Tentang
MEMUTUSKAN
Pasal 1
Dalam Peraturan Rektor ini yang dimaksud dengan:
1) Universitas adalah Universitas Airlangga yang merupakan perguruan tinggi negeri
badan hukum.
2) Rektor adalah organ UNAIR yang memimpin penyelenggaraan dan pengelolaan
UNAIR.
3) Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga adalah institusi pelayanan
kesehatan milik Universitas Airlangga yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna dan pengembangan pelayanan kesehatan,
pendidikan dan penelitian secara terpadu, bagi tenaga kesehatan, yang selanjutnya
disebut dengan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga.
4) Struktur Organisasi RSGM Universitas Airlangga adalah suatu susunan dan
hubungan vertical maupun horizontal antara tiap bagian, unit kerja serta posisi
dengan uraian tugas yang jelas dalam menjalankan kegiatan operasionalnya untuk
mencapai tujuan.
5) Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) adalah peraturan internal rumah
sakit yang disusun dalam rangka mengatur segala sesuatu penyelenggaraan rumah
sakit.
6) Staf Medis adalah staf Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga yang
berprofesi sebagai dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dokter gigi spesialis,
yang bekerja di unit kerja tertentu dalam melaksanakan pelayanan medis paripurna
sesuai profesi atau spesialisasinya masing-masing.
7) Komite Medis adalah suatu unsur dalam organisasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Airlangga yang mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan tata
kelola klinis yang baik (good clinical governance).
8) Satuan Pemeriksa Internal merupakan unit pelaksana Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Airlangga yang membantu Direktur Utama dalam melakukan
pengawasan keuangan, audit keuangan dan audit manajemen rumah sakit.
9) Bagian adalah unsur pelaksana organisasi Rumah Sakit yang mempunyai tugas
mengkoordinasikan semua kegiatan bukan pelayan langsung pasien di Sub Bagian
terkait.
10) Sub Bagian adalah unsur pelaksana di bawah Bagian yang mempunyai tugas
mengkoordinasikan dan membantu kebutuhan organisasi Rumah Sakit dalam
menunjang pelayan kepada pasien.
11) Bidang adalah unsur pelaksana organisasi Rumah Sakit yang mempunyai tugas
mengkoordinasikan semua kegiatan pelayanan langsung kepada pasien di Sub
Bidang/Seksi terkait.
12) Instalasi adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan fasilitas dan
tempat menyelenggarakan kegiatan pelayanan, pendidikan dan penelitian rumah
sakit.
BAB II
KEDUDUKAN
Pasal 2
1) Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga adalah milik Universitas Airlangga
yang merupakan satuan organisasi lain di lingkungan Universitas Airlangga yang
dikelola secara khusus, berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Rektor.
2) Rumah Sakit yang dipimpin oleh seorang Direktur Utama dan dibantu oleh DIrektur
yang diangkat dan diberhentikan oleh Rektor.
BAB III
VISI DAN MISI
Pasal 3
Terwujudnya Rumah Sakit Gigi dan Mulut sebagai Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Pendidikan terkemuka di tingkat nasional dan internasional dalam memberikan
pelayanan paripurna, pendidikan, penelitian di bidang kesehatan, khususnya di bidang
kesehatan gigi dan mulut.
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
Peraturan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga
diterbitkan dengan tujuan agar adanya kejelasan tentang:
a. Pedoman dalam pelaksanaan tugas dan fungsi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Airlangga;
b. Pembagian tugas Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga yang dibagi
merata dalam semua unit kerja;
c. Kekhususan kegiatan kerja masing-masing unit kerja dengan uraian tugasnya; dan
d. Koordinasi dalam hubungan timbal balik, vertical maupun horizontal antar unit
kerja, guna mencapai tujuan tata kerja agar tercapai tujuan dengan efektif dan
efisien.
BAB V
TUGAS DAN FUNGSI
Pasal 7
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga mempunyai tugas memberikan
pelayanan kesehatan secara paripurna, efektif dan efisien dengan mengutamakan
upaya pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rujukan yang dilaksanakan secara
serasi, terpadu dengan kegiatan tugas pendidikan dan penelitian.
Pasal 8
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut pada pasal 7, Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Airlangga mempunyai fungsi:
a. Pelayanan medis paripurna sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
b. Pelayanan asuhan keperawatan;
c. Pelayanan penunjang medis;
d. Pelayanan rujukan;
e. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan;
f. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan teknologi kedokteran dan
kesehatan dengan memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora; dan
g. Pengelolaan administrasi dan keuangan.
Pasal 9
Hak dan kewajiban Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlanggaakan diatur
dengan Peraturan Direktur Utama Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga.
Pasal 10
Hak dan kewajiban pasien diRumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlanggaakan
diatur tersendiri dengan Peraturan Direktur Utama Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Airlangga.
BAB VI
PENYELENGGARAAN ORGANISASI
Bagian Kesatu
Organisasi
Pasal 11
1) Organisasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga didasarkan pada pola
line staff dan matriks.
a. Direksi;
b. Bagian dengan sub bagian;
c. Bidang dengan seksi;
d. Komite Medis;
e. Komite lain;
f. Satuan Pemeriksa Internal;
g. Instalasi; dan
h. Kelompok staf medis.
2) Susunan organisasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga terdiri dari:
3) Susunan organisasi, tugas, fungsi, wewenang, dan uraian tugas pejabat yang
menduduki organisasi rumah sakit pada ayat (2) akan diatur dengan Peraturan
Direktur Utama.
Pasal 12
Bagian Kedua
Direksi
Pasal 13
1) Direksi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga terdiri dari:
a. Direktur Utama;
b. Wakil Direktur Pelayanan, Pendidikan, Penelitian dan Penunjang
c. Wakil Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia..
2) Direktur rumah sakit adalah tenaga medis yang mempunyai pengalaman di bidang
perumahsakitan.
3) Direktur Utama Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga diutamakan
pernah menjabat dalam struktur organisasi rumah sakit.
Bagian Ketiga
Direktur Utama
Pasal 14
Bagian Keempat
Wakil Direktur Pelayanan, Pendidikan, Penelitian dan Penunjang
Pasal 15
Bagian Keempat
Wakil Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia
BAB VII
KOMITE MEDIS dan KOMITE LAIN
Bagian Pertama
Komite Medis
Pasal 30
1) Komite Medis berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
2) Dalam melaksanakan tugasnya, Komite Medis dapat dibantu oleh Sub Komite
Medis.
3) Susunan anggota Komite Medis dan Sub Komite Medis beserta tugas dan
wewenangnya akan diatur dalam Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staf By
laws) Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga.
Pasal 31
1) Selain Komite Medis sebagaimana tercantum dalam Pasal 30, Rumah Sakit Gigi
dan Mulut Universitas Airlangga secara bertahap akan membentuk Komite lain
sesuai kebutuhan, dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan
pasien.
2) Komite lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa komite:
a. Keperawatan;
b. Farmasi dan terapi;
c. Pencegahan dan pengendalian infeksi;
d. Etika dan hukum;
e. Koordinasi pendidikan; dan
f. Manajemen resiko dan keselamatan pasien.
3) Komite lain sebagaimana tercantum dalam ayat (2) akan dibentuk dengan
Keputusan Direktur Utama.
Bagian Kedua
Satuan Pemeriksa Internal
Pasal 32
1) Satuan Pemeriksa Internal adalah unit kerja Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Airlangga yang bertugas melaksanakan pemeriksaan audit kinerja
internal rumah sakit.
2) Satuan Pemeriksa Internal berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Direktur Utama.
3) Susunan organisasi, tugas, fungsi dan kewenangannya Satuan Pemeriksa Internal
akan diatur dengan Surat Keputusan Direktur.
BAB VIII
UNIT NON STRUKTURAL
Staf Medis
Pasal 33
1) Staf Medis adalah staf Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga yang
berprofesi sebagai dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dokter gigi spesialis,
yang bekerja di unit kerja tertentu dalam melaksanakan pelayanan medis paripurna
sesuai profesi atau spesialisasinya masing-masing.
2) Dalam melaksanakan tugasnya Staf Medis dikelompokkan berdasarkan profesinya
atau spesialisasinya yang disebut Kelompok Staf Medis (KSM).
3) Susunan organisasi, jenis, tugas, dan fungsi kelompok staf medis ajab diatur
dengan Peraturan Direktur Utama.
4) Kewenangan staf medis dalam melakukan pelayanan medis dan prosedur medis
ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Utama atas rekomendasi Komite
Medis yang telah diatur dalam Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staf Bylaws)
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga.
Instalasi
Pasal 34
Bagian Pertama
Tata Kerja
Pasal 35
1) Tata kerja Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga dalam mencapai
tujuan bersama adalah berlandaskan kerja sama, transparansi, akuntabel,
bertanggung jawab, mandiri dan berkeadilan.
2) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Rumah Sakit mempunyai hubungan
koordinatif, kooperatif, dan fungsional dengan Fakultas terkait di lingkungan
Universitas Airlangga.
3) Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, Rumah Sakit mempunyai hubungan
jaringan pelayanan kesehatan khususnya jaringan rujukan kesehatan dengan
institusi pelayanan kesehatan lainnya di luar Universitas Airlangga.
Pasal 36
Rapat di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga terdiri atas:
a. Rapat Direksi dengan peserta khusus Direksi dan diselenggarakan sekurang-
kurangnya 1 (satu) bulan sekali.
b. Rapat Staf dengan peserta Direksi, Kepala Bagian, Ketua Kelompok Staf Medis
(KSM) dan Ketua Instalasi diselenggarakan 1 minggu sekali.
BAB X
PENUTUP
Pasal 37
1) Segala peraturan yang berkaitan dengan Organisasi Dan Tata Kerja Rumah Sakit
Gigi dan Mulut Universitas Airlangga dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan ini.
2) Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
REKTOR,
Tentang
MEMUTUSKAN
KETIGA : Surat Keputusan ini berlaku selama 3 (tiga) tahun sejak tanggal
ditetapkan. Bilamana dikemudian hari terdapat kekeliruan atau
kurang sempurna pada perkembangan-perkembangan yang akan
datang, maka surat keputusan ini akan ditinjau, ditarik, dirubah, atau
diralat sesuai dengan kondisi yang ada.
KEEMPAT : Hal-hal yang dipandang perlu dan belum diatur dalam Surat
Keputusan ini akan ditetapkan kemudian.
(1) Nama
Nama rumah sakit ini adalah Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga
disingkat RSGM UNAIR, milik Universitas Airlangga.
(3) Nilai/filosofi
Nilai/filosofi RSGM UNAIR :
a. Nilai-Nilai :
Sikap kerja pegawai rumah sakit dalam melaksanakan tugas didasarkan atas
nilai nilai kerjasama, keterbukaan, bertanggungjawab dan tulus ikhlas.
b. Filosofi :
Filosofi RSGM UNAIR adalah menunjang tingkat harkat dan martabat manusia.
(4) Motto
Motto RSGM UNAIR yaitu:
“Cepat, profesional, terjangkau dan aman”
a. Pelayanan Cepat
Kasus bidang kedokteran gigi seringkali memerlukan layanan cepat untuk
menghindari rasa nyeri yang berkepanjangan, disamping itu ada pula pertimbangan
golden periode yang hanya beberapa jam, sehingga tidak manusiawi apabila
membiarkan pasien menderita lebih lama.
b. Pelayanan yang Profesional
Profesional artinya memadukan unsur knowledge & skill, commitment serta etika
sesuai dengan profesi masing-masing.
c. Biaya Terjangkau
Sedangkan terjangkau dimaksudkan agar biaya yang ditanggung oleh masyarakat
sekurang-kurangnya sama dengan standar pemerintah yang berlaku di Rumah Sakit
Umum Daerah, akan tetapi mendapat layanan yang lebih memuaskan.
d. Pelayanan Aman
Mengutamakan kaidah patient safety termasuk upaya menghindari kejadian infeksi
di rumah sakit
(5) Tujuan
1. Memberikan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut secara paripurna.
2. Sebagai tempat untuk menjalankan pendidikan bagi Calon Dokter Gigi dan Dokter
Gigi Spesialis di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.
3. Sebagai tempat untuk melakukan penelitian masalah kesehatan khususnya di bidang
kesehatan gigi dan mulut guna kemajuan IPTEKDOKGI menuju masyarakat sehat.
Spesifikasi lambang:
Lambang berbentuk lingkaran bergambar Garuda Muka berwarna biru (C:100,
M:75, Y:20, K:0; R:30, G:67, B:122) membawa guci berwarna merah (C;0, M:100,
Y:100, K:0; R:222, G:37, B:22) dikelilingi hiasan berwarna kuning (C:0, M:20,
Y:100, K:0; R:251, G:190, B:0) yang berukir cincin-cap Raja Airlangga berwarna
putih (C:0, M:0, Y:0, K:0; R:255, G:255, B:255) berjumlah 10 (sepuluh) buah.
Sumber: Statuta Unair.
5) Logo RSGM UNAIR adalah
Separuh Siluet Gigi Berwarna Biru Tua
Menggambarkan RSGM Universitas Airlangga bersifat dinamis, pelayanan kesehatab
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut perorangan untuk
pelayanan pengobatan dan pemulihan tanpa mengabaikan pelayanan peningkatn
kesejatan dan pecegahan penyakit yang dilakukan melalui pelayanan rawat jalan,
gawat darurat dan pelayanan tindakan medis. Warna biru diambil dari lambing
Universitas airlangga berarti ksatria dan jiwa mendalam serta memiliki makna kejujuran,
ketenangan, integritas, kepercayaan, keharmnisan, berwawasan luas dalam setiap
memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
Garuda Mukti
Sebagai lambing Universitas Airlangga memiliki makna sumber ilmu yang abadi
Tulisan Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Universitas Airlangga Berwarna Hitam
Dimana warna hitam memiliki makna keberanian, pusat perhatian, ketegasan,
ketenangan, keteguhan, kekuatan dan kecanggihan,. RSGM Universitas Airlangga
dapat menjadi sarana kesehatan masyarakat yang maju, berkembang dan mumpuni.
BAB III
KEDUDUKAN RUMAH SAKIT
Pasal 4
RSGM UNAIR berkedudukan sebagai Rumah Sakit Khusus milik Universitas Airlangga
dan merupakan unsur pendukung atas tugas Rekor di bidang pelayanan kesehatan gigi
dan mulut, tempat bagi pendidikan dokter gigi dan penelitian di bidang kesehatan serta
menyelenggaraka pengabdian kepada masyarakat .
Pasal 5
Rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 merupakan Institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Dimana
pelayanan kesehatan gigi dan mulut merupakan pelayanan utama.
(1) Tugas :
Tugas pokok RSGM UNAIR adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan
khusus di bidang gigi dan mulut dengan upaya penyembuhan, pemulihan,
peningkatan, pencegahan, pelayanan rujukan, sebagai tempat menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan, penelitian, dan pengembangan serta pengabdian
masyarakat di bidang kedokteran gigi.
(2) Fungsi :
Fungsi RSGM UNAIR dalam menunaikan tugas sebagaimana dimaksud diatas yaitu
:
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan kesehatan gigi dan mulut;
b. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendidikan profesi kedokteran gigi;
c. Pelayanan penunjang kedokteran gigi di bidang, yaitu bidang Patologi Klinik,
Laboratorium Dental, Radiologi Dental, Oral dan Maksilofasial, Oral Patologi dan
Maksilofasial dan Kedokteran Gigi Forensik (Forensic Odontology) yang
direncanakan sebagai palayanan tambahan;
d. Penyusunan rencana dan program , monitoring, evaluasi dan pelaporan di
bidang pendidikan dan pelayanan;
e. Pelayanan medis;
f. Pelayanan penunjang medis dan non medis;
g. Pelayanan keperawatan dan rawat inap;
h. Pelayanan bedah mulut dan maksilofasial dan special care
i. Pelayanan rujukan;
j. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan serta
pengabdian masyarakat;
k. Pengelolaan keuangan dan akutansi; dan
l. Pengelolaan urusan kepegawaian, hukum, hubungan masyarakat, organisasi
dan tatalaksana, serta rumah tangga, perlengkapan dan umum.
(1) Menetapkan/ menyetujui peraturan tentang Pola Tata Kelola, Hospital By Laws dan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) di RSGM UNAIR beserta perubahannya;
(2) Mengangkat dan menetapkan Dewan Pengawas sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku;
(3) Memberhentikan Pejabat Pengelola dan Dewan Pengawas karena sesuatu hal yang
menurut peraturannya membolehkan untuk diberhentikan;
(4) Mengesahkan Rencana Kelola dan Anggaran Tahunan (RKAT) yang disetujui oleh
Dewan Pengawas; dan
(5) Memberikan sanksi kepada pegawai yang melanggar ketentuan yang berlaku dan
memberikan penghargaan kepada pegawai yang berprestasi.
(1) Pemerintah bertanggung jawab menutup defisit anggaran rumah sakit yang bukan
karena kesalahan dalam pengelolaan dan setelah diaudit secara independen;
(2) Pemerintah bertanggung gugat atas terjadinya kerugian pihak lain, termasuk pasien,
akibat kelalaian dan atau kesalahan dalam pengelolaan rumah sakit;dan
(3) Pemerintah bertanggung gugat atas terjadinya kerugian pihak lain termasuk pasien,
akibat kelalaian dan atau kesalahan pengelolaan Rumah Sakit.
BAB IV
PENGORGANISASIAN RUMAH SAKIT DAN
STRUKTUR ORGANISASI
Pengorganisasian
Pasal 9
BAB V
DEWAN PENGAWAS
Organisasi
Pasal 11
(1) Dewan Pengawas pada RSGM UNAIR dibentuk dengan Keputusan Rektor
Universitas Airlangga Nomor 2016 tentang Pembentukan Dewan Pengawas Pola
Pengelolaan Keuangan PTN BH.
(2) Pembentukan dan susunan keanggotaan Dewan Pengawas ditetapkan dengan
Surat Keputusan Rektor Nomor 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Keanggotaan Dewan Pengawas Pola Pengelolaan Keuangan PTN BH.
(3) Jumlah anggota Dewan Pengawas sebanyak 3 (tiga) orang dan seorang diantara
anggota Dewan Pengawas ditetapkan sebagai Ketua Dewan Pengawas.
(4) Anggota Dewan Pengawas terdiri dari unsur-unsur :
a. Pejabat UNAIR yang berkaitan dengan kegiatan rumah sakit;
b. Pejabat di lingkungan satuan kerja pengelola keuangan rektorat;
c. Tenaga ahli yang sesuai dengan kegiatan rumah sakit;
(5) Kriteria yang dapat diusulkan menjadi Dewan Pengawas yaitu :
a. Memiliki dedikasi dan memahami masalah-masalah yang berkaitan dengan
kegiatan Rumah Sakit, serta dapat menyediakan waktu yang cukup untuk
melaksanakan tugasnya;
b. Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau
tidak pernah menjadi anggota pengelola rumah sakit, atau Dewan Pengawas
yang dinyatakan bersalah sehingga menyebabkan suatu badan usaha pailit atau
orang yang tidak pernah dihukum melakukan tindak pidana yang merugikan
daerah; dan
c. Mempunyai kompetensi dalam bidang manajemen keuangan, sumber daya
manusia dan mempunyai komitmen terhadap peningkatan kualitas pelayanan
publik.
(1) Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan selama 5 (lima) tahun, dan
dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya.
(2) Pengangkatan anggota Dewan Pengawas tidak bersamaan waktunya dengan
pengangkatan pejabat pengelola rumah sakit, kecuali untuk pengangkatan pertama
kali pada waktu pembentukan RSGM UNAIR.
(3) Anggota Dewan Pengawas dapat diberhentikan sebelum waktunya oleh Rektor.
(4) Pemberhentian Anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
apabila :
a. Tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik;
b. Tidak melaksanakan ketentuan perundang-undangan;
c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan rumah sakit atau; dan
d. Dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan tindak pidana dan/atau
kesalahan yang berkaitan dengan tugasnya melaksanakan pengawasan atas
Rumah Sakit.
(1) Ketua Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh Rektoratas usul Direktur
Rumah Sakit;
(2) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Ketua dalam suatu masa kepengurusan
Dewan Pengawas, maka Rektor mengangkat seorang Ketua untuk sisa masa
jabatan hingga selesainya masa jabatan atas usul Direktur Rumah Sakit;
(3) Tugas Ketua Dewan Pengawas adalah :
a. Memimpin semua pertemuan Dewan Pengawas;
b. Memutuskan berbagai hal yang berkaitan dengan prosedur dan tatacara yang
tidak diatur dalam Peraturan Internal (Hospital By Laws/Statuta) RSGM UNAIR
melalui Rapat Dewan Pengawas;
c. Bekerja sama dengan Pengelola Rumah Sakit untuk menangani berbagai hal
mendesak yang seharusnya diputuskan dalam rapat Dewan Pengawas.
Bilamana rapat Dewan Pengawas belum dapat diselenggarakan, maka Ketua
dapat memberikan wewenang pada Direktur untuk mengambil segala tindakan
yang perlu sesuai dengan situasi saat itu; dan
d. Melaporkan pada rapat rutin berikutnya perihal tindakan yang diambil
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c di atas, disertai dengan penjelas
an yang terkait dengan situasi saat tindakan tersebut diambil.
(4) Keputusan Dewan Pengawas bersifat kolektif kolegial;
(5) Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Dewan Pengawas, Rektor dapat
mengangkat Sekretaris Dewan Pengawas atas beban Rumah Sakit;
(6) Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (5), bertugas
menyelenggarakan kegiatan administrasi dalam rangka membantu kegiatan Dewan
Pengawas, sedangkan Sekretaris Dewan Pengawas tidak dapat bertindak sebagai
Dewan Pengawas.
TUGAS, KEWAJIBAN DAN WEWENANG
Tugas Dewan Pengawas
Pasal 14
(1) Rapat khusus adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pengawas untuk
menetapkan kebijakan atau hal-hal khusus yang tidak termasuk dalam rapat rutin
maupun rapat tahunan.
(2) Dewan Pengawas mengundang untuk rapat khusus dalam hal :
a. Ada permasalahan penting yang harus segera diputuskan; atau
b. Ada permintaan yang ditandatangani oleh paling sedikit dua orang anggota
Dewan Pengawas.
(3) Rapat khusus yang diminta oleh anggota Dewan Pengawas sebagaimana diatur
dalam ayat (2) butir b di atas, harus diselenggarakan paling lambat tujuh hari setelah
diterimanya surat permintaan tersebut.
(4) Undangan rapat khusus disampaikan oleh Sekretaris Dewan Pengawas kepada
peserta rapat paling lambat 24 (dua puluh empat) jam sebelum rapat khusus
tersebut diselenggarakan. Undangan rapat khusus harus mencantumkan tujuan
pertemuan secara spesifik.
Rapat Tahunan
Pasal 19
(1) Rapat Tahunan adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pengawas setiap
tahun, dengan tujuan untuk menetapkan kebijakan tahunan operasional rumah sakit.
(2) Rapat Tahunan diselenggarakan sekali dalam satu tahun.
(3) Dewan Pengawas menyiapkan dan menyajikan laporan umum keadaan RSGM
UNAIR, termasuk laporan keuangan yang telah diaudit.
Undangan Rapat
Pasal 20
Setiap rapat dinyatakan sah hanya bila undangan telah disampaikan sesuai aturan,
kecuali seluruh anggota Dewan Pengawas yang berhak memberikan suara menolak
undangan tersebut.
Peserta Rapat
Pasal 21
Setiap rapat rutin, selain dihadiri oleh anggota Dewan Pengawas, Sekretaris Dewan
Pengawas dan Direktur, juga dihadiri oleh Pejabat Pengelola Rumah Sakit, Komite
Medik dan pihak lain yang ada di lingkungan RSGM UNAIR atau dari luar lingkungan
Rumah Sakit apabila diperlukan.
Pejabat Ketua
Pasal 22
(1) Dalam hal Ketua Dewan Pengawas berhalangan hadir dalam suatu rapat, maka bila
kuorum telah tercapai, anggota Dewan Pengawas dapat memilih Pejabat Ketua
untuk memimpin rapat.
(2) Pejabat Ketua sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berkewajiban melaporkan
hasil keputusan rapat kepada Ketua Dewan Pengawas pada rapat berikutnya.
Kuorum
Pasal 23
(1) Rapat Dewan Pengawas hanya dapat dilaksanakan bila kuorum tercapai.
(2) Kuorum memenuhi syarat apabila dihadiri oleh 2/3 dari seluruh anggota Dewan
Pengawas.
(3) Bila kuorum tidak tercapai dalam waktu setengah jam dari waktu rapat yang telah
ditentukan, maka rapat ditangguhkan untuk dilanjutkan pada suatu tempat hari dan
jam yang sama minggu berikutnya.
(4) Bila kuorum tidak juga tercapai dalam waktu setengah jam dari waktu rapat yang
telah ditentukan pada minggu berikutnya, maka rapat segera dilanjutkan dan segala
keputusan yang terdapat dalam risalah rapat disahkan dalam rapat Dewan
Pengawas berikutnya.
Risalah Rapat
Pasal 24
(1) Penyelenggaraan setiap risalah rapat Dewan Pengawas menjadi tanggung jawab
Sekretaris Dewan Pengawas.
(2) Risalah rapat Dewan Pengawas harus disahkan/ditanda tangani oleh ketua Dewan
Pengawas dalam waktu maksimal empat belas hari setelah rapat diselenggarakan,
dan segala putusan dalam risalah rapat tersebut yang berupa rekomendasi agar
dilaksanakan oleh RSGM UNAIR.
Pemungutan Suara
Pasal 25
(1) Setiap masalah yang diputuskan melalui pemungutan suara dalam rapat Dewan
Pengawas ditentukan dengan mengangkat tangan atau bila dikehendaki oleh para
anggota Dewan Pengawas, pemungutan suara dapat dilakukan dengan amplop
tertutup.
(2) Putusan rapat Dewan Pengawas didasarkan pada suara terbanyak setelah
dilakukan pemungutan suara.
(1) Dewan Pengawas dapat merubah atau membatalkan setiap putusan yang diambil
pada rapat rutin atau rapat khusus sebelumnya, dengan syarat bahwa usul
perubahan atau pembatalan tersebut dicantumkan dalam pemberitahuan atau
undangan rapat sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Internal (Hospital By
Laws/Statuta) ini.
(2) Dalam hal usul perubahan atau pembatalan putusan Dewan Pengawas tidak
diterima dalam rapat tersebut, maka usulan ini tidak dapat diajukan lagi dalam kurun
waktu tiga bulan terhitung sejak saat ditolaknya usulan.
Cap
Pasal 27
(1) Dewan Pengawas berperan mendorong dan mendukung dalam bentuk kebijakan
dalam upaya memberdayakan Staf Medis Fungsional (SMF) untuk mencapai tujuan
rumah sakit sesuai dengan Visi, Misi, Falsafah dan Tujuan RSGM UNAIR.
(2) Peran terhadap Staf Medis Fungsional (SMF) sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan melalui integrasi dan koordinasi secara terus-menerus dan
berkesinambungan.
(3) Integrasi dan koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diselenggarakan
melalui pemberdayaan fungsi-fungsi dalam Organisasi Komite Medik Rumah Sakit
melalui Subkomite kredensial, Subkomite Mutu Profesi dan Subkomite Etika dan
Disiplin Profesi.
BAB VI
PEJABAT PENGELOLA RUMAH SAKIT
Pejabat Pengelola
Pasal 29
(1) Pejabat Pengelola Rumah Sakit adalah seluruh pejabat struktural baik Direktur,
Wakil Direktur, Kepala Bidang, Kepala Bagian, Kepala Seksi maupun Kepala Sub
Bagian pada Rumah Sakit yang sebutannya disesuaikan dengan nomenklatur yang
berlaku pada RSGM UNAIR.
(2) Pejabat Pengelola Rumah Sakit diangkat dan diberhentikan oleh Rektor.
(3) Direktur bertanggungjawab terhadap operasional rumah sakit kepada Rektor melalui
Wakil Rektor 2.
(4) Komposisi Pejabat Pengelola Rumah Sakit dapat dilakukan perubahan, baik jumlah
maupun jenisnya, setelah dilakukan analisis organisasi guna memenuhi tuntutan
perubahan dengan mengusulkan kepada Rektor melalui Wakil Rektor 2.
(5) Perubahan komposisi Pejabat Pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
ditetapkan oleh Rektor.
(1) Direktur mempunyai tugas pokok untuk memimpin pelaksanaan tugas pengelolaan
RSGM UNAIR sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Direktur
mempunyai tugas :
a. memimpin dan mengurus rumah sakit sesuai dengan tujuan rumah sakit yang
telah ditetapkan;
b. menetapkan kebijakan operasional Rumah Sakit;
c. mengkoordinasikan penyusunan rencana dan program kerja Rumah Sakit;
d. mengatur, mendistribusikan dan mengkoordinasikan tugas-tugas kepada
bawahan; mengevaluasi, mengendalikan dan membina pelaksanaan tugas
bawahan;
e. memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta pengawasan kepada bawahan;
melaksanakan sistem pengendalian intern;
f. menilai hasil kerja bawahan dan mempertanggungjawabkan hasil kerja bawahan;
g. melaksanakan tugas kedinasan lain yang ditugaskan oleh atasan; dan
h. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Rektor melalui akil Rekor 2.
(3) Direktur Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) mempunyai fungsi sebagai penanggungjawab umum
operasional dan keuangan rumah sakit yang dibantu oleh Wakil Direktur.
(4) Evaluasi/penilaian kinerja Direktur dilakukan oleh Rektor paling sedikit satu kali
dalam setahun.
(5) Direktur RSGM UNAIR yang merupakan Aparatur Sipil Negara menjadi pejabat
pengguna anggaran/barang daerah.
(6) Dalam hal Direktur sebagaimana dalam ayat (5) berasal dari non aparatur sipil
negara pejabat keuangan rumah sakit wajib dari aparatur sipil negara yang
merupakan pejabat pengguna anggaran/barang daerah.
(1) Wakil Direktur Pelayanan, Pendidikan, Penelitian dan Penunjang mempunyai tugas :
a. menyusun rencana dan program kegiatan pelayanan dalam rangka penetapan
kebijakan Rumah Sakit;
b. merumuskan kebijakan teknis pelayanan serta menyelenggarakan administrasi
berdasarkan kewenangan;
c. mengkoordinasikan semua kegiatan pelayanan sesuai dengan standar yang
berlaku kepada bawahan;
d. mengkoordinasikan penyusunan dan mengawasi pelaksanaan Medical Staff by
Laws;
e. mengawasi, mengendalikan dan membina pelaksanaan tugas-tugas di Bidang
Pelayanan Medik, Penunjang Medik, dan Keperawatan;
f. mengatur mendistribusikan dan mengkoordinasikan tugas kepada bawahan;
g. memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta pengawasan kepada bawahan;
h. melaksanakan sistem pengendalian intern;
i. menilai prestasi kerja bawahan dan mempertanggungjawabkan hasil kerja
bawahan;
j. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
k. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Direktur.
(2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Wakil
Direktur Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian mempunyai fungsi :
a. pengkoordinasian seluruh kebutuhan pelayanan medik, penunjang medik dan
keperawatan;
b. penyelenggaraan pelayanan medis, penunjang medik dan keperawatan;
c. perencanaan segala kebutuhan, baik administratif medik dan Standar Prosedur
Operasional (SPO) untuk tenaga medik, tenaga kesehatan keperawatan dan
tenaga kesehatan profesi lainnya;
d. pemantauan, pengawasan, penggunaan fasilitas kegiatan pelayanan medik,
penunjang medik dan keperawatan;
e. pengawasan dan pengendalian penerimaan serta pemulangan pasien;
f. penyelanggaraan asuhan keperawatan; dan
g. peningkatan etika keperawatan, pengembangan dan pengendalian mutu
keperawatan.
Pasal 32
Wakil Direktur Keuangan dan Sumberdaya Manusia
Bidang Keperawatan
Pasal 34
Bagian Keuangan
Pasal 37
Wewenang Direktur
Pasal 40
BAB VII
SATUAN PEMERIKSA INTERNAL (SPI)
Pasal 42
(1) Satuan Pemeriksa Internal (SPI) berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Direktur RSGM UNAIR;
(2) Satuan Pemeriksa Internal (SPI) dibentuk dan ditetapkan dengan keputusan
Direktur.
(3) Tugas dan tanggung jawab Satuan Pemeriksa Internal (SPI) adalah :
a. melakukan kajian dan analisa terhadap rencana investasi rumah sakit khususnya
sejauh mana uraian pengkajian dan pengelolaan resiko telah dilaksanakan oleh
unit-unit yang lain;
b. melakukan penilaian terhadap sistem pengendalian, pengelolaan, pemantauan,
efektifitas dan efisiensi sistem dan prosedur, dalam bidang keuangan, operasi
dan pelayanan, pemasaran, sumber daya manusia dan pengembangan rumah
sakit;
c. melakukan penilaian dan pemantauan mengenai sistem pengendalian informasi
dan komunikasi yang meliputi :
1. informasi penting rumah sakit terjamin keamanannnya;
2. fungsi sekretariat rumah sakit dalam pengendalian informasi dapat berjalan
dengan efektif;
3. penyajian laporan-laporan rumah sakit memenuhi peraturan dan perundang-
undangan;
4. melaksanakan tugas khusus dalam lingkup pengendalian internal yang
ditugaskan Direktur;
(4) Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), Satuan
Pemeriksa Internal (SPI) berfungsi :
a. sebagai unit monitoring yang bersifat independen untuk :
1. membantu Direktur agar dapat secara efektif mengamankan investasi dan
aset Rumah Sakit;
2. melakukan penilaian desain dan implementasi pengendalian internal; dan
3. melakukan analisa dan evaluasi efektif proses sesuai dan prosedur pada
semua bagian dan unit kegiatan rumah sakit;
b. Satuan Pemeriksa Internal (SPI) dalam melaksanakan fungsinya bertanggung
jawab langsung kepada Direktur;
(5) Tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan (4) disampaikan
dalam bentuk rekomendasi kepada Direktur;
(6) Bahan pertimbangan berupa rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5),
adalah berdasarkan penugasan dari Direktur.
BAB VIII
KOMITE-KOMITE
Pasal 43
(1) Pejabat Pengelola Rumah Sakit dalam mengawal mutu pelayanan kesehatan
berbasis keselamatan Gigi dan Mulut pasien maka perlu dibentuk komite-komite
yang merupakan wadah professional dan memiliki otoritas dalam organisasi staf
medik, keperawatan, etik dan hukum, pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI),
farmasi dan terapi serta dalam rangka mengembangkan pelayanan, program
pendidikan, pelatihan serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
(2) Pembentukan komite-komite yaitu:
a. Komite Medik;
b. Komite Keperawatan;
c. Komite Etik dan Hukum;
d. Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI); dan
e. Komite Farmasi dan Terapi.
(3) Komite-komite sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan badan non
struktural yang berada dibawah serta bertanggung jawab kepada Direktur.
Bagian Kesatu
KOMITE MEDIK
Pengorganisasian Komite Medik
Pasal 44
(1) Komite Medik merupakan organisasi non struktural yang dibentuk di rumah sakit;
dan
(2) Komite Medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan wadah
perwakilan dari staf medik.
(1) Ketua Komite Medik ditetapkan oleh Direktur dengan memperhatikan masukan dari
staf medik yang bekerja di rumah sakit;
(2) Sekretaris Komite Medik dan Ketua-ketua Subkomite ditetapkan oleh Direktur
berdasarkan rekomendasi dari Ketua Komite Medik dengan memperhatikan
masukan dari staf yang bekerja di rumah sakit.
(1) Komite Medik mempunyai tugas meningkatkan profesionalisme staf medik yang
bekerja di rumah sakit dengan cara :
a. melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan pelayanan
medis di RSGM UNAIR;
b. memelihara mutu profesi staf medis; dan
c. menjaga disiplin, etika dan perilaku profesi staf medik.
(2) Dalam melaksanakan tugas kredensial Komite Medik memiliki fungsi sebagai berikut
:
a. penyusunan dan pengkompilasian daftar Kewenangan Klinis sesuai dengan
masukan dari kelompok staf medis berdasarkan norma keprofesian yang
berlaku;
b. penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian:
1. Kompetensi;
2. Kesehatan fisik dan mental;
3. Perilaku;
4. Etika profesi.
c. evaluasi data pendidikan profesional kedokteran berkelanjutan;
d. wawancara terhadap permohonan Kewenangan Klinis;
e. penilaian dan pemutusan Kewenangan Klinis yang adekuat;
f. pelaporan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan rekomendasi
Kewenangan Klinis kepada Komite Medik;
g. melakukan proses rekredensial pada saat berakhirnya masa berlaku Surat
Penugasan Klinis dan adanya permintaan dari Komite Medik;
h. rekomendasi Kewenangan Klinis dan penerbitan Surat Penugasan Klinis.
(3) Dalam melaksanakan tugas memelihara mutu profesi staf medis Komite Medik
memiliki fungsi sebagai berikut :
a. pelaksanaan audit medis;
b. rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka pendidikan berkelanjutan
bagi staf medik;
c. rekomendasi kegiatan eksternal dalam rangka pendidikan berkelanjutan bagi staf
medik rumah sakit.
d. rekomendasi proses pendampingan bagi staf medis yang membutuhkan.
(4) Dalam melaksanakan tugas menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medik
Komite Medik memiliki fungsi sebagai berikut :
a. pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran.
b. pemeriksaan staf medis yang diduga melakukan pelanggaran disiplin.
c. rekomendasi pendisiplinan prilaku profesional di rumah sakit.
d. pemberian nasehat/pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis pada
asuhan medis pasien.
Wewenang Komite Medik
Pasal 48
Sub Komite
Pasal 49
(1) Ketua Sub Komite ditetapkan oleh Direktur RSGM UNAIR berdasarkan rekomendasi
dari Ketua Komite Medik dengan memperhatikan masukan dari staf medik yang
bekerja di rumah sakit.
(2) Sub Komite yang ada di RSGM UNAIR terdiri dari :
a. Sub Komite Profesi Medik
b. Sub Komite Farmasi dan Terapi
c. Sub Komite Kredensial
d. Sub Komite Rekam Medik
e. Sub Komite Etika dan Disiplin Profesi.
(1) Staf medis mengajukan permohonan Kewenangan Klinis kepada Direktur Rumah
Sakit dengan mengisi formulir daftar rincian Kewenangan Klinis yang telah
disediakan rumah sakit dengan dilengkapi bahan-bahan pendukung;
(2) Berkas permohonan staf medis yang telah lengkap disampaikan oleh Direktur
Rumah Sakit kepada Komite Medik;
(3) Kajian terhadap formulir daftar rincian Kewenangan Klinis yang telah diisi oleh
pemohon;
(4) Pengkajian oleh Subkomite Kredensial meliputi elemen :
a. Kompetensi :
1. berbagai area kompetensi sesuai standar kompetensi yang disahkan oleh
lembaga pemerintah yang berwenang untuk itu;
2. kognitif;
3. afektif;
4. psikomotor;
b. kompetensi fisik;
c. kompetensi mental/perilaku; dan
d. perilaku etis;
(5) Kewenangan Klinis yang diberikan mencakup derajat kompetensi dan cakupan
praktik;
(6) Daftar rincian Kewenangan Klinis diperoleh dengan cara :
a. menyusun daftar Kewenangan Klinis dilakukan dengan meminta masukan dari
setiap Kelompok Staf Medis;
b. mengkaji Kewenangan Klinis bagi pemohon dengan menggunakan daftar rincian
Kewenangan Klinis; dan
c. mengkaji ulang daftar rincian Kewenangan Klinis bagi staf medis dilakukan
secara periodik;
(7) Rekomendasi pemberian Kewenangan Klinis dilakukan oleh Komite Medik
berdasarkan masukan dari Sub Komite Kredensial;
(8) Sub Komite Kredensial melakukan rekredensial bagi setiap staf medis yang
mengajukan permohonan pada saat berakhirnya masa berlaku Surat Penugasan
Klinis (SPK) dengan rekomendasi berupa :
a. kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan;
b. kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah;
c. kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi;
d. kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu tertentu;
e. kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/ dimodifikasi; dan
f. kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri;
(9) Bagi staf medis yang ingin memulihkan Kewenangan Klinis yang dikurangi atau
menambah Kewenangan Klinis yang dimiliki dapat mengajukan permohonan kepada
Komite Medik melalui Direktur Rumah Sakit. Selanjutnya, Komite Medik
menyelenggarakan pembinaan profesi antara lain melalui mekanisme
pendampingan (proctoring).
Untuk menjaga mutu profesi para staf medis, Komite Medik mempunyai peran
melakukan audit medis, merekomendasikan pendidikan berkelanjutan dan memfasilitasi
proses pendampingan staf medis melalui Sub Komite Mutu Profesi.
(1) Pelaksanaan audit medis harus dapat memenuhi 4 (empat) peran penting yaitu :
a. sebagai sarana untuk melakukan penilaian terhadap kompetensi masing-masing
staf medis pemberi pelayanan di rumah sakit;
b. sebagai dasar untuk pemberian Kewenangan Klinis/Clinical Privilege sesuai
kompetensi yang dimiliki;
c. sebagai dasar bagi Komite Medik dalam merekomendasikan pencabutan atau
penangguhan Kewenangan Klinis/Clinical Privilege;
d. sebagai dasar bagi Komite Medik dalam merekomendasikan
perubahan/modifikasi rincian Kewenangan Klinis seorang staf medis.
(2) Langkah-langkah pelaksanaan audit medis :
a. pemilihan topik yang akan dilakukan audit;
b. penetapan standar dan kriteria;
c. penetapan jumlah kasus/sampel yang akan diaudit;
d. membandingkan standar/kriteria dengan pelaksanaan pelayanan;
e. melakukan analisis kasus yang tidak sesuai standar dan kriteria;
f. menerapkan perbaikan;
g. rencana reaudit.
(3) Subkomite Mutu Profesi dapat merekomendasikan pendidikan berkelanjutan bagi
staf medis :
a. menentukan pertemuan ilmiah yang harus dilaksanakan oleh masing-masing
kelompok staf medis dengan pengaturan waktu yang disesuaikan;
b. pertemuan tersebut dapat pula berupa pembahasan kasus antara lain meliputi
kasus kematian (death case), kasus sulit maupun kasus langka;
c. setiap kali pertemuan ilmiah harus disertai notulensi, kesimpulan dan daftar hadir
peserta yang akan dijadikan pertimbangan dalam penilaian disiplin profesi;
d. notulensi beserta daftar hadir menjadi dokumen/arsip Sub Komite Mutu Profesi;
e. sub Komite Mutu Profesi bersama-sama dengan kelompok staf medis
menentukan kegiatan ilmiah yang akan dibuat oleh Sub Komite Mutu Profesi
yang melibatkan staf medis rumah sakit sebagai narasumber dan peserta aktif;
f. setiap kelompok staf medis wajib menentukan minimal satu kegiatan ilmiah yang
akan dilaksanakan dengan Sub Komite Mutu Profesi pertahun;
g. sub Komite Mutu Profesi bersama dengan bagian pendidikan dan penelitian
rumah sakit memfasilitasi kegiatan tersebut dan dengan mengusahakan satuan
angka kredit dari ikatan profesi;
h. menentukan kegiatan ilmiah yang dapat diikuti oleh masing-masing staf medis
setiap tahun dan tidak mengurangi hari cuti tahunannya;
i. memberikan persetujuan terhadap permintaan staf medis sebagai asupan
kepada Managemen.
(4) Sub Komite Mutu Profesi dapat memfasilitasi proses pendampingan (proctoring)
bagi staf medis yang membutuhkan :
a. menentukan nama staf medis yang akan mendampingi staf medis yang sedang
mengalami sanksi disiplin/mendapatkan pengurangan Kewenangan Klinis;
b. komite medik berkoordinasi dengan Direktur Rumah Sakit untuk memfasilitasi
semua sumber daya yang dibutuhkan untuk proses pendampingan (proctoring)
tersebut.
Peran Komite Medik dalam upaya pendisiplinan staf medis dilakukan oleh Sub Komite
Etika dan Disiplin Profesi.
(1) Dalam melaksanakan tugasnya, Sub Komite Etika dan Displin Profesi memiliki
semangat yang berlandaskan :
a. peraturan internal rumah sakit;
b. peraturan internal staf medis;
c. etika rumah sakit;
d. norma etika medis dan norma-norma bioetika;
(2) Tolok ukur dalam upaya pendisiplinan perilaku profesional staf medis yaitu :
a. pedoman pelayanan kedokteran/ kedokteran gigi di rumah sakit;
b. prosedur kinerja pelayanan di rumah sakit;
c. daftar Kewenangan Klinis di rumah sakit;
d. kode etik kedokteran/ dokter gigi Indonesia;
e. pedoman perilaku profesional kedokteran/buku penyelenggaraan praktik
kedokteran yang baik;
f. pedoman perilaku profesional kedokteran gigi/buku penyelenggaraan praktik
kedokteran gigi yang baik;
g. pedoman pelanggaran disiplin kedokteran yang berlaku di Indonesia;
h. pedoman pelayanan medik/klinik;
i. standar prosedur operasional asuhan medis.
(3) Penegakan disiplin profesi dilakukan oleh sebuah panel yang dibentuk oleh Ketua
Sub Komite Etika dan Disiplin Profesi. Panel terdiri dari 3 orang staf medis atau lebih
dalam jumlah ganjil dengan susunan sebagai berikut :
a. 1 (satu) orang dari Sub Komite Etika dan Disiplin Profesi yang memiliki disiplin
ilmu yang berbeda dari yang diperiksa;
b. 2 (dua) orang atau lebih staf medis dari disiplin ilmu yang sama dengan yang
diperiksa dapat berasal dari dalam rumah sakit atau luar rumah sakit, baik atas
permintaan Komite Medik dengan persetujuan Direktur RSGM UNAIR atau
Direktur Rumah Sakit terlapor.
(4) Mekanisme pemeriksaan pada upaya pendisiplinan perilaku profesional, adalah
sebagai berikut :
a. sumber laporan:
1. perorangan :
a) manajemen rumah sakit;
b) staf medis lain;
c) tenaga kesehatan lain atau tenaga non kesehatan;
d) pasien atau keluarga pasien;
2. non perorangan:
a) hasil konferensi kematian;
b) hasil konferensi klinis;
b. dasar dugaan pelanggaran disiplin profesi menyangkut hal-hal antara lain:
1. kompetensi klinis;
2. penatalaksanaan kasus medis;
3. pelanggaran disiplin profesi;
4. penggunaan obat dan alat kesehatan yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan kedokteran di rumah sakit;
5. ketidakmampuan bekerja sama dengan staf rumah sakit yang dapat
membahayakan pasien;
c. pemeriksaan:
1. dilakukan oleh panel pendisiplinan profesi;
2. melalui proses pembuktian;
3. dicatat oleh petugas sekretariat Komite Medik;
4. terlapor dapat didampingi oleh personil dari rumah sakit tersebut;
5. panel dapat menggunakan keterangan ahli sesuai kebutuhan;
6. seluruh pemeriksaan yang dilakukan oleh panel disiplin profesi bersifat
tertutup dan pengambilan keputusannya bersifat rahasia;
d. keputusan :
keputusan panel yang dibentuk oleh Sub Komite Etika dan Disiplin Profesi
diambil berdasarkan suara terbanyak, untuk menentukan ada atau tidak
pelanggaran disiplin profesi kedokteran di rumah sakit. Bilamana terlapor merasa
keberatan dengan keputusan panel, maka yang bersangkutan dapat mengajukan
keberatannya dengan memberikan bukti baru kepada Sub Komite Etika dan
Disiplin Profesi yang kemudian akan membentuk panel baru. Keputusan ini
bersifat final dan dilaporkan kepada Direktur RSGM UNAIR melalui Komite
Medik.
e. rekomendasi pemberian tindakan pendisiplinan profesi pada staf medis oleh Sub
Komite Etika dan Disiplin Profesi di rumah sakit berupa :
1. peringatan tertulis;
2. limitasi (reduksi) Kewenangan Klinis;
3. bekerja dibawah supervisi dalam waktu tertentu oleh orang yang mempunyai
kewenangan untuk pelayanan medis tersebut;
4. pencabutan Kewenangan Klinis sementara atau selamanya.
f. pelaksanaan Keputusan :
keputusan Sub Komite Etika dan Disiplin Profesi tentang pemberian tindakan
disiplin profesi diserahkan kepada Direktur RSGM UNAIR oleh Ketua Komite
Medik sebagai rekomendasi, selanjutnya Direktur Rumah Sakit melakukan
eksekusi.
(5) Sub Komite Etika dan Disiplin Profesi menyusun materi kegiatan pembinaan
profesionalisme kedokteran. Pelaksanaan pembinaan profesionalisme kedokteran
dapat diselenggarakan dalam bentuk ceramah, diskusi, simposium, lokakarya yang
dilakukan oleh unit kerja rumah sakit seperti unit pendidikan dan penelitian atau
Komite Medik.
(6) Sub Komite Etika dan Disiplin Profesi mengadakan pertemuan pembahasan kasus
dengan mengikutsertakan pihak-pihak terkait yang kompeten untuk memberikan
pertimbangan pengambilan keputusan etis.
Rapat Khusus
Pasal 60
Rapat Tahunan
Pasal 61
Bagian Kedua
KOMITE ETIK DAN HUKUM
Pasal 62
(1) Komite Etik dan Hukum dibentuk guna membantu Direktur untuk mensosialisasikan
kewajiban rumah sakit kepada semua unsur yang ada di rumah sakit meliputi
kewajiban umum rumah sakit, kewajiban rumah sakit terhadap masyarakat,
kewajiban rumah sakit terhadap staf, menyelesaikan masalah medikolegal dan etika
rumah sakit serta melakukan koordinasi dengan Biro Hukum dan HAM Sekretariat
Daerah Provinsi Bali dan Tim Penasehat/Advokasi Hukum yang ditunjuk Pemerintah
Daerah Provinsi Bali dalam menyelesaikan masalah medikolegal;
(2) Komite Etik dan Hukum merupakan badan non struktural yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur RSGM UNAIR;
(3) Komite Etik dan Hukum dibentuk dan ditetapkan dengan keputusan Direktur setelah
mempertimbangkan masukan dari para Wakil Direktur.
(4) Dalam melaksanakan tugas Komite Etik dan Hukum berfungsi :
a. menyelenggarakan dan meningkatkan komunikasi medicoetikolegal, baik internal
maupun ekternal RSGM UNAIR;
b. menyelenggarakan dan meningkatkan pengetahuan etika dan hukum bagi
petugas di RSGM UNAIR;
c. menyelenggarakan dan meningkatkan kemampuan resiko manajemen terhadap
masalah-masalah etika dan hukum di RSGM UNAIR;
(5) Tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (4) disampaikan
secara tertulis kepada Direktur dalam bentuk rekomendasi;
(6) Bahan pertimbangan berupa rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5),
adalah berdasarkan penugasan dari Direktur.
Bagian Ketiga
KOMITE KEPERAWATAN
Pengorganisasian Komite Keperawatan
Pasal 63
(1) Komite Keperawatan merupakan organisasi non struktural yang berada dibawah.
(2) Komite Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan
wadah perwakilan dari staf keperawatan;
(1) Komite Keperawatan mempunyai tugas pokok membantu Direktur Rumah Sakit
dalam melakukan kredensial, pembinaan disiplin dan etika profesi tenaga
keperawatan serta pengembangan profesi berkelanjutan;
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud ayat (1), Komite
Keperawatan mempunyai fungsi :
a. penyelenggaraan konsultasi keperawatan;
b. penyelenggaraan tukar pendapat, kebijakan, dan pelaksanaan pelayanan;
c. pemberian motivasi dalam pemecahan masalah profesi keperawatan melalui
pembelajaran;
d. penggalian inovasi dan ide-ide yang membangun dan pembaharuan ke arah
perbaikan profesi keperawatan;
e. penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran kepada profesi sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki;
f. penyelenggaraan advokasi dengan memberikan perlindungan dan dukungan
kepada profesi dalam menerima hak-haknya termasuk masalah hukum.
Sub Komite
Pasal 68
(1) Ketua Sub Komite ditetapkan oleh Direktur RSGM UNAIR berdasarkan rekomendasi
dari Ketua Komite Keperawatan dengan memperhatikan masukan dari staf
keperawatan yang bekerja di rumah sakit.
(2) Sub Komite yang ada di RSGM UNAIR terdiri atas :
a. Sub Komite Kredensial;
b. Sub Komite Mutu Profesi;
c. Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi.
Rapat
Pasal 72
(1) Komite Keperawatan dan Bidang Keperawatan melaksanakan kerja dan koordinasi
secara berkala dan berkesinambungan melalui rapat koordinasi keperawatan.
(2) Rapat Koordinasi Keperawatan terdiri dari: Rapat Kerja, Rapat Rutin, Rapat Pleno,
dan Sidang tahunan.
(3) Rapat Kerja :
a. rapat Kerja Keperawatan dilaksanakan dalam setahun sekali dan bersifat
terbuka;
b. rapat Kerja Keperawatan dipimpin oleh Ketua Komite Keperawatan atau Kepala
Bidang Keperawatan dan dihadiri oleh Sekretaris Komite Keperawatan;
c. sub komite, kasi keperawatan, panitia-panitia keperawatan dan kepala ruang
keperawatan;
d. agenda rapat kerja adalah membuat rencana kerja keperawatan dalam 5 (lima)
tahun.
(4) Rapat Rutin
a. rapat rutin keperawatan dilaksanakan 3 (tiga) bulan sekali diikuti oleh Bidang
Keperawatan, Komite Keperawatan, Kepala Ruang Keperawatan dan seluruh
anggota Komite Keperawatan;
b. agenda rapat rutin adalah membahas masalah-masalah Keperawatan;
c. rapat rutin Keperawatan dipimpin oleh Kepala Bidang Keperawatan atau Ketua
Komite Keperawatan.
(5) Rapat Pleno
a. rapat pleno keperawatan diadakan sewaktu-waktu bila dibutuhkan;
b. rapat pleno dipimpin oleh Ketua Komite Keperawatan atau Kepala Bidang
Keperawatan dan dihadiri oleh Sekretaris Komite Keperawatan, Sub Komite dan
Kasi Keperawatan;
c. agenda rapat pleno adalah membahas persoalan etik dan displin staf
keperawatan.
(6) Sidang Tahunan
a. Sidang tahunan Keperawatan diadakan satu kali dalam setahun;
b. sidang Tahunan dipimpin oleh Ketua Komite Keperawatan atau Kepala Bidang
Keperawatan dan dihadiri oleh Sekretaris Komite Keperawatan, Sub Komite,
Kasi Keperawatan, Panitia-Panitia Keperawatan dan Kepala Ruang
Keperawatan;
c. agenda sidang tahunan adalah membuat rencana kerja keperawatan dalam 1
(satu) tahun dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada tahun yang telah
lalu;
d. keputusan yang diambil harus disetujui sekurang-kurangnya oleh 2/3 peserta
yang hadir.
Bagian Keempat
KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
Pasal 73
(1) Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dibentuk guna membantu
Direktur dalam pencegahan dan pengendalian infeksi.
(2) Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) mempunyai tugas:
a. memberikan pertimbangan kepada Direktur dalam Pencegahan dan
Pengendalian infeksi;
b. menyusun serta menetapkan, mensosialisasikan dan mengevaluasi kebijakan
pencegah dan pengendalian infeksi (PPI) rumah sakit;
c. melaksanakan investigasi dan penaggulangan masalah Kejadian Luar Biasa
(KLB) bersama Tim Pencegah dan Pengendali Infeksi Rumah Sakit;
d. merencanakan, mengusulkan pengadaaan alat dan bahan yang sesuai dengan
perinsip-perinsip pencegahan dan pengendalian infeksi dan aman bagi yang
menggunakan;
e. membuat pedoman tata laksana pencegahan dan pengendalian infeksi
(3) melaksanakan pemantauan terhadap upaya pencegahan dan pengendalian infeksi;
(4) memberikan penyuluhan masalah infeksi kepada tenaga medik, non medik dan
tenaga lainnya serta pengguna jasa rumah sakit;
(5) menerima laporan atas kegiatan tim PPI dan membuat laporan berkala kepada
Direktur;
(6) Komite PPI merupakan badan non struktural yang berada dibawah serta
bertanggung jawab kepada Direktur.
(7) Komite PPI dibentuk dan ditetapkan dengan keputusan Direktur setelah
mempertimbangkan masukan dari para Wakil Direktur.
Bagian Kelima
KOMITE FARMASI DAN TERAPI
Pasal 74
(1) Komite Farmasi dan Terapi dibentuk guna membantu Direktur dalam rangka
mencapai budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional.
(2) Komite Farmasi dan Terapi mempunyai tugas:
a. membuat pedoman diagnosis dan terapi, formularium rumah sakit, pedoman
penggunaan antibiotika;
b. melaksanakan pendidikan dalam bidang pengelolaan dan penggunaan obat
terhadap pihak-pihak terkait;
c. melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat serta memberikan
umpan balik;
d. membina hubungan kerja dengan unit terkait didalam rumah sakit yang
sasarannya berhubungan dengan obat;
e. mengkaji penggunaan produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh
anggota staf medis;
(3) mengelola obat yang digunakan dalam katagori khusus;
(4) membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan-
kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat sesuai peraturan
yang berlaku secara lokal maupun nasional.
(5) Komite Farmasi dan Terapi merupakan badan non struktural yang berada dibawah
serta bertanggung jawab kepada Direktur
(6) Komite Farmasi dan Terapi dibentuk dan ditetapkan dengan keputusan Direktur
setelah mempertimbangkan masukan dari para Wakil Direktur.
BAB IX
STAF MEDIS FUNGSIONAL (SMF)
Pasal 75
(1) Staf Medis Fungsional adalah kelompok dokter yang bekerja dibidang medis dalam
jabatan fungsional.
(2) Staf Medis Fungsional mempunyai tugas melaksanakan diagnosis, pengobatan,
pencegahan akibat penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan, penyuluhan,
pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran.
(3) Dalam melaksanakan tugasnya staf medis fungsional menggunakan pendekatan tim
dengan tenaga profesi terkait.
BAB X
INSTALASI
Pasal 76
(1) Instalasi dibentuk sesuai dengan kebutuhan rumah sakit untuk menyediakan fasilitas
dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan.
(2) RSGM UNAIR membentuk Instalasi yang terdiri dari :
a. instalasi rawat jalan;
b. instalasi rawat inap & bedah;
c. instalasi gawat darurat;
d. instalasi farmasi.
(3) Setiap penyusunan dan tata kerja intalasi rumah sakit harus didasarkan pada
penerapan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan cross functional approach
secara vertikal dan horizontal baik dilingkungannya serta dengan instalasi lain
sesuai dengan tugas masing-masing.
(4) Pembentukan instalasi ditetapkan dengan Keputusan Direktur.
(5) Installasi dipimpin oleh Kepala Instalasi.
(6) Kepala Instalasi dalam tugasnya dibantu oleh tenaga fungsional dan atau tenaga
non fungsional.
(7) Kepala Instalasi mempunyai tugas dan kewajiban merencanakan, melaksanakan,
memonitor dan mengevaluasi, serta melaporkan kegiatan pelayanan pada
instalasinya masing-masing kepada Direktur melalui Wakil Direktur Pelayanan,
Pendidikan dan Penelitian .
(8) Pembentukan dan perubahan instalasi didasarkan atas analisis organisasi dan
kebutuhan.
BAB XI
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Pasal 77
(1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang terbagi
atas berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai bidang keahliannya.
(2) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan
berdasarkan kebutuhan dan beban kerja yang ada.
(3) Kelompok Jabatan Fungsional bertugas melakukan kegiatan berdasarkan jabatan
fungsional masing-masing sesuai dengan keahlian dan kebutuhan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
(5) Masing-masing tenaga fungsional dimaksud berada dilikungan unit kerja rumah sakit
sesuai kompetensinya.
BAB XII
UNIT PENJAMIN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (UPMKP)
Organisasi dan Keanggotaan
Pasal 78
(1) Unit Penjamin Mutu dan Keseleselamatan Pasien Pasien (UPMKP) dibentuk oleh
Direktur Rumah Sakit;
(2) Susunan Unit Penjamin Mutu dan Keselamatan Pasien (UPMKP) terdiri dari :
a. ketua UPMKP
b. koordinator :
1. koordinator mutu klinik;
2. koordinator mutu manajemen;
3. koordinator keselamatan pasien.
(3) Masa tugas Unit Penjamin Mutu dan Keselamatan Pasien (UPMKP) pada RSGM
UNAIR selama 3 (tiga) tahun.
(4) Dalam pelaksanaan tugas Unit Penjamin Mutu dan Keselamatan Pasien (UPMKP) pada
RSGM UNAIR bertanggungjawab kepada Direktur.
Pasal 79
BAB XIII
TATA KERJA
Pasal 80
(1) Dalam rangka melaksanakan tugas setiap pimpinan satuan organisasi dilingkungan
RSGM UNAIR wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan
pendekatan lintas fungsi (cross function approach) secara vertikal dan horisontal
baik dilingkungannya serta dengan instalasi lain sesuai tugas masing-masing;
(2) Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi bawahannya masing-masing
dan apabila terjadi penyimpangan wajib mengambil langkah-langkah yang
diperlukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
(3) Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggungjawab memimpin dan
mengkoordinasikan bawahan dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi
pelaksanaan tugas bawahan;
(4) Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan
bertanggungjawab kepada atasan serta menyampaikan laporan berkala;
(5) Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari bawahan, wajib
diolah dan dipergunakan sebagai bahan perubahan untuk menyusun laporan lebih
lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada bawahan;
(6) Kepala Bidang, Kepala bagian, Kepala Seksi, Kepala Sub Bagian dan Kepala
Instalasi wajib menyampaikan laporan berkala kepada atasannya masing-masing.
BAB XIV
PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA
Tujuan Pengelolaan
Pasal 81
Pengelolaan Sumber Daya Manusia merupakan pengaturan dan kebijakan yang jelas
mengenai Sumber Daya Manusia yang berorientasi pada pemenuhan secara kuantitatif
dan kualitatif untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
Pengangkatan Pegawai
Pasal 82
(1) Pegawai RSGM UNAIR dapat berasal dari Pegawai Negeri Sipil atau Non Pegawai
Negeri Sipil sesuai dengan kebutuhan.
(2) Pengangkatan pegawai RSGM UNAIR yang berasal dari Non Pegawai Negeri Sipil
dilakukan berdasarkan pada prinsip efisiensi, ekonomis dan produktif dalam rangka
peningkatan pelayanan.
(3) Mekanisme pengangkatan pegawai RSGM UNAIR yang berasal dari Non Pegawai
Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Perpindahan Pegawai
Pasal 83
(1) Perpindahan Pegawai Negeri Sipil dan Non Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk peningkatan kinerja dan
pengembangan karir.
(2) Perpindahan dilaksanakan dengan mempertimbangkan :
a. penempatan seseorang pada pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan
keterampilannya;
b. masa kerja diunit tertentu;
c. pengalaman pada bidang tugas tertentu;
d. kegunaannya dalam menunjang karir;
e. kondisi fisik dan pesikis pegawai.
Pemberhentian Pegawai
Pasal 84
(1) Pemberhentian pegawai berstatus Pegawai Negeri Sipil dilakukan sesuai dengan
peraturan tentang pemberhentian pegawai negeri sipil.
(2) Pemberhentian pegawai berstatus Non Pegawai Negeri Sipil dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. meninggal dunia;
b. atas permintaan sendiri;
c. mencapai batas usia 58 tahun;
d. perampingan organisasi Rumah Sakit;
e. tidak cakap jasmani atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan kewajiban
pegawai Non PNS;
f. tidak tersedia anggaran untuk memberi nafkah kepada pegawai Non PNS.
BAB XVI
KEWENANGAN KLINIS (CLINICAL PRIVILEGE)
Pasal 86
(1) Komite Medik bila memandang perlu dapat memberi rekomendasi kepada Direktur
Rumah Sakit agar Kewenangan Klinis anggota SMF dibatasi berdasarkan atas
keputusan dari Subkomite Kredensial;
(2) Pembatasan Kewenangan Klinis ini dapat dipertimbangkan bila anggota SMF
tersebut dalam pelaksanaan tugasnya di RSGM UNAIR dianggap tidak sesuai
dengan standar pelayanan medis dan standar prosedur operasional yang berlaku,
dapat dipandang dari sudut kinerja klinik, sudut etik dan disiplin profesi medis dan
dari sudut hukum;
(3) Subkomite Kredensial membuat rekomendasi pembatasan Kewenangan Klinis
anggota SMF setelah terlebih dahulu:
a. ketua SMF mengajukan surat untuk mempertimbangkan pencabutan
Kewenangan Klinis dari anggotanya kepada Ketua Komite Medik;
b. komite Medik meneruskan permohonanan tersebut kepada Subkomite
Kredensial untuk meneliti kinerja klinis, etika dan disiplin profesi medis anggota
SMF yang bersangkutan;
c. subkomite Kredensial berhak memanggil anggota SMF yang bersangkutan untuk
memberikan penjelasan dan membela diri setelah sebelumnya diberi
kesempatan untuk membaca dan mempelajari bukti-bukti tertulis tentang
pelanggaran / penyimpangan yang telah dilakukan;
d. subkomite Kredensial dapat meminta pendapat dari pihak lain yang terkait.
Pasal 89
Pencabutan Kewenangan Klinis
(1) Pencabutan Kewenangan Klinis dilaksanakan oleh Direktur RSGM UNAIR atas
rekomendasi Komite Medik yang berdasarkan usulan dari Subkomite Etika dan
Disiplin Profesi dan Subkomite Kredensial.
(2) Pencabutan Kewenangan Klinis dilaksanakan apabila:
a. adanya gangguan kesehatan (fisik dan mental);
b. adanya kecelakaan medis yang diduga karena inkompetensi;
c. mendapat tindakan disiplin dari Komite Medik.
(1) Pengakhiran Kewenangan Klinis dilaksanakan oleh Direktur RSGM UNAIR atas
rekomendasi Komite Medik yang berdasarkan usulan dari Subkomite Etika dan
Disiplin Profesi dan Subkomite Kredensial.
(2) Pengakhiran Kewenangan Klinis dilaksanakan apabila Surat Penugasan Klinis
(SPK):
a. habis masa berlakunya;
b. dicabut sesuai pasal 89 ayat (2).
BAB XVII
PENUGASAN KLINIS (CLINICAL APPOINTMENT)
Pasal 91
(1) Setiap staf medis yang melakukan asuhan medis harus memiliki Surat Penugasan
Klinis (SPK) dari Direktur RSGM UNAIR berdasarkan rincian Kewenangan Klinis
setiap staf medis yang direkomendasikan Komite Medik.
(2) Tanpa Surat Penugasan Klinis (SPK) maka seorang staf medis tidak dapat menjadi
anggota kelompok (member) staf medis sehingga tidak boleh melakukan pelayanan
medis di RSGM UNAIR.
BAB XVIII
PERATURAN PELAKSANAAN TATA KELOLA KLINIS
Pasal 92
Untuk melaksanakan tata kelola klinis diperlukan aturan-aturan profesi bagi staf medis
secara tersendiri diluar Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff By Laws). Aturan
profesi tersebut antara lain:
(1) Pemberian pelayanan medis dengan standar profesi, standar pelayanan, dan
standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
(2) Kewajiban melakukan konsultasi dan/atau merujuk pasien kepada dokter, dokter
spesialis dengan disiplin yang sesuai;
(3) Kewajiban melakukan pemeriksaan patologi anatomi terhadap semua jaringan yang
dikeluarkan dari tubuh dengan pengecualiannya.
BAB XIX
TATA CARA REVIEW DAN PERBAIKAN PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS
Pasal 93
(1) Perubahan terhadap Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staf By Laws) dapat
dilakukan berdasarkan adanya perubahan peraturan perundang-undangan yang
mendasarinya;
(2) Waktu perubahan peraturan internal staf medis ini dilakukan paling lama setiap 3
(tiga) tahun;
(3) Perubahan yang dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Komite Medik RSGM
UNAIR;
(4) Mekanisme perubahan Peraturan Internal Staf Medis dilakukan dengan melibatkan
seluruh staf medis dan staf manajemen terkait melalui lokakarya dan terakhir
disahkan oleh Direktur RSGM UNAIR.
BAB XX
KERAHASIAN INFORMASI MEDIS
Pasal 94
Kerahasian Pasien
(1) Setiap pegawai rumah sakit wajib menjaga kerahasiaan informasi tentang pasien;
(2) Pemberian informasi medis yang menyangkut kerahasiaanpasien hanya dapat
diberikan atas persetujuan direktur/kepala bidang pelayanan medis.
Informasi Medis
Pasal 95
(1) Hak-hak pasien yang dimaksud adalah hak-hak pasien sebagaimana yang terdapat
didalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia;
(2) Informasi medis yang harus diungkapkan dengan jujur dan benar adalah mengenai :
a) keadaan kesehatan pasien;
b) rencana terapi dan alternatifnya;
c) manfaat dan resiko masing-masing alternatif tindakan;
d) prognosis; dan
e) kemungkinan Komplikasi.
BAB XXI
KEBIJAKAN, PEDOMAN DAN PROSEDUR
Pasal 99
(2) Kebijakan merupakan regulasi tertinggi di Rumah Sakit kemudian diikuti dengan
Pedoman/Panduan dan selanjutnya Prosedur/Standar Prosedur Operasional
(SPO);
(3) Review dan persetujuan atas kebijakan, pedoman/panduan dan prosedur dalam
bidang Administrasi dan Sumber Daya yang berwenang sebelum diterbitkan adalah
Wakil Direktur Administrasi, Keuangan dan Sumber Daya RSGM UNAIR;
(4) Review dan persetujuan atas kebijakan, pedoman/panduan dan prosedur dalam
bidang Pelayanan yang berwenang sebelum diterbitkan adalah Wakil Direktur
Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian RSGM UNAIR;
(5) Proses dan frekuensi review serta persetujuan berkelanjutan atas kebijakan,
pedoman/panduan dan prosedur dilakukan minimal setiap 3 (tiga) tahun sekali dan
atau bila terdapat perubahan atas Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
(6) Pengendalian untuk menjamin bahwa hanya kebijakan, pedoman/panduan dan
prosedur terkini, dengan versi yang relevan tersedia pada unit pelaksana dilakukan
melalui dokumen terkendali yang dikelola oleh Sub Bagian Umum Bagian Tata
Usaha, dan salinan yang berada di unit pelaksana dikendalikan melalui Salinan
Terkendali;
(7) Identifikasi perubahan dalam kebijakan, pedoman/ panduan dan prosedur
dilakukan oleh Unit Pelaksana secara berjenjang sesuai hirarkhi struktural;
(8) Pemeliharaan identitas dan dokumen yang bisa dibaca harus diletakkan ditempat
yang mudah dilihat, mudah diambil dan mudah dibaca oleh pelaksana;
(9) Pengelolaan kebijakan, pedoman/panduan dan prosedur yang berasal dari luar
rumah sakit yang dijadikan acuan dikendalikan dengan mempergunakan Dokumen
melalui catatan formulir Master List Dokumen Eksternal;
(10) Retensi dari kebijakan, pedoman/penduan dan prosedur yang sudah tidak berlaku
mengacu pada Keputusan Direktur Rumah Sakit tentang Retensi Dan Penyusutan
Arsip Non Rekam Medis;
(11) Identifikasi dan penelusuran dari sirkulasi seluruh kebijakan dan prosedur
mempergunakan buku registrasi dan master list yang dikelola oleh Sub Bagian
Umum Bagian Tata Usaha.
BAB XXII
KERJASAMA / KONTRAK
Pasal 100
(1) Direktur Rumah Sakit menjamin keberlangsungan pelayanan klinis dan manajemen
yang memenuhi kebutuhan pasien yang dapat dilakukan dengan jalan melalui
perjanjian kerjasama/kontrak;
(2) Para pihak dapat memprakarsai atau manawarkan rencana kerja sama/kontrak
mengenai objek tertentu;
(3) Apabila para pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menerima rencana kerja
sama/kontrak tersebut dapat ditingkatkan dengan membuat kesepakatan bersama
dan menyiapkan rancangan perjanjian kerja sama/kontrak yang paling sedikit
memuat:
a. subjek kerja sama/kontrak.
b. objek kerja sama/kontrak.
c. ruang lingkup kerja sama/kontrak.
d. hak dan kewajiban para pihak.
e. jangka waktu kerja sama/kontrak.
f. pengakhiran kerja sama/kontrak.
g. keadaan memaksa.
h. penyelesaian perselisihan
(4) Isi materi perjanjian kerja sama/kontrak dikoreksi dan disepakati melalui
pembubuhan paraf/fiat para pejabat yang berwenang yaitu :
a. Kontrak klinis diajukan oleh unit pelayanan secara berjenjang kepada pejabat
berwenang sesuai hirarkhi pelayanan. Wakil Direktur Pelayanan, Pendidikan
dan Penelitian RSGM UNAIR berpartisipasi dalam seleksi kontrak klinis dan
bertanggung jawab atas kontrak klinis.
b. Kontrak manajemen diajukan oleh unit yang mengelola administrasi sumber
daya secara berjejang kepada pejabat berwenang sesuai hirarkhi administrasi
sumber daya, Wakil Administrasi Sumber Daya RSGM UNAIR berpartisipasi
dalam seleksi kontrak manajemen dan bertanggung jawab atas kontrak
manajemen
(5) Setelah dibubuhi paraf/fiat pada kedua belah pihak dan lanjut diberi nomor oleh
para pihak.
(6) Penandatanganan dilakukan oleh Direktur dan para pihak yang berwenang dengan
pemberian materai yang cukup.
(7) Hasil kerja sama/kontrak dapat berupa uang, surat berharga, barang, hasil
pelayanan, pengobatan, laboratorium, jasa lainnya dan atau nonmaterial berupa
keuntungan.
(8) Hasil kerja sama/kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (7) berupa uang harus
menjadi pendapatan rumah sakit sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(9) Hasil kerja sama/kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (7) berupa barang
harus dicatat sebagai aset rumah sakit secara proporsional sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(10) Hasil kerja sama/kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (7) berupa hasil
pelayanan, pengobatan, laboratorium dan jasa lainnya harus sesuai dengan
kesepakatan yang tertuang didalam perjanjian kerja sama/kontrak yang telah
ditandatangani atau sesuai hasil addendum.
(11) Evaluasi kerja sama/kontrak dilaksanakan oleh unit pelaksana yang diketahui
secara berjenjang sesuai hirarkhi pejabat yang berwenang.
(12) Bila hasil evaluasi kerja sama/kontrak dinegosiasi kembali atau diakhiri, unit
pelaksana dan para pejabat secara berjenjang menjaga kontinuitas pelayanan
kepada pasien.
BAB XXIII
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
Bagian kesatu
Perencaanaan
Pasal 101
(1) Rumah sakit menyusun Rencana Strategis (Renstra) Bisnis rumah sakit;
(2) Renstra bisnis rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup
pernyataan visi misi, program strategis, pengukuran pencapaian kinerja, rencana
pencapaian lima tahunan dan proyeksi keuangan lima tahunan rumah sakit;
(3) Visi sebagaimana dimaksud ayat (2), memuat suatu gambaran yang menantang
tentang keadaan masa depan yang berisikan cita-cita yang ingin diwujudkan;
(4) Misi sebagaimana dimaksud ayat (2), memuat sesuatu yang harus diemban atau
dilaksanakan sesuai visi yang ditetapkan, agar tujuan rumah sakit dapat terlaksana
sesuai dengan bidangnya dan berhasil dengan baik;
(5) Program strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (2), memuat program yang
berisi proses kegiatan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai sampai
dengan kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun dengan
memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul;
(6) Pengukuran pencapaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2), memuat
pengukuran yang dilakukan dengan menggambarkan pencapaian hasil kegiatan
dengan disertai analisa dan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
tercapainya kinerja;
(7) Rencana pencapaian lima tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), memuat
rencana capaian kinerja pelayanan tahunan selama 5 (lima) tahun;
(8) Proyeksi keuangan lima tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), memuat
perkiaraan capaian kinerja keuangan tahunan selama 5 (lima) tahun.
Bagian Kedua
Penganggaran
Pasal 102
(1) Rumah sakit menyusun Rencana Bisnis dan Anggaran tahunan yang berpedoman
kepada renstra bisnis rumah sakit;
(2) Penyusunan Renstra Bisnis dan Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun berdasarkan prinsip anggaran berbasis kinerja, perhitungan akuntansi biaya
menurut jenis layanan, kebutuhan pendanaan dan kemampuan pendapatan yang
diperkirakan akan diterima dari masyarakat, badan lain, Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dan sumber-sumber pendapatan rumah sakit lainnya.
Pasal 103
(1) Rencana Kelola Anggaran Tahunan (RKAT) sebagaimana dimaksud dalam Pasal
100, memuat:
a. kinerja tahunan berjalan;
b. asumsi makro dan mikro;
c. target kinerja;
d. analisis dan perkiraan biaya satuan
e. perkiraan harga;
f. anggaran pendapatan dan biaya;
g. besaran persentase ambang batas;
h. prognosa laporan keuangan;
i. perkiraan maju (forward astimate);
j. rencana pengeluaran investasi/modal; dan
k. ringkasan pendapatan dan biaya untuk konsolidasi dengan Rencana Kerja dan
Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah/Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
(2) Rencana Bisnis dan Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1, disertai dengan
usulan program, kegiatan, standar pelayanan minimal dan biaya dari keluaran yang
akan dihasilkan.
Persetujuan
Pasal 104
(1) Renstra bisnis rumah sakit sebagaimana dimaksud Pasal 101 ayat (1) mendapat
persetujuan Dewan Pengawas dan dipergunakan sebagai dasar penyusunan
Rencana Bisnis dan Anggaran serta evaluasi kinerja.
(2) Rencana Bisnis dan Anggaran Pasal 103 ayat (1) mendapat persetujuan Dewan
Pengawas dan merupakan penjabaran lebih lanjut dari program dan kegiatan rumah
sakit dengan berpedoman pada pengelolaan keuangan rumah sakit.
BAB XXIV
Bagian kesatu
AKUNTANSI, PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
Akuntansi
Pasal 105
(1) RSGM UNAIR menerapkan sistem informasi manajemen keuangan sesuai dengan
kebutuhan dan praktik bisnis yang sehat.
(2) Setiap transaksi keuangan RSGM UNAIR harus dicatat dalam dokumen
pendukungnya dikelola secara tertib.
(3) RSGM UNAIR menyelenggarakan akuntansi dan laporan keuangan sesuai dengan
standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi
Indonesia untuk manajemen bisnis yang sehat.
(4) Penyelengaraan akuntansi dan laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), menggunakan basis akrual baik dalam pengakuan pendapatan, biaya, aset,
kewajiban dan ekuitas dana.
(5) RSGM UNAIR mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi yang berlaku
untuk Rumah Sakit.
(6) Dalam rangka penyelenggaraan akuntansi dan pelaporan keuangan berbasis akrual,
Direktur menyusun kebijakan akuntansi yang berpedoman pada standar akuntansi
sesuai jenis layanannya.
(7) Kebijakan akuntansi RSGM UNAIR digunakan sebagai dasar dalam pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan aset, kewajiban, ekuitas dana,
pendapatan dan biaya.
Bagian Kedua
Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Pasal 106
BAB XXV
PEMBINAAN, PENGAWASAN, EVALUASI DAN PENILAIAN KINERJA
Pembinaan dan Pengawasan
Pasal 107
(1) Pembinaan teknis rumah sakit dilakukan oleh Rektor melalui Wakil Rektor 2 dan
pembinaan keuangan rumah sakit dilakukan oleh Pejabat Keuangan Rektorat
Universitas Airlangga (Wakil Rektor 2).
(2) Pengawasan Operasional rumah sakit dilakukan oleh Satuan Pemeriksa Internal
sebagai internal auditor yang berkedudukan langsung dibawah Direktur RSGM
UNAIR.
(3) Pembinaan dan pengawasan terhadap rumah sakit selain dilakukan oleh Rektor,
melalui Wakil Rektor 2, Internal Auditor juga dilakukan oleh Dewan Pengawas.
(1) Visi dan Misi dipergunakan sebagai pedoman untuk membuat perencanaan
pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan penilaian kinerja bagi RSGM UNAIR.
Review/perubahan Visi dan Misi dilakukan akibat terjadinya perubahan kebijakan
oleh Pemilik RSGM UNAIR.
(2) Review/perubahan Visi dan Misi RSGM UNAIR diajukan oleh Direktur kepada
Rektor sesuai hasil rapat Tim Evaluasi Visi dan Misi RSGM UNAIR.
(3) Visi dan Misi rumah sakit disahkan melalui Keputusan Rektor dan dipublikasikan
oleh Kepala Sub Bagian Sistem Informasi Manajemen dan Pelaporan Bagian Bina
Program RSGM UNAIR.
(4) Evaluasi dan penilaian kinerja Direktur RSGM UNAIR dilaksanakan melalui DP3
(Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan), dan selanjutnya berdasarkan Petunjuk
Teknis Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi
Kerja Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan melalui SKP (Sasaran Kerja Pegawai
Negeri Sipil) yang mulai diterapkan pada tahun 2014.
(5) Evaluasi dan penilaian kinerja rumah sakit dilakukan setiap tahun oleh Rektor
dan/atau Dewan Pengawas terhadap aspek keuangan dan non keuangan.
(6) Evaluasi dan penilaian kinerja dilakukan bertujuan untuk mengukur tingkat
pencapaian hasil pengelolaan SGM UNAIRt sebagaimana ditetapkan dalam renstra
bisnis dan RKAT. Sesuai pula yang tercantum dalam BAB IV Laporan Akuntabilitas
Kinerja Pasal 12 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan
Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,
menyebutkan bahwa laporan Akuntabilitas Kinerja adalah laporan kinerja tahunan
yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai
tujuan/sasaran strategis instansi.
(7) Hasil pengukuran kinerja RSGM UNAIR dilaporkan dalam bentuk Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) setiap tahun disampaikan kepada
Rektor.
(8) LAKIP RSGM UNAIR berpedoman kepada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman
Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
BAB XXVI
TUNTUTAN UMUM
Pasal 109
(1) Dalam hal pegawai RSGM UNAIR dituntut berkaitan dengan hukum pidana, maka
itu didasarkan pada tuntutannya.
(2) Apabila tuntutan yang diajukan adalah kesalahan yang berkaitan dengan institusi,
maka RSGM UNAIR bertanggungjawab selama kesalahan yang dilakukan masih
mengikuti aturan atau Standar Prosedur Operasional (SPO).
(3) Apabila tuntutan yang diajukan adalah kesalahan yang berkaitan dengan individu,
maka RSGM UNAIR tidak bertanggung jawab selama kesalahan yang dilakukan
tidak mengikuti aturan atau SPO yang diberlakukan.
BAB XXVII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 110
(1) Struktur, nama, jumlah, dan fungsi satuan organisasi fungsional lain yang tidak
tercantum di dalam Hospital By Laws ini ditetapkan dengan Keputusan Direktur
RSGM UNAIR sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Perubahan terhadap struktur, nama, jumlah dan fungsi satuan organisasi fungsional
di lingkungan RSGM UNAIR ditetapkan Direktur RSGM UNAIR sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan.
BAB XXVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 111
Peraturan Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga (RSGM UNAIR)
ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahui Peraturan
Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga ini dengan penempatannya
dalam Berita Acara.
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Juni 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Kebijakan Umum
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Kebijakan Umum
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
1. Penggunaan obat di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga adalah
untuk kepentingan terapi pada pasien
2. Penggunaan obat di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga sedapat
mungkin diusahakan harus menggunakan obat yang terdapat dalam daftar
FORNAS (Formularium Nasional)
3. Apabila dalam daftar FORNAS tidak terdapat obat yang dimaksud dan obat
tersebut tidak dapat tergantikan, maka penggunaan obat tersebut harus
dikonsultasikan dahulu kepada komite medik dan mendapat persetujuan dari Wakil
Direktur Penunjang Medis
4. Jenis obat baru yang akan digunakan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas
Airlangga harus sepengetahuan komite medis dan persetujuan dari Wakil Direktur
Bidang Pelayanan, Pendidikan, Penelitian & Keperawatan Rumah Sakit Gigi dan
Mulut Universitas Airlangga.
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
SUSUNAN
KOMITE KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
1. Terdapat komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
(PAK) juga berkomitmen dalam peningkatan berkelanjutan terhadap Sistem
Manajemen K3 dan Kinerja K3
2. Terdapat komitmen untuk memenuhi peraturan perundang-undangan dan
persyaratan lainnya yang berkaitan dengan K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja).
3. Terdapat kerangka kerja untuk menyusun dan meninjau sasaran/target/tujuan
K3 organisasi .
4. Didokumentasikan, diterapkan dan dipelihara.
5. Dikomunikasikan kepada seluruh personil yang terdapat di bawah kendali
organisasi dengan maksud supaya seluruh personil mengetahui kewajiban K3
masing-masing.
6. Tersedia untuk pihak ke tiga yang berhubungan dengan aktivitas operasional
organisasi .
7. Ditinjau secara berkala untuk menjamin pemenuhan dan kesesuaian terhadap
aktivitas (operasional) organsasi.
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Rawat Jalan
1. Bedah Mulut dan Maksilofasial : Lina Dwi Ratnawati, A.Md.Kesgi
2. Konservasi Gigi : Dendy Sucahyo, S.si.T
3. Periodonsia : Indah Ismawati, A.Md.Kesgi
4. Orthodonsia : Linda Mardianti, A.Md.Kesgi
5. Ilmu Kedokteran Gigi Anak : Oktiana Zumaroh, A.Md.Kesgi
6. Prosthodontia : Noer Farida, A.Md.Kesgi
7. Ilmu penyakit Mulut : Ika Indrayani, A.Md.Kesgi
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Kebijakan Umum
1. Setiap tenaga kerja baru yang akan bekerja diwajibkan untuk orientasi kerja terlebih
dahulu selama minimal 1 minggu (lima hari kerja)
2. Orientasi diarahkan agar tenaga kerja baru mengetahui tugas yang akan
dikerjakannya
3. Orientasi dilakukan untuk pengenalan lingkungan kerja dan staf/ karyawan yang
lain
4. Orientasi juga bertujuan memberitahu risiko kerja yang akan dihadapi pada saat
bekerja sehingga dapat menghindari risiko kerja tersebut
5. Selama orinetasi kerja, tenaga kerja baru tidak diijinkan masuk dalam shift kerja
(masuk kerja non shift).
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Kedua : Kebijakan Kode Etik di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas
Airlangga Surabaya sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.
Ketiga : Kebijakan Kode Etik sebagaimana dimaksud dalam diktum
kedua dipergunakan sebagai acuan bagi semua unit kerja di
lingkungan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga
Surabaya untuk meningkatkan mutu pelayanan.
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Pasal 1
Rumah Sakit harus mentaati Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI)
Pasal 2
Rumah sakit harus dapat mengawasi serta bertanggung jawab terhadap semua
kejadian di rumah sakit.
Pasal 3
Rumah sakit harus mengutamakan pelayanan yang baik dan bermutu secara
berkesinambungan serta tidak mendahulukan urusan biaya.
Pasal 4
Rumah sakit harus memelihara semua catatan/arsip baik medik maupun non medik
secara baik.
Pasal 5
Rumah sakit harus mengikuti perkembangan dunia perumahsakitan.
BAB II
Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Masyarakat dan Lingkungan
Pasal 6
Rumah sakit harus jujur dan terbuka, peka terhadap saran dan kritik masyarakat dan
berusaha agar pelayanannya menjangkau di luar rumah sakit.
Pasal 7
Rumah sakit harus senantiasa menyesuaikan kebijakan pelayanannya pada harapan
dan kebutuhan masyarakat setempat.
Pasal 8
Rumah Sakit dalam menjalankan operasionalnya bertanggung jawab terhadap
lingkungan agar tidak terjadi pencemaran yang merugikan masyarakat
BAB III
Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Pasien
Pasal 9
Rumah sakit harus mengindahkan hak-hak asasi pasien.
Pasal 10
Rumah sakit harus memberikan penjelasan apa yang diderita pasien, dan tindakan apa
yang hendak dilakukan.
Pasal 11
Rumah sakit harus meminta persetujuan pasien (informed consent) sebelum melakukan
tindakan medik.
Pasal 12
Rumah sakit berkewajiban melindungi pasien dari penyalahgunaan teknologi
kedokteran.
BAB IV
Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Pimpinan, Staf, dan Karyawan
Pasal 13
Rumah sakit harus menjamin agar pimpinan, staf, dan karyawannya senantiasa
mematuhi etika profesi masing-masing.
Pasal 14
Rumah sakit harus mengadakan seleksi tenaga staf dokter, perawat, dan tenaga
lainnya berdasarkan nilai, norma, dan standar ketenagaan.
Pasal 15
Rumah sakit harus menjamin agar koordinasi serta hubungan yang baik antara seluruh
tenaga di rumah sakit dapat terpelihara.
Pasal 16
Rumah sakit harus memberi kesempatan kepada seluruh tenaga rumah sakit untuk
meningkatkan dan menambah ilmu pengetahuan serta keterampilannya.
Pasal 17
Rumah sakit harus mengawasi agar penyelenggaraan pelayanan dilakukan
berdasarkan standar profesi yang berlaku.
Pasal 18
Rumah sakit berkewajiban memberi kesejahteraan kepada karyawan dan menjaga
keselamatan kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku.
BAB V
Hubungan Rumah Sakit Dengan Lembaga Terkait
Pasal 19
Rumah sakit harus memelihara hubungan yang baik dengan pemilik berdasarkan nilai-
nilai, dan etika yang berlaku di masyarakat Indonesia.
Pasal 20
Rumah sakit harus memelihara hubungan yang baik antar rumah sakit dan
menghindarkan persaingan yang tidak sehat.
Pasal 21
Rumah sakit harus menggalang kerjasama yang baik dengan instansi atau badan lain
yang bergerak di bidang kesehatan.
Pasal 22
Rumah sakit harus berusaha membantu kegiatan pendidikan tenaga kesehatan dan
penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan kesehatan.
BAB VI
Lain-lain
Pasal 23
Rumah sakit dalam melakukan promosi pemasaran harus bersifat informatif, tidak
komparatif, berpijak pada dasar yang nyata, tidak berlebihan, dan berdasarkan Kode
Etik Rumah Sakit Indonesia.
PENJELASAN
KODE ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA
UMUM
Pasal 1
Pengertian rumah sakit disini adalah sarana kesehatan sebagai kesatuan sosial
ekonomi, bukan merupakan kompilasi dari kode etik profesi penyelenggara pelayanan
kesehatan, namun mengandung unsur dari etika profesi masing-masing penyelenggara,
baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat.
Pasal 2
Yang dimaksud dengan tanggung jawab rumah sakit disini ialah :
a. Tanggung jawab umum.
b. Tanggung jawab khusus yang meliputi tanggung jawab hukum, etik dan tata tertib
atau disiplin.
Tanggung jawab umum rumah sakit merupakan kewajiban pimpinan rumah sakit
menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai permasalahan-permasalahan peristiwa,
kejadian dan keadaan di rumah sakit. Tanggung jawab khusus muncul jika ada
anggapan bahwa rumah sakit telah melanggar kaidah-kaidah, baik dalam bidang
hukum, etik, maupun tata tertib atau disiplin.
Pasal 3
Pelayanan yang baik dan bermutu secara berkesinambungan pada dasarnya
merupakan penyelenggaraan pelayanan secara menyeluruh, yang satu dengan yang
lain terkait erat sedemikian rupa, sehingga terlaksana pelayanan rumah sakit, yang :
a) Setiap saat siap memberikan layanan.
b) Beranjak dari pendirian dan pandangan bahwa manusia adalah suatu kesatuan
psiko-sosio-somatik.
c) Memberi layanan kepada pasien selaku konsumen yang dewasa dan mengakui
serta menghormati sepenuhnya hak-haknya.
d) Menjamin diberikannya mutu pelayanan teknik medik yang menunjukkan
kemampuan dan ketrampilan. Dan sehubungan dengan itu perlu dilakukan
berbagai tindakan pengawasan dan pengamanannya.
e) Menjamin terselenggaranya mutu pelayanan yang manusiawi dan dilakukan
dengan dedikasi tinggi serta penuh kehati-hatian.
f) Diselenggarakan sebagai sebuah lembaga sosial ekonomi untuk kepentingan
seluruh rakyat yang pada hakikatnya merupakan sumber pembiayaan proses
pelayanan rumah sakit dan oleh karena itu tidak diperkenankan mendahulukan
dan mengutamakan hal ikhwal yang menyangkut biaya dari layanan, khususnya
dalam menghadapi kasus gawat darurat
g) Harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Pasal 4
Rumah sakit wajib menjaga dan melindungi kerahasiaan catatan dan rekaman medik
serta keterangan-keterangan non medik pasien lainnya. Hal ini erat kaitannya dengan
hak menengok dan hak milik data medik pasien.
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Upaya kesehatan yang nampaknya semakin meluas saja daya jangkaunya dengan
tidak hanya menitikberatkan pada upaya penyembuhan pasien, melainkan secara
berangsur-angsur berkembang kearah keterpaduan upaya kesehatan yang
menyeluruh, pada hakikatnya adalah akibat dari pengertian kesehatan yang di anut.
Saat ini kesehatan tidak lagi diartikan sebagai ketidakhadiran sakit yang perlu
mendapatkan perhatian penanggulangannya, melainkan mencakup juga peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit dan pemulihan kesehatan, disamping upaya
penyembuhan penyakit. Upaya kesehatan dan sumber dayanya, termasuk rumah sakit
harus dilakukan secara terpadu, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Upaya ini
telah memunculkan kepermukaan apa yang disebut rumah-rumah sakit tanpa dinding
(hospitals without walls). Dengan demikian rumah sakit harus lebih membuka diri
terhadap upaya-upaya sosio ekonomi masyarakat.
Pasal 7
Kebijaksanaan pelayanan rumah sakit harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan
masyarakat setempat, dengan memperhatikan antara lain tingkat sosial ekonomi
masyarakat, tingkat pendidikan, budaya masyarakat, komposisi penduduk, pola
penyakit, dan sebagainya.
Pasal 8
Sebuah rumah sakit dalam operasionalisasinya banyak menggunakan bahan-bahan
maupun dapat menghasilkan bahan-bahan berupa limbah yang dapat mencemari
lingkungan, menimbulkan gangguan, mengancam dan bahkan membahayakan
kehidupan manusia, baik itu berupa unsur-unsur fisik, biologik, kimia, dan sebagainya.
Untuk ini dari fihak penyelenggara dan manajemen rumah sakit dituntut untuk
menyediakan dan memelihara secara terus menerus sarana maupun prasarana yang
bertujuan mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang dapat mengancam dan
membahayakan kehidupan manusia.
Pasal 9
Hak-hak asasi pasien adalah hak-hak yang sangat fundamental yang dimiliki pasien
sebagai seorang mahluk Tuhan, terutama yang dimaksud dalam pasal ini menyangkut
hak-hak yang berkaitan dengan pelayanan rumah sakit, yang dalam hal ini ada dua hak
dasar pasien, yaitu :
1. Hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan yang
bermutu, sesuai dengan standar profesi kedokteran dan standar profesi
keperawatan.
2. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri.
Dari kedua hak dasar ini dapat diturunkan hak-hak pasien lainnya seperti hak untuk
memperoleh informasi mengenai kesehatan/penyakitnya, hak untuk memilih rumah
sakit, hak untuk memilih dokter, hak untuk meminta pendapat dokter lain (sebagai
second opinion), hak atas privacy dan atas kerahasiaan pribadinya, hak untuk
menyetujui atau menolak tindakan atau pengobatan yang akan dilakukan oleh dokter,
dan lain-lain, kecuali yang dianggap bertentangan dengan undang-undang, dengan
nilai-nilai agama, moral dan dengan nilai-nilai Pancasila, seperti tindakan “eutanasia”,
aborsi tanpa indikasi medik dan lain sebagainya tidak bisa dibenarkan.
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Dengan kata lain pasien mempunyai hak untuk tidak diobati dan dirawat tanpa
persetujuannya.
Pasal 12
Sebagai akibat kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran, telah
menyebabkan meningkatnya biaya kesehatan yang harus dipikul oleh pasien sebagai
pengguna jasa pelayanan kesehatan, sehingga semua ini memerlukan pengawasan
dan pengendalian agar penerapan ilmu dan teknologi kedokteran di rumah sakit benar-
benar sesuai dengan persyaratan profesi. Penyimpangan ataupun penyalahgunaan
teknologi kedokteran di rumah sakit bisa terjadi sebagai akibat ketidaktahuan,
ketidakmampuan, atau mungkin pula karena kesengajaan dengan tujuan agar
mendapat imbalan yang lebih banyak, baik untuk kepentingan pribadi (dokter) sebagai
pelaku pemberi pelayanan, untuk mendapat honor lebih banyak, maupun untuk
peningkatan pendapatan rumah sakit. Namun apapun alasannya perbuatan demikian
merupakan perbuatan yang tidak terpuji, dan merupakan pelanggaran KODERSI
maupun KODEKI, yang tidak boleh terjadi di sebuah rumah sakit. Adalah menjadi
kewajiban manajemen rumah sakit untuk dapat mencegah terjadinya penyimpangan
maupun penyalahgunaan teknologi kedokteran yang merugikan pasien. Maka untuk ini
rumah sakit harus memiliki standar pelayanan medik yang baku yang wajib untuk ditaati
oleh semua staf rumah sakit. Standar iniharus senantiasa dipantau, bila perlu setiap
saat dapat dirubah dan disesuaikan dengan perkembangan baru. Dengan demikian
kwalitas pelayanan yang baik dapat terjamin, dan perhitungan biaya yang harus
dikeluarkan oleh pasien selaku pengguna jasa pelayanan rumah sakit dapat
dipertanggungjawabkan.
Pasal 13
Tugas penting rumah sakit ialah membina iklim manajerial yang kondusif bagi
pendidikan dan pelatihan kepribadian karyawan. Hal ini pada dasarnya menandai corak
pelayanan rumah sakit sebagai satu kesatuan, baik dalam hubungan internal maupun
eksternal, satu dan lain dalam upaya rumah sakit memproteksi kepentingan pasien
khususnya dan khalayak ramai umumnya. Dalam hal memenuhi kewajiban rumah sakit
terhadap pimpinan rumah sakit, maka sebagai fihak rumah sakit bertindak pemilik
rumah sakit atau wakilnya. Sedangkan dalam hal memenuhi kewajiban rumah sakit
terhadap staf dan karyawan, maka yang bertindak sebagai fihak rumah sakit adalah
pimpinan/direktur rumah sakit.
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Ciri-ciri rumah sakit modern adalah, selain padat karya juga semakin padat modal,
padat teknologi bahkan padat perubahan dan penyesuaian sehingga unsur sumber
daya manusia senantiasa perlu diprogram demi peningkatan mutu pelayanan rumah
sakit.
Pasal 17
Pimpinan rumah sakit harus tetap memantau agar penyelenggaraan pelayanan
dilakukan menurut standar profesi dengan tolak ukur objektif. Dengan demikian belum
cukup bahwa penyelenggara pelayanan telah memberikan jasa-jasanya secara habis-
habisan dengan tekad dan itikad baik, melainkan wajib melakukannya menurut standar
seorang penyelenggara profesi yang melaksanakan tugasnya dengan kelayakan,
sedemikian rupa seperti hal itu dilaksanakan oleh setiap penyelenggara profesi dalam
situasi dan kondisi yang serupa.
Pasal 18
Kewajiban rumah sakit untuk memberi kesejahteraan kepada karyawan dan menjaga
keselamatan kerja, pada hakikatnya adalah merupakan penerapan manajemen sumber
daya manusia dalam organisasi rumah sakit secara profesional, handal, adil dan bijak,
serta memperlakukan para karyawan rumah sakit sesuai dengan harkat, derajat dan
martabatnya sebagai manusia. Yang menyangkut kesejahteraan karyawan, antara lain
berupa penetapan upah/imbalan materi yang memadai sesuai dengan prestasi yang
diberikan oleh masing-masing karyawan kepada rumah sakit, pemberian berbagai
jaminan dan atau tunjangan sosial, tunjangan-tunjangan khusus sesuai dengan profesi
yang dimilikinya dan tugas pekerjaannya, yang antara lain tugas pekerjaan yang
mengandung risiko, membahayakan bagi keselamatan dirinya dan atau mengancam
kesehatannya. Pemberian kesempatan untuk memperoleh kemajuan, juga merupakan
bagian dari kesejahteraan karyawan yang harus menjadi perhatian manajemen rumah
sakit. Sementara yang menyangkut keselamatan kerja adalah merupakan penerapan
berbagai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku mengenai ketenaga-kerjaan
khususnya yang menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit.
Sebagaimana kita ketahui bahwa di rumah sakit sangat banyak faktor-faktor yang
membahayakan, baik itu berupa faktor mekanik yang dapat menimbulkan kecelakaan
pada karyawan, faktor-faktor biologik, fisik, kimia dan sebagainya yang dapat
mengancam kesehatan para karyawan. Semua ini merupakan kewajiban manajemen
rumah sakit untuk melakukan pencegahannya lewat berbagai cara
Pasal 19
Dalam menyelenggarakan kegiatan sehari-hari, rumah sakit harus berhubungan
dengan khalayak (publik) internal pada satu pihak dan khalayak eksternal pada lain
pihak. Adalah kewajiban pimpinan rumah sakit menjaga keselarasan hubungan dengan
khalayak-khalayak ini berdasarkan nilai-nilai dan etika yang berlaku dalam masyarakat.
Pada hakikatnya pemilik rumah sakit disini adalah pemilik yuridis rumah sakit dan harus
berbentuk badan hukum. Guna memelihara hubungan baik yang dilandasi
profesionalisme antara pemilik rumah sakit sebagai badan hukum dengan rumah sakit
sebagai “unit sosio ekonomi” perlu dibentuk satu badan independen ialah Dewan
Penyantun atau Dewan Pembina, yang beranggotakan tokoh-tokoh masyarakat yang
memiliki berbagai latar belakang profesi, dan yang bertugas menyusun berbagai
kebijaksanaan dalam hal pengelolaan rumah sakit tersebut. Berbagai peluang
mengenai kemungkinan adanya pertentangan kepentingan (conflict of interest) dalam
kolusi, korupsi, croinisme, dan nepotisme harus dapat dicegah sedini mungkin, dengan
menciptakan pembagian kewenangan dan saling mengontrol yang proporsional
diantara unsur-unsur pemilik rumah sakit, dewan penyantun/ dewan pembina dan
pimpinan eksekutif dari rumah sakit, liwat penerapan prinsip-prinsip manajemen yang
obyektif dan profesional. Berbagai persyaratan dan kriteria personalia/keanggotaan dari
badan-badan yang memiliki pemilik rumah sakit, dewan penyantun/dewan pembina dan
pimpinan eksekutif harus ditetapkan secara ketat, juga masa baktinya perlu dibatasi
guna mencegah terjadinya ekses-ekses yang tidak dikehendaki
Pasal 20
Memelihara hubungan baik antar rumah sakit, harus senantiasa diupayakan, antara lain
dengan mencegah adanya persaingan yang tidak sehat, mengadakan kerja sama dan
koordinasi yang saling menguntungkan dalam hal pelayanan, pemanfaatan bersama
peralatan dan fasilitas, maupun sumber daya manusia, pendidikan dan latihan staf dan
karyawan, dan lain-lain. Semua ini bisa dilakukan dalam wadah dan koordinasi dari
PERSI sebagai organisasi profesi perumahsakitan.
Pasal 21
Pada dasarnya pelayanan kesehatan diselenggarakan secara berjenjang dari upaya
kesehatan dasar sampai upaya rujukan yang lebih canggih, sehingga kerja sama antara
rumah sakit dengan badan-badan lain yang bergerak dalam bidang kesehatan
termasuk badan-badan usaha bidang kesehatan perlu digalang dengan tetap
berpegang pada etika/norma yang berlaku.
Pasal 22
Sudah sejak permulaan dalam sejarahnya, rumah sakit selain merupakan sarana
pelayanan kesehatan, juga berfungsi dan digunakan sebagai sarana atau lahan
pendidikan tenaga-tenaga kesehatan dan sebagai tempat penelitian bidang kesehatan.
Pendidikan dan latihan tenaga-tenaga kesehatan harus diartikan sebagai upaya
kelanjutan dan kesinambungan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dan
penelitian bidang kesehatan harus diartikan sebagai upaya untuk memperbaiki dan
peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Adanya kegiatan pendidikan,
latihan dan penelitian di rumah sakit tidak boleh berakibat menurunnya mutu dan
efisiensi pelayanan, sehingga merugikan fihak penderita. Porsi dan bobot kegiatan
pendidikan latihan dan penelitian di rumah sakit sangat ditentukan oleh berbagai faktor
diantaranya tersedianya sarana dan fasilitas, sumber daya manusia, orientasi program
rumah sakit, serta adanya afiliasi dengan lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian.
Pasal 23
Dalam pelayanan kesehatan konsep “pemasaran” (marketing) nampaknya lebih
berkonotasi negatif dari pada positif, karena membangkitkan pemikiran ke arah promosi
periklanan dan penjualan (sales), padahal saripati pemasaran adalah komunikasi.
Dengan demikian promosi sebagai alat pemasaran rumah sakit dapat dilakukan dan
lebih merupakan penyuluhan yang bersifat informatif, edukatif, preskriptif dan preparatif
bagi khalayak ramai umumnya dan pasien khususnya.
Informatif : memberikan pengetahuan mengenai hal ikhwal yang ada relevansinya
dengan berbagai pelayanan dan program rumah sakit yang efektif bagi
pasien/konsumen.
Edukatif : memperluas cakrawala khalayak ramai tentang berbagai fungsi dan
Program rumah sakit, penyelenggaraan kegiatan upaya kesehatan,
meliputi perbekalan kesehatan di rumah sakit yang bersangkutan.
Preskriptif : pemberian petunjuk-petunjuk kepada khalayak ramai umumnya dan
pasien khususnya tentang peran pencari pelayanan kesehatan dalam
proses diagnosis dan terapi.
Preparatif : membantu pasien/keluarga pasien dalam proses pengambilan keputusan.
Kesemuanya ini harus diberikan secara kongkret dan berdasarkan Kode Etik Rumah
Sakit Indonesia.
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
Menimbang : a. Bahwa staf medis dari berbagai jenis profesi yang merupakan
staf di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga
adalah komponen terpenting dalam penyelenggaraan
pelayanan medis di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas
Airlangga;
MEMUTUSKAN
BAB II
KATEGORI STAF MEDIS
Pasal 2
BAB III
TUGAS, FUNGSI DAN TANGGUNG JAWAB STAF MEDIK
Bagian Pertama
TUGAS STAF MEDIS
Pasal 3
Bagian Kedua
FUNGSI DAN TANGGUNG JAWAB STAF MEDIS
Pasal 4
BAB IV
KELOMPOK STAF MEDIS
Bagian Pertama
KEORGANISASIAN
Pasal 5
1) Semua staf medis Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga wajib menjadi
anggota Kelompok Staf Medis.
2) Pengelompokan dalam Kelompok Staf Medis dapat dilakukan dengan
menggabungkan beberapa staf medis yang berbeda tetapi masih ada kemiripan
atau jumlah staf medis kurang.
3) Susunan Organisasi Kelompok Staf Medis terdiri dari:
a. Kepala
b. Sekretaris
c. Anggota
4) Kepala KSM diangkat dan ditetapkan oleh Direktur Utama Rumah Sakit Gigi dan
Mulut Universitas Airlangga atas usulan KSM dan rekomendasi Komite Medis.
5) Sekretaris KSM dipilih oleh Kepala KSM.
6) Periode jabatan kepala dan sekretaris kelompok Staf Medis adalah 5 tahun dan
dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
7) Tata cara kerja dan susunan organisasi Kelompok Staf Medis diatur lebih lanjut
secara internal oleh Kelompok Staf Medis sendiri.
Bagian Kedua
TUJUAN KELOMPOK STAF MEDIS
Pasal 6
Bagian Ketiga
KEWAJIBAN KELOMPOK STAF MEDIS
Pasal 7
Bagian Keempat
TUGAS KELOMPOK STAF MEDIS
Pasal 8
Bagian Kelima
KATEGORI KELOMPOK STAF MEDIS
Pasal 9
1) Kelompok Staf Medis di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga terdiri
dari:
1. KSM Bedah Mulut dan Maksilofasial
2. KSM Ortodonsia
3. KSM Konservasi Gigi
4. KSM Kedokteran Gigi Anak
5. KSM Prostodonsia
6. KSM Periodonsia
7. KSM Penyakit Mulut
8. KSM Radiologi Kedokteran Gigi
2) Penetapan Kepala dan Personalia Kelompok Staf Medis di Rumah Sakit Gigi dan
Mulut Universitas Airlangga untuk pertama kalinya diterbitkan surat keputusan yang
ditetapkan dan ditandatangani oleh Rektor dan untuk selanjutnya ditetapkan dan
ditandatangani oleh Direktur Utama Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas
Airlangga setelah mendapat persetujuan Rektor.
BAB V
PENUTUP
Pasal 10
1) Segala peraturan yang berkaitan dengan Peraturan Staf Medis dan Kelompok Staf
Medis Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga dinyatakan tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan ini.
2) Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
REKTOR,
TENTANG
Kesatu : Membentuk Komite Medik Rumah Sakit Gigi dan Mulut pada
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Februari 2016
DIREKTUR,
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Februari 2016
DIREKTUR,
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Februari 2016
DIREKTUR,
Tentang
Menimbang : a. Bahwa staf medis dari berbagai jenis profesi yang merupakan
staf di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga
adalah komponen terpenting dalam penyelenggaraan
pelayanan medis di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas
Airlangga;
b. Bahwastaf medis akan bertugas, berfungsi dan bertanggung
jawab secara optimal bila profesi staf medis sejenis
dikelompokkan dalam kelompok staf medis sejenis;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan bdiperlukan
suatu Keputusan Rektor tentang Pengangkatan Kepala dan
Personalia Kelompok Staf Medis PadaRumah Sakit Gigi dan
Mulut Universitas Airlangga untuk mengatur tugas, fungsi, dan
tanggung jawab yang efektif, efisien, dan akuntabel.
MEMUTUSKAN
Keempat : Kepala dan Personalia Kelompok Staf Medis pada Rumah Sakit
Gigi dan Mulut Universitas Airlangga bertanggung jawab
kepada Rektor melalui Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Airlangga.
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
- Bedah Mulut dan Maksilofasial: Dr. Ni Putu Mira Sumatra, drg., Sp.BMM (K)
- Ortodonsia : Alida, drg., M.Kes., Sp.Ort
- Konservasi : Nanik Zubaidah, drg., M.Kes., Sp.KG (K)
- Kedokteran Gigi Anak : Ardianti, drg., M.Kes., Sp.KGA
- Prostodonsia : Maretaningtias DA., drg., M.Kes., Ph.D
- Periodonsia : Lambang Bargowo, drg., M.Kes., Sp.Perio
- Penyakit Mulut : Dr. Desiana Radithia, drg., Sp.PM
- RadiologI : Otty Ratna Wahyuni, drg., M.Kes
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Personalia Komite Farmasi dan Terapi pada Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Airlangga
Pembina :
Pengarah :
Ketua :
Wakil Ketua I :
Wakil Ketua II :
Sekretaris I :
Sekretaris II :
Seksi-Seksi :
I. Seksi Pelayanan :
Ketua :
Anggota :
II. Seksi Pendidikan :
Ketua :
Anggota :
III. Seksi Penelitian :
Ketua :
Anggota :
IV. Seksi Pelayanan Informasi Obat :
Ketua :
Anggota :
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Kebijakan Umum
1. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
2. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
3. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, etikket, dan menghormati hak pasien.
4. Pelayanan unit dilaksanakan setiap hari terbagi dalam 3 shift kerja
5. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali.
6. Setiap bulan wajib membuat laporan.
7. Untuk memantau kualitas pelayanan radiologi maka dilakukan kegiatan surpervisi
pelayanan secara rutin oleh Kepala Instalasi Instalasi Radiologi
8. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, setiap petugas wajib
mengikuti pelatihan yang diselenggarakan.
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Kebijakan Umum
1. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu.
2. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional yang berlaku dan etika profesi.
3. Pelayanan unit dilaksanakan secara 2 shiftkerja
4. Setiap bulan wajib membuat laporan.
5. Setiap kegiatan di Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana harus
berkoordinasi dengan kantor manajemen Universitas Airlangga.
6. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, setiap petugas wajib
mengikuti pelatihan yang diselenggarakan baik oleh Rumah Sakit ataupun
Universitas Airlangga.
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Kebijakan Umum
1. Peralatan di Instalasi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2. Pelayanan di Instalasi harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan
pasien.
3. Semua petugas Instalasi wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
5. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
opersional yang berlaku, etika profesi, etiket, dan menghormati hak pasien.
6. Pelayanan Instalasi dilaksanakan setiap hari selama 24 jam
7. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
8. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali.
9. Setiap bulan wajib membuat laporan.
Kebijakan Khusus
1. Setiap pasien yang dirawat di Instalasi Gawat Darurat harus dibuatkan rekam
medis Instalasi Gawat Darurat.
2. Untuk memantau kualitas pelayanan asuhan keperawatan maka dilakukan kegiatan
surpervisi pelayanan secara rutin oleh Kepala Instalasi Gawat Darurat
3. Setiap pemeriksaan di Instalasi Gawat Darurat harus berdasarkan atas permintaan
dokter.
4. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat harus selalu berorientasi kapada mutu dan
keselamatan pasien.
5. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, setiap petugas wajib
mengikuti pelatihan yang diselenggarakan.
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Kebijakan Umum
1. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
2. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
3. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, etikket, dan menghormati hak pasien.
4. Pelayanan unit dilaksanakan setiap hari terbagi dalam 2 shift kerja.
5. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali.
6. Setiap bulan wajib membuat laporan.
7. Untuk memantau kualitas pelayanan asuhan keperawatan maka dilakukan kegiatan
surpervisi pelayanan secara rutin oleh Kepala Instalasi Instalasi Farmasi.
8. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, setiap petugas wajib
mengikuti pelatihan yang diselenggarakan.
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
KEBIJAKAN KEPERAWATAN
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
KEBIJAKAN KEPERAWATAN
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA
1. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
2. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
4. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasinal yang berlaku, etika profesi, etikket, dan menghormati hak pasien.
5. Pelayanan unit dilaksanakan setiap hari terbagi dalam 3 shift kerja
6. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali.
7. Setiap bulan wajib membuat laporan.
8. Untuk memantau kualitas Pelayanan Keperawatan maka dilakukan kegiatan
surpervise pelayanan secara rutin oleh Kepala Keperawatan
9. Pelayanan di Keperawatan harus selalu berorientasi kapada mutu dan keselamatan
pasien.
10. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, setiap petugas wajib
mengikuti pelatihan yang diselenggarakan.
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Kebijakan Umum
1. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
3. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, etikket, dan menghormati hak pasien.
4. Pelayanan unit dilaksanakan setiap hari terbagi dalam 2 shift kerja.
5. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali.
6. Setiap bulan wajib membuat laporan.
7. Untuk memantau kualitas pelayanan di instalasi gizi maka dilakukan
kegiatansurpervisi pelayanan secara rutin oleh Kepala Instalasi Gizi.
8. Setiap pemberian menu pasien di Instalasi Gizi harus berdasarkan atas permintaan
dokter.
9. Pelayanan di Instalasi Gizi harus selalu berorientasi kapada mutu dan keselamatan
pasien.
10. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, setiap petugas wajib
mengikuti pelatihan yang diselenggarakan.
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
KEBIJAKAN LABORATORIUM
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
KEBIJAKAN LABORATORIUM
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA
1. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
2. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
4. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasinal yang berlaku, etika profesi, etikket, dan menghormati hak pasien.
5. Pelayanan unit dilaksanakan setiap hari terbagi dalam 3 shift kerja
6. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali.
7. Setiap bulan wajib membuat laporan.
8. Untuk memantau kualitas pelayanan Laboratorium maka dilakukan kegiatan
surpervise pelayanan secara rutin oleh Kepala Laboratorium
9. Setiap pemeriksaan pasien di Laboratorium harus berdasarkan atas permintaan
dokter.
10. Pelayanan di Laboratorium harus selalu berorientasi kapada mutu dan keselamatan
pasien.
11. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, setiap petugas wajib
mengikuti pelatihan yang diselenggarakan.
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Kebijakan Umum
1. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu.
2. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional yang berlaku dan etika profesi.
3. Pelayanan unit dilaksanakan setiap hari kerja
4. Setiap bulan wajib membuat laporan.
5. Setiap kegiatan di bagian umum harus berkoordinasi dengan kantor manajemen
Universitas Airlangga.
6. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, setiap petugas wajib
mengikuti pelatihan yang diselenggarakan baik oleh Rumah Sakit ataupun
Universitas Airlangga.
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
- Kebijakan Umum
- Kebijakan Khusus
1. Setiap pasien rawat inap harus mendaftar lebih dahulu pada bagian
pendaftaran pasien rawat inap (Admission) dan mendapatkan rekam medis
2. Setiap pasien rawat inap harus mempunyai identitas yang sama dan sesuai
dengan identitas diri pada rekam mwdis pasien
3. Setiap pasien rawat inap harus ditetepkan DPJP dan PPJP
4. Untuk memantau kualitas pelayanan dilaksanakan ronde oleh komite medis
dan supervisi oleh Ka. Instalasi Rawat Inap dan Ka. Ru
5. Semua pelayanan atau tindakan terhadap pasien harus dicatat secara
lengkap didalam rekam medis
6. Semua hasil pemeriksaan pasien rawat inap harus dimasukan didalam
berkas rekam medis
7. Seluruh pelayanan keperawtan di instalasi rawat inap berorientasi pada
mutu dan keselamatan pasien
8. Mobilitas pasien harus selalu didampingi oleh perawt ruangan atau petugas
yang diberi kewenangan
9. Setiap pasien yang akan meninggalkan rawatinap harus mempunyai izin
pulang dari kasir rawat inap
10. Pengiriman pasien yng akan dirawat inap diantar oleh perawat jalan ke
ruangan
11. Peralatan yang berada di rawat inap harus selalu dilakukan pemeliharaan
dan kalibrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
12. Seiap pemeriksaan pasien di instalasi rawat inap dilakukan oleh tenaga
medis (dokter dan perawat ruangan)
13. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, setiap petugas
wajib mengikuti pelatihan yang diselenggarakan
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
- Kebijakan Umum
- Kebijakan Khusus
1. Setiap pasien yang datang ke Instalasi Rawat Jalan harus dibuatkan
berkas Instalasi rawat Jalan.
2. Untuk memantau kualitas pelayanan asuhan keperawatan maka
dilakukan kegiatan surpervise pelayanan secara rutin oleh Kepala Instalasi
dan kepala Ruangan.
3. Setiap pemeriksaan di unit rawat jalan harus berdasarkan atas
permintaan dokter.
4. Pelayanan di instalasi rawat jalan harus selalu berorientasi kapada mutu
dan keselamatan pasien.
5. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, setiap petugas
wajib mengikuti pelatihan yang diselenggarakan.
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Kesatu : Kebijakan Alokasi Sumber Daya Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Airlangga sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.
Kedua : Kebijakan Alokasi Sumber Daya Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Airlangga dilaksanakan oleh Kepala Bagian Tata
Usaha Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga.
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
TENTANG
MEMUTUSKAN:
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Juni 2016
DIREKTUR,
A. Tujuan
1. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kepada pasien in patient
dan out patient yang memerlukan pelayanan penyediaan obat dan membantu
divisi lain dalam penyediaan barang lainnya sehingga memudahkan dalam
pelayanan (operasional) di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga
dan mendukung visi misi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga.
2. Sebagai pedoman dalam membuat prosedur kerja dan tata tertib distribusi
barang farmasi dan alat kesehatan
3. Sebagai pedoman pelayanan fokus pada pasien dengan mempertimbangkan
keamanan dan kepuasan pasien (patient safety) serta menegakkan
pharmaceutical care.
B. Kebijakan Umum
Farmasi untuk memberikan pelayanan selama 24 jam terus menerus ke seluruh
bagian yang berkaitan seperti gawat darurat, rawat inap dan rawat jalan serta
menjalankan kegiatan pelayanan farmasi.
C. Lingkup pelayanan
1. In Patient (Floor Stock)
2. Out Patient
3. Emergency
4. Kamar Operasi
D. Jenis Pelayanan
1. Pelayanan In Patient
2. Pelayanan Out Patient
3. Pharmaceutical care
E. Pelayanan Pasien
1. Pharmacy buka 24 Jam.
2. Resep (e-prescription) dilayani setelah finalize / close oleh kasir.
3. Kelengkapan resep baik signa, jenis obat, dosis di verifikasi dengan baik.
4. Resep dikerjakan berdasarkan nomor urut.
5. Resep dikerjakan dengan cepat tepat dan akurat (sesuai dengan kaidah
patient safety).
6. Pada saat penyerahan obat diberikan penerangan / informasi dengan jelas
kepadapasien.
F. Tata tertib bagi pasien
a. Resep dilayani apabila sudah ada persetujuan kasir
b. Urutan pasien sesuai sistem antrian
c. Resep yang tidak diambil harus persetujuan dokter yang memeriksa
d. Obat Out Patient dikembalikan jika terdapat alergi
e. Obat In Patient dikembalikan jika alergi atau pasien meninggal dunia atau hal
lain dengan persetujuan dokter
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
KebijakanUmum
1. Peralatan di
Instalasiharusselaludilakukanpemeliharaandankalibrasisesuaidenganketentuan
yang berlaku.
2. Pelayanan di Instalasiharusselaluberorientasikepadamutudankeselamatanpasien.
3. SemuapetugasInstalasiwajibmemilikiizinsesuaidenganketentuan yang berlaku.
4. Dalammelaksanakantugasnyasetiappetugaswajibmematuhiketentuandalam K3
(KeselamatandanKesehatanKerja)
5. Setiappetugasharusbekerjasesuaidenganstandarprofesi,
standarproseduropersional yang berlaku, etikaprofesi, etiket,
danmenghormatihakpasien.
6. Pelayanan Instalasi dilaksanakan setiap hari selama 24 jam
7. Penyediaantenagaharusmengacukepadapolaketenagaan.
8. Untukmelaksanakankoordinasidanevaluasiwajibdilaksanakanrapatrutinbulanan
minimal satubulansekali.
9. Setiapbulanwajibmembuatlaporan.
KebijakanKhusus
1. Setiap pasien yang dirawat di Instalasi Gawat Darurat harus dibuatkan rekam
medis Instalasi Gawat Darurat.
2. Untuk memantau kualitas pelayanan asuhan keperawatan maka dilakukan kegiatan
surpervisi pelayanan secara rutin oleh Kepala Instalasi Gawat Darurat
3. Setiap pemeriksaan di Instalasi Gawat Darurat harus berdasarkan atas permintaan
dokter.
4. Pelayanan di InstalasiGawat
Daruratharusselaluberorientasikapadamutudankeselamatanpasien.
5. Untukmempertahankandanmeningkatkankompetensi,
setiappetugaswajibmengikutipelatihan yang diselenggarakan
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
KEBIJAKAN CSSD
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
KEBIJAKAN CSSD
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA
KebijakanUmum
1. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
2. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
3. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, etikket, dan menghormati hak pasien.
4. Pelayanan unit dilaksanakan setiap hari terbagi dalam 2 shift kerja
5. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali.
6. Setiap bulan wajib membuat laporan.
7. Untuk memantau kualitas pelayanan di CSSD maka dilakukan kegiatan surpervise
pelayanan secara rutin oleh Kepala Instalasi Farmasi
8. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, setiap petugas wajib
mengikuti pelatihan yang diselenggarakan.
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
KEBIJAKAN KEPERAWATAN
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
KEBIJAKAN KEPERAWATAN
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA
KebijakanUmum
1. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
2. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
4. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, etikket, dan menghormati hak pasien.
5. Pelayanan unit dilaksanakan setiap hari terbagi dalam 3 shift kerja
6. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali.
7. Setiap bulan wajib membuat laporan.
8. Untuk memantau kualitas pelayanan di CSSD maka dilakukan kegiatan surpervise
pelayanan secara rutin oleh Kepala Instalasi Farmasi
9. Pelayanan di Keperawatan harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan
pasien.
10. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, setiap petugas wajib
mengikuti pelatihan yang diselenggarakan.
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
KebijakanUmum
1. Peralatan di unit harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
3. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
5. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, etikket, dan menghormati hak pasien.
6. Rumah Sakit Universitas Airlangga wajib menyelenggarakan Unit Pelayanan
Intensif (Intensive Care Unit) secara komprehensif dan berkesinambungan selama
24 jam.
7. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
8. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali.
9. Setiap bulan wajib membuat laporan.
Kebijakan Khusus
1. Setiap pasien yang dirawat di Perawatan Intensif harus dibuatkan rekam medis
Perawatan Intensif.
2. Untuk memantau kualitas pelayanan asuhan keperawatan maka dilakukan kegiatan
surpervisi pelayanan secara rutin oleh Kepala Perawatan Intensif
3. Setiap pemeriksaan di Perawatan Intensif harus berdasarkan atas permintaan
dokter.
4. Pelayanan di Perawatan Intensif harus selalu berorientasi kepada mutu dan
keselamatan pasien.
5. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, setiap petugas wajib
mengikuti pelatihan yang diselenggarakan.
6. Terdapat kriteria masuk dan keluar unit pelayanan intensif sebagai dasar acuan
dari pelayanan di unit pelayanan intensif.
7. Kriteria masuk dan keluar unit pelayanan intensif tertera pada panduan unit
pelayanan intensif.
8. Kepala unit pelayanan intensif adalah seorang dokter spesialis anestesi yang
bertanggung jawab penuh terhadap semua pelayanan yang terjadi di unit
pelayanan intensif
9. Setiap dokter penanggung jawab pasien (DPJP) dalam merawat pasien selalu
berkoordinasi dengan dokter anestesi yang bertindak sebagai kepala unit
pelayanan intensif.
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG PEMBENTUKAN
SATUAN PENGAWAS INTERNAL (SPI)PADA RUMAH
SAKIT GIGI DAN MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN
GIGI UNIVERSITAS AIRLANGGA
PERTAMA : MembentukSatuan Pengawas Internal (SPI) Rumah Sakit Gigi dan
Mulut pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga
KETIGA : Masa tugas Satuan Pengawas Internal (SPI) RSGM FKG UNAIR
sebagaimana dimaksud pada diktum KEDUA sejak tanggal 1
Agustus 2017
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku terhitungpada tanggal ditetapkan dan
apabiladikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini
akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya
Ditetapkan di Surabaya
pada tanggal 1 Agustus 2017
DIREKTUR,
Koordinator
3. Taufan Bramantoro, drg., M.Kes 198406222008121004
Bidang Pelayanan
Koordinator
4. Dr. Indah Listiana K., drg., M.Kes 196310301989022001 Bidang Umum dan
Keuangan
Anggota Bidang
5. Nanik Sulistyowati, SE 197505212007012002
Pelayanan
Anggota Bidang
6. Rizqi Amaliya, S.Kep., Ns 199302022016105201
Pelayanan
Anggota Bidang
7. Anita Dwi Konifasari, S.Kep., Ns 199206032016105201
Pelayanan
Anggota Bidang
8. Avien Prahasendi Amd.Kep 198512042016085101 Umum dan
Keuangan
Anggota Bidang
9. Filiani Cynthia S A, S.Kep., Ns 199206082016105201 Umum dan
Keuangan
Tentang
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
PANITIA AKREDITASI
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya mewujudkan visi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga
Surabaya menjadi rumah sakit pendidikan terkemuka dalam pelayanan kesehatan
paripurna, dan menjadi rumah sakit terdepan dalam pendidikan dan penelitian di bidang
kesehatan. Dan peningkatan kualitas Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga
adalah suatu keniscayaan. Peningkatan kualitas pelayanan di Rumah Sakit Gigi dan
Mulut Universitas Airlangga harus selalu diupayakan. Hal tersebut karena dengan
pelayanan yang baik akan menjadi tempat yang baik pula untuk mendidik cara
menangani pasien secara baik dan meneliti cara menangani pasien secara lebih baik.
Panduan ini disusun dengan mengacu pada assessmen akreditasi Rumah Sakit
Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Edisi September Tahun 2011 dan Joint
Commission Internasional (JCI) Edisi keempat Tahun 2011.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman Penyusunan Dokumen di Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Airlangga ini meliputi peraturan tentang prinsip, tata naskah, jenis, format,
prosedur, system penomoran, dan pendistribusian dokumen di Rumah Sakit Gigi dan
Mulut Universitas Airlangga, serta identitas unit kerja.
E. Pengertian
1. Akreditasi adalah pengakuan terhadap suatu lembaga yang diberikan oleh
badan yang berwenang setelah dinilai bahwa lembaga itu memenuhi syarat
kebakuan atau kriteia tertentu.
2. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang
digunakan sesuai dengan konteks situasinya dan sekaligus sesuai pula dengan
kaidahnya. Kaidah bahasa baku meliputi tata tulis (ejaan), tata bentukan kata
dan pilihan kata, tata kalimat, maupun tata paragraph.
3. Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan
dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara
bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dsb.); pernyataan cita-cita, tujuan,
prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha
mencapai sasaran, garis haluan.
4. Identitas unit kerja adalah kode yang menunjukkan nama unit kerja di
lingkungan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga, yang
susunannnya mengacu pada Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit
Gigi dan Mulut Universitas Airlangga sesuai peraturan Rektor…………………
5. Format adalah bentuk dan ukuran naskah yang menggambarkan susunan
redaksional, termasuk tata letak dan penggunaan lambing, logo dan cap dinas.
6. Panduan adalah petunjuk dalam melakukan kegiatan (hanya mengatur sesuai
ketentuan).
7. Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana
sesuatu harus dilakukan, atau hal pokok yang menjadi dasar (pegangan,
petunjuk, dsb) untuk menentukan atau melaksanakan sesuatu.
8. Prosedur adalah tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas, atau
metode langkah demi langkah secara pasti dalam memecahkan suatu
masalah.
9. Standar Prosedur Operasional (SOP) adalah suatu perangkat
instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja
rutin tertentu, atau langkah yang benar dan terbaik berdasarkan kesepakatan
bersama dalam melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang
dibuat oleh fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan standar profesi.
10. Panduan Praktik Klinis (PPK) adalah bentuk SPO untuk standar pelayanan
kedokteran, yang disusun oleh staf medis dan dikoordinasikan oleh Komite
Medis.
BAB II
TATA NASKAH DOKUMEN DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS
AIRLANGGA
A. Prinsip
Penyusunan dokumen memperhatikan prinsip:
1. SEDERHANA : Tidak berbelit, jelas, teliti, tepat, akurat, singkat, lengkap.
2. TERAPAN : Tidak teoritis (nice to know), Logis dan meyakinkan, Praktis
tetapi tetap ilmiah dan disusun mengikuti aturan yang berlaku, serta sudah
biasa dilaksanakan di lapangan.
BENTUK
BAKU
KEPUTUSAN DIREKTUR
Judul peraturan
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA yang ditulis dengan
NOMOR……………… huruf kapital
TENTANG
Memuat alasan
…………………………………………………………………………………………………. tentang perlu
ditetapkannya
peraturan
DIREKTUR RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA
Menimbang: Bahwa…………………………………………………………………………………
Memuat peraturan
Bahwa……………………………………………………………………………….. perundang-
undangan yang
menjadi dasar
Mengingat: 1. ………………………………………………………………………………………… ditetapkannya
2. ..………………………………………………………………………………………. peraturan
MEMUTUSKAN
Menetapkan : Peraturan Direktur tentang buku Pedoman/Panduan SOP
tentang…………………………………………
………………………………………………………………………………………………dst. Memuat substansi
tentang kebijakan
yang ditetapkan.
Pasal 1
………………………………………………………………………………………………………………………
Pasal 2
………………………………………………………………………………………………………………………
Dst
Kota sesuai dengan
lamat instansi dan
tanggal
Ditetapkan di…………………………………. penandatanganan
Pada tanggal ………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
BAB II GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
BAB III VISI, MISI, NILAI, MOTO RUMAH SAKIT
BAB IV STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT
BAB V URAIAN JABATAN
BAB VI TATA HUBUNGAN KERJA
BAB VII POLA KETENAGAKERJAAN DAN KUALIFIKASI PERSONEL
BAB VIII KEGIATAN ORIENTASI
BAB IX PERTEMUAN/RAPAT
BAB X PELAPORAN
1. Laporan Harian
2. Laporan Bulanan
3. Laporan Tahunan
BAB XI PENUTUP
BAB I PENDAHULUAN
BAB II GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
BAB III VISI, MISI, NILAI, MOTO RUMAH SAKIT
BAB IV STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT
BAB V STRUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA
BAB VI URAIAN JABATAN
BAB VII TATA HUBUNGAN KERJA
BAB VIII POLA KETENAGAKERJAAN DAN KUALIFIKASI PERSONEL
BAB IX KEGIATAN ORIENTASI
BAB X PERTEMUAN/RAPAT
BAB XI PELAPORAN
1. Laporan Harian
2. Laporan Bulanan
3. Laporan Tahunan
b. Batang Tubuh
1) SPO non medis
a) Pengertian : berisi penjelasan dan atau definisi tentang istilah yang
mungkin sulit dipahami atau menyebabkan salah pengertian.
b) Tujuan : berisi tujuan pelaksanaan SPO secara spesifik. Kata kunci:
“Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk…………………”
c) Kebijakan : berisi kebijakan Direktur/Pimpinan RS yang mendasari
pembuatan SPO dimaksud. Kebijakan memuat judul atau nomor
peraturan perundangannya. Kebijakan yang efektif haruslah:
Rasional, Relevan, Wajar, direvisi bila diperlukan, Disosialisasikan
dengan adekuat.
d) Prosedur : bagian ini merupakan bagian utama yang menguraikan
langkah-langkah kegiatan untuk menyelesaikan proses kerja tertentu.
Setiap langkah kegiatan harus dinyatakan dengan kalimat
perintah/instruksi. (PERINTAH AKTIF UNTUK DILAKSANAKAN)!!!
e) Unit Terkait : berisi unit-unit yang terkait dalam proses kerja
tersebut.
2) Panduan Praktik Klinis (SPO medis)
Panduan Praktik Klinis memuat sekurang-kurangnya mengenai:
a) Pengertian
b) Anamnesis
c) Pemeriksaan Fisik
d) Kriteria Diagnosis
e) Diagnosis Banding
f) Pemeriksaan Penunjang
g) Terapi
h) Edukasi
i) Prognosis
j) Kepustakaan
a. Format Halaman Pertama
KOTAK 1 KOTAK 2
PROSEDUR………………………
No.
Revisi
No. Dokumen No. Revisi Halaman diisi: 0
……………….. ………………. 1/.. Bila
tidak
ada
revisi
KOTAK 8
KOTAK 6 KOTAK 7
Dikosongi
RUMAH SAKIT GIGI & MULUT Tanggal terbit Ditetapkan, Diisi oleh
U N I V E R S I TA S A I R L A N G G A PARS
………………. Direktur,
MAYJEN. PROF. DR. MOESTOPO 47
SURABAYA
Prof Coen Pramono D, drg.,SU.,Sp.BMM(K)
Telp/ Fax. (031)5053196 NIP. 195402101979011001
E-mail :
rsgmp.fkg.unair@gmail.com
KOTAK 9 KOTAK 10
1.
PENGERTIAN 2.
KOTAK 11 KOTAK 12
KEBIJAKAN
KOTAK 15 KOTAK 16
1. …
PROSEDUR 2. …
3. …
KOTAK 17 KOTAK 18
1. …..
UNIT TERKAIT 2. ….
3. ……
4. dst.
b. Untuk halaman kedua dan seterusnya:
Kotak 1 Kotak 2
Bentuk program:
a. Rencana Strategis (Renstra)
b. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
c. Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) atau Business Plan
d. Rencana kerja tahunan unit kerja.
Penomoran Dokumen
1. Keputusan
Penomoran Peraturan terdiri dari tulisan NOMOR, yang merupakan nomor urut
dalam satu tahun berjalan, dan tulisan TAHUN yang merupakan tahun terbit.
Contoh Penomoran:
KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA
NOMOR: /UN3.9.3/2016
TENTANG
PEDOMAN………………………..
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA
2. Pedoman/Panduan
Mengingat bahwa Pedoman merupakan lampiran Keputusan, penomoran Pedoman
sama dengan penomoran Keputusan yang mengantarkannya. Penomoran Pedoman
dituangkan pada lembar pertama penetapannya dan pada lembar pemisah.
Susunan nomor terdiri dari tulisan NOMOR, yang merupakan nomor urut dalam satu
tahun berjalan, dan tulisan TAHUN yang merupakan tahun terbit.
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
DIREKTUR,
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 1 Agustus 2016
REKTOR,