Anda di halaman 1dari 75

OPTIMALISASI PENGGUNAAT ALAT NAVIGASI RADAR

GUNA KESELAMATAN PELAYARAN DI ATAS KAPAL MV


LIMA VALERIE

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


Guna memperoleh gelar Ahli Madya Tra ( Diploma III )

Disusun oleh:

NAMA : SEGI PRATAMA


NIT : 18314774
JURUSAN : NAUTIKA

AKADEMI MARITIM CIREBON

2022
HALAMAN PERNYATAAN

TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Segi Pratama

Nomor Induk Taruna : 18314774/N

Program Studi : Nautika

Jenjang : Diploma III

Judul : Optimalisasi Penggunaan Alat Navigasi Radar

Guna Keselamatan Pelayaran di Atas Kapal MV LIMAVALERIE

Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan sumber – sumber baik yang di kutip maupun yang saya buat sendiri saya

nyatakan dengan benar. Jika kemudian hari terbukti ditemukan unsur plagiat

dalam Tugas Akhir ini, maka penulis bersedia menerima sanksi sesuai peraturan

perundang - undangan yang berlaku.

Cirebon, …………......2022

Segi Pratama
(NIT. 183114774/N)

i
HALAMAN PERSETUJUAN
TUGAS AKHIR

Judul : OPTIMALISASI PENGGUNAAN ALAT NAVIGASI

RADAR GUNA KESELAMATAN PELAYARAN DI

ATAS KAPAL MV LIMAVALERIE

Nama Taruna : Segi Pratama

NIT : 18314774/ N

Jurusan : Nautika

Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diseminarkan

Cirebon, ………………………………….2022

Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II

Nana Sutisna Noor.,SE.,ANT III Drs.Mumuh Abdul Gani.,MM

Mengetahui:
Ketua Jurusan Nautika

Pagira Ritchi,M.M.,ANT II
PENGESAHAN PROPOSAL

ii
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS AKHIR

OPTIMALISASI PENGGUNAAN ALAT NAVIGASI RADAR GUNA


KESELAMATAN PELAYARAN DI ATAS KAPAL MV LIMA VALERIE

Disusun oleh :

Nama Taruna : Segi Pratama


NIT : 18314774/N
Jurusan : Nautika

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tugas Akhir


Pada tanggal ……………

Menyetujui:

Penguji I Penguji II

Mengetahui:

Ketua Jurusan Nautika

Pagira Ritchi,M.M.,ANT II

iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan mengucap rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha

Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas

Akhir ini. Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada :

1. Orangtua yang dengan sabar membesarkan dan mendidik saya sampai

saat ini, dan juga telah memberikan semangat serta dukungan baik secara

moral maupun materi sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir

ini.

2. Bapak dan Ibu Dosen Akademi Maritim Cirebon (AMC), yang dengan

sabar mendidik dan bersedia memberikan ilmu kepada saya selama saya

menempuh pendidikan di kampus Akademi Maritim Cirebon (AMC)

3. Sahabat dan teman seperjuangan di Akademi Maritim Cirebon (AMC)

angkatan XXX, yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada

saya selama proses penyelesaian Tugas Akhir ini.

4. Semua pihak yang bersangkutan dalam membantu dan mendukung saya

dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu.

iv
MOTTO

“ Jika Kamu ingin Hidup Bahagia,Terikatlah pada tujuan bukan orang atau benda”
-Albert Eínstein

“Kebahagiaan Tergantung pada dirimu sendiri”


-Aristoteles

v
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir ini dengan tepat waktu dan sehingga dalam penulisan Tugas Akhir ini
penulis tidak mengalami kendala hingga terselesaikannya Tugas Akhir dengan
judul “Optimalisasi Penggunaan Alat Navigasi Radar Guna Keselamatan
Pelayaran Di Atas Kapal SV STELLA 28.”
Penelitian ini dilaksanakan karena ketertarikan peneliti pada masalah yang
sering terlupakan dan tidak dianggap serius, padahal justru faktor yang sering
diabaikan, inilah yang menjadi salah satu faktor bertambah besarnya tingkat
kecelakaan kerja di atas kapal.
Penulisan Tugas Akhir ini menggunakan metode deskriptif kualitatif
berdasarkan semua sumber dan data dari beberapa buku referensi yang penulis
gunakan sebagai penunjangnya. Penelitian ini mendalami masalah Optimalisasi
Penggunaan Alat Navigasi Radar Guna Keselamatan Pelayaran Di Atas Kapal
SV STELLA 28. Penulis telah melakukan pengumpulan data kemudian melakukan
interpretasi dan menyusun simpulan sehingga tersaji fakta komprehensif sesuai
tujuan penelitian ini.
Dalam penulisan Tugas Akhir mandapat bantuan, bimbingan serta arahan
dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini
penulis banyak mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Yth. Bapak Andres Romulus.,M.M.,ATT.II Selaku Direktur Akademi

Maritim Cirebon (AMC)

2. Yth. Bapak Dwi Wahyudi Purnomo, S.S.IT.,ANT II Selaku Pudir I

Akademi Maritim Cirebon (AMC)

3. Yth. Bapak Pagira Ritchi, M.M., ANT II Selaku Ketua Jurusan

Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga Akademi Maritim Cirebon (AMC)

vi
4. Bapak Nana Sutisna Noor.,SE.,ANT III selaku dosen pembimbing I yang

telah banyak meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing

penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

5. Bapak Drs.Mumuh Abdul Gani.,MM selaku pembimbing II yang telah

banyak meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing penulis dalam

penyusunan Tugas Akhir ini.

6. Bapak dan Ibu dosen Akademi Maritim cirebon (AMC), khususnya

lingkungan program studi Nautika yang telah memberikan bekal ilmu

sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

7. Kedua orang tua yang telah membimbing sehingga terselesaikan proposal

ini, serta rekan-rekan taruna yang telah memberikan dorongan dan

semangat

8. Seluruh rekan Taruna/i Akademi Maritim


Cirebon,Cirebon (AMC) 2021
khususnyya

kepada teman-teman jurusan Nautika angkatan 30 yang telah memberikan


Penulis

dukungan dalam penyelesaiaan Laporan Tugas Akhir.

Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari kata
Arfandy Dwi Aji M
sempurna, untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang
(NIT.bersifat membangun dari
1730 4256/N)

pembaca sekalian. Semoga Tuhan yang Maha Kuasa melimpahkan Rahmat-Nya

kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan Laporan

Tugas Akhir ini. Akhir kata, semoga Laporan Tugas Akhir ini berguna bagi saya

dan juga pembaca.

vii
ABSTRAK

Alat navigasi elektronik adalah alat yang wajib ada di atas kapal untuk
meminimalkan resiko kecelakaan. Tidak jarang perusahaan pelayaran kurang teliti
dalam perencanaan, kurangnya pengawasan, pengecekan operasional kapal
termasuk alat navigasi elektronik serta belum optimalnya penggunaan alat
navigasi elektronik. Akibatnya, keselamatan jiwa crew kapal sangat kurang.
Jenis penelitian yang penulis sajikan dalam menyampaikan masalah adalah
deskriptif kualitatif, dimana penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian untuk
memberikan keterangan tentang apa dan bagaimana penelitian dilakukan bagi
seorang peneliti yang berisi data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar,
tabel, dan bukan angka-angka. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik
pengamatan, wawancara, dan studi pustaka. Lokasi penelitian ini dilaksanakan
ketika penulis sedang dalam melaksanakan praktek laut selama 12 bulan terhitung
dari sign on sampai sign off, di kapal milik perusahaan. Tempat penelitian ini
dilakukan di atas kapal pada saat penulis sedang menjalani pekerjaan harian di
kapal.

Kata kunci : Alat Navigasi Elektronik, Kecelakaan.

viii
ABSTRACT

Electronic navigation tool is a must-have tool on board to minimize


accident risk. It is not uncommon for shipping companies to be less precise in
planning, lack of supervision, operational checks of ships including electronic
navigation equipment and the inability of electronic navigation tools. As a result,
the life safety of crew ships is very less.
The type of research that the authors present in conveying the problem is
descriptive qualitative, where qualitative descriptive research is a research to
provide information about what and how research done for a researcher who
contains data collected in the form of words, images, tables, and not the numbers.
Techniques of data collection using observation techniques, interviews, and
literature study. The location of this study was conducted when the authors were
in carrying out marine practices for 12 months from signing on to sign off, on the
company's vessels. The place of this research was conducted aboard the ship at the
time of the author is undergoing daily work on the ship.

Keywords: Electronic Navigation Tool, Accident.

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN...........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN...........................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.........................................................................................iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................................vi
ABSTRAK......................................................................................................................viii
ABSTRACT......................................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3. Batasan Masalah.................................................................................................3
1.4. Tujuan Penelitian................................................................................................3
1.5. Manfaat Penelitian..............................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................5
2.1 Review Penelitian Sebelumnya..........................................................................5
2.2 Landasan Teori...................................................................................................6
2.3 Kerangka Penelitian.........................................................................................30
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................31
3.1. Jenis Penelitian.................................................................................................31
3.2. Lokasi Penelitian..............................................................................................32
3.3. Jenis Dan Sumber Data....................................................................................32
3.4. Teknik Analisa Data.........................................................................................34
BAB IV............................................................................................................................36
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................................................36
A. Gambaran Umum Objek Penelitian......................................................................36
B. Hasil Penelitian....................................................................................................38
1. Penyajian Data.....................................................................................................38
2. Analisis Data........................................................................................................41
C. Pembahasan..........................................................................................................46

x
BAB V.............................................................................................................................60
PENUTUP.......................................................................................................................60
a. KESIMPULAN....................................................................................................60
b. SARAN................................................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................63

xi
xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bernavigasi adalah merupakan bagian dari kegiatan melayarkan kapal

dari suatu tempat ke tempat yang lain. Pengetahuan tentang alat bantu

navigasi merupakan hal yang sangat penting untuk membantu seorang pelaut

dalam melayarkan kapalnya dengan keadaan aman dan selamat sampai

tujuan.

Dalam perkembangan dunia pelayaran yang sangat pesat dan kebutuhan

transportasi laut di suatu negara, peranan perusahan pelayaran dalam dunia

maritim sangatlah penting dalam menunjang perekonomian suatu negara

untuk itu diperlukan kapasitas angkutan yang optimal tentunya dengan

menggunakan transportasi laut yang dapat mengantarkan barang atau

komoditi yang berguna dan tepat waktu. Salah satunya dengan menggunakan

alat bantu navigasi supaya dapat sampai tujuan dengan aman, selamat dan

cepat. Alat bantu navigasi berkembang semakin lama semakin canggih.

Dalam dunia pelayaran telah terjadi kemajuan yang cukup pesat dalam sistem

alat bantu navigasi untuk keselamatan pelayaran. Seperti yang diketahui

bahwa dalam penggunaan pada peralatan bantu navigasi terhadap kelancaran

perjalanan sampai tujuan dengan aman dan selamat.

Alat-alat navigasi elektronik salah satu bagian utama dalam prosedur

pengoprasiannya atau persyaratan yang sangat penting untuk menjamin

keaman alur pelayaran dan keselamatan selama dalam pelayaran itu. Tujuan

mengetahui alat navigasi elektronik antara lain agar dapat sampai tujuan

1
2

dengan aman, cepat dengan biaya yang terjangkau serta selamat sampai

tujuan. Pada saat ini penggunaan alat navigasi elektronik semakin meningkat,

baik di kapal besar maupun di kapal kecil. Maka dari itu alat navigasi

elektronik diatas kapal harus diketahui dan dioptimalisasikan oleh perwira

kapal yang bertanggung jawab terhadap keselamatan seluruh kapal baik awak

kapal maupun muatannya sesuai jadwal yang telah diatur diatas kapal

tersebut.

Dikarenakan Indonesia merupakan salah satu negara yang lalu lintas

lautnya padat maka tidak dipungkiri sering terjadi kasus kecelakaan laut

dengan berbagai sebab karena kurang optimalnya penggunaan alat navigasi di

atas kapal. Tingginya angka kecelakaan dialur pelayaran Indonesia membuat

banyak kalangan mempertanyakan penyebab dari naiknya tingkat kecelakaan

yang ada di Indonesia tiap tahunnya. Banyak kalangan yang masih belum

faham tentang penyebab-penyebab kecelakaan yang terjadi dialur pelayaran

sehingga untuk mengatasi permasalah tersebut masih belum bisa dilakukan

bahkan prosesnya lama.

Pentingnya masalah yang terjadi diatas, maka penulis akan mengangkat

tema diatas dan juga akan membahas tentang permasalahan tersebut

berdasarkan penelitian selama penulis melaksanakan pendidikan di Politeknik

Pelayaran Surbaya selama 2 tahun mengenai bahaya-bahaya yang terjadi dan

berdampak bagi muatan dan keselamatan kapal yang disebabkan karena

kurang maksimalnya penggunaan alat bantu navigasi pada saat berlayar,

sehingga peulis memilih judul, yaitu:


3

“OPTIMALISASI PENGGUNAAN ALAT NAVIGASI ELEKTRONIK

GUNA KESELAMATAN PELAYARAN DI ATAS KAPAL SV STELLA

28”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis membuat

rumusan masalah yaitu :

1. Apakah alat navigasi elektronik sudah digunakan secara optimal ?

2. Langkah – langkah apa sajakah yang harus dilakukan dalam rangka

optimalisasi penggunaan alat elektronik agar bermanfaat untuk

keselamatan di atas kapal ?

1.3. Batasan Masalah


Sehubungan dengan banyaknya masalah yang berkaitan dengan alat

navigasi elektronik untuk keselamatan pelayaran, maka dalam penelitian ini

penulis membatasi permasalahan hanya pada alat navigasi elektronik radar.

1.4. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan mempelajari teori ini adalah untuk mengetahui

optimalisasi penggunaan alat navigasi elektronik radar sesuai prosedur serta

upaya dalam meningkatkan kesadaran penggunaan radar secara optimal

karena dapat bermanfaat untuk keselamatan pelayaran di atas kapal.

1.5. Manfaat Penelitian


Dengan adanya penelitian-penelitian ini, manfaat yang ingin dicapai

penulis dalam penelitian ini antara lain :

1. Manfaat Secara Teoritis


4

a. Untuk dapat menerapkan teori yang diperoleh serta menambah

pengetahuan bagi penulis tentang penggunaan alat navigasi elektronik

guna keselamatan pelayaran di atas kapal.

b. Menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan para taruna/i

sebagai calon perwira kapal yang berkompeten dikapal.

c. Sebagai perbandingan antara teori dan praktek nyata lapangan pada

waktu praktek laut.

2. Manfaat Secara Praktis

Memberikan gambaran secara umum tentang bagaimana optimalisasi

penggunaan alat navigasi elektronik guna keselamatan pelayaran di atas

kapal dengan baik dan benar sesuai dengan standar prosedur yang berlaku.

Dan diharapkan berguna bagi peneliti selanjutnya, khusunya para taruna/i

Politeknik Pelayaran Surabaya untuk dapat menyempurnakan hasil

penelitian tentang alat bantu navigasi guna keselamatan pelayaran,

sehingga akan dihasilkan kajian yang lebih baik lagi yang dapat berguna

bagi para pelaut.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Review Penelitian Sebelumnya


1. Menurut penelitian Asif Awaludin, Ginaldi Ari Nugroho, Soni Aulia

Rahayu (2013) dengan judul “Analisis Kemampuan Radar Navigasi Laut

Furuno 1932 Mark-2 Untuk Pemantauan Intensitas Hujan” mendapatkan

hasil bahwa kemampuan radar navigasi furuno sebagai solusi radar biaya

murah dengan menganalisis spesifikasinya kemudian membuat eksperimen

dan pengujian untuk mencoba solusi kelemahannya melalui

pengembangan system akuisisi dan pengolah sinyal radar.

Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan jika penelitian Asif

Awaludin, Ginaldi Ari Nugroho, Soni Aulia Rahayu (2013) berbeda

dengan penelitian yang dilakukan penulis, jika Asif Awaludin, Ginaldi Ari

Nugroho, Soni Aulia Rahayu (2013) meneliti tentang Kemampuan radar

navigasi untuk intensitas hujan sedangkan penulis meneliti tentang

optimalisasi penggunaan alat navigasi elektronik guna keselamatan

pelayaran di atas kapal.

2. Dalam review penelitian yang peneliti ambil adalah Kegunaan Radar

Pada Keselamatan Bernavigasi, Fitri Andayani (2009) yang telah diteliti

sebelumnya, radar digunakan untuk mengatur jalur perjalanan kapal agar

setiap kapal dapat berjalan dan berlalu lalang di jalurnya masing-masing

dan tidak saling bertabrakan, sekalipun dalam cuaca yang kurang baik,

misalnya cuaca berkabut.

5
6

Menurut peneliti, peniltian tersebut kurang sempit dalam

permasalahan, maka peneliti mempersempit masalah tersebut dengan

menambahkan masalah optimalisasi penggunaan alat navigasi elektronik

yaitu “radar” guna keselamatan pelayaran di atas kapal.

2.2 Landasan Teori


1. Pengertian Optimalisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Optimalisasi (KBBI)

adalah berasal dari kata dasar optimal yang berarti terbaik, tertinggi, paling

menguntungkan, menjadikan paling baik, menjadikan paling tinggi,

pengoptimalan proses, cara, perbuatan mengoptimalkan (menjadikan

paling baik, paling tinggi, dan sebagainya) sehingga optimalisasi adalah

suatu tindakan, proses, atau metodologi untuk membuat sesuatu (sebagai

sebuah desain, sistem, atau keputusan) menjadi lebih/sepenuhnya

sempurna, fungsional, atau lebih efektif.

Menurut Machfud Sidik (2011) berkaitan dengan Optimalisasi suatu

tindakan/kegiatan untuk meningkatkan dan Mengoptimalkan. Untuk itu

diperlukan intensifikasi dan ekstensifikasi subyek dan obyek pendapatan.

2. Pengertian Penggunaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian

penggunaan adalah proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu

pemakaian.

3. Pengertian Alat Navigasi Elektronik

Menurut Tegar Hakim (2012) navigasi adalah suatu teknik untuk

menentukan kedudukan dan arah lintasan perjalanan secara tepat, atau


7

suatu kegiatan mengontrol arah perjalanan baik di peta maupun di medan

sebenarnya dengan tepat hingga sampai ke tujuan.

Pada kondisi terdahulu, istilah navigasi digunakan untuk melakukan

perjalanan di alam bebas hanya dibantu oleh peta, kompas dan

kemampuan berorientasi yaitu usaha memperkirakan atau menentukan

tempat kedudukan setepat mungkin dengan cara mengamati, mempelajari,

mengenali keadaan sekitar selama perjalanan dilakukan.

Radar Generasi Pertama Pada awalnya, radar memiliki kekurangan,

yakni gelombang elektromagnetik yang dipancarkannya terpancar di

dalam gelombang yang tidak terputus-putus. Hal ini menyebabkan radar

mampu mendeteksi kehadiran suatu benda, namun tidak pada lokasi yang

tepat. Terobosan pun akhirnya terjadi pada tahun 1936 dengan

pengembangan radar berdenyut (pulsed). Dengan radar ini, sinyal diputus

secara berirama sehingga memungkinkan untuk mengukur antara gema

untuk mengetahui kecepatan dan arah yang tepat mengenai target.

Sementara itu, terobosan yang paling signifikan terjadi pada tahun

1939 dengan ditemukannya pemancar gelombang mikro berkekuatan

tinggi yang disempurnakan. Keunggulan dari pemancar ini adalah

ketepatannya dalam mendeteksi keberadaan sasaran, tidak peduli dalam

keadaan cuaca apapun. Keunggulan lainnya adalah bahwa gelombang ini

dapat ditangkap menggunakan antena yang lebih kecil, sehingga radar

dapat dipasang di pesawat terbang dan benda-benda lainnya. Hal ini yang

pada akhirnya membuat Inggris menjadi lebih unggul dibandingkan

negara-negara lainnya di dunia. Pada tahun-tahun berikutnya, sistem radar


8

berkembang lebih pesat lagi, baik dalam hal tingkat resolusi dan

portabilitas yang lebih tinggi, maupun dalam hal peningkatan kemampuan

sistem radar itu sendiri sebagai pertahanan militer.

a. Radar

Menurut Capt. Arso Martopo, Radar adalah salah satu alat bantu

navigasi yang sangat potensial di atas kapal, baik dalam penentuan

posisi maupun pendeteksi resiko tubrukan.

Radar adalah peralatan navigasi elektronik terpenting dalam

pelayaran. Pada dasarnya radar berfungsi untuk mendeteksi dan

mengukur jarak suatu obyek di sekeliling kapal. Disamping dapat

memberikan petunjuk adanya kapal, pelampung, kedudukan pantai dan

obyek lain disekeliling kapal, alat ini juga dapat memberikan baringan

dan jarak antara kapal dan objek-objek tersebut.

Oleh karena itu radar sangat bermanfaat untuk mengetahui

kedudukan kapal lain sehingga dapat membantu menghindari/

mencegah terjadinya tabrakan dilaut. Radar akan sangat berguna pada

saat cuaca buruk, keadaan berkabut, dan berlayar di malam hari

terutama apabila petunjuk pelayaran seperti lampu suar, pelampung,

bukit atau bangunan visual yang tidak dapat diamati.

b. Klasifikasi Radar Berdasarkan Bentuk Gelombang

Klasifikasi radar dapat dibagi berdasarkan bentuk gelombangnya

sesuai dengan W.BURGER, MSc. Dalam bukunya yang berjudul

RADAR OBSERVER’S HANDBOOK ialah:


9

1) Continuous Wave/CW (Gelombang Berkesinambungan), merupakan

radar yang menggunakan transmitter dan antena penerima (receiver

antena) secara terpisah, di mana radar ini terus menerus

memancarkan gelombang elektromagnetik. Radar CW yang tidak

termodulasi dapat mengukur kecepatan radial target serta posisi

sudut target secara akurat. Radar CW yang tidak termodulasi

biasanya digunakan untuk mengetahui kecepatan target dan menjadi

pemandu rudal (missile guidance).

2) Pulsed Radars/PR (Radar Berdenyut), merupakan radar yang

gelombang elektromagnetiknya diputus secara berirama. Frekuensi

denyut radar (Pulse Repetition Frequency/PRF) dapat

diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu PRF high, PRF medium dan

PRF low.

c. Jenis-jenis Radar.

Jenis – jenis radar menurut W.BURGER, MSc.

1. Doppler Radar

Doppler radar merupakan jenis radar yang mengukur

kecepatan radial dari sebuah objek yang masuk ke dalam daerah

tangkapan radar dengan menggunakan Efek Doppler. Hal ini

dilakukan dengan memancarkan sinyal microwave (gelombang

mikro) ke objek lalu menangkap refleksinya, dan kemudian

dianalisis perubahannya. Doppler radar merupakan jenis radar yang

sangat akurat dalam mengukur kecepatan radial. Contoh Doppler


10

radar adalah Weather Radar yang digunakan untuk mendeteksi

cuaca.

2. Bistatic Radar

Bistatic radar merupakan suatu jenis sistem radar yang

komponennya terdiri dari pemancar sinyal (transmitter) dan

penerima sinyal (receiver), di mana kedua komponen tersebut

terpisah. Kedua komponen itu dipisahkan oleh suatu jarak yang

dapat dibandingkan dengan jarak target/objek. Objek dapat dideteksi

berdasarkan sinyal yang dipantulkan oleh objek tersebut ke pusat

antena. Contoh Bistatic radar adalah Passive radar. Passive radar

adalah sistem radar yang mendeteksi dan melacak objek dengan

proses refleksi dari sumber non-kooperatif pencahayaan di

lingkungan, seperti penyiaran komersial dan sinyal komunikasi.

d. Sistem radar

Ada tiga komponen utama yang tersusun di dalam sistem radar,

yaitu antena, transmitter (pemancar sinyal) dan receiver (penerima

sinyal) yang sesuai dengan W.BURGER, MSc. Dalam bukunya yang

berjudul RADAR OBSERVER’S HANDBOOK

1) Antena radar

Antena yang terletak pada radar merupakan suatu antena

reflektor berbentuk piring parabola yang menyebarkan energi

elektromagnetik dari titik fokusnya dan dipantulkan melalui

permukaan yang berbentuk parabola. Antena radar memiliki du

akutub (dwikutub). Input sinyal yang masuk dijabarkan dalam


11

bentuk phased-array (bertingkat atau bertahap). Ini merupakan

sebaran unsur-unsur objek yang tertangkap antena dan kemudian

diteruskan ke pusat sistem RADAR.

2) Pemancar sinyal (transmitter)

Pada sistem radar, pemancar sinyal (transmitter) berfungsi

untuk memancarkan gelombang elektromagnetik melalui reflektor

antena. Hal ini dilakukan agar sinyal objek yang berada didaerah

tangkapan radar dapat dikenali. Pada umumnya, transmitter

memiliki bandwidth dengan kapasitas yang besar. Transmitter juga

memiliki tenaga yang cukup kuat, efisien, bisa dipercaya, ukurannya

tidak terlalu besar dan tidak terlalu berat, serta mudah dalam hal

perawatannya.

3) Penerima sinyal (receiver)

Pada sistem radar, penerima sinyal (receiver) berfungsi sebagai

penerima kembali pantulan gelombang elektromagnetik dari sinyal

objek yang tertangkap oleh radar melalui reflektor antena. Pada

umumnya, receiver memiliki kemampuan untuk menyaring sinyal

yang diterimanya agar sesuai dengan pendeteksian yang diinginkan,

dapat memperkuat sinyal objek yang lemah dan meneruskan sinyal

objek tersebut ke pemroses data dan sinyal (signal and data

processor), dan kemudian menampilkan gambarnya di layar monitor

(display).

Selain tiga komponen di atas, sistem radar juga terdiri dari beberapa

komponen pendukung lainnya, yaitu:


12

a) Waveguide, berfungsi sebagai penghubung antara antena dan

transmitter.

b) Duplexer, berfungsi sebagai tempat pertukaran atau peralihan

antara antena dan penerima atau pemancar sinyal ketika antena

digunakan dalam kedua situati tersebut.

c) Software, merupakan suatu bagian elektronik yang berfungsi

mengontrol kerja seluruh perangkat dan antena ketika melakukan

tugasnya masing-masing.

e. Prinsip Pengoperasian Radar

Prinsip pengoperaisan radar menurut buku PERALATAN

NAVIGASI 2016 yang diterbitkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.

1) Prisip Kerja Radar

Umumnya, radar beroperasi dengan cara menyebarkan tenaga

elektromagnetik terbatas di dalam piringan antena. Tujuannya adalah

untuk menangkap sinyal dari benda yang melintas di daerah

tangkapan antena yang bersudut 20o – 40o. Ketika ada benda yang

masuk ke dalam daerah tangkapan antena tersebut, maka sinyal dari

benda tersebut akan ditangkap dan diteruskan ke pusat sistem radar

untuk kemudian diproses sehingga benda tersebut nantinya akan

tampak dalam layar monitor/display.

2) Bagian Bagian radar

Bagian – bagian radar sebenarnya bergantung dari jenis dan

kegunaannya yang dibawah ini adalah contoh radar yang sering

digunakan pada navigasi kapal laut. Menurut Capt. Arso Martopo,


13

maka bagian – bagian dari alat pemancar dan alat – alat penerima

suatu pesawat radio kapal dibangun dalam kesatuan – kesatuan yang

dapat dibedakan sebagai berikut :

a) Main Consule Adalah suatu kotak yang berisi kesatuan – kesatuan

yang yang terdiri dari pemancar, penerima, dan tombol pemancar

– penerima.

b) Aerial Unit Adalah kesatuan yang terdiri dari waveguide,

reflector dengan motor untuk memutarnya, dan berbagai schekel-

elemant.

c) Display Unit Adalah unit kesatuan yang terdiri dari Cathoda Ray

Tube (CRT) dan macam – macam tombol pengatur, biasanya

ditempatkan dianjungan.

f. Komponen pesawat radar

Sesuai yang diuraikan oleh Capt. Arso Martopo, bahwa

komponen – komponen radar adalah bagian – bagian terpenting yang

ada pada radar, apabila salah satu diantara komponen – komponen

tersebut mengalami kerusakan atau gangguan maka radar tidak dapat

berfungsi secara maksimal. Adapun komponen – komponen tersebut

adalah :

1) Instalasi radar.

Radar merupakan instrumen navigasi elektronik yang berfungsi

sebagai transmitter dan sekaligus sebagai reciver. Instalasi radar

adalah sebagai berikut :


14

a) Transmitter (pemancar) Adalah sebuah osicilator yang

menghasilkan gelombang electromagnetik SHF (Super High

Frequensi) yaitu 3 GHz (Giga Hazz) sampai 10 GHz (Giga

Hazz), bahkan sampai 30 GHz (Giga Hazz).

b) Modulator Adalah komponen yang berfungsi mengatur

pengiriman transmitter sebanyak 500 – 3000 pulsa setiap

detiknya, tergantung dari pada skala jarak yang sedang

digunakan.

c) Antena Adalah antena radar (scanner) memancarkan pulsa keluar

dan menerima kembali signal yang dipantulkan oleh target.

d) Reciver Adalah sebuah jaringan electronic untuk memperkuat

signal yang diterima dalam keadaan lemah, dimodulasikan

kembali dan dimunculkan dalam gambar berupa gema.

e) Indikator. Melalui Cathoda Ray Tube (CRT), echo yang diterima

diproses, disajikan dalam bentuk gambar dilayar radar, layar

gambar itu disebut Pulse Position Indicator (PPI), layar PPI

berbentuk lingkaran dengan satu garis lurus berpusat pada posisi

kapal yang berputar sesuai arah antena radar

2) Tombol dan switch.

a) Main on–off switch yaitu digunakan pada saat pertama kali akan

menghidupkan radar dengan menunggu 2 sampai 3 menit,

dengan begitu modulator akan bekerja dan seiring diikuti oleh

nyala dan bunyi.


15

b) Scanner on – off yaitu digunakan untuk menggerakan antena

scanner on, selama masih warming up scanner belum on.

c) Standby atau transmit switch. Tombol standby digunakan selama

menunggu high tension atau setelah selesai memakai radar, guna

untuk diistirahatkan sementara. Cara ini sangat baik dan

memungkinkan pada cuaca baik, tetapi jika cuaca buruk atau

kapal berlayar menyusuri sungai dan pantai maka posisi tambol

tetap pada transmit, agar dapat mendeteksi situasi keliling.

d) Brilliance atau video control yaitu untuk mengatur gambar agar

lebih jelas, apabila terlalu terang justru mengaburkan gambar.

e) Focus control yaitu untuk mempertajam gambar atau garis dan

mengurangi silau cahaya jika brilliance terlalu terang.

f) Centering (horizontal and vertical shift) control yaitu untuk

menggerakan pusat gambar secara vertical atau horizontal

sehingga berada tepat di pusat lingkaran radar, jika fokus tidak

tepat di pusat radar maka arah baringan maupun arah target tidak

teliti lagi.

g) Picture rotate or turn picture control yaitu untuk mengatur arah

heading flash pada baringan relatif atau baringan sejati.

h) Auto trim picture or compass reapet control yaitu digunakan

untuk menggerakan arah heading flash ke tempat yang

dikehendaki.

i) Gyro stabilized bearing scale. Pada radar biasanya dilengkapi

dengan dua skala baringan, skala sebelah dalam adalah untuk arah
16

relatif berarti heading flash menunjuk nol dan skala sebelah luar

menunjukan gyro, sehingga haluan dan baringan sejati dapat

dibaca dalam skala ini.

j) Heading marker of switch yaitu digunakan untuk tekanan agar

arah haluan didepan kapal nampak jelas dengan menghilangkan

heading flash sementara, karena dapat kemungkinan target atau

perahu tertutup olehnya.

k) Gain yaitu digunakan untuk mengatur dan memperjelas

identifikasi beberapa target serta mengurangi kebisingan.

l) Sensitive Time Control (STC). Pantulan echo dari ujung atau

puncak ombak di laut membuat radar terlalu terang, anti sea

clutter berguna untuk membersihkan gangguan sekitar 4-5 mil.

Pemakaian anti sea clutter yang terlalu besar akan membuat

target kecil disekitar kapal ikut hilang dari layar radar.

m)Rain switch yaitu dipakai untuk mengatasi gangguan hujan pada

layar radar.

n) Range selector switch yaitu digunakan untuk merubah ukuran

range, hal ini tidak boleh dilakukan secara perlahan-lahan tetapi

harus spontan agar tidak merusak hubungan arus listrik.

o) Switch for fixed range yaitu digunakan untuk mengatur jarak

target, digunakan 6 cincin yang jaraknya masing – masing sama

dan tergantung dari pengaturan range, misalnya 12 mil maka

setiap riing adalah 2 mil.


17

p) Variabel range marker (VRM) switch yaitu digunakan untuk

mengukur jarak suatu target secara lebih teliti, hasil pengukuran

jarak dapat dibaca indicator secara digital maupun analog.

q) Range calibration switch merupakan switch untuk menggabungan

fixed range dengan variable range, misalnya ditekan ke atas

untuk fixed range dan ke bawah untuk variable range.

r) Tunning control yaitu untuk mengatur kecepatan frequensi agar

diperoleh gambar yang lebih baik.

s) Mechanical cursor, cursor control and bearing state. Terdiri dari

2 garis menyilang di pusat radar dan dapat diputar untuk

membaring suatu target pada skala baringan di pinggir luar atau

dalam.

t) Minimum scale yaitu tombol untuk mengatur nyala lampu pada

skala jika akan membaca baringan.

u) Parellel index. Beberapa garis – garis sejajar pada layar radar

yang dapat diputar dengan jarak antara garis sejajar sesuai jarak 2

rings pada fixed range, alat ini sangat berguna untuk menduga

ketika akan melewati daerah berbahaya, mendekati tempat

berlabuh, berlayar mengikuti alur yang bebas dari rintangan,

mengukur pendekatan kapal terhadap kapal lain atau daratan.

v) Electronic bearing marker (EBL) switch yaitu digunakan untuk

membaring suatu target dan dapat dipakai untuk menarik garis

batas.
18

w) Reflection plotter yaitu sebuah screen tambahan pada layar radar

yang berguna untuk plotting memakai pensil cermathograph,

yang dapat memantulkan terang untuk mengetahui gerakan kapal

– kapal lain.

3) Simbol – simbol dalam tombol/switch radar

Adapun simbol-simbol pada radar dan cara penggunaannya adalah

sebagai berikut:

a) Radar off. Tekan radar off dan tekan tombol power maka radar

dalam posisi off, fungsinya untuk mematikan radar.

b) Radar on. Tekan radar on dan tekan tombol power maka radar

dalam posisi on, fungsinya untuk menghidupkan radar.

g. Fungsi radar sebagai alat navigasi di kapal menurut Politeknik

Pelayaran Surabaya (2013) dalam buku Peralatan Navigasi.

1) Penentuan posisi kapal (Position Fixing).

Untuk penentuan posisi kapal dapat dilakukan dengan beberapa cara

antara lain:

a) Menggunakan baringan dan baringan.

Cara ini dilakukan bila terdapat 2 (dua) benda daratan atau lebih.

Tombol yang dioperasikan adalah ‘EBL-brilliance’ dan ‘cursor’.

‘EBL’ diarahkan ke benda yang dibaring kemudian hasil baringan

dapat dibaca pada skala angka yang terdapat disekeliling

lingkaran layar radar. Bila radar diletakkan pada ‘Head-Up’ maka

baringan yang didapat adalah baringan relatif. Sedangkan bila


19

radar diletakkan pada posisi ‘North-Up’ atau ‘Course-Up’ maka

baringannya adalah baringan sejati.

b) Menggunakan baringan dan jarak.

Cara ini digunakan terutama bila hanya ada satu benda daratan

saja (satu titik target), dengan cara mengoprasikan ‘Cursor’

(untuk menggerakkan EBL kearah benda daratan) dan VRM

(untuk mengukur jarak benda).

c) Menggunakan jarak dengan jarak.

Cara ini digunakan apabila terdapat lebih dari satu benda

sebagaimana halnya cara ‘baringan dan baringan’. Kelebihan dari

cara ini adalah lebih sederhana dan cepat serta tidak terpengaruh

dengan kedudukan ‘North-Up’ atau ‘Head-Up.

2) Membantu menentukan ada-tidaknya resiko tubrukan dengan kapal

lain (Collision avoidance).

Adanya kapal-kapal yang mendekat dapat dideteksi dengan

menggunakan radar. Tanpa dihubungkan dengan ARPA, radar dapat

digunakan untuk ‘plotting’ secara manual, sehingga ada atau

tidaknya resiko dengan kapal lain dapat ditentukan.

3) Membantu kapal keluar-masuk pelabuhan atau perairan sempit.

Pada posisi ‘Head-Up’, radar sangat efektif dan efisien untuk

membantu para Nakhoda atau Pandu dalam melayarkan kapalnya

keluar-masuk pelabuhan, sungai, atau alur pelayaran sempit.

4) Memprediksi adanya hujan (weather forecasting).


20

Dengan menggunakan teknik ‘plotting’, dimungkinkan adanya hujan

atau awan rendah dapat diketahui secara dini, apakah hujan akan

melintas pada lintasan kapal, sehingga tindakan-tindakan preventif

yang berkaitan dengan keselamatan muatan dapat dilakukan.

h. Tombol-tombol pesawat radar menurut Politeknik Pelayaran Surabaya

(2013) dalam buku Peralatan Navigasi.

1) ‘Power’, berfungsi untuk menghidupkan radar. Pada umumnya radar

memerlukan ‘pemanasan’ terlebih dahulu sebelum dihidupkan

(untuk mengaktifkan komponen-komponen elektroniknya dan untuk

mengumpulkan electron bebas pada kutub katode dari pada CRT).

2) ‘TX/ST.BY’ berfungsi untuk memulai atau mengakhiri transmit /

pengiriman gelombang elektromagnetik dari transmitter, sehingga

pada pada posisi TX radar bekerja dan tampilan pada screen berupa

echo / gema yang merupakan target yang tertangkap oleh radar, dan

berhenti memancarkan gelombang elektromagnetik pada posisi

‘ST.BY’ namun radar dalam keadaan siap digunakan sewaktu-waktu

3) ‘Tuning’, yaitu berfungsi sebagai pengatur transceiver agar radar

mampu bekerja secara maksimal dalam pendeteksian target. Ada dua

mode pilihan yang bisa digunakan untuk pengaturan tuning yaitu

‘manual’ dan ’auto’

4) ‘Gain’, tombol ini berfungsi untuk mengatur kekuatan pancaran

pulsa dan penerimaan gema pulsa atau mengatur kepekaan radar.

5) ‘Brill (Brilliance) Video’ yaitu berfungsi untuk membuka pintu

anoda, sehingga tampilan layar radar menjadi lebih terang dan jelas.
21

6) ‘Brill (Brilliance) ARPA’ yaitu berfungsi untuk memperjelas

informasi ARPA.

7) ‘Range - / +’, berfungsi untuk menyetel jarak jangkau radar.

8) ‘Ring / Range’. Berfungsi sebagai pembuat cincin-cincin jarak.

Pada pesawat radar biasanya terdapat 2 (dua) ring marker

9) ‘Fix Ring Marker’, yang menampilkan cincin jarak secara tetap.

10) ‘VariableRing Marker’ (VRM), yang menampilkan satu cincin

jarak yang dapat dirubah. Dengan tombol ini jarak suatu target dapat

ditentukan secara tepat dengan melihat penunjuk angka digit pada

tepi layar monitor radar. Pada pesawat radar yang terdapat di BP2IP

Tangerang (JMA 9800) terdapat 2 VRM yaitu VRM 1 dan VRM 2.

11) ‘EBL’ (Electronic Bearing Lines)-Brilliance, yaitu tombol yang

berfungsi mengaktifkan garis baringan yang dapat digerakkan

memutar, pada pesawat radar yang terdapat di BP2IP Tangerang

(JMA 9800) terdapat 2 EBL, yakni EBL 1 dan EBL 2.

12) ‘HL Off’ (Heading Line Off), yang berfungsi untuk

menonaktifkan tampilan garis haluan kapal (Sejajar dengan garis

lunas kapal).

13) ‘Anti Clutter’ (Rain dan Sea) yaitu untuk mengurangi tampilan

pengaruh hujan (Rain Clutter) dan ombak (Sea Clutter). Pada radar

yang terdapat di BP2IP Tangerang (JMA 9800) terdapat Sea Clutter

dan Rain Clutter yang terpisah. (SEA & RAIN) dan bisa diatur pada

dua mode yang berbeda yaitu mode ‘AUTO’ atau ‘Manual’.


22

14) ‘Brilliance’ fungsinya untuk mengatur sapuan scanner pada target,

atau secara elektronik, untuk memperbesar lebar pulsa secara

mendatar (horizontal beam width).

15) ‘Pulse Length /PL’ fungsinya untuk menyetel panjang pulsa yang

dipancarkan, untuk mendapatkan gema yang sesuai dengan yang kita

harapkan berdasarkan jaraknya.

16) ‘Cursor’ berupa tanda (+) berguna untuk membaring dan

mengetahui jarak suatu target dan mengetahui koordinat target.

17) ‘North-Up, Head-Up, Course-Up’ yaitu tombol yang berfungsi

untuk meletakkan radar pada posisi tertentu sesuai dengan

keperluannya. Misalnya ‘North-Up’, lebih sesuai bila radar

digunakan untuk menentukan posisi kapal karena baringan yang

didapatkan adalah baringan sejati. ‘Head-Up’ lebih sesuai bila radar

digunakan untuk memandu memasuki perairan sempit karena apa

yang terlihat di haluan kapal, dengan apa yang terlihat terlihat di

layar radar adalah sesuai. ‘Course-Up’ dapat memberikan

kemudahan penentuan posisi sekaligus untuk ‘ploting’.

Perlu diingat bahwa hanya radar yang di-stabilisasi (stabilized)

dengan Pedoman Gasing yang dapat di stel pada posisi ‘Course-Up’

dan ‘North-Up.

18) ‘TM/RM’ dan ‘TM RESET’ berfungsi merubah mode dari True

Motion dan sebaliknya.

19) ‘OFF CENTER’ fungsinya untuk memindah tempat tampilan

pusat / kapal pada layar radar.


23

20) ‘Panel’ atau ‘Dimer’ fungsinya untuk menerangi tombol-tombol

pada radar, yang digunakan pada waktu radar dioperasikan pada

ruangan yang gelap.

21) ‘TRAILS’ dapat digunakan untuk mengetahui pergerakan arah dan

kecepatan kapal lain dari panjang dan arahnya jejak gema target

tersebut. Panjang jejak (Trails) dapat diatur dari 0,5 hingga 6 menit.

22) ‘ALARM ACK.’ Berfungsi untuk menghentikan alarm suara yang

timbul dari pesawat radar.

23) ‘DAY/NIGHT’ Untuk penyetelan tampilan layar sesuai dengan

kenyamanan mata pemakai, dan bisa di stel melalui ‘Color Setting’

24) ‘MARK’ Untuk menampilkan suatu tempat / target diam pada

layar radar yang terekam beserta lintang dan bujurnya, sehingga bisa

berfungsi untuk member tanda apabila ada suatu kejadian misalnya

Man Over Board (MOB) dan lain lain.

25) ‘PL ( Paralel Index)’ untuk menampilkan garis garis sejajar lunas

pada jarak tertentu yang kita inginkan.

26) ‘ACQ MANUAL’ untuk memulai perhitungan data pada target

target yang kita inginkan secara manual.

27) ‘ACQ AUTO’ untuk memulai perhitungan data pada target target

pada layar radar secara auto.

28) ‘TGT DATA’ untuk menampilkan hasil perhitungan pada layar

monitor, dan untuk seri JMA 9800 terdapat 2 buah target yang bisa

ditampilkan.
24

29) ‘ACQ CANCEL’ untuk membatalkan / menghapus hasil

perhitungan target-target pada layar radar.

30) ‘GUARD ZONE’ untuk menyetel dan menampilkan daerah yang

kita jaga dan kita harapkan memberi alarm apabila suatu target

memasuki daerah tersebut.

31) ‘MENU’ untuk menampilkan dan menyetel tampilan tampilan lain

yang lebih detail (lihat manual).

32) ‘CLR’ untuk menghapus atau membatalkan tampilan yang ada

sebelumnya.

33) ‘ENT’ untuk mengeksekusi / memasukkan perintah seperti yang

telah kita pilih pada menu.

34) ‘NUM 0 – 9’ untuk pengeditan data berupa nomor-nomor dari 0-9.

Tombol-tombol tersebut diatas adalah yang terdapat pada controller

radar JMA 9800 series, dan untuk setelan yang lebih detail dan

kompleks dapat di lihat pada menu dengan memencet ‘ENT’untuk

pelaksanaannya.

4. Keselamatan Pelayaran

1. Devinisi Keselamatan Pelayaran

Menurut Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

pelayaran, Keselamatan merupakan perihal selamat, kesejahteraan atau

keamanan. Keselamatan juga bermaksud keadaan terlindungi dari pada

masalah fisikal, sosial, kewangan, politik, perasaan, pekerjaan,

psikologi, pelajaran dan perkara-perkara lain yang melibatkan

kerusakan atau kejadian yang tidak diingini. Ini juga termasuk dalam
25

konteks terlindung dari pada sesuatu malapetaka atau kejadian yang

berkaitan dengan kesehatan dan ekonomi.

Keselamatan boleh dikawal melalui jaminan atau insurans. Ini

menjamin sesuatu pertubuhan hanya akan melaksanakan perkara-

perkara yang patut dilakukan bagi mendapat keselamatan tersebut.

2. Jenis-jenis keselamatan.

Keselamatan memainkan peranan yang penting dalam kehidupan

kita. Keselamatan boleh dikategorikan dalam beberapa bidang seperti

berikut:

a. Keselamatan Pengguna.

Merujuk kepada keselamatan pengguna dalam mendapat sesuatu

barangan atau perkhidmatan. Keselamatan pengguna juga termasuk

hak-hak pengguna.

b. Keselamatan Masyarakat.

Merujuk kepada keselamatan sesuatu masyarakat atau golongan

penduduk yang harus dijamin demi kebaikan bersama dalam

sesebuah komuniti.

c. Keselamatan Pekerjaan.

Merujuk kepada keselamatan para pekerja yang bekerja di dalam

sebuah premis atau syarikat (kecuali tentara dan pelaut) dari pada

sebarang penyakit pekerjaan atau kemalangan pekerjaan.

Persekitaran kerja yang sihat dan selamat membantu pekerja dapat

melakukan kerja-kerja dengan betul dan meningkatkan produktiviti.

d. Keselamatan Negara.
26

Merujuk kepada keselamatan negara yang dilindungi melalui

kerjasama serantau atan melalui pertahanan sendiri untuk

memastikan tidak dimonopoli oleh kuasa-kuasa luar dari segi

ekonomi, budaya, dan politik.

PERAN PERHUBUNGAN LAUT DALAM KESELAMATAN

PELAYARAN

Mengaktifkan sebuah institusi secara menyeluruh yang dikaitkan

dengan tugas dan fungsi Kenavigasian sesuai dengan amanat Undang-

undang Nomor 21 tahun 1992 tentang pelayaran bukanlah hal yang

mudah bahkan tak semudah yang digambarkan ataupun direncanakan

diatas kertas. Hal inilah yang dirasakan oleh Direktorat Kenavigasian

yang sejak awal sudah menyadari beratnya tanggung jawab dan harapan

yang diamanatkan oleh ketentuan undang-undang ataupun kewajiban

dari mandatori dari hasil konvensi peraturan lnternasional serta

rumitnya masalah bahkan konflik yang dihadapi dilapangan.

Dukungan masyarakat terhadap keselamatan pelayaran dan

fasilitasnya tidak datang dengan sendirinya namun kebutuhan dan

kepercayaan masyarakat akan keselamatan pelayaran serta sosialisasi

lebih berperan. Sesuai dengan PP Nomor 81 tahun 2000 tentang

Kenavigasian dimana Direktorat Kenavigasian Direktorat Jenderal

Perhubungan Laut yang berperan dan bertanggung jawab terhadap

fungsi keselamatan pelayaran belum dikenal ataupun diakui berbagai

pihak baik instansi Pemerintah maupun masyarakat pengguna jasa

namun untuk manfaatnya sudah dirasakan.


27

Persoalannya kepercayaan publik kepada institusi itulah yang

tidak ada selama ini. Masyarakat hanya mengeluh dan melakukan kritik

tentang adanya fasilitas keselamatan pelayaran yang tidak optimal serta

janji-janji pemerintah tentang pembangunan dan perbaikan bila dalam

kerusakan. Yang diperlukan masyarakat adalah hasil dan bukti

pelaksanaan dan juga banyak masyarakat belum mendukung langkah-

langkah yang dilakukan (SBNP hilang) namun pengelolaan

keselamatan pelayaran tidak boleh berhenti. Sepanjang laporan

masyarakat masih ada yang berarti keberadaan fasilitas masih

dibutuhkan dan sangat mengganggu apabila tidak berfungsi. Bahkan

hingga saat ini setelah banyak langkah yang telah ditempuh masih terus

saja ada pihak yang mengecam kinerja Direktorat Kenavigasian

diantaranya tidak berfungsinya SBNP hingga terjadinya kapal tubrukan

ataupun kandas.

Menurut tugas pokok dan fungsi Direktorat Kenavigasian maka

langkah yang dilaksanakan baru sebagian antara lain kegiatan

penyelenggaraan SBNP dan Telkompel dari tugas Kenavigasian (sesuai

UU no 17). Apabila ditemukan berbagai kendala maka perlu diambil

langkah-langkah maksimum guna mengatasinya namun sepanjang tidak

didasari pertimbangan objektif perlu diambil langkah darurat.

Melaksanakan fungsi keselamatan pelayaran bukan hal yang

mudah yang harus diikuti oleh semua instansi dan ditunjang dana yang

cukup serta kesadaran semua pihak termasuk masyarakat pengguna

serta pesisir dan kelautan. Untuk itu yang perlu dilakukan adalah
28

membangun menejemen dan aturannya, mendorong pemerintah

melakukan terobosan atau reformasi, mewujudkan fasilitas sarana dan

prasarana keselamatan pelayaran serta membangun kepercayaan

ataupun kesadaran masyarakat dan memacu pembentukan payung

aturan. Keselamatan pelayaran merupakan kebutuhan sehingga perlu

segera diwujudkan dan mengaktifkan fungsi-fungsi keselamatan

pelayaran melalui pembentukan lembaga dan menejemen serta fasilitas

sarana dan prasarananya.

Faktor yang mempengaruhi keselamatan pelayaran

Guna mendapatkan perairan yang aman perlu dipersiapkan

fasilitas prasarana dan sarana yang sesuai dengan rencana dan

persyaratan kapal yang melalui wilayah perairan tersebut seperti

panjang dan dimensi alur, banyak tikungan, kondisi alam dan teknis

perairan, bahaya navigasi dan cuaca serta sistem perambuan.

Dalam menghadapi iklim teknologi dan era informasi komunikasi

Navigasi khususnya dibidang pelayaran maka penyelenggaraan

Kenavigasian perlu ditingkatkan kapasitas dan kemampuan melalui

pemanfaatan teknologi satelit dengan penyediaan sistem informasi

navigasi yang memenuhi standard tertinggi guna memastikan ketelitian

ataupun peningkatan akurasi posisi dalam wilayah tertentu. System

tersebut dapat dilakukan dengan menyediakan fasilitas yang segera

dapat menentukan posisi kapal di seluruh dunia serta kapabilitas waktu

dan kecepatan untuk pemakaian multi-moda transportasi.


29

Melalui penerapan strategi implementasi ketetapan IMO serta

dukungan IALA terhadap pengembangan sarana bantu navigasi di

sektor maritim maka penggunaan teknologi dan informasi diantaranya

dilakukan melalui penyediaan sistem radionavigasi satelit. Dengan

kebijakan dan pemanfaatan teknologi tersebut diharapkan tingkat

keselamatan dan keamanan pelayaran akan lebih baik oleh karena telah

melalui proses penggunaan penentu posisi tiga dimensi dan sistem

penentu kecepatan dan waktu.

5) Pengertian Kapal

Pengertian kapal menurut Suranto (2004) mendefinisikan kapal

menurut peraturan pemerintah nomor 82 tahun 1999, yaitu :

Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apa pun yang di

gerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga mesin, atau tunda, termasuk

kendaraan berdaya dukun dinamis, kendaraan dibawah permukaan air,

serta alat apung dan bangunan terapung yang berpindah-pindah.

Menurut U U Nomor 17 tahun 2008 “ pengertian

kapal adalah kendaraan air dalam bentuk dan jenis tertentu yang

digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya,

ditarik atau ditunda, termasuk kendaraanyang berdaya dukung dinamis,

kendaraan di bawah permukaan air serta alat apungdan bangunan terapung

yang tidak berpindah-pindah.


30

2.3 Kerangka Penelitian

Tingginya angka
kecelakaan di alur
pelayaran Indonesia

Kesalahan crew Alat navigasi Keadaan alur yang


kapal yang yang beroperasi ramai dan cuaca
kurang kurang efektif yang kurang
kompeten dalam atau optimal mendukung
bernavigasi

Ketidakpahaman Kurangnya
awak kapal tentang maintenance alat
pengoperasian alat navigasi
navigasi secara elektronik
efektif

Penggunaan alat navigasi


khususnya radar yang kurang
optimal dan efektif

Penggunaan radar secara optimal


dan efektif

Optimalisasi penggunaan radar untuk


menghindari bahaya tubrukan diatas kapal
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode

penelitian kualitatif dan kaidah-kaidah yang diambil dari teori-teori yang

berhubungan dengan topik yang dibahas, selain itu penulisan juga menggunakan

pendekatan lapangan yang telah penulis laksanakan selama praktek laut dengan

cara mengamati dan terjun langsung dikapal.

3.1. Jenis Penelitian


Menurut Sukmadinata (2005) dasar penelitian kualitatif adalah

konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak,

interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh

setiap individu. Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis

dan dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui

interaksinya dengan situasi sosial mereka (Danim, 2002).

Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-

strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan

untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan.

Dengan demikian arti atau pengertian penelitian kualitatif tersebut adalah

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana

peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005).

1. Melakukan kajian terhadap permasalahan.

2. Melakukan kajian teoritik dari permasalahan untuk kemudian secara

deduktif dirumuskan menjadi hipotesis dari masalah yang dihadapi.

31
32

3. Mengumpulkan data empirik guna pengujian hipotesis.

4. Mengadakan uji hipotesis.

5. Menerik kesimpulan.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metodologi penelitian

kualitatif dan kaidah yang di ambil dari teori yang berhubungan dengan topik

yang di bahas, selain itu penulis juga menggunakan pendekatan di lapangan

yang penulis laksanakan selama praktek laut dengan cara mengamati dan

terjun langsung dalam pelaksanaan penggunaan alat navigasi.

3.2. Lokasi Penelitian


Dalam lokasi penelitian ini penulis melaksanakan penelitian di kapal Sv

Stella 28 dari mulai Tanggal 16 Juli 2020 sampai 26 Agustus 2021

3.3. Jenis Dan Sumber Data


1. Metode Pengumpulan Data

Data menjadi sangat penting bagi diperolehnya jawaban yang benar

atas masalah yang diteliti. Untuk memperoleh data yang benar diperlukan

metode pengumpulan data yang benar.

Didalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode

pengumpulan data antara lain:

a. Metode Observasi

Menurut Nazir (2005), pengumpulan data dengan observasi

langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan

data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain

untuk keperluan tersebut. Dalam hal ini penulis melaksanakan

pengamatan saat melaksanakan praktek laut.


33

b. Metode Wawancara

Menurut Nazir (2005), wawancara adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil

bertatap muka antara penanya atau pewawancara dengan penjawab atau

respondan dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide.

Wawancara sebagai metode pengumpulan data, menghendaki adanya

komunikasi langsung antara penulis dengan sarana penelitian.

2. Sumber Data

Koleksi data merupakan tahapan dalam proses penelitian yang

penting, karena dengan hanya mendapatkan data yang tepat maka proses

penelitian akan berlangsung sampai peneliti mendapatkan jawaban dari

perumusan yang sudah ditetapkan. Data yang kita cari harus sesuai dengan

tujuan peneliti.

a. Data primer

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung

dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat

berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil

observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil

pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer

yaitu: metode surve dan metode observasi.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan

dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan
34

atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter)

yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.

3.4. Teknik Analisa Data


Setelah data terkumpul, proses selanjutnya adalah menyederhanakan

data yang diperoleh kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca, dipahami dan

diinterpretasikan, yang pada hakekatnya merupakan upaya untuk mencari

jawaban atas permasalahan yang ada. Sesuai dengan metode penelitian

deskriptif, maka data akan diuraikan sedetail mungkin dengan uraian-uraian

kualitatif. Artinya dari data yang diperoleh dilakukan pemaparan secara

mendalam. Selanjutnya data yang ada dianalisis serinci mungkin dengan cara

mengabstrasikan secara mendalam. Selanjutnya data yang dianalisis serinci

mungkin dengan cara mengabstrasikan secara teliti setiap informasi yang

diperoleh selama di lapangan, sehingga dapat diperoleh kesimpulan.

Menurut Sarwono (2006), prinsip pokok teknik analisis kualitatif ialah

mengolah dan menganalisi data-data yang terkumpul menjadi data yang

sistematik, teratur, terstruktur, dan mempunyai makna. Dalam hal ini setelah

seluruh data dari hasil penelitian diperoleh, dilaksanakan teknik analisis data.

Menurut Moleong (2006) dalam penulisan proposal penelitian ini penulisan

menggunakan 3 macam metode analisi data :

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar

yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan

suatu bentuk analisis menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,


35

membuang yang tidak perlu dan mengkoordinasikan data dengan cara

sedemikian rupa sehingga akhirnya dapat ditarik kesimpulan dan

diverifikasikan.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang telah tersusun

secara terpadu dan mudah untuk dapat dipahami yang memberikan

kemungkinan adanya penarikan suatu kesimpulan dan kemungkinan

adanya pengambilan suatu tindakan.

3. Menarik Simpulan atau Verifikasi

Menarik simpulan merupakan kemampuan seorang peneliti dalam

menyimpulkan berbagai temuan data-data yang diperoleah selama

penelitian berlangsung.

Metode analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini

adalah analisis kualitatif, dimana data-data yang diperoleh selama

penelitian berlansung disusun secara sistemtis dan teratur, kemudian

penulis akan membuat analisis agar diperoleh kejelasan tentang masalah

yang dibahas dalam penelitan ini diperoleh pengertian dan pemahaman

tentang masalah agar dapat menjelaskan suatu kebenaran.

Dari data-data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya. Penulis menganalisis data tersebut sehingga dapat diperoleh

mengenai pembahasan masalah-masalah yang didapat, kemudian dari

pembahasan masalah tersebut dapat diambil kesimpulannya dan

penulisnya dapat memberikan saran-saran yang diperlukan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Lokasi penelitian yang di pilih atau di lakukan taruna yaitu diatas kapal

Berikut kapal yang di gunakan untuk penelitian:

Kapal SV. Stella 28 mempunyai Length Over All 60,8 meter, Breadth

Moulded 11,6 meter, Depth 4,65 meter, Gross Tonnage 638 ton, dan Netto

Tonnage 228 ton. Call sign J.Z.K.F, Port of Register SURABAYA,

Registration mark 2009 Ka No 3775516, Flag Indonesia, Class BKI, Salah

satu armada PT. Sowohi Kentiti Jaya, jenis Supply Vessel.

Kapal SV. Stella 28 mempunyai route yang tetap, dimana route pelayaran yang

ditempuh dari Jakarta ke Lokasi PHE ONWJ. Kapal ini memuat Cargo dari

Jakarta dan membongkar muatan di lokasi offshore PHE ONWJ dan begitu

juga sebaliknya. Dalam pengoperasiannya, muatan yang akan dibongkar dan

dimuat sudah terdapat di dalam manifest yang dibawa oleh surveyor dan chief

officer.

36
37

SHIP’S PARTICULAR

NAME OF SHIP :SV. Stella 28

CALL SIGN :J Z K F

PORT OF REGISTRY :SEMARANG

REGISTRATION MARK :2013 Ga No. 9719/L

DIMENSION :70.37 X 12.50 X 6.90

GROSS TONNAGE :638

NET TONNAGE :228

YEAR OF BUILT :1998

PROPULSION :ENGINE

MERK HP/KW :2 x YANMAR 1750 HP

SHIP’S MATERIAL :STEELA

NO. OF DECK :ONE

NO. OF PROPELLER :TWO

OWNED BY :PT. SOWOHI KENTITI JAYA

AT :JAKARTA
38

B. Hasil Penelitian
1. Penyajian Data

Radar adalah deteksi objek sistem yang menggunakan gelombang

radio untuk menentukan jangkauan, ketinggian, arah atau kecepatan benda.

Hal ini dapat digunakan untuk mendeteksi pesawat, kapal, pesawat ruang

angkasa, peluru kendali, kendaraan bermotor, formasi cuaca, dan medan.

Hidangan radar atau antena mentransmisikan pulsa gelombang radio atau

gelombang mikro yang memantul dari benda di jalan mereka. Tujuannya

mengembalikan sebagian kecil dari energi gelombang untuk hidangan atau

antena yang biasanya terletak di tempat yang sama dengan pemancar.

Jenis radar di SV STELLA 28 yaitu bistatic radar yang merupakan

suatu jenis sistem radar yang komponennya terdiri dari pemancar sinyal

(transmitter) dan penerima sinyal (receiver). Objek dapat di deteksi

berdasarkan sinyal yang di pantulakan oleh objek tersebut ke pusat antena.

Terdapat 2 radar di SV. Stella 28 yang dalam kondisi layak, keduanya di

pakai secara bergantian dan dalam kondisi yang baik.

Dalam pembahasan ini, penulis telah melakukan beberapa kali

pengamatan saat kapal sedang melakukan perjalanan.ataupun berlabuh

sehubungan dengan penggunaan radar guna mencegah bahaya tubrukan.

Beberapa masalah yang timbul dari pengamatan yang sudah dilakuka

tersebut dapat kita ambil sebagai berikut :

a. Pada tanggal 14 oktober 2020 saat memasuki Tanjung Karawang. cuaca

saat itu sedang gelombang dan berangin kencang, dan pada saat itu

yang berdinas jaga adalah mualim II. Namun saat itu ada nelayan yang

sedang crossing di haluan kapal. Nelayan tersebut hampir tertabrak oleh


39

kapal di karenakan mualim jaga kurang melaksanakan pengamatan

dengan cermat, hal ini bukan karena kualitas radar yang kurang baik

atau pengoprasian yang buruk namun merupakan kurang sadarnya

penggunaan radar secara optimal sehingga cenderung meremehkan hal

kecil yang dapat terjadi, kejadian ini merupakan salah satu bentuk

kurang optimalnya penggunaan radar di SV. Stella 28. Kejadian

tersebut terjadi pada dini hari jam 02.54.

b. Pada saat perjalanan dari Jakarta ke lokasi PHE ONWJ tanggal 28

November 2020 pada saat itu memasuki Tanjung Karawang tepatnya

pada siang hari radar di matikan. Pada saat itu ada bahaya tubrukan

dari buritan kapal yang tidak di ketahui mualim jaga di karenakan

mualim jaga hanya mengamati haluan. Hal ini juga merupakan

kelalaian ataupun bentuk tidak optimalnya penggunaan radar di SV.

Stella 28 yang cenderung jarang sekali menggunakan radar ketika siang

hari, radar di gunakan saat siang hari biasanya karena kondisi sedang

hujan atau jarak pandang terbatas selain saat cuaca buruk radar hampir

tidak pernah di gunakan saat siang hari.

Pada saat penulis melakukan penelitian di atas SV. Stella 28

tentang penggunaan radar di atas kapal, tidak tertinggal juga melakukan

wawancara terhadap mualim 1 dan mualim 2 selaku perwira deck di

atas kapal didapatkan jawaban sebagai berikut.

1) RADAR adalah alat untuk mendeteksi objek yang menggunakan

gelombang radio untuk menentukan jarak,arah atau kecepaan objek

yang berada di sekitar


40

2) Menentukan posisi kapal dari waktu ke waktu, membantu

menemukan ada tidaknya bahaya tubrukan, membantu

memperkirakan hujan melewati lintasan kapal,

3) Saat penglihatan tebatas, saat memasuki alur pelayaran

4) RADAR adalah alat navigasi kapal yang menggunakan gelombang

radio untuk mendeteksi bahaya di sekitar kapal

5) Mengetahui bahaya tubrukan, mengetahui objek di sekitar kapal.

menentukan posisi.

6) Saat penglihatan tebatas, saat memasuki alur pelayaran.

Dari hasil wawancara yang di dapatkan antara jawaban mualim I

dan mualim II tentang alat navigasi radar hampir sama. Yaitu

mendeteksi objek di sekitar kapal, mencegah bahaya tubrukan dan

membantu perwira jaga saat terjadi penglihatan terbatas.

Untuk membuktikan hasil wawancara tersebut, penulis melakukan

studi penggunaan radar di atas SV. Stella 28 dengan mengobservasi dan

melakukan pengumpulan data yang berada di kapal. Dan didapatkan

hasil sebagai berikut.

Penggunaan radar yang optimal dapat membantu melakukan

tindakan untuk menghindari bahaya tubrukan.

1) Setiap tindakan yang di ambil untuk menghindari tubrukan, jika

keadaan peristiwa itu mengijinkan, di lakukan dalam waktu cukup

dan memperhatikan dengan seksama syarat-syarat kecakapan pelaut

yang baik.
41

2) Setiap perubahan haluan atau kecepatan untuk menghindari bahaya

tubrukan, jika keadaan-keadaan itu mengijinkan, harus cukup besar

untuk segera di ketahui jelas untuk kapal lain sedang melakukan

pengamatan dengan penglihatan atau dengan radar, suatu rangkaian

perubahan-perubahan kecil dari haluan dan kecepatan harus di

hindari.

3) Jika ada cukup ruang laut, perubahan haluan saja adalah tindakan

yang paling tepat untuk menghindari suatu situasi berhadapan,

dengan syarat bahwa perubahan itu di lakukan dengan baik.

4) Tindakan yang di ambil untuk menghindari tubrukan dengan kapal

lain harus sedemikian rupa sehingga kapal-kapal dapat passing pada

jarak yang aman, kecepatan dari tindakan tersebut harus di periksa

dengan seksama sampai kapal yang lain melewatinya dan bebas

sama sekali.

5) Jika di perlukan untuk menghindari tubrukan atau memberikan lebih

banyak waktu untuk menilai situasi, kapal harus mengurangi

kecepatannya atau membuka jalan dengan menghentikan atau

membalikkan alat pendorongnya.

2. Analisis Data

1. Dari hasil observasi yang di dapatkan jawaban mualim I dan mualim II

tentang alat navigasi radar hampir sama. Yaitu mendeteksi objek di sekitar

kapal, mencegah bahaya tubrukan dan membantu perwira jaga saat terjadi

penglihatan terbatas. Namun untuk penggunaannya masih belum optimal

di kapal SV. Stella 28. Untuk membuktikan hasil observasi tersebut,


42

penulis melakukan studi penggunaan radar di atas SV. Stella 28 dengan

mengobservasi dan melakukan pengumpulan data yang berada di kapal.

Dan didapatkan hasil sebagai berikut.

a. Rincian penggunaan radar SV.Stella 28 selama taruna praktek berlayar

dalam 1 tahun terdapat 365 hari, dalam sekali voyage 2 hari dan lama

perjalanan 1 hari. Namun penggunaan efektif radar selama berlayar

hanya 12 jam dalam sehari, maka efektif penggunaan radar hanya 2112

jam atau 88 hari dalam 1 tahun.

Data tersebut diperoleh dari catatan mualim II tentang penggunaan alat

navigasi dan melalui wawancara terhadap perwira deck tentang kebiasaan

penggunaan radar di kapal SV. Stella 28. Dari data yang di peroleh masih

kurang lengkap di karenakan keterbatasan sumber data yang di dapat di

atas kapal, seperti misal tidak difungsikannya logbook penggunaan radar

sehingga tidak dapat di ketahui secara detail penggunaan radar tersebut.

2. Dari data tersebut dapat di analisis bahwa:

Kurangnya pengetahuan/pengoperasian terhadap penggunaan alat

navigasi radar dan fungsi - fungsinya.

Dalam kasus – kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi khususnya di

Indonesia, rata – rata selain dari kurangnya pengamatan di sekitar kapal

banyak para crew kapal yang kurang memahami akan penggunaan alat

navigasi elektronik yaitu radar. Dalam radar yang dioperasikan masi

banyak fungsi – fungsi radar yang tidak dipakai/difungsikan dengan baik

sesuai dengan fungsi dari radar tersebut. Banyak juga tombol – tombol

pada radar yang tidak dimengerti atau tidak digunakan kegunaannya sesuai
43

dengan kondisi yang terjadi pada saat itu. Dalam kasus ini radar sangat

mempengaruhi aktifitas kerja kapal saat berlayar ataupun juga sangat

berperan penting untuk keselamatan awak kapal. Fungsi utama radar ialah

sebagai berikut :

a. Untuk menentukan posisi kapal dari waktu ke waktu. Dalam

menentukan posisi kapal dengan radar dapat dilakukan dengan

beberapa cara yaitu menggunakan baringan dengan baringan,

menggunakan baringan dengan jarak dan menggunakan jarak

dengan jarak.

b. Memandu kapal keluar – masuk pelabuhan atau perairan sempit.

Pada posisi Head Up, radar sangat efektif dan efisien untuk

membantu para nakhoda atau pandu dalam melayarkan kapalnya

keluar-masuk pelabuhan, sungai atau alur pelayaran sempit.

c. Membantu menemukan ada atau tidaknya bahaya tubrukan.

Dengan melihat pada layar Cathoda Ray Tube (CRT) adanya

pantulan atau echo dari awan yang tebal.

d. Membantu memperkirakan hujan melewati lintasan kapal.

Dengan melihat pada layar radar (Cathoda Ray Tube) adanya

pantulan atau echo dari awan yang tebal.

3. Dari data yang di peroleh dapat di analisis bahwa:

Kurangnya kesadaran tentang pentingnya penggunaan alat navigasi

elektronik setiap saat.

Saat saya melakukan pengamatan di atas kapal, ketika kapal

sedang melakukan sebuah pelayaran pada saat siang hari radar pada
44

kapal tidak dioperasikan sesuai dengan kegunaanya di atas kapal untuk

membantu bernavigasi. Dalam hal ini bahaya tubrukan suatu saat dapat

terjadi dikarenakan terlalu menyepelekan tentang betapa pentingnya

radar saat bernavigasi khususnya pada siang hari. Sering sekali saat

siang hari khususnya pada mualim jaga saat itu radar tidak dioperasikan

diatas kapal dan hanya melakukan pengamatan sekeliling saja. Dalam

hal itu dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan di atas kapal dan juga

membahayakan kapal di sekitarnya. Dalam hal ini ada beberapa Perwira

Jaga yang masih belum memenuhi standar sertifikasi kru kapal yang

ada di STCW 1995. Dan dari keterangan yang di dapat dari beberapa

Perwira Jaga, Perwira Jaga masih belum mengerti dan memahami isi

dari STCW 1995 dan COLREG 1972 dikarenakan Perwira Jaga ada

yang tidak mengerti Bahasa Inggris dengan baik. Maka, Perwira Jaga

hanya melakukan kegiatan berdasarkan kebiasaan.

4. Dari data yang di peroleh dapat di analisis bahwa:

Tidak ada prosedur pengawasan terkait pemberlakuan SOP Dinas

jaga.

Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu pedoman atau

acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat

penilaian kinerja instansi pemerintah maupun non-pemerintah, usaha

maupun non-usaha, berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif,

dan prosedural sesuai tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit

kerja yang bersangkutan. Adapun prinsip umum tugas jaga ialah

1. Pengaturan tugas jaga di kapal oleh nahkoda meliputi :


45

 Tugas jaga laut

 Tugas jaga pelabuhan

 Tugas jagaradio

Menentukan komposisi petugas jaga termasuk bawahan yang ikut serta

beberapa factor dibawah ini harus menjadi pertimbangan

 Anjungan tidak pernah ditinggal kosong

 Keadaan cuaca, jarak tampak siang maupun malam

 Penggunaan dan kondisi operasional peralatan navigasi

 Apakah dilengkapi dengan kemudi otomatis ?

 Kamar mesin yang tidak di jaga

 Keadaan khusus yang mungkin terjadi, sehubungan dengan operasi

kapal yang tidak sebagaimana mestinya

Adapun juga saat yaitu saat melaksanakan tugas jaga laut seperti

 Tugas jaga laut dilakasanakan di anjungan kapal

 Regu jaga terdiri dari : perwira jaga, juru mudi dan

pengawas/panjarwal

 Pengaturan tugas jaga

 Jam jaga saat tugas jaga

 Pengaturan tugas jaga, khususnya perwira tugas jaga

sepenuhnya diserah kepada nahkoda kapal

 Prosedur serah terima jaga

 Pelaksanaan tugas jaga

a. Tugas jaga menghadapi bahaya tubrukan


46

b. Tugas jaga mendampingi pandu

c. Tugas jaga navigasi

 Serah terima tugas jaga

Dalam kasus ini, terutama di kapal saya. Mualim banyak yang

menghiraukan SOP dinas jaga di kapal pada umumnya, seperti dalam hal

penggunaan radar yang seharusnya digunakan sewaktu kapal berlayar

namun pada kenyataannya tidak digunakan atau dioperasikan ketika siang

hari. Pentingnya SOP akan diatas kapal agar para crew siap menghadapi

kondisi apapun yang terjadi di sekitar kapal kita.

C. Pembahasan

Untuk memecahkan masalah-masalah mengenai kejadian di atas

penulis mencoba memberikan pemecahan maslah sebagai berikut:

1. Alternatif pemecahan masalah untuk kurangnya

pengetahuan/pengoperasian alat navigasi elektronik radar dan fungsi –

fungsinya.

Seorang mualim seharusnya mampu dan pandai dalam

menggunakan alat navigasi elektronik karena mereka mempunyai

tanggung jawab besar terhadap kapal khususnya pentingnya keselamatan

kapal saat kapal berlayar dan mereka selalu siap dalam kondisi apapun

yang terjadi di atas kapal. Untuk itu perlunya management suatu

perusahaan saat merekrut harus benar – benar tepat saat merekrut seorang

mualim. Serta perlunya melakukan assessment setiap jangka waktu

tertentu agar mengetahui mualim tersebut memang benar –benar mampu


47

menjadi seorang mualim dan mampu bertanggung jawab sesuai dengan

jabatan mereka masing – masing. Pendidikan dan pelatihan ini digunakan

sebagai dasar untuk menambah pengetahuan bagi kru kapal. Pengetahuan

dan kemampuan profesional bagi mereka harus diberikan pembekalan

teknis. Pendidikan dan Pelatihan diperlukan agar dalam bekerja di atas

kapal tidak lagi sesuai dengan kebiasaan. Perusahaan pelayaran juga harus

membuat sistem pendidikan dan pelatihan untuk para Nahkoda dan awak

kapal lainnya supaya dapat mengetahui dan melaksanakan tugasnya untuk

mencegah tubrukan di laut.

Untuk menjamin kelanjutan tugas dan agar pekerjaan berjalan baik

dan mengantisipasi perkembangan baru teknologi dan peraturan tambahan

yang berjalan dengan cepat, maka dibutuhkan pendidikan dan pelatihan

untuk karyawan yang lama atau yang baru.

Salah satu realisasi yang diwujudkan di kapal yaitu dengan

melakukan kegiatan OBT (On Board Training) oleh perusahaan,

sedangkan semua ini memerlukan sistem pendidikan dan sertfikasi yang

spesifik untuk masing-masing personil.

2. Alternatif pemecahan masalah kurangnya kesadaran tentang pentingnya

penggunaan alat navigasi elektronik setiap saat.

Terkait dengan kurangnya pengetahuan para crew diatas kapal akan

pengoperasian terhadap penggunaan radar dan fungsinya, sebelumnya

para crew harus benar – benar diberi wawasan atau pengetahuan terlebih
48

dahulu akan pentingnya keselamatan kapal saat bernavigasi. Terlebih jika

kondisi cuaca tidak memungkinkan saat bernavigasi radar sangat berguna

dan banyak mengambil peran penting akan keselamatan kapal saat

bernavigasi. Hal ini dapat dilaksanakan dengan sering mengadakan safety

meeting diatas kapal agar kita mengetahui pentingnya keselamatan diatas

kapal khususnya tentang penggunaan atau fungsi dari radar saat kapal

bernavigasi. Selain itu pihak management kantor pun harus benar benar

pintar dalam merekrut seorang crew. Bisa diihat dengan

a. Pengalaman dia saat bekerja

b. Berapa lama dia bekerja dia atas kapal

c. Melihat track record dia saat menjabat menjadi mualim

Setelah semua dirasa cukup makan mualim tersebut layak untuk bisa

bekerja dia atas kapal.

3. Dalam kasus ini, perlunya tentang tanggung jawab dan tugas pada bagian

mereka masing – masing. Seharusnya para perwira diatas kapal harus

benar – benar mematuhi apa tugas dan tanggung jawab mereka masing

masing. Untuk itu pada pemecahan masalah ini penulis menuangkan

pengalaman / pengetahuan yang didapat selama bekerja di atas kepada

para pembaca yang masih awam tentang pelaksanaan tugas jaga, sebagai

tambahan ilmu pengetahuan selain yang diperkenalkan oleh para dosen

tentang hal tersebut. Adapun hal-hal yang harus diketahui sebelum

melaksanakan tugas jaga yaitu :

a. Serah terima tugas jaga.

b. Tugas jaga dalam kondisi-kondisi dan daerah yang berbeda.


49

c. Perairan pantai dan perairan padat lalu lintas.

d. Persiapan untuk serah terima tugas jaga.

Dalam melaksanakan serah terima jaga seorang perwira

pengganti harus mengerjakan :

a. Perwira pengganti harus menjamin bahwa anggota-

anggota tugas jaga yang membantunya sepenuhnya

mampu menjalankan tugas-tugas khususnya

sehubungan dengan penyesuaian diri dengan

pandangan di malam hari. Perwira pengganti tidak

boleh mengambil alih tugas jaga sebelum daya

pandangnya sepenuhnya telah menyesuaikan dengan

kondisi cahaya yang ada.

b. Sebelum mengambil alih tugas jaga, perwira pengganti

harus mendapatkan kepastian tentang posisi yang

sebenarnya atau posisi duga kapal, dan harus mendapat

kejelasan tentang haluan dan kecepatan kapal.

Pengendalian UMS (Unmanned Machinery Space) dan

harus mencatat setiap kemungkinan bahaya navigasi

selama tugasnya.

c. Perwira pengganti harus memperoleh kepastian dalam

hal.

1) Perintah-perintah harian dan petunjuk-petunjuk khusus

lain dari nakhoda yang berkaitan dengan navigasi.

2) Posisi, haluan, kecepatan dan sarat kapal.


50

3) Gelombang laut pada saat itu atau yang diperkirakan, arus

laut, cuaca, jarak tampak dan pengaruh faktor-faktor

tersebut terhadap haluan dan kecepatan kapal.

4) Prosedur-prosedur penggunaan mesin induk untuk olah

gerak. Jika mesin induk berada dibawah kendali anjungan.

5) Situasi navigasi termasuk :

a) Kondisi operasional seluruh peralatan navigasi dan

peralatan pengamanan yang sedang digunakan atau

yang mungkin akan digunakan selama tugas jaga.

b) Kesalahan-kesalahan gyro dan kompas magnetik.

c) Adanya dan terlihatnya kapal-kapal lain atau adanya

kapal-kapal lain yang tidak terlalu jauh dari kapal

sendiri.

d) Kemungkinan kondisi-kondisi tertentu serta bahaya

yang akan dihadapi selama tugas jaga.

e) Kemungkinan adanya efek-efek kemiringan, berat

jenis air dan squat terhadap jarak lunas kapal dengan

dasar laut.

Capt. Sulistijo dalam buku terjemahannya dari STCW 95 diharuskan

para perwira yang melaksanakan tugas jaga navigasi harus :

a. Sama sekali tidak boleh meninggalkan anjungan sebelum ada pengganti

jaga.

b. Perwira tugas jaga harus memiliki pengetahuan penuh tentang letak dan

pengoperasian seluruh peralatan navigasi yang ada, dan harus mengetahui


51

serta mempertimbangkan keterbatasan kemampuan operasional peralatan

bersangkutan.

A. Tugas Jaga Dalam Kondisi-Kondisi Dan Daerah-Daerah Yang


Berbeda

a. Cuaca Baik

Dalam STCW 1978 Amandemen 1995 volume 2 yang telah

diterjemahkan oleh Capt. Sulistijo. Jika perwira tugas jaga

navigasi harus sering melakukan baringan-baringan terhadap

kapal-kapal yang mendekat secara cepat, untuk dijadikan

petunjuk pendeteksian adanya resiko tubrukan masih tetap ada

meskipun adanya perubahan baringan yang cukup besar atau

sebuah kapal tunda, atau jika sangat dekat dengan kapal lain.

Perwira tugas jaga harus mengambil tindakan dini yang positif

sesuai dengan peraturan internasional pencegahan tubrukan di

laut tahun 1972 dan kemudian memastikan bahwa tindakannya

telah, memberikan hasil yang diinginkan.

b. Tampak Terbatas

Jika daya tampak berkurang atau diperkirakan

bahwa kapal akan mengalami tampak terbatas maka

tanggung jawab pertama perwira navigasi adalah mengacuh

pada pengaturan-pengaturan internasional pencegahan

tubrukan di laut tahun 1972. Dengan perhatian khusus pada

isyarat kabut, tentang kapal melaju dengan kecepatan yang

aman dan menyiapkan mesin untuk melakukan oleh gerak

setiap saat.
52

c. Pada Waktu Gelap

Jika menyusun tugas jaga pengamatan maka

Nakhoda dan perwira tugas jaga navigasi harus

mempertimbangkan peralatan yang ada di anjungan dan

peralatan bantu navigasi yang siap digunakan beserta

keterbatasannya serta prosedur-prosedur dan kecermatan

yang harus dilakukan.

B. Pengamatan

Pengamatan yang baik harus selalu dilaksanakan sesuai

dengan aturan 5 peraturan internasional pencegahan tubrukan di

laut kaitannya dengan tanggung jawab perwira jaga di atas kapal

harus sesuai dengan tujuan :

a) Menjaga kewaspadaan secara terus menerus dengan

penglihatan dan pendengaran dan juga dengan sarana lain

yang ada hubungannya dengan setiap perubahan

b) Memperhatikan sepenuhnya situasi-situasi dan resiko-resiko

tubrukan, kandas dan bahaya navigasi lain

c) Tugas jaga harus mampu memberikan perhatian penuh untuk

menjamin suatu pengamatan yang baik, dan tidak boleh

diberikan tugas lain kepada seseorang karena dapat

menggangu pelaksanaan pengamatan.

d) Tugas jaga dan tugas seorang pemegang kemudi harus

terpisah, dan pemegang kemudia tidak boleh merangkap atau

dianggap merangkap tugas pengamatan.


53

e) Perwira jaga melaksanakan tugas jaga navigasi dapat

merupakan satu-satunya orang yang melakukan pengamatan

pada siang hari, apabila:

(1) Situasi yang ada telah diperhitungkan secara cermat dan

tidak diragukan lagi keamanannya

(2) Seluruh faktor yang relevan telah diperhitungkan

sepenuhnya termasuk:

(a) Keadaan cuaca

(b) Jarak tampak

(c) Kepadatan lalu lintas

(d) Bahaya-bahaya navigasi

(e) Perhatian yang perlu diberikan jika sedang melakukan

navigasi di dalam atau di dekat jalur-jalur pemisah

lalu lintas

f) Dalam menentukan bahwa komposisi tugas jaga navigasi

telah memadai untuk menjamin dilaksanakannya pengamatan

yang baik secara terus-menerus, oleh karena itu nakhoda

harus mempertimbangkan semua faktor yang relevan, faktor-

faktor yang relevan itu adalah sebagai berikut:

(1) Jarak tampak, keadaan cuaca dan laut

(2) Kepadatan lalu lintas dan aktivitas lain yang terjadi di

daerah dimana kapal sedang melakukan navigasi

(3) Perhatian yang perlu jika sedang melakukan navigasi di

dalam atau di dekat jalur-jalur pemisah lalu lintas, atau


54

langkah-langkah lain yang berkaitan dengan penentuan

rute.

(4) Beban kerja tambahan yang disebabkan oleh sifat

fungsi kapal, oleh kebutuhan pengoperasian yang

bersifat mendadak, dan olah gerak yang diperkirakan

harus dilakukan.

(5) Kemampuan untuk menjalankan tugas setiap anggota

tugas jaga

(6) Pengetahuan dan keyakinan kompetensi profesional

para perwira dan para awak kapal

(7) Pengamatan setiap perwira yang melakukan tugas jaga

navigasi, dan pengetahuan perwira tugas jaga yang

bersangkutan tentang peralatan, prosedur-prosedur dan

kemampuan olah gerak kapal.

C. Prinsip – prinsip Saat Berdinas Jaga

Dinas jaga juga mempunyai prinsip-prinsip yang harus

dipatuhi oleh semua awak kapal agara terciptanya tugas jaga yang

sesuai prosedur yang telah ditentukan. Adapun prinsip-prinsip

saat berdinas jaga yaitu sebagai berikut :

a) Kebugaran Untuk Bertugas

Sesuai dengan peraturan maka sistem penjagaan harus

sedemikian rupa sehingga efisiensi para perwira jaga dan

pelaut-pelaut jaga deck dan jaga mesin tidak terganggu

karena kelelahan. Tugas-tugas harus diatur sedemikian rupa


55

agar tugas jaga pertama pada permulaan suatu pelayaran

(voyage) dan pengantian tugas-tugas berikutnya diberi

istirahat yang cukup dan yang sebaliknya sehingga tetap

bugar untuk bertugas dan supaya tetap bugar maka harus

diperhatikan peraturan kesehatan dan keselamatan kerja.

Menurut badan diklat BST modul-4, Keselamatan

Kerja dan Tanggung Jawab Sosial (2000: 64). Undang-

Undang No 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja terdiri

II Bab 18 pasal, namun materi yang diaturnya mencakup

juga kesehatan kerja, ini mempunyai sasaran dan tujuan

sebagai berikut :

Memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja agar

selalu dalam keadaan selamat dan sehat dalam

melaksanakan pekerjaan.untuk meningkatkan

kesejahteraan, produk dan oroduktivitas Nasional.

Memberikan perlindungan terhadap orang lain yang berada

di tempat kerja, agar selalu selamat dan sehat.

(1) Memberikan perlindungan terhadap setiap sumber

produksi agar selalu dapat di pakai dan di gunakan

secara aman efisen.

(2) Mencegah dan mengurangi kecelakaan dan akibatnya.

(3) Mengamankan mesin, pesawat, instalasi, alat

peralatan kerja, bahan dan hasil produksi .


56

(4) Meningkatkan dan memelihara kesehatan karyawan

laut pada kondisi yang sebaik-baiknya.

Menghindarkan para karyawan dari gangguan

kesehatannya mungkin timbul akibat karena kerja.

(5) Melindungi karyawan dari pekerjaan – pekerjaan

yang mungkin dapat mempengaruhi kesehatan.

Peraturan IMO mengenai pencegahan kecelakaan dan

kesehatan kerja, demi mencegah terjadinya

kecelakaan kerja, terutama jaga laut faktor kelelahan

adalah menjadi perhatian. Untuk itu IMO membuat

petunjuk yang berkenaan dengan pencegahan

kesalahan agar siap untuk melaksanakan tugas (fitness

duty) antara lain :

(6) Memaksimumkan jam kerja rata- rata tidak lebih 12

jam perhari , setiap perwira dan rating yang akan di

beri tugas jaga harus minimal 10 jam istrahat dalam

periode 24 jam.

(7) Jumlah jam istrahat boleh di bagi tidak lebih dari

periode yang salah satu periodenya paling lama 6 jam

lamanya.

(8) Pengecualian dari kondisi butir satu dan dua di atas,

sepuluh jam minimal istrahat untuk periode 7 hari.

b) Navigasi
57

(1) Pelayaran harus direncanakan sebelumnya, dengan

memperhitungkan semua informasi yang ada, dan

setiap haluan yang diberikan harus di cek sebelum

pelayaran dimulai

(2) Selama pengawasan haluan yang dikemudiakan posisi

dan kecepatan harus diperiksa pada interval waktu

yang telah ditetapkan agar kapal itu tetap mengikuti

haluan yang direncanakan

(3) Perwira jaga harus memiliki pengetahuan yang

lengkap tentang tempat dan operasi semua peralatan

keselamatan dan navigasi di atas kapal dan

memperhitungkan batas-batas pengoperasian

peralatan itu.

(4) Perwira yang bertanggung jawab terhadap suatu tugas

jaga navigasi tidak boleh ditunjuk atau melakukan

suatu tugas lain yang akan menggangu navigasi kapal

yang aman (tidak boleh tugas rangkap)

c) Peralatan Navigasi

(1) Perwira jaga harus memberikan penggunaan yang

paling efektif terhadap semua peralatan navigasi

selama penjagaan

(2) Ketika menggunakan radar, perwira jaga harus

mematuhi semua peraturan termasuk peraturan-

peraturan menyimpang.
58

(3) Dalam keadaan mendesak, perwira jaga harus tidak

ragu-ragu untuk menggunakan kemudi mesin dan

apparatus semboyan bunyi sesuai situasi dan kondisi

kapal saat itu.

d) Tugas-tugas dan Tanggung Jawab Navigasi

(1) Perwira yang bertanggung jawab terhadap tugas jaga

harus:

(a) Tetap berada di anjungan dan tidak boleh

ditinggalkan dalam keadaan apapun sampai

dengan waktu tepat penggantian jaga atau

diistirahatkan

(b) Terus bertanggung jawab untuk keselamatan

navigasi kapal, walaupun ada nakhoda di

anjungan, sampai ada pemberitahu secara

khusus bahwa nakhoda telah mangambil alih

tanggung jawab dan harus sama-sama

dimengerti.

(c) Memberi tahu Nakhoda ketika ragu-ragu

terhadap tindakan yang akan diambil untuk

kepentingan keselamatan kapal.

(d) Tidak menyerahkan tugas jaga kepada perwira

pengganti. Jika ia menyakini bahwa perwira itu

jelas tidak mampu dalam melaksanakan tugas-


59

tugasnya secara efektif. Oleh sebab itu ia harus

memberitahu kepada Nakhoda.

(2) Ketika mengambil alih tugas jaga, perwira pengganti

harus memuaskan dirinya tentang posisi duga atau

posisi sebenarnya (fix position) kapal itu dan

memastikan tujuan, haluan dan kecepatan yang

diinginkan dan harus memperhatikan setiap bahaya

navigasi yang diperkirakan akan dihadapi / ditemui

selama tugas penjagaanya.

(3) Suatu catatan data yang benar harus dipelihara dari

semua pergerakan dan aktivitas-aktivitas selama tugas

jaga yang berhubungan dengan navigasi kapal itu.


BAB V

PENUTUP
a. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan Bab IV penusil membuat kesimpulan

sebagai berikut :

1. Penggunaan Radar di Sv Stella 28 belum optimal, masih sering

pesawat Radar dalam keadaan Off saat berlayar diperairan sempit atau

saat berpapasan dengan kapal lain.

2. Perwira jaga belum memanfaatkan pesawat Radar untuk mencegah

terjadinya tubrukan.

Penggunaan alat navigasi elektronik secara optimal memang

sangat bermanfaat untuk keselamatan di atas kapal karena dapat membantu

mendeteksi berbagai macam bahaya tubrukan yang ada di sekitar kapal.

Maka upaya meningkatkan dan mengoptimalkan penggunaan alat navigasi

elektronik khususnya untuk radar sangat penting karena dapat mendeteksi

berbagai macam bahaya tubrukan, yang dalam hal ini sangat bermanfaat

untuk keselamatan di atas kapal ketika sedang berlayar maupun sedang

berlabuh. Adapun upaya untuk mengoptimalkan penggunaan radar yaitu

dengan cara lebih meningkatkan kesadaran penggunanya untuk

memaksimalkan penggunaan radar tersebut terlebih ketika malam hari

karena keadaan yang gelap membatasi pengelihatan untuk mengamati

situasi sekeliling kapal kita.

60
61

b. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis sampaikan, penulis

menyampaikan saran sebagai berikut :

1. Penggunaan Radar harus dioptimalkan terutama pada saat berlayar

diperairan yang ramai guna mencegah tubrukan.

2. Perwira jaga harus memanfaatkan semaksimal mungkin pesawat Radar

untuk mencegah terjadinya tubrukan.


DAFTAR PUSTAKA

Hakim, T. (2012). Penegertian Alat Navigasi Elektronik. Navigasi Elektronik ,


http://tegarhakim.blogspot.com/2012/04/tentang-navigasi-elektronik.html.

KBBI. (t.thn.). Optimalisasi Menurut KBBI. Arti kata optimal - Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) , https://kbbi.web.id/optimal.

KBBI. (t.thn.). Penggunaan Menurut KBBI. Arti kata guna - Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) Online, https://kbbi.web.id/guna.

Martopo, A. (2011). Pengertian Radar . Radar,


http://www.maritimeworld.web.id/2015/01/cara-menggunakan-radar-dan-
fungsi-tombol-radar.html.

Supriyono. (2012). Navigasi . PENGENALAN ALAT NAVIGASI ELECTRONIK


DI ATAS KAPAL,
https://bukudaulay.wordpress.com/2012/12/07/pengenalan-alat-navigasi-
electronik-di-atas-kapal/.

Surabaya, P. P. (2016). PERALATAN NAVIGASI . Surabaya.

Suranto. (2004). Pengertian Kapal. Identifikasi Kapal,


https://www.coursehero.com/file/p3acu6q/D-Kapal-Menurut-UU-Nomor-
17-tahun-2008-pengertian-kapal-adalah-kendaraan-air/.

W. Burger, M. (2009). RADAR OBSERVER'S HANDBOOK .

62

Anda mungkin juga menyukai