Peraturan 26
Umum
1. Permesinan, Boiler, Bejana Bertekanan, Sistem Perpipaan harus
aman bagi manusia (human safety).
2. Badan Pemerintah harus memberi kelayakan dari komponen
permesinan di kapal.
3. Jika mesin penggerak utama (prime mover machine) mati, maka
sistem di kapal harus tetap berjalan seperti mesin pembangkit
listrik, sumber pemasok uap, sistem pengisi air pada boiler, sistem
pemasok bahan bakar minyak untuk boiler dan mesin, mesin
pompa, kompresor udara, mesin hidrolik, pneumatik dan sistem
lainnya.
4. Harus dilengkapi sarana untuk menjamin sistem di kapal masih
dapat beroperasi pada kondisi kapal mati (ded ship) tanpa bantuan
luar.
5. Semua boiler, bagian permesinan, sistem pipa, hidrolik,
pneumatik dan sistem lainnya harus diuji terlebih dahulu
secara layak baru dioperasikan.
6. Mesin pengerak utama dan mesin bantu (auxiliary machine)
yang penting untuk pergerakan dan keselamatan kapal
harus diuji terlebih dahulu agar dapat beroperasi saat kapal
miring, misalnya sudut 15˚ kondisi statis, sudut 22,5˚
kondisi dinamis serta sudut 7,5˚ kondisi dinamis trim.
7. Instalasi mesin penggerak utama, mesin bantu, boiler, dan
tangki bertekanan harus memudahkan untuk perawatan,
pemeriksaan dan perbaikan.
8. Perancangan kapal harus mempertimbangkan konstruksi
penempatan mesin utama sehingga getarannya tidak
menyebabkan tegangan yang berlebihan terhadap
permesinan baik mesin utama, mesin bantu dan sistem
lainnya pada saat pengoperasian.
Peraturan 27
Permesinan
1. Harus dipasang pengaman agar mesin tidak melebihi batas
kecepatan aman.
2. Mesin induk, mesin bantu, termasuk boiler dan yang
bertekanan lainnya harus dipasang pengaman agar tidak
terjadi tekanan yang berlebihan.
3. Roda gigi, poros, dan kopling yang mentransfer daya dari
mesin harus dirancang mampu menahan tegangan kerja
maksimum.
4. Internal Combustion Engine yang berdiameter silinder
200mm atau volume 0,6m3 harus dilengkapi dengan katup
pelepasan ledakan (crankcase exploision relief valve).
5. Mesin penggerak utama, mesin turbin, dan mesin bantu
lainnya harus dilengkapi penghenti otomatis agar mesin
dapat berhenti jika terjadi kegagalan seperti pasokan
minyak pelumas yang habis ke mesin sehingga mesin tidak
mengalami kerusakan parah.
Peraturan 28
Sarana Untuk Mundur (Means of Going Astern)
1. Tenaga yang cukup untuk mundur harus diperlengkapkan
untuk menjamin pengendalian yang layak dari kapal pada
semua kondisi normal.
2. Kemampuan mesin untuk membalik arah gaya dorong dari
propeller dalam waktu yang memadai.
3. Jika kapal dilengkapi sarana bantu tambahan untuk olah
gerak ataupun berhenti, keefektifan sarana-sarana itu
harus dibuktikan dan diuji terlebih dahulu.
Peraturan 29
Perangkat Kemudi (Steering Gear)
4. Setiap kapal harus memiliki perangkat kemudi utama dan
perangkat kemudi bantu yang disetujui Badan Pemerintah.
2.1 Komponen perangkat kemudi dan tongkat kemudi harus
dari konstruk yang baik dan dapat dihandalkan.
2.2 Desain unuk menentukan ukuran pipa dan komponen
perangkat kemudi harus dikenai tekanan hidrolik >1,25x
tekanan kerja maksimum yang diperkirakan.
3. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk perangkat kemudi
utama dan tongkat kemudi :
a. Mempunyai kekeuatan cukup untuk mengemudikan kapal
dengan kecepatan maksimum saat pengujian.
b. Mampu memindahkan kemudi dari posisi 35˚ di satu sisi
ke posisi 35˚ di sisi lain dalam waktu tidak lebih dari
28detik pada kondisi sarat muat terdalam.
c. Didesain sedemikian rupa sehingga tidak akan rusak pada
kecepatan mundur maksimum.
4. Hal-hal yang diperhatikan pada kemudi bantu:
a. Mempunyai kekuatan cukup untuk mengemudikan kapal
pada kecepatan maksimum pada kondisi darurat.
b. Badan Pemerintah mensyaratkan untuk medan es maka
diameter tongkat kemudi >230mm.
c. Mampu memindahkan kemudi dari posisi 15˚ di satu sisi ke 15˚
di sisi lainnya pada waktu <60detik.
5. Daya perangkat kemudi utama dan bantu harus :
a. Ditata untuk dapat beroperasi kembali secara otomatis jika daya
dipulihkan setelah terjadi kegagalan daya.
b. Alarm yang dapat terdengar dan terlihat harus dipasang pada
anjungan navigasi, jika terjadi kegagalan daya pada salah satu
unit sumber tenaga perangkat kemudi.
6. Posisi sudut kemudi harus:
a. Indikator sudut kemudi terpisah dari sistem kontrol kemudi.
b. Posisi sudut kemudi harus dapat dikenali di dalam kompartemen
perangkat kemudi.
7. Kemudi yang dioperasikan dengan tenaga hidrolik harus:
a. Sistem hidrolik kemui harus dirancang untuk dapat
mempertahankan kebersihan dari cairan hidrolik.
b. Penampung dapat memberikan indikasi kebocoran cairan
hidrolik dengan cepat.
8. Kompartemen kemudi harus :
a. Dapat dijangkau dengan cepat, sejauh dapat dilaksanakan
terpisah dari ruang-ruang mesin, dan
b. Dilengkapi dengan tata susunan yang sesuai untuk akses
kerja ke mesin dan pengendali perangkat kemudi seperti
susunan tangga, permukaan yang tidak licin untuk
menjamin kondisi kerja yang sesuai jika terjadi kebocoran
cairan hidrolik.
Peraturan 30
Syarat Tambahan Untuk Kemudi Listrik & Hidrolik
1. Sarana-sarana untuk menunjukkan jalannya motor-motor
perangkat kemudi listrik dan elektrohidrolik harus dipasang
di anjungan navigasi pada posisi yang tepat di ruang
pengawas mesin utama.
2. Setiap perangkat kemudi listrik dan elektrohidrolik yang
terdiri dari satu atau lebih unit tenaga harus dilayani
sekurang-kurangnya dua jaringan listrik langsung dari
papan penghubung utama.
3. Pengamanan terhadap arus berlebih tidak boleh kurang dari
dua kali arus beban maksimum dari motor.
Peraturan 31
Pengawasan Permesinan
1. Mesin utama dan bantu yang penting bagi penggerak dan
keselamatan kapal harus dilengkapi dengan sarana-sarana
yang efektif untuk pengoperasian dan pengawasan.
2. Secara umum semua operasi mesin di kapal harus mampu
dijalankan secara otomatis dan manual, dan jika waktu
pengoperasian otmatis gagal maka dilakukan
pengoperasian secara manual.
Peraturan 32
Ketel-ketel Uap dan Sistem Pengisian Air
1. Setiap ketel uap dan generator uap yang tidak dibakar harus
dikerjakan dengan >= dua katup pengaman.
2. Tiap ketel minyak bakar yang dioperasikan tanpa pengawasan
manual harus mempunyai tata susunan keselamatan untuk
menutup saluran bahan bakar dan tanda alarm jika terjadi
gangguan atau emergency.
3. Ketel-ketel harus dilengkapi dengan sarana-sarana untuk
mengawasi dan mengontrol kwalitas air pengisi.
4. Setiap ketel harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya
dua sarana untuk menunjukkan ketinggian air, satu
diantaranya dapat langsung dibaca pada gelas pengukur.
Peraturan 33
Sistem Pipa Uap
1. Semua pipa uap harus dirancang sedemikian rupa sehingga
dapat menahan tegangan kerja maksimum.
2. Pipa uap tekanan tinggi harus dilengkapi dengan katup
pelepas tekanan dan alat pengukur tekanan.
Peraturan 34
Sistem Tekanan Udara
1. Setiap sistem tekanan udara harus memiliki katup pengaman
pelepasan tekanan jika terjadi tekanan berlebihan.
2. Tata susunan udara perjalanan utama untuk mesin internal
combustion harus mampu melindungi pengaruh perjalanan balik
dan ledakan pada pipa-pipa udara pengasut.
3. Ketentuan harus dibuat untuk mengurangi seminimal mungkin
masuknya minyak ke dalam sistem udara bertekanan.
Peraturan 35
Sistem Ventilasi dalam Ruang Mesin
Semua ruang mesin harus memiliki ventilasi yang baik agar
personil yang bekerja di dalamnya dapat bekerja secara optimal
tanpa kekurangan udara ataupun keracunan gas berbahaya.
Ventilasi juga agar udara cukup untuk menjamin mesin dan ketel
bekerja pada tenaga penuh dalam semua kondisi cuaca.
Peraturan 36
Perlindungan Terhadap Kebisingan
Peraturan 38
Alarm Masinis
Suatu tanda bahaya masinis harus tersedia untuk dioperasikan
dan harus jelas terdengar dalam ruang akomodasi masinis jika
terjadi sesuatu darurat.
Peraturan 39
Lokasi Instalasi Darurat Pada Kapal Penumpang
Peraturan 40
Umum
1. Instalasi listrik harus:
a. Semua pelayanan listrik mesin bantu yang penting bagi
pemeliharaan operasi kapal harus dijamin tanpa bantuan
sumber tenaga listrik darurat.
b. Keselamatan para penumpang, awak kapal dan kapal
terhadap adanya bahaya listrik dapat terjamin