Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

MRO (Maintenance, repair and Overhaul) tidak dapat dipisahkan dari

pengoperasian kapal, karena kelancaran pengoperasian tergantung pada

sejauhmana ABK melaksanakan MRO dan tersedianya suku cadang kritis

penunjang pelaksanaan MRO.

Perawatan adalah faktor tunggal yang terpenting untuk dapat

menyesuaikan diri dengan masyarakat modem, namun terdapat juga beberapa

bidang di mana perawatan memainkan peranan yang sedemikian dominan

dalam Juga mengetahui bahwa perawatan itu mahal dan hal ini merupakan

godaan terhadap setiap orang untuk menunda perawatan sampai waktu yang

akan datang dengan alasan mengoptimalkan anggaran. Jika kita tunduk kepada

strategi ini, maka akhirnya cepat atau lambat, permasalahan tersebut akan

mempengaruhi komponen lain pada sistem di kapal sehingga budget yang

dikeluarkan lebih besar.

Pekerjaan perawatan dibutuhkan akibat kerusakan sang terjadi karena usia

kapal yang bertambah tua dan ausnya bagian-bagian konstruksi atau

perlengkapan, yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan kapal.

Prioritas yang diberikan atas pertimbangan-pertimbangan ini sangat

bervariasi bagi perusahaan yang satu dengan yang lainnya, dan hal ini dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola pelayaran tersedianya suku

cadang, kondisi-kondisi carter dan kwalifikasi anak buah kapal. Pemilik kapal
2

dihadapkan pada penentuan standar perawatan kapal agar tercapai kerja sama

antara anak buah kapal dengan pelayaran dari darat.

Persediaan merupakan sejumlah barang yang disimpan untuk diproses

lebih lanjut, dimana proses lebih lanjut tersebut adalah kegiatan proses

maintenance. Pengertian persediaan tidak hanya terbatas pada persediaan bahan

baku atau produk jadi saja tetapi juga bisa berupa keahlian yang sewaktu-waktu

dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.

Persediaan yang dikatakan baik adalah suatu kondisi dimana besar atau jumlah

persediaan itu terpenuhi untuk dapat menjamin kelancaran proses produksi atau

pengoperasian.

Peranan suku cadang dan cara penyimpanannya serta pemeliharaannya

adalah salah satu bagian yang terpenting hubungannya dengan kelancaran

pengoperasian suatu kapal. Tanpa penanganan yang baik dan sistimatis dapat

mengganggu kelancaran pemeliharaan kapal yang akhirnya berdampak pada

jasa transportasi. Jasa angkutan laut memiliki andil yang besar dalam

menunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah atau Negara. Tanpa pengadaan

suku cadang uang baik dan sistimatis mustahil akan menghasilkan kerja yang

maksimal sehingga berdampak pada pelayanan angkutan laut.

Oleh sebab itu ketersediaan dan pengaturan suku cadang serta

penyimpanannya sangat mendukung dalam menghemat waktu dan biaya yang

dikeluarkan. Penerapan dan pengaturan suku cadang haruslah

mempertimbangkan masukan dan pengalaman kerja bagi kru kapal, disamping

diperlukan tenaga-tenaga yang terampil dan berkualitas juga harus


3

bertanggungjawab akan tugasnya masing-masing dan ditunjang oleh

tersedianya sarana dan prasarana kerja yang lengkap oleh perusahaan.

Ketersediaan suku cadang dikapal merupakan suatu hal yang sangat

penting, tanpa ketersediaan yang cukup akan berdampak pada optimalisasi

pengoperasian kapal. Hal ini dikarenakan kebutuhan suku cadang dikapal dapat

sewaktu-waktu sangat vital bahkan kapal tidak dapat beroperasi hanya karena

menunggu suku cadang yang diperlukan. Untuk mengantisipasi agar suku

cadang kritis dalam kondisi aman atau tersedia perlu memperbaharui laporan

setiap penggunaan suku cadang dan ketersediannya pada store di atas kapal.

Dalam melakukan pengorderan suku cadang perlu memperhatikan

ketersediaan suku cadang yang ada di kapal terkait jenis, merek, type, nomor

gambar dan nomor suku cadang agar Spesifikasi suku cadang yang di order

sesuai dengan kebutuhan. Apabila spesifikasi suku cadang berbeda dengan

spesifikasi yang dibutuhkan diatas kapal, suku cadang tersebut tidak dapat

digunakan.

Kapal AHTS. RS Poonam milik Alpahrd Maritime Pvt Ltd merupakan

kapal AHT (Anchor Handling Towing), yang beroperasi di Timur Tengah

tepatnya di Oman, melayani towing barge. Dalam pengoperasian kapal sering

terjadi sesuatu hal yang dapat menghambat kelancaran pekerjaan apakah yang

sifatnya hanya butuh perawatan, perbaikan atau bahkan sampai pada

penggantian suku cadang. Untuk itu ketersediaan Suku Cadang perlu

diperhatikan agar pelaksanaan MRO (Maintenance Repair Overhaul) berjalan

sesuai harapan. Seperti yang penulis alami pada tanggal 18 Juni 2018 jam 09.20

saat sedang melakukan perawatan pada system Pendingin (cooler) dimana Suku
4

Cadang untuk penggantian tidak tersedia dikapal karena belum disuplai dari

perusahaan. Pelaksanaan MRO di kapal AHTS. RS Poonam dilakukan karena

pada saat perjalanan pulang dari Qatar menuju Oman terjadi high temperature.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk

mengangkat judul: “Pengaruh Ketersediaan Suku Cadang kritis pada

Pengoperasian AHTS. RS Poonam ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dapat dirumuskan

yaitu : Apa yang menyebabkan tidak tersedianya suku cadang kritis di kapal

AHTS. RS Poonam dan apa dampaknya pada pengoperasian kapal?

C. Batasan Masalah

Mengingat begitu luasnya permasalahan di atas kapal yang berkaitan

dengan rumusan masalah diatas, maka penulis membatasi ruang lingkup pada

tidak tersedianya suku cadang kritis di kapal AHTS. RS Poonam yang

menyebabkan terjadinya delay.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini yaitu untuk

mengetahui penyebab dan dampak dari ketersediaan suku cadang kritis di kapal

serta pengaruhnya terhadap MRO dan pengoperasian kapal.

E. Manfaat Penelitian

Secara umum diharapkan Karya ilmiah Terapan ini menjadi salah satu

referensi bagi pembaca, pada umumnya rekan-rekan Perwira Siswa pada


5

khususnya dalam mendalami materi terkait dengan Ketersediaan suku cadang

di kapal AHTS. RS Poonam .

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil dari analisa dapat menambah pengetahuan bagi diri

sendiri dan dapat menuangkan pemikiran tersebut dalam bentuk Karya

Ilmiah Terapan. Bagi lembaga Diklat Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP)

Makassar sebagai bahan pedoman pada Karya ilmiah Terapan untuk

kelengkapan perpustakaan sehingga berguna untuk rekan-rekan Perwira

Siswa.

2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan dan bahan acuan bagi para masinis dalam

melaksanakan tugas di kapal terkait pelaporan ketersediaan suku cadang

kritis untuk keperluan MRO agar dapat mengoptimalkan pekerjaan

sehingga pengoperasian kapal bisa optimal

F. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah mengenai penyebab ketersediaan suku

cadang dikapal penulis menduga perusahaan terlambat menyuplai suku cadang

yang telah dipesan oleh chief engineer sehingga terjadi delay.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Faktor Manusia

Pengetahuan kru kapal tentang pengelolaan Suku Cadang mesin adalah

bagian dari suatu sistem yang memiliki fungsi dan karakteristik tertentu yang

mempengaruhi suatu performansi dari sistem yang ditempati. Sebuah kapal

jika menginginkan pengoperasian secara lancar, maka harus ditunjang dengan

keterampilan yang memadai dari anak buah kapal dan tidak kalah pentingnya

adalah kelayakan suku cadang yang dimiliki di atas kapal. Jika suku cadang di

atas kapal tidak ditangani secara benar, maka hal tersebut akan mengganggu

pengoperasian kapal, jika sewaktu-waktu terjadi kerusakan dan tidak bisa

diperbaiki melainkan harus melakukan penggantian suku cadang.

Adapun berbagai hal yang dapat meningkatkan penanganan suku cadang

demi menjaga kelancaran operasional kapal, antara lain :

1. Perencanaan yang baik dalam pengaturan suku cadang

2. Memperbaiki sistem administrasi suku cadang di kapal

3. Sumber Daya Manusia yang terampil dapat diperoleh melalui proses seleksi

Awak Kapal dengan penerapan yang baik.

4. Komputerisasi suku cadang yang berjalan dengan baik

5. Perencanaan dan pengambilan keputusan pengadaan suku cadang

harus lebih mengikut sertakan semua pihak terkait.

6. Sumber Daya Manusia dan penempatan orang-orang pada tempat yang

sesuai dengan kemampuannya.


7

7. Komunikasi dan jalan panjang dalam pengadaan suku cadang harus dibuat

lebih efektif dan efisien.

Pengendalian persediaan suku cadang mesin merupakan tugas

manajemen logistik dalam suatu perusahaan untuk memberi dukungan dalam

hal pengadaan barang bagi seluruh keperluan pemeliharaan peralatan yang

digunakan dalam proses produksi. Pengendalian Suku Cadang mesin sangat

penting dalam hal-hal seperti penentuan keputusan suatu barang diperlukan,

termasuk perlu atau tidaknya melakukan penyimpanan, kepada siapa

pembelian dilakukan, kapan dilakukan pemesanan, apa dan berapa yang

dipesan, tingkat dan jaminan mutu Suku Cadang mesin yang diperlukan,

anggaran Suku Cadang mesin, dan sebagainya.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan Suku Cadang mesin

adalah penyimpanan stok tidak melebihi batas maksimum maupun minimum

dari kebutuhan. Jumlah maksimum dan minimum penyimpanan Suku Cadang

mesin harus ditentukan secermat mungkin. Batas tersebut dapat ditentukan

berdasarkan pengalaman dan kebutuhan nyata.

Padahal dalam ISM Code (International Safety Management Code)

yang telah di amandemen pada tahun 2002 elemen 1.4 sudah jelas

menghimbau Perusahaan Pelayaran untuk membuat sistem manajemen

keselamatan untuk dijadikan standar perawatan kapal dan pencegahan polusi

serta keselamatan manusia di laut. Hal ini dimaksudkan agar dalam suatu

pelayaran sebuah kapal dapat beroprasi dengan baik, aman dan tanpa

halangan apapun.
8

ISM Code terdiri atas 16 elemen. Pada elemen 10 membahas

mengenai pemeliharaan atau perawatan kapal dan perlengkapannya. Pada

elemen 10 dijelaskan point-point yang harus masuk dalam prosedur PMS:

1. Lambung kapal dan bangunan atas kapal

2. Alat keselamatan, alat pemadam kebakaran dan peralatan pencegah polusi

3. Peralatan navigasi

4. Perangkat kemudi

5. Jangkar dan peralatan tambat

6. Mesin Induk dan Mesin Bantu.

7. Pompa penyeimbang, bilga dan sistem separator

8. Alat Komunikasi

9. Water disposal Equip.

10. Sistem deteksi kebakaran: gas, panas dan api.

11. Peralatan Towing

Berdasarkan point yang disebut diatas bisa dibayangkan apabila

semuanya dibuatkan standar yang didasarkan manual dari peralatan atau

mesin tersebut ataupun dari Biro Klasifikasi, Peraturan Pemerintah dan

standar industri. Sistem perawatan kapal akan menjadi jelas untuk panduan

kerja kru dalam merawat kapal dan sangat membantu dalam membuat

perencanaan pekerjaan yang akan membantu kru kapal sendiri dalam

melaksanakan tugasnya.
9

B. Faktor Kapal

1. Maintenance (pemeliharaan), Repair dan Overhaul

a. Maintenance

Maintenance (pemeliharaan) adalah suatu kombinasi dari

berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang atau

memperbaikinya sampai suatu kondisi yang bisa diterima. Di dalam

praktek-praktek maintenance masa lalu dan saat ini di baik sektor

swasta dan pemerintahan mengartikan maintenance itu adalah suatu

tindakan pemeliharaan mesin atau peralatan pabrik dengan

memperbaharui usia pakai dan kegagalan/kerusakan mesin.

Mesin merupakan hal yang sering dipermasalahkan antara

bagian pemeliharaan dan bagian produksinya. Karena bagian

pemeliharaan dianggap yang memboroskan biaya, sedangkan bagian

produksi merasa yang merusakkan tetapi juga yang menghasilkan uang.

Secara umum sebuah produk yang dihasilkan oleh manusia, tidak ada

yang tidak mungkin rusak, tetapi usia penggunaannya dapat

diperpanjang dengan melakukan perbaikan yang dikenal dengan

pemeliharaan. Oleh karena itu sangat dibutuhkan kegiatan

pemeliharaan yang meliputi kegiatan pemeliharaan dan perawatan pada

peralatan produksi/mesin.

b. Tujuan Maintenance (pemeliharaan)

Menurut Daryus A, (2008) dalam bukunya "Manajemen

Pemeliharaan Mesin" tujuan pemeliharaan yang utama adalah sebagai

berikut:
10

1) Untuk memperpanjang kegunaan aset;

2) Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang

dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak

terganggu;

3) Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang

diluar batas dan menjaga modal uang diinvestasikan tersebut;

4) untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin,

dengan melaksanakan kegiatan pemeliharaan yang dapat

membahayakan keselamatan para pekerja;

5) Menghindari kegiatan pemeliharaan yang dapat membahayakan

keselamatan para pekerja;

6) Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi-fungsi utama

lainnya dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan

utama perusahaan yaitu tingkat keuntungan yang sebaik mungkin

dan total biaya yang terendah

c. Fungsi Maintenance (pemeliharaan)

Menurut pendapat Agus Ahyari, (2002) fungsi pemeliharaan

adalah agar dapat memperpanjang umur ekonomis dari mesin dan

peralatan produksi yang ada serta mengusahakan agar mesin dan

peralatan produksi tersebut selalu dalam keadaan optimal dan siap pakai

untuk pelaksanaan proses produksi.

Keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya

pemeliharaan yang baik terhadap mesin adalah sebagai berikut :


11

1) Mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan yang

bersangkutan akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu

panjang;

2) pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan

berjalan dengan lancar;

3) Dapat menghindarkan diri atau dapat menekan sekecil mungkin

terdapatnya kemungkinan kerusakan berat dari mesin dan peralatan

produksi selama proses produksi berjalan;

4) Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik,

maka proses dan pengendalian kualitas proses harus dilaksanakan

dengan baik pula;

5) Dapat dihindarinya kerusakan-kerusakan total dari mesin dan

peralatan produksi yang digunakan;

6) Apabila mesin dan peralatan produksi berjalan dengan baik, maka

penyerapan bahan baku dapat berjalan normal.

2. Repair ( Perbaikan )

Repair atau perbaikan, repair hampir sama dengan maintenance

hanya saja ini perbaikan sedangkan maintenance pemeliharaan

pengertian repair adalah sebuah perbaikan, perbaikan pada komponen-

komponen tertentu yang sudah rusak dan bisa di perbaiki lagi, tidak semua

komponen bisa di perbaiki tergantung dari jenis kerusakannya, jika memang

terjadi Permasalahan itu memang bisa di perbaiki melalui sistemnya dan

jika memang terjadi kerusakan fisik itu memang kecil kemungkinan bisa di

perbaikinya
12

a. Waktu Yang Pas Untuk Memperbaiki

waktu yang pas untuk perbaikan adalah saat kita sudah

merasakan ada yang aneh pada komponen yang sudah kita pakai entah

itu sudah tidak enak di pakai, atau terasa aneh jika di pakai oleh kita,

dan waktu yang pas untuk memperbaiki adalah saat kita sudah

mengalami Permasalahan pada komponen yang kita pakai

sedangkan untuk perawatan rutin adalah minimal 1 bulan sekali dan

tidak boleh memperbaiki secara sering malah itu yang menyebabkan

kerusakan pada komponen

b. Tujuan Repair

Tujuan repair adalah untuk memperbaiki sesuatu yang telah

usang memperpanjang masa pemakaian pada komponen-komponen

menekan adanya kerusakan serius pada komponen.

c. Tips Untuk perbaikan

1) Tentukan waktu yang cocok

waktu repair adalah sesuatu yang sangat penting tidak boleh

terlambat jika terlambat maka akan memakan waktu yang sangat

lama dan tidak boleh terlalu sering karena akan malah merusak

komponen tersebut, waktu yang pas adalah jika kita sudah merasa

ada yang tidak beres pada komponen yang kita pakai

komponen sudah mulai menunjukan ada yang tidak beres

Jika terjadi Permasalahan pada komponen maka secepatnya di

lakukan perbaikan pada komponen tersebut


13

2) Menggunakan teknisi yang handal tidak sembarang orang bisa

memperbaiki barang secara bagus itu semua tergantung dari Teknisi

dari yang kita panggil, kita harus berhati hati kepada teknisi yang

kita panggil, karena tidak semua teknisi bereputasi baik, ada yang

bertanggung jawab jika malah tambah terjadi kesalahan, dan ada

juga yang tidak bertanggung jawab jika terjadi kesalahan pada

komponen.

3. Pembongkaran Mesin (Overhaul)

Pembongkaran mesin adalah kegiatan pembongkaran mesin dan

memeriksa komponen di dalam mesin untuk mengembalikan performa

mesin atau merekondisi mesin, overhaul biasa kita kenal dengan turun

mesin. Terkadang pembongkaran perlu dilakukan di bengkel ketika ada

kerusakan pada mesin mobil yang menuntut kita untuk membongkar seluruh

komponen yang ada pada mesin. Tujuan atau fungsi overhaul mesin

diantaranya:

a. Membersihkan ruang bakar dari kotoran berupa karbon yang

menumpuk.

b. Mengatur ulang dudukan katup atau yang biasa kita kenal dengan skir

klep.

c. Memeriksa komponen-komponen yang ada di dalam mesin seperti

piston, poros nok, poros crank, pompa oli, saringan oli, dan lain-lain.

d. Membersihkan komponen-komponen di dalam mesin tersebut.

e. Mengembalikan performa mesin.


14

Perbaikan merupakan suatu kata dalam bahasa Inggris yang

mempunyai arti pemeriksaan yang sangat teliti, jadi dapat kita kembangkan

lagi tentang pengertian atau definisi pembongkaran mesin yaitu kegiatan

pembongkaran komponen-komponen kendaraan, kemudian diperiksa

dengan sangat teliti agar didapat data-data yang valid, sehingga langkah

perbaikan selanjutnya dapat tepat atau sesuai. pembongkaran mesin tidak

hanya sebatas pada mesin saja, tetapi over haul juga ada pada komponen

lainnya seperti OH Rem, OH Karburator, OH, Transmisi, OH Distributor

dan lain sebagainya. Kembali ke topik utama yakni tentang pengertian

engine overhaul, di atas sudah di jelaskan tentang definisi dari

pembongkaran mesin itu sendiri.

Jadi pembongkaran mesin adalah suatu kegiatan pembongkaran

mesin (engine) pada kendaraan, dan kemudian komponen mesin tersebut

diperiksa dengan sangat teliti supaya didapat data-data yang valid sehingga

langkah perbaikan selanjutnya dapat tepat. Serta masalah pada engine

tersebut teratasi.

Biasanya pembongkaran mesin dilakukan karena adanya masalah

pada bagian mesin seperti, adanya suara abnormal, kompresi rendah atau

adanya oli yang terbakar akibat ausnya ring piston atau silinder pada block

silinder, kerusakan pada piston, batang piston, poros engkol dan lain

sebagainya.

Selain pembongkaran mesin juga ada yang namanya pembongkaran

sebagian mesin (semi overhaul), yaitu pembongkaran hanya setengah

mesinnya saja tidak sampai pada block silinder, ini dilakukan ketika terjadi
15

bercampurnya oli dan air akibat kepala silinder melengkung, ditambah

gasket kepala silinder yang sudah rusak. Atau kerusakan pada mekanisme

katup, poros nok, dan lain sebagainya.

Maintenance, repair dan overhaul mesin dilakukan karena adanya

masalah pada bagian mesin seperti, adanya suara abnormal, kompresi

rendah atau adanya oli yang terbakar akibat ausnya ring piston atau silinder

pada block silinder, kerusakan pada piston, batang piston, poros engkol dan

lain sebagainya.

C. Manajemen Perusahaan Pelayaran

Tujuan suatu sistem perawatan adalah untuk menghasilkan suatu alat

pengelola yang lebih baik dalam meningkatkan keselamatan para awak kapal

dan peralatannya. Suatu sistem perencanaan perawatan yang modern meliputi

berbagai unsur-unsur seperti perencana, pengoperasian, sistem pengendalian

persediaan-persediaan, informasi dan instruksi. Penerapan yang mudah

merupakan pertimbangan yang penting dari sistem ini sehingga awak kapal

dengan cepat menjadi yakin menggunakan sistem tersebut sebagai satu alat

untuk perawatan di kapal.

Pengalaman telah menunjukkan bahwa untuk menciptakan sebuah

prosedur perawatan yang berdaya guna, perlu adanya suatu pengaturan yang

fleksibel termasuk pertimbangan kondisi penggantian komponen-komponen

pada waktunya, begitu juga kondisi lingkungan setempat yang mempengaruhi

lamanya pengoperasian kapal. Sebagai contoh dari sistem perencanaan tersebut

dihubungkan dengan sistem TSAR, dimana bagian utamanya untuk

memudahkan komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat di dalam


16

pengoperasian kapal. Nama TSAR merupakan singkatan Timeregistering

Systimatiks vedlikehold, Arkivering dan Reservedeler yang berarti catatan kerja

sistematika perawatan kearsipan dan sistem suku cadang.

Sistem perawatan merupakan satu alat administrasi yang dihubungkan ke

sistem lainnya dalam perusahaan seperti pemantauan kondisi, suku cadang

anggaran belanja, komunikasi dan perencanaan kerja di kapal. . Tujuan sistem

perawatan adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh pengoperasian kapal yang teratur serta meningkatkan

keselamatan awak kapal dan peralatannya.

2. Membantu perwira kapal dalam hal merencanakan dan menata kegiatan

dengan lebih baik, yang berarti meningkatkan kemampuan kapal dan

membantu mereka untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan oleh

manajer operasi

3. Memperhatikan jenis-jenis pekerjaan yang paling mahal dan menyangkut

perawatan serta operasi yang terpenting, sehingga sistem dapat

dilaksanakan secara teliti dan dikembangkan alam rangka pengurangan

biaya

4. Melaksanakan pekerjaan secara sistematis dan ekonomis

5. Menjamin kesinambungan pekerjaan perawatan, sehingga para perwira

mengetahui apa yang sudah dikerjakan dan apa yang masih belum

dikerjakan.

6. Memberi informasi yang diperlukan bagi keperluan pendidikan dan latihan

7. Menjaga fleksibilitas sehingga dapat dilaksanakan di kapal meskipun

organisasi dan awaknya berbeda


17

8. Mendapatkan informasi umpan balik yang akurat bagi kantor pusat dalam

meningkatkan pelayanan, perancangan kapal dan sebagainya.

9. Fasilitas kearsipan (gambar, instruksi material, dan sebagainya).

10. Fasilitas pemberian label (Suku Cadang, dan sebagainya)

11. Untuk fasilitas perencanaan perawatan dan perbaikan

Faktor-faktor penting yang mendasari pengontrolan Suku Cadang mesin,

yaitu:

1. Stok maksimum persediaan.

Menunjukkan batas tertinggi penyimpanan Suku Cadang mesin dengan

jumlah yang menguntungkan secara ekonomi.

2. Stok minimum persediaan.

Menunjukkan batas terendah penyimpanan Suku Cadang mesin dengan

batas yang aman untuk mengatasi kebutuhan Suku Cadang mesin di atas

batas normal.

3. Standar pemesanan.

Menunjukkan jumlah barang atau Suku Cadang mesin yang dibeli pada

setiap pemesanan.

4. Batas pemesanan kembali.

Menunjukkan jumlah barang yang dapat dipakai selama waktu

pengadaannya kembali.
18

Persediaan Suku Cadang mesin yang ada di kapal dibagi menjadi 5

item kelas, yakni :

1. RO (Rutin)

Suku Cadang mesin yang mempunyai pemakaian rutin dan harus tersedia di

gudang untuk menjamin kelancaran proses produksi. Suku Cadang mesin

jenis ini merupakan beberapa item usulan dari pengguna.

2. Z (Insurance)

Suku Cadang mesin yang mempunyai peranan penting/vital terhadap

operasional pabrik. Suku Cadang mesin tersebut apabila tidak ada dapat

mematikan pabrik cukup lama dan pengadaannya pun cukup lama dan susah

karena harus import/pembuatan terlebih dahulu.

3. I (In Transit)

Suku Cadang mesin yang dibeli atas dasar permintaan pengguna yang untuk

sementara berada di gudang, menunggu pengambilan (pemakaian) oleh

pengguna sesuai dengan program kerjanya. Pengguna melakukan

pemesanan terlebih dahulu terhadap jenis Suku Cadang mesin yang

diinginkan.

4. E (Surplus)

Suku Cadang mesin di gudang yang tidak dapat dipakai dan dimanfaatkan

lagi dikarenakan beberapa hal seperti :

a. Unit/Equipment/Plant-nya sudah tidak beroperasi lagi.

b. Fisiknya rusak karena lamanya penyimpanan (expired).

5. H (Non Stocked item)

Suku Cadang mesin yang tidak disimpan di gudang.


19

D. Suku Cadang

Suku Cadang adalah komponen yang dicadangkan untuk perbaikan atau

penggantian bagian mesin kapal yang mengalami kerusakan. Suku Cadang

merupakan bagian penting dalam manajemen logistik dan manajemen rantai

suplai untuk mendukung kelancaran pengoperasian kapal.

Menurut Kotler sebuah perusahaan harus menawarkan jasa setelah

penjualannya (misalnya, jasa pemeliharaan dan perbaikan serta jasa pelatihan

kepada pelanggan). serta menjamin tersedianya suku cadang. Pada dasarnya

penjualan atas dasar kedekatan dengan pelanggan dapat menciptakan loyalitas

pelanggan. selain itu pemasar juga dapat memperoleh pelanggan baru dengan

pelayanan yang mereka lakukan. Pelayanan yang diberikan oleh perusahaan

kepada konsumen setelah pembelian adalah merupakan strategi pemasaran

untuk mengurangi ketidakpuasan dengan jalan memberi garansi, jasa reparasi

dan penyediaan suku cadang.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia suku cadang adalah alat-alat yang

merupakan bagian dari mesin, atau suku cadang adalah komponen duplikat atau

pengganti untuk peralatan mesin atau lainnya. Di sisi lain suku cadang dapat

juga didefinisikan sebagai komponen dari mesin yang dicadangkan untuk

penggantian bagian mesin yang mengalami kerusakan.

Di kutip dari Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia bebas bahwa

suku cadang adalah merupakan bagian penting manajemen logistik dan

manajemen rantai supply. Annehira.com mendefinisikan suku cadang

merupakan bagian dari alat atau unsur suatu kendaraan yang disediakan untuk

penggantian dari komponen atau bagian mesin. Lanjut Anneahira suku cadang
20

(Suku cadang) adalah suatu barang yang terdiri atas beberapa komponen yang

membentuk satu kesatuan dan mempunyai fungsi tertentu.

E. Critical Suku Cadang

Suku Cadang mesin merupakan komponen pendukung dari suatu mesin.

Menurut bisa tidaknya diperbaiki, Suku Cadang mesin dibedakan menjadi 3,

yaitu :

1. Non repairable item

Adalah suatu item yang tidak dapat diperbaiki setelah mengalami satu kali

kerusakan.

2. Partially repairable item

Dalam suatu item terdapat bagian yang diperbaiki atau harus diganti

apabila terjadi kerusakan untuk mengembalikan ke performansi semula.

3. Fully repairable item

Ketika suatu item mengalami kerusakan maka item tersebut dapat

diperbaiki sampai kriteria tertentu.

Suku Cadang kritis adalah Suku Cadang yang menjadi prioritas dan

diharuskan ada untuk mendukung pengoperasian kapal. Suku Cadang kritis

memiliki potensi yang menentukan guna kelancaran pengoperasian kapal. Suku

Cadang yang termasuk kedalam Suku Cadang kritis adalah Suku Cadang yang

berdasarkan fungsinya dapat menghambat kinerja mesin di kapal.

Availability dan reliability sangat erat kaitannya dengan kegiatan

maintenance. Salah satu faktor lancarnya eksekusi kegiatan maintenance adalah

tersedianya Suku Cadang (suku cadang) mesin. Untuk eksekusi kegiatan

maintenance berjalan dengan baik persediaan Suku Cadang harus terjaga dalam
21

jumlah tertentu agar bisa menyeimbangkan dengan permintaan Suku Cadang

yang dibutuhkan (Kharisma, 2013). Menurut Bacchetti dan Saccani (2011) ada

beberapa aspek yang membuat permintaan Suku Cadang dan manajemen

persediaan Suku Cadang menjadi masalah yang kompleks, yaitu tingginya

jumlah Suku Cadang yang dikelola dan adanya pola permintaan yang tidak

teratur /berselang /tidak merata yaitu Permintaan yang berlangsung dalam

interval waktu yang tidak teratur dan kuantitas yang sangat bervariasi atau

permintaan yang tidak merata dalam hal waktu dan jumlah yang dibutuhkan

bervariasi, selain itu memerlukan lebih banyak investasi dalam persediaan atau

waktu respon yang lebih lama daripada yang telah diprediksi.

Setiap Suku Cadang mempunyai fungsi tersendiri dan dapat terkait atau

terpisah dengan Suku Cadang lainnya. Misalnya motor penjalan akan terpisah

fungsi kerjanya dengan alternator, walaupun secara tidak langsung juga ada

hubungannya. Dimana alternator berfungsi untuk menghasilkan listrik untuk

mengisi aki (accu/batere), sedangkan motor penjalan berfungsi untuk

menghidupkan engine dengan menggunakan listrik dari aki.

Untuk urusan suku cadang, sangat dianjurkan untuk menggunakan suku cadang

yang asli. Selain karena suku cadang asli pada umumnya mampu bertahan cukup

lama, juga lebih menghemat pengeluaran dibandingkan anda membeli suku cadang

yang asli karena pada umumnya suku cadang seperti ini mudah sekali rusak.
BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang kejadian yang terjadi saat

penulis bekerja di Kapal AHTS RS Poonam sebagai pelengkap data pada KIT ini.

A. Lokasi Kejadian

AHTS. RS Poonam merupakan salah satu kapal milik Alphard Maritime

Pvt Ltd, yang beroperasi di Oman. Pada saat itu penulis sebagai 2nd Engineer

yang bertugas sebagai kepala kerja di kamar mesin dan bertanggungjawab pada

proses MRO di atas kapal. Adapun kejadian yang penulis alami yaitu tidak

tersedianya Suku Cadang kritis (Suku cadang kritis) saat kapal berada di Oman

dan akan melakukan MRO pada kapal setelah kejadian saat kembali dari Qatar

menuju Oman terjadi high temperatur.

Gambar 3.1 Lokasi Kejadian

Sumber : AHTS. RS Poonam

B. Situasi dan Kondisi

Pada saat penulis bekerja di kapal AHTS. RS Poonam periode Oktober

2017 – Juli 2018, kondisi cuaca saat itu sudah mulai berombak, ketika akan

melakukan Pekerjaan Towing Barge di Oman, penulis dan kru kapal lainnya
23

melaksanakan rapat sebelum melaksanakan pekerjaan di pimpin oleh nakhoda

untuk mengingatkan kembali pada seluruh kru mengenai tugas dan

tanggungjawabnya, hal ini rutin dilakukan setiap akan melaksanakan pekerjaan

terlebih pekerjaan yang akan dilaksanakan membutuhkan tim kerja yang baik

dari kru diatas kapal menentukan keberhasilan dari pekerjaan. Setelah selesai

melaksanakan meeting, masing-masing kru standby pada posnya dan menunggu

instruksi selanjutnya.

SHIP PARTICULAR
24

Sumber: AHTS. RS Poonam

C. Temuan

Untuk kelancaran pengoperasian Kapal AHTS. RS Poonammanajemen

Suku Cadang merupakan hal yang perlu diperhatikan dari segi ketersediannya

terlebih Suku Cadang yang termasuk kategori suku cadang kritis. Adapun

permasalahan yang penulis alami saat bekerja pada kapal AHTS. RS

Poonamyang disebabkan oleh faktor manusia.

1. Permasalahan

Tidak tersedianya Suku Cadang di kapal

Khususnya di Kapal AHTS. RS POONAM kendala utama tidak

berjalannya Planned Maintenance System (PMS) adalah faktor suku

cadang, selain waktu yang sangat terbatas dalam melakukan perawatan

pada waktu kapal dalam keadaan di sewa, dimana kapal harus selalu siap

beroperasi. Dengan pengadaan suku cadang melalui prosedur yang panjang,

karena untuk suku cadang mesin induk dipesan langsung dari Pembuat

dengan membutuhkan waktu yang lama. Padahal sangatlah penting untuk

pelaksanaan Planned Maintenance System (PMS) ini berjalan lancar dalam

mencapai kondisi mesin yang diharapkan dan selalu siap beroperasi serta

tidak sampai terganggu operasi penyewaan kapal. Karena kalau terganggu

atau terlambat atau berhenti beroperasi, pihak penyewa akan melakukan

klaim, sehingga mengurangi pendapatan perusahaan.

Ketersediaan suku cadang untuk pelaksanaan proses perawatan

sangat diperlukan untuk itu persediaan sparepart harus senantiasa di cek

untuk memastikan critical spare part tersedia di kapal. Dalam hal ini
25

perusahaan merupakan factor utama tersedianya spare part di kapal.

Meskipun sudah dilakukan permintaan suku cadang namun tidak di kirim

oleh kapal otomatis spare tidak ada diatas kapal. Terlebih jenis critical spare

part.

Permintaan dan pengiriman suku cadang biasanya dilakukan tiga

bulan sekali, tetapi karena kesalahan dalam mengatur penggunaan,

mengakibatkan suku cadang sering kali terlambat dikirim

Dalam perawatan untuk menjaga kondisi kapal. Pertama

penyusunan pekerjaan dilakukan oleh suatu tim yang dipimpin Nakhoda,

Mualim I, KKM dan Masinis II. Setiap pekerjaan yang akan dilakukan

harus diseleksi sesuai jadwal perawatan, sebagian besar kerusakan yang

terjadi di atas kapal biasanya diperbaiki oleh awak kapal. Karena itu catatan

apa saja yang telah diperbaiki. Kapan dan jenis suku cadang apa yang

dipakai, catatan pihak Nakhoda juga mengajukan permohonan Dock,

dengan lampiran catatan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan pada

waktu kapal di atas galangan harus tercatat dengan rapi.

Perawatan terhadap mesin kapal dapat dimonitor dengan sistem

administrasi terutama dalam hal pengecekan persediaan suku cadang.

Apabila dalam perawatan tidak mempunyai sistem administrasi yang baik

akan menyulitkan proses perawatan tersebut.

Sistem administrasi yang tidak baik dapat mengganggu kelancaran

proses perawatan di kapal seperti yang di alami oleh AHTS. RS POONAM

. Proses perawatan sedang berlangsung dan harus dilaksanakan serta

membutuhkan salah satu suku cadang, ternyata suku cadang tidak


26

ditemukan. Hal tersebut terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara daftar

suku cadang dengan suku cadang yang tersimpan di gudang, ditambah

sistem penyimpanannya yang tidak teratur sesuai dengan jenis-jenis mesin.

Penyimpanaan suku cadang untuk persediaan adalah merupakan

sebagian aktifitas perawatan di atas kapal. Penghentian pekerjaan

perawatan yang sedang berjalan dapat dicegah apabila perangkat suku

cadang yang baik dan lengkap terdapat di atas kapal. Tersedianya suku

cadang yang diperlukan memungkinkan kapal untuk mendapatkan suku

cadang dengan segera dari persediaan yang ada di atas kapal.

Akan terjadi kesulitan dikemudian hari apabila penerimaan dan

penggunaan suku cadang tidak dicatat dengan benar dan teliti, serta

kemudian tidak dilakukan penyimpanan di gudang dengan baik. Apabila

terjadi penggantian awak kapal dengan waktu serah terima yang relatif

singkat, akan tidak mungkin untuk melakukan pengecekan secara

menyeluruh sehingga akan membingungkan awak kapal baru apabila terjadi

kerusakan dan mereka membutuhkan suku cadang dengan segera.

Dengan tidak teraturnya penyimpanan suku cadang, akan sukar bagi

para Masinis yang baru naik untuk menentukan jumlah suku cadang yang

sebenarnya yang ada di atas kapal yang sesuai dengan suku cadang yang

ada dicatat divisi/ bagian teknik di darat. Dalam kaitan ini dirasakan

pentingnya data tentang suku cadang yang biasa memberikan informasi

tentang lokasi, nomor seri, pembuat, dan jenis suku cadang yang sesuai

dengan yang aslinya.


27

Dengan perawatan berencana ingin mengendalikan atau

memperlambat tingkat kemerosotan kinerja mesin yang biasanya

dilaksanakan dengan penggunaan dan tersedianya suku cadang, dan kualitas

keterampilan Anak Buah Kapal. Sebagian besar dari mengetahui bahwa hal

ini kedengarannya lebih mudah daripada keadaan yang sebenarnya.

Jumlah minimum suku cadang adalah jumlah yang seharusnya 1

(satu) set selalu ada dalam stok untuk menjaga hal- hal yang mungkin terjadi

diluar dugaan atau dengan kata lain harus tersedia. Dalam Kondisi normal,

persediaan suku cadang tidak boleh di bawah batas minimum. Batas

pesanan adalah saat dimana suku cadang harus dipesan kembali untuk

menghindari persediaan suku cadang di bawah batas minimum.

Salah satu cara untuk melaksanakan pengadaan persediaan suku

cadang yaitu dengan cara memiliki kapal yang sama atau dengan jenis-

jenis mesin yang sama dan persediaan dipusatkan pada suatu tempat,

sehingga bila tidak lengkap akan cepat diketahui. Cara ini berlaku untuk

misalnya torak, kepala silinder, turbo charger, dan lain – lain.

Perihal ketersediaan suku cadang merupakan masalah yang teramat

penting di dalam menunjang pengoperasian permesinan kapal perlu

menggunakan suatu sistem sebagai sarana untuk mengoperasikan semua

pekerjaan yang berhubungan dengan suku cadang.

Ketelitian Anak Buah Kapal dalam melaksanakan proses perawatan

sangat diperlukan terutama bekerja menggunakan sistem perseorangan.

Anak Buah Kapal sering melakukan kecerobohan-kecerobohan pada waktu

melaksanakan perawatan terutama dalam penggunaan suku cadang.


28

Suku cadang akan mengalami pemborosan apabila digunakan

dengan cara kerja yang tidak teliti sehingga menyebabkan kerusakan suku

cadang sebelum digunakan. Suku cadang yang ada di kamar mesin cukup

banyak jumlahnya, untuk itu perlu adanya kerja sama yang baik dalam

pengawasan dan pemeliharaan serta mendapatkan perhatian yang sangat

serius dari Masinis Kapal. Perhatian yang diberikan berupa pengontrolan

dan pengawasan dengan baik, mengingat biaya pengadaan suku cadang

bukan biaya yang murah dan keberadaannya sangat penting bagi proses

perawatan mesin.

Pengawasan serta pengontrolan sangat tergantung oleh kualitas

Sumber Daya Manusia yang ada di kapal. Perwira Mesin yang sesuai

dengan tingkatannya dan bertanggung jawab terhadap mesin–mesin yang

menjadi tanggung jawab, Masinis II yang bertanggung jawab terhadap

mesin induk, selain memelihara dan merawat kesiapan mesin induk, juga

harus selalu mengadakan pemeriksaan akan suku cadang pengganti dari

bagian – bagian mesin induk. Apabila Masinis yang ada tidak

berpengalaman atau tidak bertanggung jawab, maka akan berpengaruh

dalam mengatur keberadaan suku cadang dan penyimpanannya.

Seringnya pergantian Awak Kapal juga mengganggu terlaksananya

pengawasan dan pengontrolan suku cadang secara berkesinambungan oleh

Awak Kapal. Karena antara Awak Kapal yang lama dan yang baru tidak

cukup waktu untuk melakukan pengecekan secara menyeluruh keberadaan

suku cadang, karena singkatnya waktu yang diberikan dalam serah terima,
29

apalagi biasanya Awak Kapal yang lama tidak memikirkan lagi tanggung

jawab terhadap terlaksananya perawatan mesin.

Untuk itu perlu adanya tingkat pengawasan dan pengontrolan suku

cadang yang terencana berkesinambungan dengan baik, serta penataan yang

tepat mengenai keberadaan suku cadang didalam kamar mesin oleh orang-

orang yang berkualitas dan tidak selalu terjadi penggantian orang baru,

yaitu apabila ada penggantian Awak Kapal baru dengan orang yang sudah

pernah di kapal itu atau orang yang pernah di kapal lain dalam satu

perusahaan

2. Penyebab Masalah

Sistem persediaan yang ada di kapal sangat sederhana dan masih

banyak sekali hal-hal yang perlu ada catatan, Ditambah beberapa buku

daftar suku cadang yang hilang sehingga menyulitkan pengontrolan.

Perusahaan juga menjadi penentu ketersediaan spare di kapal karena tidak

mengirim barang meskipun telah di order berulang kali.

Pengawasan serta pengontrolan dalam pelaksanaan sistem

administrasi pengadaan suku cadang sangat tergantung oleh kualitas

sumber daya manusia yang ada di kapal. Perwira mesin yang sesuai dengan

tingkatannya dan bertanggung jawab terhadap mesin induk. Selain

memelihara dan merawat kesiapan mesin induk, Masinis juga harus selalu

mengadakan pemeriksaan akan suku cadang pengganti dari bagian-bagian

mesin induk. Apabila Masinis yang tidak berpengalaman atau tidak

bertanggung jawab, maka akan berpengaruh dalam mengatur keberadaan

suku cadang dan penyimpanannya.


30

Dalam hal pengadaan suku cadang, sebelum melakukan permintaan

akan suku cadang kepada pihak perusahaan, tentu harus diadakan

pengambilan keputusan yang melibatkan pihak-pihak yang ada di atas

kapal, agar pengadaan suku cadang di atas kapal tidak mengalami

kekeliruan. Kurangnya mengikutsertakan semua pihak dalam pengambilan

keputusan ketika melakukan pengadaan suku cadang kepada tingkatan yang

lebih rendah, termasuk pihak yang ada di kapal dalam hal ini Nakhoda,

KKM dan masinis I tentu akan menyebabkan pengadaan suku cadang

menjadi kurang terlaksana dengan baik. Misalnya suku cadang yang

dikirim tidak sesuai dengan yang dibutuhkan dan tidak dikirimnya barang

yang diorder.

3. Pemecahan Masalah

Perencanaan yang baik dalam pengaturan suku cadang

Segala sesuatu akan berjalan dengan baik apabila direncanakan

dengan baik, termasuk pengaturan suku cadang. Dalam hal suku cadang

yang perlu direncanakan adalah bagaimana agar suku cadang selalu tersedia

sewaktu- waktu dibutuhkan.

Yang perlu diperhatikan dalam merencanakan kebutuhan suku

cadang antara lain :

a) Jumlah suku cadang dan jangka waktu berapa lama biasanya

dibutuhkan untuk pemakaian, kemudian dalam jangka waktu berapa

lama sebelumnya harus dilakukan permintaan.

b) Perencanaan dalam hal pembukuan, catatan pemakaian dan penerimaan

suku cadang yang benar dan harus mudah dalam hal pengontrolan,
31

seperti dibutuhkan adanya penomoron, pengelompokan jenis suku

cadang dan lain sebagainya.

c) Dalam hal penyimpanan harus direncanakan agar mudah dalam hal

pencarian seperti penataan yang rapi, dikelompokkan menurut jenis

suku cadang, diberikan label dan penomoran pada kotak penyimpanan.

Pihak perusahaan sebagai manajemen dari kapal sebaiknya

memberikan / menyuplai spare sesuai dengan permintaan di kapal agar

ketersediaan spare tetap aman dikapal. permasalahan tidak tersedianya spare

ini harus segera diatasi agar operasional kapal tidak terganggu. Untuk itu

perusahaan harus menyiapkan spare terlebih spare yang termasuk critical

spare jika perlu ada tambahan spare untuk menjaga agar pada saat terjadi

emergency dapat dilakukan tanpa hambatan.

Pengawasan Suku Cadang perlu dilakukan agar persediaan suku

cadang tidak menghambat proses pekerjaan karena suku cadang merupakan

bagian dari aktivitas perawatan di atas kapal. Penghentian pekerjaan dapat

dicegah apabila suatu sistem suku cadang yang baik terdapat diatas kap.

Harus memungkinkan untuk mendapatkan suku cadang dengan segera dari

persediaan yang ada di kapal, dari pusat pergudangan kantor atau dari

pemasok-pemasok. Biasanya kapal membawa sekitar 4000 macam suku

cadang. Ini merupakan suatu cara yang baik bila kapal mengikuti jalannya

suku cadang karena suku cadang melibatkan modal, ruangan dan

administrasi. Dengan suatu sistem suku cadang yang terurai dengan baik

akan memungkinkan pengamatan persediaan suku cadang dengan lebih baik

juga. Guna pembentukan serta pelaksanaan sistem ini diperlukan tenaga


32

yang banyak dan sistem ini harus sederhana dalam bentuk dan

pengerasiannya.

Jumlah minimum adalah jumlah suku cadang yang selalu ada dalam

persediaan untuk menjaga hal-hal yang memungkinkan terjadi di luar

dugaan atau dengan kata lain harus tersedia. Dalam kondisi normal,

penyediaan suku cadang tidak boleh dalam batas minimum. Batas pesanan

adalah saat di mana suku cadang harus dipesan kembali untuk menghindari

penyediaan suku cadang di bawah batas minimum. Hal ini tergantung pada

waktu penyerahannya.

Jumlah yang akan dipesan pada suatu titik di suatu waktu pada

dasarnya merupakan pertanyaan ekonomi apakah situasinya sedemikian

rupa sehingga mengizinkan pembiayaan untuk suatu jumlah yang penting.

D. Urutan Kejadian

Pada tanggal bulan Oktober 2017 penulis join di kapal AHTS. RS

Poonam milik Alphard Maritime Pvt Ltd sampai dengan bulan 15 juli 2018.

AHTS. RS Poonam beroperasi di Timur Tengah tepatnya di Oman. Penulis

dipercaya oleh perusahaan untuk memegang tanggungjawab sebagai 2nd

Engineer (Kepala Kerja) di kapal ini. Pada 18 Juni 2018 saat tiba di Oman

setelah melakukan pekerjaan towing barge ke Qatar, terjadi high temperature

pada cooler, melihat kondisi tersebut chief engineer dan crew engine melakukan

safety meeting untuk penanganan high temperature namun disepakati

perawatan dilakukan saat tiba di Oman, setelah tiba di Oman dilakukan

perawatan pada cooler.


33

Setelah melakukan overhaul dan membersihkan kotoran pada cooler

kemudian akan memasang kembali penulis menemukan kondisi Oring sudah

tidak layak untuk digunakan karena dapat merusak komponen lain yang

terhubung dengan cooler. Penulis melaporkan kepada chief engineer perihal

kondisi tersebut, chief langsung mengecek sendiri kondisi Oring yang penulis

nyatakan tidak layak pakai, chief engineer langsung melaporkan kejadian

tersebut kepada nakhoda selanjutnya melakukan permintaan spare part pada

perusahaan. Hal ini menyebabkan pengoperasian kapal tertunda, sesuai dengna

jadwal kapal akan melakukan towing barge menuju Qatar kembali 2 hari

kemudian, chief engineer menyiasati agar kondisi cooler yang telah di overhaul

dapat di pasang kembali dengan cara mengirim email permintaan sesering

mungkin karena dia tidak mau menanggung resiko memasang kembali cooler

tanpa mengganti oring karena akan mengakibatkan terjadinya kontaminasi

antara air laut dan air tawar akan berdampak pada terjadinya korosi di dalam

cooler, namun perusahaan belum mengirimkan spare yang dibutuhkan.

Memasuki hari ke 2 pencharter yang sudah menyatakan siap berangkat

menginformasikan nakhoda perihal keberangkatan kapal menuju Qatar,

nakhoda meneruskan pada KKM, akan tetapi KKM melaporkan bahwa kondisi

cooler yang belum dipasang. Jadi belum siap untuk berangkat. Berselang

beberapa jam kemudian pencharter melayangkan notice protece pada kapal

karena terjadi delay diakibatkan kapal belum siap untuk berangkat. Hal ini

diteruskan pada perusahaan, tidak lama kemudian setelah laporan masuk ke

perusahaan spare part pun dikirim ke kapal dan dilakukan penggantian oring

lalu melaporkan pada pencharter bahwa kapal sudah siap untuk berangkat.
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan kejadian yang pernah penulis alami saat bekerja sebagai 2nd

Engineer. Adapun kejadian tidak tersedianya critical spare part yang penulis

tuangkan dalam pembahasan pada bab-bab sebelumnya sehingga mengundang

notice protece dari pencharter dikarenakan kapal tidak siap untuk berangkat

sesuai dengan jadwal yang ditentukan..

Sesuai dengan kejadian tersebut penulis menyimpulkan bahwa

terjadinya kendala saat melakukan MRO untuk mengatasi permasalahan

tersebut dikarenakan tidak tersedianya Suku Cadang yang disebabkan pihak

perusahaan terlambat mengirimkan spare part yang dibutuhkan kapal.

B. Saran

Dari kesimpulan diatas untuk mengantisipasi kejadian tidak tersedianya

suku cadang di kapal

1. Sebaiknya pihak perusahaan memberikan respon yang cepat dan tepat saat

ada permintaan dari kapal serta menyediakan spare part cadangan agar

Ketika terjadi masalah dengan mudah dapat dilakukan MRO.

2. Sebaiknya dalam pelaksanaan PMS dilakukan berkesinambungan dan

selalu mengupdate persediaan Suku Cadang.


DAFTAR PUSTAKA

Bachrun, Rachmat K, (1993), Maintenance Manajemen, Jakarta, Loka Datamas


Indah

Goenawan Danuasmoro, (2003), Manajemen Perawatan, Yayasan Bina Citra


Samudra

Daryus, Asyari. 2008. Diktat kuliah Proses produksi. Jakarta: Fakultas Teknik
Universitas Darma Persada

Agus Ahyari, (2002) Manajemen Produksi perencanaan Sistem Produksi, Edisi


Empat, Yogyakarta, BPEE

International Safety Management Code (ISM Code) Revised edition, 2008


Kapal AHTS. RS Poonam

Sumber : AHTS. RS Poonam


37

Foto Kerusakan

Sumber : AHTS. RS Poonam


38

Mesin induk dan Gearbox AHTS. RS Poonam

Sumber : AHTS. RS Poonam


Mesin induk dan LO Gear Box Cooler
40
41
42
43
44

Sumber : AHTS. RS Poonam

KOTAK SUKU CADANG


45

KOTAK SUKU CADANG

Sumber : AHTS. RS Poonam

Anda mungkin juga menyukai