N.I.T 05.17.018.1.53
2021
i
N.I.T 05.17.018.1.53
2021
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Merupakan karya asli seluruh ide yang ada dalam KIT tersebut, kecuali tema dan
yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide saya sendiri.
Jika pernyataan di atas terbukti tidak benar, maka saya sendiri menerima sanksi
yang di tetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.
SURABAYA, …………………………
Materai 6000
KATA PENGANTAR
Kami memanjatkan puji syukur akan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta
Alam, karena atas segala kuasa, dan anugrah-Nya yang telah Ia berikan, sehingga
Dalam usaha menyelesaikan Karya Ilmiah Terapan ini, dengan penuh rasa
hormat setinggi-tingginya dan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
Surabaya.
3. Bapak Capt. Tri Mulyatno Budhi H, S.Si.T, M.Pd selaku Ketua Jurusan
meluangkan waktunya.
6. PT. Meratus Line, terutama seluruh crew KM. Red Rock tempat saya
Akhir kata, semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat dan
Surabaya, 2021
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
Halaman
C. PEMBAHASAN ..................................................................................... 34
BAB V................................................................................................................... 39
PENUTUP ............................................................................................................. 39
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 39
B. SARAN ...................................................................................................... 39
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Air ballas adalah air yang digunakan sebagai pemberat dan penyeimbang
kapal saat berlayar. Air ballas di kapal sangat berperan untuk meningkatkan
stabilitas kapal, namun memiliki dampak serius terhadap ekologi karena banyak
spesies laut dibawa dalam air ballast. Spesies laut termasuk bakteri, mikroba,
invertebrata kecil, telur, kista dan larva dari berbagai spesies yang terdapat dalam
air ballast yang diambil dari suatu perairan akan mengganggu ekosistem yang ada
di perairan lainnya ketika air ballast tersebut dibuang atau dikeluarkan dari kapal.
Ketika kapal melakukan proses ballasting dan deballasting maka akan terjadi
pertukaran organisme di satu daerah dengan daerah lainnya. Proses ini berlangsung
Aturan tersebut dapat dipenuhi dengan berbagai macam jalan, sehingga air
yang dikeluarkan dalam kondisi bersih dan aman bagi air di pelabuhan tujuan.
Setelah lebih dari 14 tahun melakukan perundingan antara negara anggota IMO,
the International Convention for the Control and Management of Ships Ballast
konferensi diplomatik yang diadakan di markas besar IMO di London pada tanggal
13 Februari 2004.
rencana air ballast dan manajemen sedimen. Semua kapal harus membawa buku
catatan air ballast dan akan diminta untuk melakukan prosedur pengelolaan air
Terhitung mulai tahun 2024 semua kapal diharuskan untuk memiliki Unit
Ballast Water Management System diatas kapal baik untuk kapal bangunan baru
Kapal - kapal yang terkena aturan Konvensi Ballast Water Management yaitu
kapal kapal ber tonase diatas 4,00 GRT dan aturan ini bertujuan untuk :
yang dapat merusak dan menghancurkan lingkungan ekosistim di laut dari satu
ekosistim laut.
Kejadian pada tanggal 23 September 2019 ketika kapal MV. Red Rock
kegiatan muat muatan, kapal miring 2 derajat kiri maka mualim 1 melakukan
kegiatan membuang ballas tanki sebelah kiri dikarenakan tanki kanan telah penuh
3
semua , maka cara satu-satunya adalah membuang ballas pada tanki sebelah kiri
BWM Convention. Sesuai perjanjian kerja sama dengan melakukan survey dan
Indonesia sesuai dengan hasil sidang MEPC 71 tanggal 3 sampai 7 Juli 2017,
penting untuk diperhatikan para pemilik kapal yang terkena aturan konvensi
BWM. Untuk kapal-kapal bangunan baru yang peletakan lunasnya dilakukan pada
meliputi:
1. Kapal yang hanya beroperasi di area pelabuhan dan/atau hanya berlayar tidak
berpindah.
ini untuk diteliti dan kemudian menuangkan dalam skripsi yang berjudul “
B. RUMUSAN MASALAH
Rock?
C. BATASAN MASALAH
dikarenakan pembuangan air ballas yang tidak sesuai aturan maka yang akan di
bahas adalah : penerapan Ballast Water Management diatas kapal MV. Red
D. TUJUAN PENELITIAN
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Secara Teoritis
ataupun sebagai sumbangan pemikiran bagi para pelaut dan anak buah
kapal agar mengetahui tentang pembuangan air balas dengan benar agar
2. Secara Praktis
Manusia di bidang transportasi laut, yaitu agar para pelaut dan anak buah
pembuangan air balas di laut agar tidak merusak ekosistem dan biota di laut.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian – Pengertian:
a. Penerapan
metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu
tujuan kegiatan.
(sumber: Globallast)
c. Kapal
Ayat 6 pengertian kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis
didalam air ,baik itu di sungai maupun di laut yang bisa mengangkut,
d. Pencemaran di Laut
bahan dari kapal yang tumpah atau keluar dengan sengaja maupun tidak
sengaja.
2. Teori –Teori
terhadap ekologi karena banyak spesies laut dibawa dalam air ballast.
dan larva dari berbagai spesies yang terdapat dalam air ballast yang
perairan lainnya ketika air ballast tersebut dibuang atau dikeluarkan dari
kapal.
ini bahwa kapal berukuran 400 GT dan lebih harus memenuhi aturan
bendera.
Water Management.
1) Ada dua standar pengelolaan air balas yaitu (D-1 dan D-2) :
minimum
& O39)
exchange) mereka dapat juga memilih untuk memasang sistem tidak wajib
2004.
1) Pasal 1
Ballas dan Sedimen dari Kapal, 2004) yang naskah aslinya dalam
2) Pasal 2
Spanyol.
3) Pasal 3
1) Pasal 48
pada ayat (1) dan ayat (2) diterbitkan sertifikat manajemen air
berukuran GT 400 atau lebih dan membawa air balas dengan kapasitas
2) Pasal 49
setempat.
air balas hingga 95% (sembilan puluh lima persen) volume balas
terdekat;
zooplankton;
b) Escherichia coli kurang dari 250 cfu per 100 mililiter; dan
Organization /IMO);
air balas hingga 95% volume balas dengan jarak minimal 25 mil dari
yang memiliki ukuran lebih besar atau sama dengan 50µM dan kurang
3) Pasal 50
berlayar di area pelabuhan, tidak lebih dari 50 mil atau kapal yang di
ekosistem di laut.
diminimalisir. Penerapan ini tak hanya berlaku untuk kapal baru, namun
kedalaman air sedikitnya 200 meter atau area yang ditentukan oleh
Port State.
hingga tidak dapat di hisap dan pompa stripping atau ejector harus
air ballast harus dengan kedalaman 200 meter dan jarak minimal 200
hingga tidak dapat menghisap. Tetapi dengan metode ini kondisi beban
20
B. KERANGKA PENELITIAN
2014
PROSES
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
gambar, serta bentuk lain yang memiliki variasi cukup banyak di bandingkan
pernyataan dokumen, serta data lain yang bersifat kualitatif untuk dianalisis
agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori
B. LOKASI PENELITIAN
C. SUMBER DATA
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek darimana data diperoleh
yang akan penulis teliti. Perlunya sumber data yang akan memeberikan
langsung dan observasi langsung kepada responden yaitu awak kapal MV.
masalah penelitian dan tidak dijadikan acuan utama dalam analisis dan
penarikan simpulan penelitian. Data ini di peroleh dengan lebih mudah dan
cepat karena sudah tersedia. Data yang peneliti peroleh berupa data-data
yang nyata yaitu seperti Ballast Water Record Book, Ballast Water
Management Plan, karena di kapal MV. Red Rock sudah tersedia data-
data yang ada, seperti Ballast Water Management Plan yang berfungsi
dilapangan yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti maka penulis
1. Observasi
data melalui pengamatan atas gejala, fenomena dan fakta empiris yang
membawa check list, rating scale, atau catatan berkala sebagai instrumen
check list yang telah disusun oleh peneliti. Observasi yang dilakukan pada
penelitian ini adalah pada proses pembuangan air balas di dari kapal ke
2. Dokumentasi
dan data yang tersimpan dalam bentuk teks atau artefak. Teknik
ini meliputi Ballast Water Record Book, Ballast Water Management Plan,
3. Wawancara
gambar, serta bentuk lain yang memiliki variasi cukup banyak dibandingkan
data kuantitatif. Analisis data kualitatif tentu lebih sulit dibandingkan analisis
data kuantitatif. Hal ini dikarenakan perangkat analisis data kualitatif masih
sangat terbatas.
menggunakan otak dan kemampuan pikir peneliti, karena peneliti sebagai alat
secara sistematis antara data satu dengan data lainnya sangan menentukan
dengan tujuan agar peneliti mendapatkan makna data untuk menjawab masalah
penelitian. Oleh karena itu, dalam analisis kualitatif data-data yang terkumpul
1. Penyajian Data
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dalam hal ini peneliti
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak,
menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif. Hipotesis atau
teori.
28
DAFTAR PUSTAKA
Nopember Surabaya.
Maritime World. (2014). Sistem Air Ballast Di Kapal Dan Berbagai Permasalahannya
(http://www.maritimeworld.web.id/2014/05/sistem-air-balast-di-kapal-dan-
Prestasi Pustakarya.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 132 Tahun 2015 Tentang Pengesahan
Pengendalian Dan Manajemen Air Ballas Dan Sedimen Dari Kapal, 2004.
Pasal 1 Ayat 1.
Pasal 1 Ayat 6.
Portonews. (23 November 2017). Konvensi BWM Berlaku Efektif BKI Lakukan
Survey(https://www.portonews.com/2017/pernik-bisnis/transportasi/konvensi-
SOP PT. Meratus Line Tentang Ballast Water Management Plan MV.Red Rock.