunakan setiap

saat. (Badan Diktat Perhubungan, 2000:90-92).


15

D. Faktor Kapal

Kondisi dan suasana kerja

Faktor cuaca yang sangat panas yang merupakan permasalahan yang

seringkali dianggap sebagai penyebab utama dalam kebakaran. Permasalahan

yang biasanya dialami adalah badai, gelombang yang tinggi yang dipengaruhi

oleh musim/badai, arus yang besar, kabut yang mengakibatkan jarak pandang

yang terbatas. Namun yang penulis alami pada kasus ini adalah cuaca yang

sangat panas dan kebakaran disekoci akibat bara api yang keluar dari cerobong

asap.
BAB III

ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Lokasi Kejadian

Penelitian ini dilakukan di atas kapal MV. Alfahad pada saat

melakukan pelayaran dari Jeddah Menuju Egyptian (Mesir)

Gambar 3.1 Kapal MV. Alfahad

Sumber : Dokumentasi MV. Alfahad

B. Situasi dan Kondisi

Berdasarkan penelitian ini kami melihat masalah yang ada mengenai

Bara api yang keluar dari cerobong asap atau panel disebabkan karena enjector

yang tidak mengabut.

Upaya yang dilakukan untuk pemahaman anak buah kapal dalam

menghadapi kebakaran tersebut setelah ada laporan dan terlihat bawa

kebakaran terjadi disekoci lambung kiri kapal, maka tindakan preventif yang

dilakukan adalah menempatkan kapal diatas angin dengan cikar kekiri , angin
17

berhembus dari lambung kanan sehingga badan kapal terbebes dari amukan

api, Setelah itu baru anak buah kapal memadamkan kebakaran tersebut dengan

menggunakan alat padam (nozzle dan slang pemadam ) dan api segera

padam.

C. Temuan

Berdasarkan kejadian terbakarnya sekoci di lambung kiri yang

diakibatkan oleh bara api yang keluar dari cerobong asap kamar mesin. Dari

hasil laporan atau berita acara dari masinis jaga bahwa terjadi kerusakan pada

nozzle enjektor.

Salah satu Enjector yang tidak mengabut dapat menyebabkan

pembakaran tidak sempurna dan dapat mengakibatkan kebakaran, kecelakaan

dan kecepatan kapal berkurang serta dapat pula mengakibatkan kebakaran

baik dikamar mesin maupun deck, kebakaran dikamar mesin dikarenakan

salah satu nozzle yang tidak mengabut yang mengakibatkan pembakaran tidak

sempurna. Sehingga temperature pada turbin gas naik atau melebihi dari pada

ukuran thermometer yang terpasang pada turbin gas sehingga terjadilah

kebakaran.

Berdasarkan dari kejadian tersebut di atas, maka diadakan perbaikan

atau penggantian nozzle pada enjector.

1. Penggunaan Alat-alat Pemadam Kebakaran yang kurang tepat

Dalam penanganan dan pengoperasian alat-alat pemadam kebakaran,

sangat menentukan suatu keberhasilan dalam memadamkan kebakaran

terutama dalam pemilihan media yang cocok , bahan apa yang terbakar dan

media yang harus digunakan.


18

Seperti yang terjadi Diatas kapal MV. Alfahad, bahwa yang

terbakar adalah sekoci, tapi media yang digunakan oleh anak buah kapal

pada saat itu adalah Foam dan dry chemical.

2. Keterampilan Anak Buah Kapal Yang kurang

keterampilan anak buah kapal sangat erat kaitannya dengan alat

pemadam kebakaran yang digunakan untuk pemadaman yang nantinya

akan saling menunjang satu sama lain. Apabila terjadi suatu keadaan yang

membahayakan khususnya menyangkut jiwa dan harta benda di atas kapal

maka penanganannya harus didasari oleh prosedur penyelamatan yang

telah ditentukan, jika penanganannya tidak dilakukan sesuai prosedur

maka dikhawatirkan tujuan penyelamatan tidak akan berjalan dengan baik

dan lancar. Adapun tanda-tanda yang dapat terlihat akibat kurangnya

pengetahuan awak kapal tentang jenis kebakaran dan alat pemadaman

yang cocok pada saat menghadapi kebakaran, antara lain :

a. Kesalahan dalam penanganan terhadap kebakaran Pada saat

menghadapi kebakaran, awak kapal melupakan atau tidak mengetahui

prosedur yang seharusnya dilakukan sehingga tujuan dari

penyelamatan / pemadaman terhambat atau bahkan tidak berhasil sama

sekali. Adapun tata cara pemadaman kebakaran adalah :

1) Membunyikan sirine bahaya kebakaran (satu pendek dan satu

panjang) terus menerus

2) Regu pemadam kebakaran bekerja sesuai dengan sijil kebakaran

dan memahami situasi di lokasi kebakaran serta mengambil alat

pemadam sesuai dengan klasifikasi kebakarannya


19

3) Ventilasi pintu-pintu kedap air ditutupi

4) Nahkoda dan perwira melakukan tindakan secara terorganisasi

5) Kamar mesin diberitahu untuk menyiapkan segala sesuatunya

dalam penanggulangan kebakaran yang dipimpin oleh nakhoda

kapal.

6) Menyiarkan berita marabahaya jika keadaan tidak dapat

ditanggulangi lagi

b. Kepanikan pada saat akan menggunakan alat-alat pemadam kebakaran

dalam menghadapi keadaan darurat.

Sikap ini akan jelas terlihat jika awak kapal tidak mengetahui

dengan jelas tindakan yang semestinya dilakukan untuk menghadapi

keadaan kebakaran yang sedang terjadi meskipun pada saat itu

keberadaan alat-alat pemadam kebakaran terdapat didalam

jangkauannya, sehingga dikhawatirkan akan terjadi kemungkinan-

kemungkinan seperti:

1) Kecelakaan yang berakibat hilangnya nyawa dan harta benda awak

kapal pada saat kejadian berlangsung.

2) Tidak maksimalnya proses penanganan kejadian karena terhambat

oleh kondisi psikologis dari awak kapal itu sendiri

D. Urutan Kejadian

Adapun fakta yang penulis alami sehubungan kebakaran yang terjadi

di kapal MV. Al Fahad adalah sebagai berikut, pada saat itu kapal membawa

penumpang dan kendaraan dari pelabuhan Jeddah dengan tujuan Pelabuhan

Port Taufiq Egyptian (Mesir) yang dapat ditempuh dalam waktu 36 jam, saat
20

perjalanan di alur Suez gulf yaitu kira-kira jam 10.30 atau sekitar 15 jam

perjalanan dari Jeddah, tiba-tiba terdengar alarm sirine tidak terputus-putus

sebagai tanda adanya kebakaran. Pada saat bersamaan penumpang sudah

berteriak bahwa kebakaran terjadi di sekoci lambung kiri nomor 8. Melihat

kondisi tersebut petugas jaga (mualim 3) langsung melapor ke Nakhoda dan

mengambil tindakan preventif dengan kapal di olah gerak (stand by) mesin

dan kapal di cikar kiri untuk menempatkan kapal diatas angin agar kapal

terbebas dari amukan api sementara ABK yang lain berusaha untuk

memadamkan api dengan menggunakan foam dan dry chemical serta Co2

ternyata tidak efektif, setelah posisi kapal berada di atas angin dilakukan

pemadaman dengan menggunakan selang dan Nozzle yang terbukti efektif

untuk memadamkan api.

Berdasarkan laporan kejadian yang dibuat oleh mualim 3 dan masinis

jaga pada saat itu maka ditemukan bahwa terjadinya kebakaran tersebut

disebabkan oleh Enjektor yang tidak mengabut sehingga mengeluarkan bara

api keluar dari cerobong asap kemudian terbawa angin dan jatuh mengenai tali

yang sudah kering di atas sekoci lambung kiri.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melihat fakta dan masalah yang terjadi diatas kapal, maka

dalam karya ilmiah ini diambil kesimpulan yaitu

Enjektor yang tidak mengabut dapat mengeluarkan bunga api / bara api

melalui cerobong asap yang menjadi pemicu terjadinya kebakaran pada sekoci

lambung kiri MV. Al Fahad.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka disarankan agar perawatan

dilakukan secara berkala pada enjektor pada injector, dan sebaiknya alat-alat

pemadam kebakaran di atas kapal disiapkan untuk mencegah dan

menanggulangi kebakaran.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Diklat Perhubungan Laut, (2000) Advanced Fire Fighting, Jakarta , Badan
Diktat Perhubungan Laut

Badan Diklat Perhubungan Laut, (2000). Oil Tanker Familiarization, Jakarta,


Badan Diklat Perhubungan Laut

Badan Diklat Perhubungan Laut, (2000) Personal Survival Techniques, Jakarta,


Badan Diklat Perhubungan Laut

Politeknik Ilmu Pelayaran, (2008), International Safety Guide For Oil Tanker
Dan Terminals, Makassar, Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar

Purwanto, (1981) Keselamatan Kerja, Semarang


23

Lampiran Daftar Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP

Makmur, lahir di kecamatan Bontoala kotamadya

Makassar pada tanggal 24 November 1961 sebagai anak

ke 7 dari 11 bersaudara dari pasangan ayah H.

Syamsuddin dan ibu Hj Marawiyah.

Penulis memulai pendidikan SD Islamiyah

selesai pada tahun 1977, SMP Negeri V Makassar tahun

1981, SMA Sawerigading Makassar tahun 1985, Strata “A”/ ANT-III BPLP

Makassar diselenggarakan tahun 1989, Strata “B”/ ANT- II PLAP Jakarta

diselenggarakan tahun 1997, Pascasarjana Universitas Negeri Makassar (PPs-

UNM) Program Manajemen Pendidikan tahun 2002.

Penulis melanjutkan pendidikan Program diklat Pelaut Tingkat I di

Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar tergabung pada Angkatan XVIII Tahun 2019.

Penulis diangkat menjadi Pengawai Negeri Sipil tahun 1982 sampai

sekarang, kemudian pernah berlayar 1980 sampai 1982 bekerja pada kapal MV.

Alfahad ( Ro-Ro Passangger ) diperusahaan Sadaka Shipping Lines di Arab Saudi

Menjadi Instuktur/ Dosen BPLP-PIP Makassar tahun 1993 sampai sekarang

Penulis menikah dengan Dra. Atika Musa Gani pada tahun 1993 dan telah

dikaruniai anak : 1. Poerwanto S.S.T. Pel, 2. Drg. Eka poernama Sari dan 3 .

Asril Ikhsa Mahendra.

Anda mungkin juga menyukai