STEVAN TEOFILUS
NIT : 16.41.160
NAUTIKA
Skripsi
Diploma IV Pelayaran
STEVAN TEOFILUS
NIT : 16.41.160
ii
iii
PRAKATA
iv
8. Seluruh Crew MV. Melati Laut tahun 2019 - 2021 yang
telahmemberikan inspirasi dan dukungan dalam penyelesaian skripsi
ini.
9. Seluruh Taruna/I PIP Makassar dan semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Makassar, 2021
STEVAN TEOFILUS
NIT : 16.41.160
v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Merupakan karya asli. Seluruh ide yang ada dalam skripsi ini, kecuali
tema dan yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide yang
saya susun sendiri.
Jika pernyataan diatas terbukti sebaliknya, maka saya bersedia
menerima sanksi yang ditetapkan oleh Politeknik Ilmu Pelayaran
Makassar.
Makassar, 2021
STEVAN TEOFILUS
NIT : 16.41.160
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
Halaman
BA HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI iii
PRAKATA iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI vi
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
E. Hipotesis 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pencemaran Laut 5
B. Definisi Efektifitas 7
C. Definisi Garbage 8
D. Prosedur Penanganan Sampah 9
E. Pembuangan Sampah Di Area Khusus Dan Diluar
Area Khusus 11
F. Catatan Dalam Buku CatatanSampah 13
G. Komponen-komponen Pencemaran Air Laut dari
Kapal 14
H. Sumber-Sumber Sampah 14
ix
I. Jenis-Jenis Sampah 14
J. Evaluasi Bahaya 15
K. Kerangka Pikir 16
BABIII METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 17
B. Definisi Operasional Variable 17
C. Populasi Dan Sampel Penelitian 18
D. Teknik Pengumpulan Data 18
E. Teknik Analisis Data 19
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 20
B. Pembahasan 30
BABV PENUTUP
A. Simpulan 44
B. Saran 44
DAFTAR PUSTAKA 45
LAMPIRAN 46
x
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Tabel 4.1 Hasil Wawancara Dengan Crew MV.MELATI LAUT 25
Tabel 4.2 Peraturan Pembuangan Sampah Ke Laut 36
Tabel 4.2 Waktu Penguraian Sampah Dilaut 37
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN 1 47
LAMPIRAN 2 48
LAMPIRAN 3 49
LAMPIRAN 4 50
LAMPIRAN 5 51
LAMPIRAN 6 52
LAMPIRAN 7 53
LAMPIRAN 8 54
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era perkembangan sekarang ini angkutan laut semakin
berkembang dan memegang peranan yang penting dalam membantu
kelancaran angkutan barang dari suatu tempat ke tempat lain,
mengingat jasa angkutan laut relatif lebih murah dibanding dengan
angkutan lain. Dengan jasa angkutan laut maka perpindahan barang
maupun penumpang baik dari suatu daerah ke daerah yang lain,
maupun dari suatu negara ke negara yang lain menjadi mudah, hal ini
terbukti dengan semakin banyaknya kapal yang beroperasi di lautan.
Kesemuanya itu dapat mempengaruhi lingkungan laut jika terjadi
pembuangan sampah yang tidak sesuai dengan prosedur penanganan
dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
Banyak anggapan bahwa laut merupakan tempat sampah yang
ideal, baik untuk pembuangan sampah domestik maupun limbah
industri. Laut yang luas diperkirakan akan mampu menghancurkan
atau melarutkan setiap bahan-bahan yang dibuang ke laut, tetapi laut
juga mempunyai kemampuan daya urai yang terbatas, disamping itu
ada beberapa bahan yang sulit terurai. Dengan adanya penambahan
secara terus-menerus tanpa kontrol yang baik, dapat menyebabkan
peningkatan pencemaran di laut.
Pencemaran laut sebagai dampak negatif terhadap kehidupan
biota laut, sumber daya alam dan kenyamanan ekosistem laut serta
kesehatan manusia yang disebabkan secara langsung atau tidak
langsung oleh pembuangan sampah ke dalam laut yang berasal dari
kegiatan manusia termasuk kegiatan di kapal, yang mengakibatkan
tercemarnya suatu perairan laut, kontaminasi atau penambahan
sesuatu dari luar perairan laut yang menyebabkan keseimbangan
lingkungan terganggu dan membahayakan kehidupan organisme serta
menurunnya nilai guna perairan tersebut.
Limbah pencemaran selain dari sampah juga dari buangan
minyak penambangan lepas pantai serta dari kapal-kapal tanker.
banyaknya pencemaran di laut oleh sampah dari kapal sehingga
International Maritime Organization (IMO), mengeluarkan peraturan-
peraturan yang ditegaskan di dalam MARPOL (Marine Pollution) 73/78
Annex V tentang pencegahan pencemaran oleh sampah yang terdiri
dari 9 aturan. Dan juga diperlukan “Garbage Management Plan” di
kapal dengan maksud menyediakan sebuah sistematis jalannya
pelaksanaan dan kontrol dari sampah di kapal yang telah diatur dalam
MARPOL Annex V, aturan 9.
Untuk mengurangi pencemaran laut oleh kapal, maka
diperlukan pengetahuan dan kemampuan serta tanggung jawab dari
seluruh kru kapal dalam hal tersebut. Antara lain mengikuti aturan-
aturan tentang pembuangan sampah serta penggunaan peralatan dan
fasilitas-fasilitas lain di kapal. Dengan mematuhi aturan-aturan
tersebut, diharapkan dapat dicapai suatu lingkungan laut yang bersih
dan bebas dari pencemaran. Mengingat akhir-akhir ini pencemaran
laut telah menjadi suatu masalah yang perlu ditangani secara
sungguh-sungguh. Seperti yang pernah terjadi di kapal MV. MELATI
LAUT Pada tanggal 09, Maret 2020 berlokasi di Muara Berau,
Kalimantan Timur, pada jam 16:00 dimana kapal sedang berlabuh
jangkar dan sedang dalam operasi memuat muatan batu bara, dalam
operasi muat tersebut berlangsung terjadi keadaan dimana salah satu
kru kapal membuang sampah plastik sisa makanan ke laut sehingga
menyebabkan pencemaran lingkungan dan juga pembuangan sampah
yg dilakukan kru kapal saat bekerja harian dimana sisa-sisa kerja di
dek seperti karat,kaleng cat, kuas dan sisa majun yang tidak lagi di
gunakan di buang ke laut hal ini sudah menjadi kebiasaan dan rutinitas
anak buah kapal. berdasarkan uraian dan latar belakang di atas,
2
penulis tertarik memilih judul “Analisis Penanganan Garbage
Management Plan Pada MV. MELATI LAUT”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dari penelitian ini, maka
penulis merumuskan masalah yaitu bagaimana penanganan
pembuangan sampah di kapal?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur
penanganan sampah di kapal MV. MELATI LAUT.
D. Manfaat Penelitian
Dengan memperhatikan beberapa aspek dari diadakannya
penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis berharap akan beberapa
manfaat yang dapat dicapai:
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah pengetahuan serta wawasan tentang
pelaksanaan garbage management plan di kapal dengan studi
kasus dilapangan yang mana sangat bermanfaat bagi teman-teman
seprofesi dan bagi calon pelaut yang ingin bekerja di kapal dan
juga yang masih dalam masa pendidikan dapat digunakan sebagai
bahan referensi.
2. Manfaat Praktis
Sebagai pengembangan wawasan ilmu pengetahuan
kenautikaan khususnya mengenai pelaksanaan garbage
management plan sesuai dengan MARPOL 73/78, Annex V.
3
E. Hipotesis
Berdasarkan pokok permasalahan yakni prosedur penanganan
sampah di kapal dalam upaya pencegahan polusi di laut, maka yang
menjadi hipotesis yaitu didugakru dikapal belum melaksanakan
prosedur penanganan sampah dengan baik sesuai dengan MARPOL
1973/1978 Annex V.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Kepres RI, No 18 Tahun 1978 tentang Pengesahan Konvensi
PBB Mengenai Hukum Laut:
Bahwa sebagai hasil Sidang International Legal Conferenceon
Marine Pollution Damage, di Brussels, pada tanggal 29 Nopember
1969, delegasi Pemerintah Republik Indonesia telah
menandatangani "International Convention on Civil Liability for
OilPollution Damage”.
B. Definisi Efektifitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Efektif
mempunyai arti efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil.
Jadi, efektivitas adalah keaktifan, daya guna, adanya kesesuaian
dalam suatu kegiatan orang yang melaksanakan tugas dengan
sasaran yang dituju. Efektivitas pada dasarnya menunjukkan pada
taraf tercapainya hasil, sering atau senantiasa dikaitkan dengan
pengertian efisien, meskipun sebenarnya ada perbedaan diantara
keduanya. Efektivitas menekankan pada hasil yang dicapai,
sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaimana cara mencapai
hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan
outputnya.
Aspek – aspek efektifitas berdasarkan pendapat Muasaroh
(2010) http://literaturbook.blogspot.co.id Diakses 17 Mei 2018.
Efektivitas dapat dijelaskan bahwa efektivitas suatu program dapat
dilihat dari aspek-aspek antara lain:
1. Aspek tugas atau fungsi, yaitu lembaga dikatakan efektivitas jika
melaksanakan tugas atau fungsinya, begitu juga suatu program
pembelajaran akan efektiv jika tugas dan fungsinya dapat
dilaksanakan dengan baik dan peserta didik belajar dengan baik;
2. Aspek rencana atau program, yang dimaksud dengan rencana atau
program disini adalah rencana pembelajaran yang terprogram, jika
seluruh rencana dapat dilaksanakan maka rencana atau progarm
dikatakan efektif
7
3. Aspek ketentuan dan peraturan, efektivitas suatu program juga
dapat dilihat dari berfungsi atau tidaknya aturan yang telah dibuat
dalam rangka menjaga berlangsungnya proses kegiatannya. Aspek
ini mencakup aturan-aturan baik yang berhubungan dengan guru
maupun yang berhubungan dengan peserta didik, jika aturan ini
dilaksanakan dengan baik berarti ketentuan atau aturan telah
berlaku secara efektif; dan
4. Aspek tujuan atau kondisi ideal, suatu program kegiatan dikatakan
efektif dari sudut hasil jika tujuan atau kondisi ideal program
tersebut dapat dicapai. Penilaian aspek ini dapat dilihat dari
prestasi yang dicapai oleh peserta didik.
C. Definisi Garbage
Menurut ABS Garbage management manual intruduction
(2012:6):
Garbage/sampah adalah semua jenis sisa makanan, bahan-
bahan buangan rumah tangga tetapi tidak termasuk ikan segar dan
begian-bagiannya yang terjadi selama pengoperasian normal kapal
dan ada keharusan untuk disingkirkan dan dibersihkan secara terus-
menerus atau secara berkala.
Menurut Kamus istilah lingkungan(1994), http://www.e-dukasi.net.
Diakses 20 Maret 2017 :
Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tak
berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau
pemakaian barang rusak atau bercacat, dalam pembuatan manufaktur
atau materi barlebihan atau ditolak atau dibuang.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, No. 19 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran dan atau Perusakan Laut:
Sampah adalah sisa atau hasil samping dari suatu usaha dan
atau kegiatan yang berwujud padat.
Menurut MARPOL 73/78 Annex V lampiran 1 (1974):
8
Yang dimaksud dengan sampah adalah semua jenis sisa
makanan, limbah domestik dan operasional, semua jenis bahan-bahan
buangan dari kapal yang tidak digunakan atau bahan-bahan buangan
rumah tangga. Contoh jenis sampah dikapal yaitu kertas, plastik, metal
dan lain lain.
9
berasal dari sumber daratan, dari atau melalui udara, atau karena
dumping.
2. Pencemaran dari kendaraan air, terutama tindakan-tindakan untuk
mencegah kecelakaan dan yang berkenan dengan keadaan
darurat, untuk menjamin keselamatan operasi di laut, untuk
mencegah terjadinya pembuangan yang sengaja atau tidak serta
mengatur disain, konstruksi, peralatan, operasi dan tata awak
kendaraan air.
3. Pencemaran dari instalasi-instalasi dan alat peralatan yang
digunakan dalam eksplorasi atau eksploitasi kekayaan alam dasar
laut dan tanah di bawahnya, khususnya tindakan-tindakan untuk
mencegah kecelakaan dan yang bertalian dengan keadaan
darurat, untuk menjamin keselamatan operasi laut, serta yang
mengatur disain, konstruksi, peralatan, operasi dan tata awak
instalasi-instalasi atau peralatan termaksud.
4. Pencemaran dari lain-lain instalasi dan peralatan yang
dioperasikan dalam lingkungan laut, terutama tindakan-tindakan
untuk mencegah kecelakaan dan yang mengatur disain,
konstruksi, peralatan, operasi dan tata awak instalasi-instalasi atau
peralatan termaksud.
Persyaratan pembuangan sampah sesuai Annex V MARPOL 73/78
(1974) lampiran 3:
1. Pada jarak 3 mil dari daratan terdekat, boleh dibuang sampah sisa
sisa makanan apabila telah dihancurkan dan dapat melewati
saringan 26mm.
2. Pada jarak 12 mil dari daratan terdekat, boleh dibuang sisa-sisa
makanan pada jarak 500m dari platform, dengan syarat telah
dihancurkan.
3. Pada jarak lebih dari 12 mil dari daratan terdekat,boleh dibuang
kertas, kain gosok/majun, metal, botol, dan sisa makanan.
10
4. Pada jarak lebih dari 25 mil dari daratan terdekat, boleh dibuang
dunnage, bahan-bahan tali dan packing yang terapung.
11
a. Membuang sampah kelaut yang terdiri atas plastik termasuk
didalamnya tetapi tidak terbatas tali sintetis, jaring ikan sintetis,
sampah kantong plastik adalah dilarang.
b. Membuang sampah kelaut untuk jenis sampah berikut boleh
dilakukan sejauh mungkin yang bisa dilaksanakan dari daratan
terdekat tetapi dilarang jika jarak dari daratan kurang dari:
1) 25 nautical mile untuk kayu dunnage, bahan lapisan, bahan
kemasan yang bisa terapung.
2) 12 nautical mile untuk sampah makanan dan jenis sampah
lainnya termasuk produk kertas, kain bekas, kaca, besi,
botol, tikar, dan bahan-bahan sejenis.
c. Membuang sampah ke laut untuk jenis sampah yang disebutkan
pada b. 2 diperbolehkan jika diproses melalui sebuah
communiter atau grinder dan dilakukan sejauh mungkin yang
bisa dilaksanakan dari daratan terdekat tetapi dilarang jika jarak
dari daratan kurang dari 3 nautical mile.
12
c. Kategori sampah yang dibuang.
d. Perkiraan jumlah yang dibuang untuk tiap kategori dalam m 3.
e. Tanda tangan perwira yang bertugas dalam operasinya.
3. Jika sampah dibakar :
a. Tanggal dan waktu dari mulai dan berakhirnya pembakaran.
b. Posisi kapal lintang dan bujur.
c. Perkiraan jumlah yang dibakar dalam m3.
d. Tanda tangan perwira yang bertugas dalam operasinya.
4. Kecelakaan atau pembuangan khusus yang lain dari sampah :
a. Waktu kejadian.
b. Pelabuhan atau posisi kapal waktu kejadian.
c. Perkiraan jumlah atau kategori sampah.
d. Daerah pembuangan, jalan keluar atau kerugian dan alasan.
G. Komponen-Komponen Pencemaran Air Laut Dari Kapal
Komponen-komponen pencemaran air laut dari kapal dapat di
kelompokkan sebagai berikut:
1. Bahan buangan cairan berminyak.
2. Bahan buangan olahan makanan.
3. Bahan buangan padat.
4. Bahan buangan organik.
5. Bahan buangan anorganik.
13
I. Jenis-Jenis Sampah
Ada beberapa jenis sampah dari kapal ialah:
1. Sampah perawatan adalah bahan-bahan yang dikumpulkan oleh
departemen deck dan mesin ketika merawat atau mengoperasikan
kapal seperti soot, kotoran-kotoran mesin, serpihan cat, sapuan
deck, sisa cat atau majun.
2. Sampah makanan adalah bahan-bahan makanan yang bisa
membusuk atau tidak membusuk seperti buah, sayuran, produk-
produk susu, unggas, produk daging, sisa makanan, partikel
makanan dan bahan-bahan lainnya yang terkontaminasi oleh
sampah-sampah tersebut yang dihasilkan di atas kapal terutama
didapur dan di ruang makan
3. Sampah plastik adalah material padat yang mengandung bahan-
bahan yang sangat penting seperti polimer, organik sintetis. Plastik
memiliki kandungan material, mulai dari yang keras dan rapuh
sampai pada yang lunak dan elastis.
4. Sampah muatan adalah semua material yang telah menjadi
sampah sebagai hasil pemakaian diatas kapal untuk pemadatan
dan penanganan muatan.
5. Sampah operasional adalah semua sampah muatan, sampah hasil
perawatan, dan residu muatan yang dianggap sebagai sampah.
J. Evaluasi Bahaya
Menurut Badan diklat Perhubungan (2000:49),GESAMP (Group
Of Experts On The Scientific Aspects Of Marine Pollution) diminta
untuk membuat sistem evaluasi penilaian bahaya.
Sistim evaluasi bahan-bahan ini didasarkan atas pengaruh pada:
1. Kehidupanbila terakumilasi
2. Kerusakan pada sumber daya
3. Bahaya pada kesehatan manusia (tertelan)
14
4. Bahaya pada kesehatan manusia (kena kulit)
5. Degradasi kehidupan.
K. Kerangka Pikir
Pelaksanaan Garbage
Management Plan
15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan pada penelitian ini adalah
deskriptif dengan pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif yaitu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat
diamati. Adapun maksud dari penelitian kualitatif yaitu memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Dalam penelitian ini akan dideskripsikan secara rinci mengenai
efektifitas pelaksanaan garbage management plan di kapal MV.
MELATI LAUT.
17
pelaksanaan garbage management plan di kapal MV. MELATI
LAUT dalam kesempatan ini penulis juga meminta bimbingan
dengan menggunakan teknik tersebut dengan dosen
pembimbing.
18
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Hasil Penelitian
Tempat melaksanakan penelitian adalah pada saat
menjalani praktek laut MV. MELATI LAUT berbendera Indonesia
milik perusahaan PT. Landseadoor International Shipping dengan
data kapal:
Nama Kapal : MV. MELATI LAUT
Tipe Kapal : Bulk Carrier
Nama Panggil : YBMW2
Nomor IMO : 9615315
Pemilik : PT. Landseadoor International
Shipping
Kebangsaan : Indonesia
Pelabuhan Registrasi : Jakarta
Berat Kotor : 33,042
Berat Bersih : 19,132
Panjang Keseluruhan : 189.99 M
Panjang Antar Garis Tengah: 185.64 M
Lebar : 32.26 M
Kedalaman : 18.00 M
Summer Draft : 12.80 MTRS
Freeboard Summer : 5.224 M
Keel Laid : 04, May 2011
Tahun Pembuatan : 12-2011
Mesin Penggerak Utama : MAN B & W 6S50MC-C
Kekuatan Mesin : 12898BHP/9480KW AT 127RPM
Light Ship : 11038 M
2. Stuktur Organisasi Di Atas Kapal Tahun 2020 MV. MELATI
LAUT
NAKHODA
KKM
MUALIM I
MASINIS I
KOKI
MUALIM II
MASINIS II
PELAYAN
MUALIM III
MASINIS III
KADET
DECK KADET
BOSUN
KELASI FITTER
3. Temuan penelitian
Pada saat penulis melaksanakan praktek laut pada MV.
MELATI LAUT selama 12 bulan 21 hari, ada beberapa kejadian-
20
kejadian yang penulis temukan menyangkut judul skripsi yang
diteliti oleh penulis, antaralain:
21
b. Gambar 4.3: Pembuangan Sampah Sembarangan Dideck Kapal
22
pemahaman garbage management plan pada kapal MV. MELATI
LAUT, antara lain:
a. Tahap penangan sampah, antara lain;
1) Dengan menyediakan peralatan garbage di antaranya,
sekop, tong sampah.
2) Mengadakan pelatihan garbage management plan bagi kru
yang baru on board.
3) Menempelkan poster-poster atau himbauan tentang
persyaratan pembuangan sampah
4) Mengadakan safety meeting satu bulan sekali untuk
memberikan pemahaman kepada kru tentang sampah.
b. Tahap pembuangan sampah, pada tahap ini pembuangan
sampah di atas kapal MV. MELATI LAUT belum optimal
dikarenakan masih kurangnya kesadaran ataupun pemahaman
tentang garbage, sebagian besar kru kapal masih membuang
sampah dengan sembarang ke laut, sebagian juga sudah
menerapkan metode pembuangan sampah dengan membuang
sampah sesuai jenis ke dalam tong sampah.
c. Tahap pencatatan sampah, perwira di atas MV. MELATI LAUT
sudah menerapkan aturan yang ada dengan mencatat waktu
dan tanggal pembuangan sampah, posisi kapal saat membuang
sampah, jumlah dan jenis sampah yang di buang.
Dalam penulisan skripsi ini penulis membuat sesi tanyajawab
kepada kru MV. MELATI LAUT untuk mengetahui pemahaman kru
tentang garbage management plan, adapun beberapa pertanyaan
dan yang di lontarkan oleh penulis ke beberapa kru MV. MELATI
LAUT dan respon dari narasumber sebagai berikut:
23
Tabel 4.1: Hasil Wawancara Dengan Crew MV.MELATI LAUT
Hari/Tanggal : Sabtu / 15 februari 2020
Pukul : 13.00 - selesai
Tempat : MV.MELATI LAUT
Narasumber : Sampel Penelitian
Pewawancara : Penulis
Tujuan wawancara : Untuk pengetahui seberapa tahu
pemahaman crew tentang garbage management plan
24
penelitian perwira
Apakah anda tahu tentang Semua ABK Sampah yang
sampah apa saja yang boleh yang boleh dibuang
dibuang ke laut dan apa saja menjadi adalah sampah
yang tidak boleh dibuang ke sampel makanan dan
laut? penelitian sampah yang
tidak boleh
dibuang adalah
sampah yang
sulit terurai
Menurut anda apa resiko yang Semua ABK Laut menjadi
ditimbulkan dengan membuang yang tercemar,
sampah ke laut, bagaimana menjadi terkadang
sikap tindakan anda jika melihat sampel menegur,
salah satu kru membuang penelitian terkadang juga
sampah ke laut? membiarkan
Jika anda sedang membuang Semua ABK Tentu tahu
sampah pada tong sampah, yang karena tong
apakah anda tahu menjadi sampah sudah di
mengelompokkan sampah sampel marking sesuai
sesuai jenisnya pada tong penelitian jenisnya
sampah?
Apaya upaya/tindakan anda jika Semua ABK Terkadang
melihat sampah yang yang inisiatif
bertumpuk atau berserakan di menjadi membersihkan,
sekitar kapal? sampel terkadang
penelitian membiarkan saja
Dalam membuang sampah di Bosun, juru Crew membuang
laut akan dicatat jumlah, jenis, mudi, kelasi, sampah ke laut
waktu dan tempat saat anda koki dan sesuai dengan
sedang membuang sampah ke
25
laut, apakah sudah sesuai pelayan perintah perwira
dengan prosedur yang diberikan
oleh perwira?
Bagaimana tanggapan anda Bosun, juru Sebetulnya
mengenai aturan yang mudi, kelasi, bagus jika
mengatur tentang penanganan koki dan dilaksanakan
sampah? pelayan dengan sungguh-
sungguh
Bagaimana cara anda untuk Bosun, juru Membuang
membuat agar garbage mudi, kelasi, sampah pada
management plant dapat koki dan tempatnya dan
dilakukan sesuai dengan pelayan mengikuti
prosedur? instruksi dari
perwira yang
bertanggung
jawab
Sumber : Dokumentasi Penulis Pada Tahun 2020 Di Kapal
MV.MELATI LAUT.
Berdasarkan dari beberapa pertanyaan yang di tanggapi dan di
jawab oleh responden dapat di simpulkan bahwa sebagian kru
menjawab tidak tahu dan tidak melaksanakan penanganan sampah
sesuai dengan prosedur, hal menunjukkan bahwa masih kurangnya
pemahaman kru tentang garbage management plan, Jadi berdasarkan
data yang ditunjukkan diatas tentang pemahaman prosedur
pembuangan sampah anak buah kapal MV. MELATI LAUT yang masih
rendah, karena belum di terapkannya garbage management plan di
kapal MV. MELATI LAUT maka hipotesis yang ada pada bab
sebelumnya dapat diterima.
Umumnya juga para kru di kapal tidak mengerti tentang prosedur
dan tata cara pembuangan sampah yang sesuai dengan peraturan Inter
nasional yang tercantum dalam MARPOL 73/78 Annex V, dan
26
disamping itu juga para kru pada waktu naik kapal kurang memiliki
pengetahuan tentang masalah ini. Didalam MARPOL 73/78 telah di atur
tentang pencemaran laut yang terdiri dari VII Annex, yaitu:
1. Annex I, Peraturan Pencegahan Pencemaran Oleh Minyak, sisa
minyak yang akan di buang kelaut kadarnya tidak melampaui 15
PPM.
2. Annex II, Peraturan Pencegahan Pencemaran Oleh Bahan-Bahan
Cair Beracun, misalnya pembuangan bahan-bahan cair yang
merusak seperti bahan kategori A, B, dan C dapat di buang diluar
daerah khusus dan bahan-bahan katsegori D di semua daerah.
3. Annex III, Peraturan Pencegahan Pencemaran Oleh Bahan-Bahan
Yang Merugikan Yang Di Angkut Melalui Laut Dalam Bentuk
Kemasan, Terbungkus, Tangki Lepas Atau Mobil-Mobil Tangki, Dan
Gerbong-Gerbong Tangki.
4. Annex IV, Peraturan Pencegahan Pencemaran Oleh Kotoran Dari
Kapal. Jenis-jenis kotoran dari kapal yaitu limbah dari toilet tempat-
tempat buang air kecil dan saluran buang air besar, kotoran dari
ruang medis yang dicuci melalui wastafel dan kotoran-kotoran
hewan.
5. Annex V, Peraturan Pencegahan Pencemaran Oleh Sampah Dari
Kapal. Jenis sampah dari annex ini ialah semua sisa-sisa
perawatan di dek maupun di mesin dan juga dari dapur.
6. Annex VI, Peraturan Pencegahan Pencemaran Oleh Udara.
7. Annex VII, Peraturan Pencegahan Pencemaran Oleh Air Ballast.
Kegiatan-kegiatan yang menyangkut masalah proses penanganan
sampah mulai dari penampungan sampai dengan pembuangan dan
dalam hal ini juga tidak terlepas dari tersedianya fasilitas-fasilitas dan
sarana yang tersedia di kapal, karena semua proses bisa berjalan
dengan baik kalau di dukung oleh fasilitas dan sarana yang memadai
dan apabila hal ini didukung oleh manajemen yang baik di kapal maka
27
proses penanganan masalah sampah bisa di atasi sehingga
pencemaran di laut oleh sampah bisa di kurangi.
Di Indonesia masalah pencegahan pencemaran dari kapal
diatur dalam Peraturan Pemerintah RI, No 19 Tahun 1999 tentang
pengendalian pencemaran dan atau perusakan laut. Dan Peraturan
Pemerintah RI no 51 tahun 2002 di dalam pasal 110 dinyatakan
‘’setiap, pemilik, operator, nakhoda, atau pemimpin kapal, anak buah
kapal dan pelayar lainnya wajib mencegah timbulnya pencemaran
lingkungan’’.
Pencegahan pencemaran laut berkembang menjadi suatu
masalah yaitu masalah lingkungan laut di mana instansi-instansi
penelitian makin memperketat usaha penelitian dan penyelidikan.
Berbagai pengkajian di laksanakan untuk mengupas dan membahas
masalah pencemaran laut. Rangkaian seminar simposium dan loka
karya di selenggarakan secara Nasional maupun Internasional untuk
membandingkan masalah lingkungan laut yang sungguh berjasa
dalam memperjelas pengertian dan membangkitkan kesadaran
tentang lingkungan laut tersebut. Karena masalah lingkungan laut itu
mengandung ancaman tarhadap keidupan biota, ekosistem laut, dan
kehidupan manusia, yang dapat mengancam dan membahayakan
kelestariannya, sehingga kita di tuntut untuk meningkatkan kesadaran
untuk usaha-usaha penanggulangan pencemaran lingkungan laut.
Sehingga ditingkat Internasional dibentuk suatu badan yang
mengatur tentang masalah pencemaran laut yaitu IMO, organisasi ini
dibentuk untuk mengatur dan menetapkan hukum dan ketentuan
tentang pencemaran laut yang disebabkan dari kapal-kapal dan harus
di ikuti oleh seluruh negara. Adapun komponen-komponen
pencemaran air laut dari kapal ialah bahan buangan cairan berminyak,
bahan buangan olahan makanan, bahan buangan padat, bahan
buangan organik, dan bahan buangan anorganik.
28
B. Pembahasan Masalah
Setiap kapal yang sedang beroperasi harus memenuhi
persyaratan mengenai tata cara penanganan pencemaran dalam hal
ini pencemaran disebabkan oleh sampah. yang sesuai dan ditetapkan
oleh IMO dalam MARPOL 73/78 pada Annex V.
Di atas kapal harus memiliki buku catatan sampah guna untuk
mencatat kegiatan-kegiatan yang menyangkut masalah proses
penanganan sampah mulai dari penampungan sampai dengan
pembuangan semuanya itu harus dilakukan sesuai dengan prosedur
yang sudah ditetapkan dan tercantum dalam aturan karena apabila
pada saat penanganan tidak dilakukan sesuai dengan prosedur yang
baik maka kemungkinan besar pembuangan sampah dapat terjadi di
tempat dimana saja dari kapal dimanapun kapal berada sehingga
mengakibatkan laut tercemar.
Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan di kapal khusunya
mengenai proses penanganan sampah, kadang terjadi hal yang tidak
sesuai dengan prosedur yang diinginkan. Hal ini terjadi karena
kurangnya pemahaman kru kapal mengenai masalah ini. Dengan
demikian, maka dengan adanya suatu manajemen yang baik
diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah atau hal-hal yang dapat
menimbulkan pencemaran laut yang disebabkan oleh sampah pada
saat kapal beroperasi, sehubungan dengan penanganan sampah yang
tidak sesuai dengan prosedur akan berakibat buruk terhadap
lingkungan laut dan menyebabkan biota-biota laut dan ekosistem laut
akan mati dan punah.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran di laut akibat sampah
maka pelaksanaan kegiatan mulai dari pengumpulan, pemprosesan,
penyimpanan maupun sampai pembuangan, hendaknya dilakukan
dengan penuh rasa tanggung jawab dan pengawasan yang ketat dari
Mualim dan kru yang berjaga. Menyangkut dengan masalah sampah
29
maka dibutuhkan Officer dan kru yang terampil yang memahami betul
tentang cara atau prosedur penanganan sampah.
Di kapal harus ada seorang officer yang ditunjuk oleh
perusahaan dalam hal ini Chieff Officer yang harus bertanggung jawab
dalam pelaksanaan rencana manajemen sampah. Dan dalam
pelaksaan proses penanganan sampah dibutuhkan kerjasama semua
anak buah kapal untuk pelaksanaannya sesuai dengan rencana yang
sudah ditetapkan, dimana prosedur yang ada di dalam rencana
tersebut harus dilaksanakan.
1. Penanganan sampah
Agar prosedur yang dilakukan di kapal supaya selalu dapat
dipahami dan dilaksanakan yaitu:
a. Dengan menempelkan poster-poster atau himbauan yang
mudah dimengerti dan ditempatkan di tempat-tempat yang
mudah dilihat oleh seluruh kru tentang persyaratan
pembuangan sampah yang disebutkan dalam aturan 3 dan 5
dari Annex V tentang pembuangan sampah ke dalam dan di
luar daerah khusus.
b. Melaksanakan safety meeting minimal satu bulan sekali untuk
melakukan pengarahan kepada kru kapal tentang masalah
penanganan sampah.
Prosedur yang paling tepat untuk penanganan dan
penyimpanan sampah akan bermacam-macam tergantung pada
faktor-faktor seperti tipe dan ukuran kapal, daerah operasi misalnya
jarak pulau, peralatan pemprosesan sampah dan ruang
penyimpanan, jumlah awak kapal, durasi pelayaran dan pengaturan
fasilitas penampungan di pelabuhan singgah.
Mengingat pentingnya rencana manajemen sampah maka
tanggung jawab kru kapal dan prosedur untuk semua aspek
penanganan dan penyimpanan sampah harus diidentifikasikan
dalam petunjuk pengoperasian kapal yang tepat, prosedur untuk
30
penanganan sampah yang dihasilkan oleh kapal dapat dibagi
menjadi empat langkah yaitu :
1) Pengumpulan
Prosedur-prosedur dalam pengumpulan sampah harus
berdasarkan pada pertimbangan apakah dapat dan tidak dapat
di buang ke laut sepanjang perjalanan. Setiap kategori tempat-
tempat sampah harus ditandai dengan jelas dan dapat
disediakan untuk tiap-tiap jenis sampah yang dihasilkan di atas
kapal.Tempat terpisah ini seperti kantung-kantung, kaleng, atau
yang dapat menerima sampah :
a) Sampah plastik
b) Sampah makanan
c) Sampah lainnya yang dapat dibuang ke laut
Tempat-tempat penampungan sampah untuk tiap-tiap
kategori harus jelas. Ditandai dengan warna, grafik, bentuk,
ukuran atau tiap-tiap kategori harus jelas. Ditandai dan
dibedakan dengan warna, bentuk, ukuran atau tempat harus
disisipkan dalam tempat yang cukup di kapal. Kru kapal dan
penumpang harus diberitahu mana sampah yang boleh dan
tidak boleh dibuang. Setiap kru kapal harus diberikan tanggung
jawab dalam pengumpulan atau pengosongan dari wadah atau
tempat ini dan mengambil sampah ke tempat penyimpanan
yang sesuai.
2) Pemprosesan
Pemprosesan sampah tergantung pada faktor-faktor
seperti jenis kapal, daerah pengoperasian, dan jumlah crew di
atas kapal. Dan di atas kapal harus dipasang dengan
incenerator, compactor, comminuter dan alat-alat lainnya untuk
pemprosesan sampah di atas kapal dan harus ditunjuk krukapal
yang tepat untuk pengoperasiannya serta pada waktu yang
tepat sesuai dengan kebutuhan kapal.
31
a) Compactor
Membuat sampah lebih mudah disimpan untuk ditransfer ke
fasilitas penampungan di pelabuhan dan untuk membuang
ke laut bila batas pembuangannya sudah diizinkan.
b) Comminuter
Ini adalah suatu alat untuk menghaluskan sampah makanan
hingga ukuran partikel kecil yang dapat melewati jala-jala
dengan lubang tidak lebih dari 25 mm.
c) Incenerator
Incenerator di kapal dominannya dirancang untuk
pembakaran sampah, kotoran-kotoran minyak lumas dan
kotoran bahan bakar. Pembakaran sampah plastik utamanya
membutuhkan lebih banyak udara dan temperatur yang lebih
tinggi supaya dapat hancur lebih sempurna. Alat ini paling
tepat dan aman untuk pembakaran sampah plastik. Sisa abu
pembakaran dari beberapa bahan plastik yang mengandung
logam berat atau residu lainnya yang di dalamnya
mengandung racun tidak boleh di buang ke laut. Abu seperti
ini harus disimpan sedemikian mungkin di atas kapal dan
dibuang pada fasilitas penampungan di pelabuhan dan pada
saat kapal berada di pelabuhan penggunaan incenerator
harus disetujui atau mendapat izin dari pihak yang
berwenang. Tapi umumnya pembakaran sampah di atas
kapal ketika kapal berada di area pelabuhan atau dekat
dengan daerah kota sebaiknya tidak dilakukan dan akan
menambah polusi udara disekitar daerah tersebut.
3) Penampungan
Sampah yang tidak bisa dibuang ke laut harus ditampung
di kapal dan tiap jenis sampah harus dipisahkan dan ditampung
pada masing-masing tempatnya untuk dikembalikan ke
pelabuhan. Tapi ini tergantung dari panjangnya voyage dan juga
32
keberadaan fasilitas penampungan di pelabuhan dan sampah
harus disimpan dengan cara yang baik supaya dapat mencegah
zat-zat berbahaya, dan sampah yang mengandung bahan
makanan harus dipisahkan dengan sampah yang tidak
mengandung sampah makanan dan ditempatkan pada tempat
penampungan yang ditandai dengan jelas pada tempat
penyimpanan untuk mencegah pembuangan yang salah.
4) Pembuangan
Pembuangan sampah kelaut dapat dilakukan ketika
situasi tertentu terpenuhi dan diijinkan. Secara umum
pembuangan dari sampah kelaut diijinkan kecuali hal-hal yang
di atur pada MARPOL 73/78 Annex V. Lokasi yang menjadi
prioritas utama melakukan pembuangan adalah pada
pelabuhan, sampah dari kapal biasanya terdiri dari berbagai
komponen yang beberapa di antaranya diatur pada Annex V,
dan juga terdapat peraturan yang di atau oleh peraturan lokal,
nasional dan juga per region. Contohnya saja domestik,
operational, terkait muatan, makanan dan pemeliharaan limbah.
Setiap komponen dari sampah harus dievaluasi terpisah guna
untuk menentukan cara terbaik untuk menangani dari jenis
sampah tersebut dan juga dikelompokkan dengan kategori yang
dispesifikasikan pada garbage record book.
Adapun faktor-faktor penyebab belum terlaksananya prosedur
penanganan garbage management plan dengan baik sesuai
MARPOL 73/78 pada MV.MELATI LAUT, antara lain:
a. Kurangnya perawatan pada peralatan yang telah ada
b. Ketersediaannya peralatan yang ada namun tidak di
pergunakan dengan semestinya
c. Ketersediaan plakat-plakat atau poster-poster tentang garbage
yang tidak di cermati dengan baik
33
d. Kurangnya pelatihan dari perwira kepada kru tentang garbage
management plan
e. Kurangnya dukungan dari perusahaan untuk peralatan dan
pelaksanaan garbage management plan.
2. Pembuangan sampah
Pembuangan sampah ke laut harus berdasarkan Annex V
MARPOL 73/78. Pembuangan ke fasilitas pelabuhan harus
mendapat prioritas utama, dan pada waktu pembuangan sampah
ke laut, hal-hal di bawah ini harus diperhatikan:
a. Pembuangan sampah harus dipadatkan karena sampah yang
tidak dapat dipadatkan akan menyebabkan jumlah benda apung
yang mampu mencapai pantai walaupun telah dibuang lebih
dari 25 mil dari pantai terdekat. Oleh karena itu, harus diberikan
pemberat supaya untuk memudahkan sampah tersebut
tenggelam. Selain itu sampah yang telah dipadatkan harus
dibuang pada perairan yang kedalamannya 50 meter atau lebih
agar tidak rusak kepadatannya yang disebabkan oleh ombak.
b. Penanganan sampah yang dapat terkontaminasi dengan bahan-
bahan seperti minyak, bahan kimia berbahaya semuanya diatur
dalam Annex atau hukum yang mengatur polusi lainnya. Selain
itu pembuangan dalam jumlah besar diharuskan mempunyai
tingkat aturan yang lebih ketat.
c. Untuk memastikan jadwal pembuangan sampah bagi fasilitas
pembuangan di pelabuhan, agar kapal diharapkan dapat
memberi informasi tentang hal tersebut, kebutuhan
pembuangan harus di identifikasikan secara tepat ketika akan
diminta penanganan sampah secara khusus.
34
Sampah ke Sampah ke Tempat
Laut (di luar Laut (di
daerah dalam daerah
khusus) khusus)
Plastik (tali sintesis,
jaring jala ikan dan
karung sampah Dilarang Dilarang untuk Merah
plastik) untuk dibuang dibuang
Sisa makanan :
Dapat terurai >3 mil dari > 12 mil dari
pulau pulau
terdekat terdekat Hijau
Tidak dapat > 12 mil dari > 12 mil dari
terurai pulau pulau
terdekat terdekat
Kertas, kain, kaca,
logam, botol, barang
dari tembikar, dan
sampah sejenis.
DapatTerurai
> 3 mil dari Dilarang Hitam
Tidak terurai pulau dibuang
terdekat
> 12 mil dari
pulau
terdekat
Dunnage apung,
pelapis/materi > 25 mil dari Dilarang Kuning
pembungkus yang
35
bukan plastik. pulau terdekat dibuang
Sumber: ABS Garbage Management Manual Tahun 2012.
Sampah yang dapat terurai diartikan sebagai sampah yang
melewati kasa dengan diameter lubang tidak lebih dari 25 mm.
Tabel 4.3: Waktu Penguraian Sampah Di Laut
Waktu Yang Diperlukan Suatu Objek Untuk Dapat Diuraikan
di Laut
Kertas tiket 2 – 4 minggu
Pakaian 1 – 5 minggu
Tali 3 – 14 minggu
Pakaian Wol 1 tahun
Kayu yang di cat 13 tahun
Kaleng 100 tahun
Kaleng Aluminium 200 – 500 tahun
Botol Plastik 450 tahun
Sumber: ABS Garbage Management Manual Tahun 2012.
Konvensi MARPOL 1973 diminta untuk menghilangkan dan
mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke laut dari kapal-kapal.
Di dalam konvensi Annex V tentang sampah meliputi seluruh jenis
makanan, limbah rumah tangga, dan operasional kecuali ikan segar
dihasilkan selama operasi biasa di kapal dan dapat disingkirkan
dan dibersihkan secara terus-menerus atau secara berkala. Di
dalam Annex juga secara keseluruhan melarang pembuangan
sampah khususnya plastik apapun ke laut dan beberapa batas
pembuangan sampah lain dari kapal ke perairan pantai dan area
khusus. Dalam Annex juga mengharuskan pemerintah untuk
memastikan bagian fasilitas penampungan di pelabuhan dan
terminal penerima sampah.
Area khusus yang diharuskan dalam Annex V adalah :
a. Laut Mediteranian (termasuk teluk dan laut di dalamnya yang
berbatasan antara laut mediteranian dan laut hitam).
36
b. Laut Baltik, termasuk Teluk Bothania dan Teluk Finlandia dan
jalan masuk ke Laut Baltik.
c. Laut Hitam.
d. Laut Merah, termasuk Teluk/Terusan Suez.
e. Laut Utara, termasuk Selat Inggris (English Cannal).
f. Laut Antartik.
g. Laut Karibia.
Area ini adalah yang memiliki masalah khusus karena trafik
pelayaran yang berat atau air yang rendah yang disebabkan oleh
dataran yang mengelilingi secara alamiah dari wilayah laut.
Aturan pembuangan sampah dapat dikecualikan jika:
1) Pembuangan sampah dari kapal dilakukan dengan maksud
untuk menjaga keselamatan kapal dan segala sesuatu di atas
kapal atau menyelamatkan jiwa di laut.
2) Pembuangan sampah sebagai akibat dari kerusakan yang
dialami oleh kapal atau perlengkapannya dengan ketentuan
bahwa semua tindakan pencegahan telah dilakukan sebelum
dan setelah terjadinya kerusakan dengan maksud untuk
mencegah atau mengurangi terjadinya pembuangan sampah.
3) Hilangnya jaring penangkap ikan sintesis atau bahan sintesis
tanpa disengaja karena keadaan tertentu dengan ketentuan
bahwa semua tindakan pencegahan telah dilakukan untuk
mencegah hilangnya jaring tersebut.
Dalam pembuangan sampah pada kapal MV.MELATI LAUT belum
terlaksana dengan baik karena beberapa faktor, antara lain:
a. Kurangnya kesadaran ataupun kepedulian kru kapal pada saat
membuang sampah
b. Kurangnya pengawasan perwira ataupun perusahaan mengenai
pembuangan sampah di laut
37
c. Adanya kru kapal yang belum paham betul tentang garbage
management plan terkait Peraturan Pembuangan Sampah Ke
Laut.
Gambar 4.4: Tempat Sampah Pada MV.MELATI LAUT
3. Pencatatan sampah
Setiap kapal yang mempunyai berat kotor 400ton dan
diantaranya dan setiap kapal yang bersertifikat dan mempunyai
kurang lebih 15 orang di atas kapal dalam pelayaran ke pelabuhan
atau ke terminal jauh dari pantai di bawah yuridiksi dan bagian-
bagian konvensi dan setiap ketentuan dan bagian yang terampung
di dalam melakukan eksplorasi dan eksploitasi di laut harus
dilengkapi dengan sebuah Gerbage Record Book (Buku catatan
sampah) dan ini juga merupakan salah satu bagian dokumen kapal.
Setiap pengoperasian pembuangan atau pembakaran yang
sempurna harus dicatat di buku catatan sampah dan harus
disahkan pada hari, tanggal pembakaran atau pembuangan oleh
perwira yang bertugas. Setiap halaman dari Gerbage Record Book
harus ditandatangani oleh nahkoda di kapal. Untuk menguatkan
laporan dari Gerbage Record Book maka harus ditulis dalam dua
38
bahasa yaitu bahasa resmi negara bendera kapal dan Bahasa
Inggris atau Perancis.
Ketika melakukan pembakaran atau pembuangan harus
dicatat tanggal, waktu dan posisi kapal serta jenis-jenis dari
sampah dan perkiraan jumlah sampah yang dibuang atau dibakar.
Sebuah Gerbage Record Book harus berada di kapal serta
ditempatkan di tempat yang mudah dilihat apabila terjadi inspeksi
pada setiap saat. Dokumen ini harus bertahan sampai dua tahun
terhitung catatan/laporan saat kejadian.Apabila pada pembuangan
keluar dari aturan yang harus dipenuhi seperti dalam Aturan 6 dari
Annex ini maka harus dibuat atau dicatat dalam Gerbage Record
Book yaitu keadaan dan alasan pada saat kejadian.
Kemampuan bertindak yang dilakukan oleh pemerintah
dalam hal ini sesuai konvensi yaitu harus melakukan pemeriksaan
pada Buku Catatan Sampah di atas kapal dan bagi semua kapal
dimana aturan ini berlaku jika kapal di pelabuhan atau terminal
darat dan boleh membuat salinan dari semua catatan di dalam
buku ini dan menunjukkan kepada nahkoda untuk mengesahkan
salinan tersebut, dan salinan tersebut harus dibuat dan disahkan
oleh nahkoda dan salinan ini adalah sebagai salinan yang benar
dari Buku Catatan Sampah dan harus diterima dengan proses
hukum yang sesuai fakta yang ada. Pengawasan buku catatan
sampah dan pengambilan salinan yang disahkan oleh otoritas
yang berwenang pada paragraf ini harus ditunjukkan secara tepat
tanpa menyebabkan keterlambatan pada kapal.
Rencana manajemen sampah harus memuat suatu daftar
kelengkapan kapal khusus dan susunan untuk penanganan
sampah, dan dapat berisi aturan-aturan atau acuan dari instruktur
perusahaan yang ada.
Seperti yang telah diisyaratkan dalam aturan 9 (2) seorang
pejabat yang ditunjuk di kapal harus bertanggung jawab dalam
39
pelaksanaan rencana manajemen sampah. Keputusan seperti ini
oleh perusahaan harus ditentukan berdasarkan tipe kapal, dan
daerah pelayarannya. selain kapal penumpang dapat ditunjuk satu
orang dan untuk kapal penumpang dapat ditunjuk lebih dari satu
orang perwira senior bagiandek maupun mesin. Tetapi harus
terkoordinir untuk memenuhi ketentuan yang ada dan tanggung
jawab di kapal untuk melaksanakan rencana manajemen sampah
adalah perusahaan bertanggung jawab untuk menunjuk awak
kapal yang berwenang dan dukungan terhadap orang yang
ditunjuk dapat diberikan oleh staff departemen. Dukungan seperti
ini diperlukan dalam proses pengumpulan, pemisahan, dan
pemprosesan sampah untuk menjamin bahwa prosedur di kapal
harus dilakukan berdasarkan rencana manajemen sampah dan
dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab.
40
Gambar 4.5 : Buku Pecatatan Sampah Pada MV. MELATI LAUT
41
2) Jika sampah dibuang ke fasilitas penampungan darat atau ke
kapal lain :
a) Tanggal dan waktu pembuangan.
b) Pelabuhan atau fasilitas atau nama kapal.
c) Kategori sampah yan g dibuang.
d) Perkiraan jumlah yang dibuang untuk tiap kategori
dalam m3.
e) Tanda tangan perwira yang bertugas dalam
operasinya.
3) Jika sampah dibakar :
a) Tanggal dan waktu dari mulai dan berakhirnya
pembakaran.
b) Posisi kapal lintang dan bujur.
c) Perkiraan jumlah yang dibakar dalam m3.
d) Tanda tangan perwira yang bertugas dalam
operasinya.
4) Kecelakaan atau pembuangan khusus yang lain dari sampah :
a) Waktu kejadian.
b) Pelabuhan atau posisi kapal waktu kejadian.
c) Perkiraan jumlah atau kategori sampah.
d) Daerah pembuangan, jalan keluar atau kerugian dan
alasan.
Pada proses pencatatan pembuangan di MV.MELATI LAUT sudah
di laksanakan dengan baik sesuai prosedur, Chief Officer selaku
penanggung jawab pembuangan ataupun pencatatan sampah telah
melaksanakan tugas sesuai dengan prosedur, hal ini karena kerja
sama antara kru dan perwira sudah ada namun harus tetap di
tingkatkan untuk mempermudah pemantauan pelaksanaan garbage
management plan.
42
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan masalah maka
dapat disimpulkan bahwa belum dilaksanakannya Garbage
Management Plan yang dipersyaratkan oleh MARPOL 1973/1978
Annex V dengan optimal pada MV. MELATI LAUT yang disebabkan
beberapa faktor antara lain :
Pemahaman kru tentang prosedur penanganan dan
pembuangan sampah belum optimal sehingga masih banyak kru yang
membuang sampah tidak pada tempatnya.
B. Saran
Dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut:
Disarankan perlu adanya pelatihan dan pengetahuan pada kru
kapal tentang prosedur penanganan dan pembuangan sampah dan
sebaiknya diberikan tanda jenis, klasifikasi terhadap tempat sampah
untuk jenis sampah yang ada serta petunjuk pengoperasian alat
pendukung dalam upaya mencegah pembuangan sampah
sembarangan.
DAFTAR PUSTAKA
44
LAMPIRAN 1
45
LAMPIRAN 2
46
LAMPIRAN 3
47
LAMPIRAN 4
48
LAMPIRAN 5
49
LAMPIRAN 6
50
LAMPIRAN 7
51
LAMPIRAN 8
52