Anda di halaman 1dari 9

KURAWAL : Jurnal Teknologi, Informasi, dan Industri , Vol. I, No.

2, Oktober 2018 ISSN 2615-6474

ANALISIS KESENJANGAN TERHADAP PENERAPAN


SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2015
PADA CV. TIRTA MANGKOK MERAH

Yoan Crismanto1), Sunday Noya, ST., MprocgMgnt 2


1)
Teknik Industri Universitas Ma Chung
2)
Teknik Industri Universitas Ma Chung
email : yoancris20@gmail.com1), sunday.alexander@machung.ac.id2)

Abstraksi
CV. Tirta Mangkok Merah adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri air mineral.
Masalah yang dihadapi adalah tidak maksimalnya penerapan sistem manajemen mutu. Hal tersebut terjadi
karena kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh perushaan, sehingga mengakibatkan karyawan tidak dapat
memahami prosedur-prosedur yang sesuai dengan sistem manajemen mutu yang ada.
Oleh sebab itu, untuk mengatasi permasalahan mengenai penerapan sistem manajemen mutu ISO
9001:2015 di perusahaan, maka akan diindentifikasi mengenai permasalahan apa saja yang menyebabkan
penerapan tidak dapat berjalan secara penuh. Kemudian faktor-fator tersebut akan dianalisis dengan
menggunakan metode Gap Analysis dan Fault Tree Analysis (FTA).
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu Gap Analysis dan FTA,
maka diketahui bahwa perusahaan telah dapat meningkatkan presentase penerapan Sistem Manajemen Mutu
ISO 9001:2015 berdasarkan range presentase peniliaian sebesar 73%-97% dari sebelumnya sebesar 58%-90%.

Kata Kunci:
Sistem Manajemen Mutu, ISO 9001:2015, Gap Analysis.

Abstract
CV. Tirta Mangkok Merah is a company that focus on mineral water production. The fundamental
problem in the company is about quality management systems implementation within the process which is
caused by minimun socialization. In response to the situation, workers are unable to understand and apply the
procedures regarding the quality management systems ISO 9001:2015.
Considering the situation, an action to overcome the problem was taken by identifying all the factors that
may cause of the poor implementation of quality management systems. The factors were furtherly analyzed with
Gap Analysis and Fault Tree Analysis (FTA).
The result shows that the company able to raise the percentage of quality control management ISO
9001:2015 implementation from 58%-90% to 73%-97%.

Keywords:
Quality Management Systems, ISO 9001:2015, Gap Analysis

Pendahuluan satunya yaitu dengan memperoleh sertifikasi dan


Persaingan dalam dunia industri di era menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO
globalisasi saat ini tidak dapat dihindari, hal itu 9001.
diakibatkan karena pesatnya perkembangan industri. Sistem manajemen mutu ISO 9001 berisi
Agar dapat bertahan dalam persaingan, tentunya tentang penjaminan mutu dalam organisasi yang
perusahaan harus memiliki strategi seperti menyangkut tentang proses perancangan (desain),
diferensiasi harga produk atau jasa, waktu pengembangan, produksi, instalasi dan pelayanan.
pengiriman dan yang tidak kalah penting adalah Penerapan SMM ISO 9001 sangatlah berperan
standar kualitas. Penerapan sistem manajemen mutu penting dalam mendukung pencapaian standar
pada suatu perusahaan industri/manufaktur kualitas suatu perusahaan. Dengan penerapan SMM
merupakan hal yang penting agar perusahaan tetap ISO 9001 diharapkan dapat meningkatkan kualitas
dapat bersaing dan memiliki produk yang lebih sehingga dapat memberikan kepuasan pada
unggul. Untuk mengantisipasi tuntutan pelanggan pelanggan, memenuhi kebutuhan pasar, dan secara
dan pasar yang terus meningkat, maka perusahaan tidak langsung dapat meningkatkan kualitas Sumber
perlu memiliki pengakuan mutu yang dapat Daya Manusia (SDM) yang ada di perusahaan, yang
digunakan sebagai bukti bahwa produk yang dimiliki kemudian SDM tersebut dapat menghasilkan produk
perusahaan telah diakui secara internasional. Salah yang berkualitas. Namun pada kenyataanya, hasil
survey yang telah dilakukan Engineering Quality

73
Analisis Kesenjangan Terhadap Penerapan Sistem Manajemen Mutu pada Cv. Tirta Mangkok Merah

Forum mengatakan bahwa lebih dari 68% dikembangkan oleh International Organizational for
perusahaan yang telah mendapatkan sertifikat SMM Standardization (ISO). Menurut Gaspersz
ISO 9001 tetapi masih belum dapat merasakan (2008:264) ISO merupakan sistem manajemen mutu
manfaatnya. Hal itu disebabkan karena ISO 9001 yang telah diakui secara internasional.
hanya berisi persyaratan tanpa adanya penjelasan
mengenai cara menerapkan persyaratan tersebut. 2. Internatinal Organization for Standardization
CV. Tirta Mangkok Merah merupakan (ISO)
sebuah perusahaan yang bergerak dibidang industri Organisasi pengelola standard
air mineral. Perusahaan selama ini terus berupaya internasional ISO adalah International
agar selalu dapat menghasilkan produk yang Organizational for Standardization yang berada di
berkualitas sebagai kebijakan utama baik pada Geneva-Swiss, didirikan pada tanggal 23 februari
desain, produksi dan produk jadi sesuai dengan 1947. The International Organization for
kebutuhan pelanggan. Bukti bahwa perusahaan telah Standardization (ISO) Technical Committee (TC)
berupaya melakukan semua itu dapat dilihat dari 176 bertanggung jawab untuk standar-standar sistem
komitmen perusahaan yang telah memperoleh manajemen kualitas ISO 9000 (Gaspersz, 2005).
sertifikasi ISO 9001:2015. Sertifikasi ISO Sejak dikeluarkan pertama kali standar ISO 9000
9001:2015 yang dimiliki oleh CV Tirta Mangkok pada tahun 1987, ISO/TC 176 menetapkan siklus
Merah merupakan sesuatu hal yang didapatkan tidak peninjauan ulang setiap lima tahun sekali, guna
dengan cuma-cuma tetapi merupakan hasil kerja menjamin bahwa standar ISO 9000 akan selalu baru
keras yang telah dilakukan semua pihak yang ada dan relevan untuk organisasi. ISO memiliki misi
dalam perusahaan, terutama peran SDM. Namun untuk mendukung pengembangan standardisasi dan
pada kenyataannya, selama ini perusahaan hanya kegiatan-kegiatan terkait lainnya dengan harapan
sebatas memiliki sertifikasi tersebut tetapi belum untuk membantu perdagangan internasional dan juga
sepenuhnya dapat menerapkan sistem manajemen untuk membantu pengembangan kerjasama secara
mutu tersebut. Hal tersebut juga diakibatkan karena global di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan
kurangnya sumber daya manusia serta tidak kegiatan ekonomi. Kegiatan pokok ISO adalah
dilakukan sosialisasi dan pelatihan bagi karyawan menghasilkan kesepakatan-kesepakatan
mengenai SMM, sehingga karyawan tidak dapat internasional yang kemudian dipublikasikan sebagai
menerapkan dengan baik prosedur-prosedur yang standar internasional.
sesuai dengan SMM yang telah ada. Awalnya ISO 9000:1994 memiliki tiga
Hal tersebut merupakan permasalahan yang versi yaitu versi 9001 tentang design, 9002 tentang
dialami perusahaan dalam memajukan dan proses produksi dan 9003 tentang service. Versi ISO
mengembangkan kualitas dan kuantitas produk. 9000:1994 sebenarnya lebih berfokus pada proses
Apabila hal tersebut berlangsung terus-menerus, manufacturing, sehingga versi ini jarang digunakan
maka perusahaan akan sulit untuk dapat berkembang pada industri kecil. Versi terbaru ISO 9001:2015
dalam hal kualitas maupun kuantitas. Oleh sebab itu, memiliki 10 klausul dan memiliki standar baru yang
untuk dapat mengetahui manfaat dari penerapan lebih jelas, lebih detail, dan tentu lebih baik sehingga
SMM ISO 9001:2015 maka dilakukan identifikasi diharapkan nantinya standar ISO 9001:2015 bisa
gap antara implementasi SMM ISO 9001:2015 dijadikan pedoman bagi organisasi yang ingin
terhadap dokumen yang tertulis dengan membenahi sistemnya secara keseluruhan.
menggunakan GAP Analysis Tools. Sehingga dari
permasalahan yang terjadi, untuk dapat mengatasi 3. ISO 9001:2015
permasalahan yang ada, maka perusahaan harus ISO 9001 merupakan standar internasional
dapat menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO yang mengatur Sistem Manajemen Mutu (SMM).
9001:2015, baik dalam hal manajemen maupun Sertifikasi ISO 9001 merupakan standar
proses produksinya. internasional yang terdapat di bidang SMM. Suatu
lembaga/organisasi yang telah mendapatkan
Tinjauan Pustaka pengakuan dari pihak lain yang independen
Pada bagian ini dipaparkan teori-teori serta (akreditasi) ISO tersebut, dapat dikatakan telah
pustaka yang dipakai pada waktu penelitian. Teori- memenuhi persyaratan internasional dalam hal
teori ini diambil dari buku literatur dan dari internet. manajemen penjaminan mutu produk atau jasa yang
telah dihasilkan.
1. Sistem Manajemen Mutu Sistem manajemen mengacu pada apa yang
Sistem Manajemen Mutu (SMM) adalah organisasi lakukan untuk mengelola proses atau
suatu aktivitas yang terkoordinasi untuk aktivitas, sehingga produk atau jasa memenuhi
mengarahkan serta dapat mengendalikan suatu tujuan yang telah ditetapkannya sendiri, seperti
organisasi dalam mencapai sasaran yang diharapkan memenuhi persyaratan kualitas pelanggan, sesuai
berkenaan dengan mutu (Djatmiko dan Jumaedi, dengan peraturan atau tujuan lingkungan. ISO
2011:2). 9001:2015 merupakan persyaratan untuk sistem
Terdapat banyak metode yang telah manajemen mutu, dimana suatu organisasi harus
dikembangkan untuk menerapkan mutu dalam suatu menunjukkan kemampuannya untuk secara
organisasi. Salah satunya adalah SMM yang konsisten memberikan produk atau jasa dengan

74
KURAWAL : Jurnal Teknologi, Informasi, dan Industri , Vol. I, No. 2, Oktober 2018 ISSN 2615-6474

memenuhi persyaratan pelanggan, pedoman hukum maupun tahapan evaluasi kinerja. Secara umum, gap
dan peraturan, serta meningkatkan kepuasan analysis bermanfaat untuk menilai seberapa besar
pelanggan melalui penerapan sistem yang efektif, kesenjangan antara kinerja aktual dengan suatu
termasuk proses perbaikan berkesinambungan dari standar kinerja yang diharapkan, mengetahui
sistem (ISO, 2015). Terdapat tujuh prinsip yang peningkatan kinerja yang diperlukan untuk menutup
melandasi penerapan SMM ISO 9001:2015 yaitu kesenjangan tersebut dan menjadi salah satu dasar
fokus pada pelanggan, kepemimpinan, keterlibatan pengambilan keputusan terkait prioritas waktu dan
orang, pendekatan proses, perbaikan, pendekatan biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi standar
proses berdasarkan bukti dan manajemen hubungan pelayanan yang telah ditetapkan (Bappenas,
(ISO, 2015). Prinsip pertama adalah fokus pada 2009:26).
pelanggan artinya memenuhi kebutuhan pelanggan Langkah awal dari tool ini adalah
dan berusaha untuk melebihi harapan pelanggan. menyusun gap analysis checklist yang berfungsi
Oleh karena itu perusahaan harus mengerti apa yang untuk mengidentifikasi gap antara prosedur tertulis
menjadi keinginan pelanggan, baik sekarang maupun dengan proses yang sedang dikerjakan. Kemudian
dimasa mendatang. Kedua adalah kepemimpinan melakukan analisis terhadap situasi yang sedang
artinya komitmen yang kuat dari pimpinan beserta terjadi dan memastikan bahwa informasi yang
jajaran terkait sistem manajemen mutu berupa didapatkan berasal dari sumber yang tepat. Langkah
penetapan kebijakan mutu, sasaran mutu dan terakhir yang dilakukan yaitu mengidentifikasi
menjamin tersedianya sumber daya bagi perusahaan. bagaimana cara untuk dapat menjembatani antara
Ketiga adalah keterlibatan orang artinya seluruh kesenjangan yang terjadi saat ini dengan target atau
karyawan sebagai penggerak operasional perusahaan tujuan di masa mendatang (Admaja, 2013).
wajib terlibat dalam sistem manajemen mutu yang Pendekatan yang dapat digunakan dalam
telah disusun bersama ditetapkan top manajemen melakukan penilaian untuk mengetahui seberapa
agar pengelolaan sebuah organisasi dapat berjalan besar gap yang dilakukan oleh perusahaan adalah
secara efektif dan efisien. Keempat adalah dengan menggunakan Gap Analysis. Perhitungan
pendekatan proses yaitu setiap kegiatan/sumber daya Gap dilakukan dengan pendekatan berdasarkan
menyadari bahwa setiap pekerjaan berkontribusi rumus berikut:
atau memberikan pengaruh terhadap sistem karena
sistem manajemen mutu terdiri dari proses yang 𝑆𝑘𝑜𝑟
Gap = 𝑥 100% ........................... (2.1)
Nilai Total
saling terkait. Kelima adalah perbaikan artinya point
penting untuk tercapainya sasaran mutu yang
Keterangan:
direncanakan dapat melalui monitoring/pengukuran
Skor= Penilaian tiap klausul (hasil observasi)
terhadap kemampuan organisasi untuk mencapainya.
Nilai Total = Skor maksimum tiap klausul yang
Hasil dari monitoring/pengukuran akan digunakan
diharapkan perusahaan (kesepakatan)
sebagai perbaikan secara berkelanjutan untuk
mendapatkan hasil yang terbaik. Keenam adalah
5. Fault Tree Analysis (FTA)
pengambilan keputusan berdasarkan analisis dan
Fault Tree Analysis (FTA) adalah salah satu
evaluasi data, karena dalam mengambil keputusan
metode analisis, dimana terdapat suatu kejadian
selalu didasarkan pada analisa data (dengan
yang tidak diinginkan, kejadian tersebut disebut
menggunakan data historis maupun forcasting) dan
undesired event yang terjadi pada suatu sistem yang
informasi (internal maupun eksternal). Ketujuh
kemudian sistem tersebut dianalisis dengan kondisi
adalah manajemen hubungan artinya perusahaan
lingkungan dan operasional yang ada untuk
harus mengelola hubungan dengan pihak lain
menemukan semua kemungkinan yang akan
menyangkut kepentingan perusahaan seperti
mengarah pada terjadinya undesired event tersebut
pemasok.
(Vesely dkk, 1981).
Metode FTA membantu mengetahui kegagalan-
4. Gap Analysis
kegagalan yang menyebabkan terjadinya undesired
Analisis kesenjangan (gap analysis)
event. Mencari penyebab terjadinya undesired event
memiliki pengertian apa yang telah terjadi saat ini
dengan analisis kualitatif, maka dapat diketahui
dan keinginan atau kondisi tujuan dan penyebab
bagian sistem mana yang menyebabkan kegagalan
kesenjangan antara keduanya (Aksorn dan
agar dapat dilakukan pencegahan dan perbaikan
Hadikusumo, 2007). Dengan melakukan gap
sehingga kegagalan tersebut tidak terulang kembali.
analysis, selanjutnya dapat dilakukan identifikasi
Selanjutnya sumber-sumber kejadian yang
untuk mengetahui apa yang dibutuhkan untuk
didapatkan tersebut digambarkan dalam bentuk
menghubungkan kesenjangan yang terjadi (Admaja,
model pohon kesalahan (fault tree). Simbol-simbol
2013). Dengan kata lain, gap analysis merupakan
yang digunakan dalam pembuatan FTA adalah
sebuah fase untuk dapat menyelesaikan suatu
sebagai berikut (Vesely dkk, 1981):
masalah dengan menemukan kesenjangan serta
mengisi kesenjangan tersebut agar dapat mencapai
kondisi yang diinginkan.
Gap analysis merupakan salah satu langkah
yang sangat penting dalam tahapan perencanaan

75
Analisis Kesenjangan Terhadap Penerapan Sistem Manajemen Mutu pada Cv. Tirta Mangkok Merah

Tabel 1 Simbol dalam FTA (Vesely dkk, 1981) yang terjadi, kesenjangan tersebut terjadi pada
Simbol Keterangan penerapan sistem manajemen mutu PT. PLN
(Persero) PIKITRING. Setelah diketahui penyebab
Peristiwa dasar (Basic event). terjadinya kesenjangan tersebut, maka selanjutnya
masalah tersebut dapat diperbaiki sehingga
Peristiwa pengaruh keadaan meningkatkan standar dan sistem manajemen
(Conditioning event) kualitas yang berdampak positif pada peningkatan
efektivitas keseluruhan dari sistem manajemen mutu
Peristiwa belum berkembang perusahaan. Kemudian dari hasil penilaian yang
(Undeverloped event) telah dilakukan, maka dapat dikatakan bahwa
Peristiwa eksternal (External perusahaan telah memenuhi syarat dan siap
event). menerapkan sistem manajemen mutu ISO
9001:2000, hal itu dikarenakan perusahaan memiliki
Kotak kesalahan (Intermediate
nilai rata-rata diatas 75%. Salah satu hal yang
event).
memiliki persamaan dengan topik penelitian ini
Dan (and) yaitu metode yang digunakan, Gap Analysis Tools
digunakan sebagai cara untuk mengidentifikasi
kesenjangan yang terjadi. Kemudian yang menjadi
Atau (or) perbedaan adalah versi ISO yang digunakan masing-
masing perusahaan. Pada penelitian di PT. PLN ini
Menghalangi (Inhibit) dilakukan hanya untuk dapat memenuhi persyaratan
setifikasi ISO, sedangkan penelitian pada CV. Tirta
Mangkok Merah dilakukan untuk dapat melakukan
Eksklusif atau (Exclusive or) penerapan ISO itu sendiri. Hal itu dikarenakan CV.
Tirta Mangkok Merah telah memiliki sertifikasi ISO
Prioritas dan (Priority and) 9001:2015.
Penelitian kedua dilakukan oleh Prakasa
Segitiga masuk (Triangle-in) (2015) yang berjudul Analisis Penerapan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Menggunakan
Gap Analysis Tools. Penelitian ini dilakukan di PT.
Segitiga keluar (Triangle-out) Sahabat Rubber Industries yang bergerak dibidang
Peristiwa eksternal (External industri selang gas LPG (Liquid Petroleum Gas).
event). Perusahaan ini sebelumnya telah menerapkan ISO
9001, karena terjadi insiden kebakaran pada
Kotak kesalahan (Intermediate perusahaan, hal itu membuat perusahaan tidak dapat
event). menjalankan sistem manajemen mutu yang ada.
Oleh sebab itu perusahaan ingin memperoleh
Dan (and)
kembali sertifikat ISO 9001:2008 untuk jaminan
mutu manajemen. Sebelum mengajukan proses
Atau (or) sertifikasi, perusahaan ingin melakukan pengkajian
penerapan sistem manajemen mutu agar proses
Menghalangi (Inhibit) sertifikasi berjalan lancar. Oleh sebab itu dilakukan
analisis tingkat penerapan sistem manajemen mutu
dengan menggunakan metode gap analysis tools.
Dari hasil analisis gap analysis checklist maka dapat
6. Penelitian Terdahulu dikatakan bahwa pelaksanaan sistem manajmen
Terdapat beberapa penelitian terdahulu mutu ISO 9001:2008 di perusahaan belum baik.
mengenai penerapan ISO 9001 di dalam sebuah Kendala utama yang dialami perusahaan adalah
perusahaan. Penerapan ISO merupakan salah satu tingkat pemahaman karyawan terhadap ISO
hal yang sangat penting bagi perusahaan agar dapat 9001:2008 masih rendah dan tidak maksimalnya
tetap bersaing dalam hal mutu untuk memenuhi fungsi management representative. Perusahaan
kepuasan pelanggan. ISO 9001 bertujuan untuk harus melakukan banyak perbaikan untuk
menjadi pedoman bagi semua pihak dalam suatu memperbaiki sistem manajemen mutunya agar
organisasi untuk menerapkan sistem manajemen proses sertifikasi dapat berjalan lancar. Penggunaan
mutu secara konsisten, transparan, dan Gap Analysis Tools yang menjadi persamaan dengan
berkelanjutan. topik penelitian ini. Tetapi yang menjadi perbedaan
Penelitian pertama dilakukan oleh Bakhtiar adalah pada penelitian di PT. Sahabat Rubber
dan Purwanggono (2009) yang berjudul Analisis Industries ini dilakukan pengkajian untuk
Implementasi Sistem Manajemen Kualitas ISO mempersiapakan sertifikasi ISO yang baru yaitu ISO
9001:2000 dengan Menggunakan Gap Analysis 9001:2008.
Tools. Alat analisis kesenjangan digunakan sebagai
salah satu cara untuk mengidentifikasi kensejangan

76
KURAWAL : Jurnal Teknologi, Informasi, dan Industri , Vol. I, No. 2, Oktober 2018 ISSN 2615-6474

Metode Penelitian setiap penilaian tersebut dilakukan


Berikut ini adalah diagram alir penelitian berdasarkan dari klausul 4 sampai dengan
yang berisi mengenai langkah-langkah yang klausul 10. Setelah diketahui skor yang
digunakan dalam proses penelitian: telah didapatkan dari setiap klausul, maka
1. Identifikasi Masalah, Tahapan ini dilakukan perhitungan presentase untuk
dilakukan dengan mengidentifikasi objek melihat sejauh mana penerapan SMM ISO
permasalahan yang terjadi di perusahaan. 9001:2015 telah dilakukan. Hasil penilaian
Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan dari observasi yang telah ditabulasikan,
memahami permasalahan yang ada. kemudian dilakukan perhitungan dengan
Permasalahan yang ada yaitu perusahaan menggunakan rumus berdasarkan rumus
kesulitan dalam melakukan penerapan 2.1.
Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 7. Identifikasi Penyebab. Identifikasi
9001:2015 secara lengkap. Penyebab dilakukan dengan menggunakan
2. Observasi Awal. Pada tahap ini dilakukan metode Fault Tree Analysis (FTA).
observasi secara langsung dan melakukan Langkah-langkah yang dilakukan untuk
diskusi dengan direktur di perusahaan pembuatan FTA, pertama adalah mencari
tersebut. Observasi langsung dilakukan tahu penyebab mengapa SMM ISO
dengan cara berkeliling di area perusahaan, 9001:2015 tidak berjalan sepenuhnya.
hal ini bertujuan untuk mengetahui Kemudian mendefinisikan top event agar
bagaimana para karyawan bekerja dan dapat dimulai pembuatan struktur fault tree.
proses produksi berjalan. Sedangkan Langkah selanjutnya adalah membuat
diskusi dilakukan untuk mengetahui pohon kesalahan (Fault Tree) yaitu suatu
kendala apa saja yang terjadi dari sudut analisis sederhana yang dapat diuraikan
pandang direktur sebelum dilakukannya sebagai suatu teknis analisis. Hal tersebut
penelitian. dilakukan untuk dapat mengetahui top
3. Studi Literatur. Pada tahap ini dilakukan event atau penyebab kegagalan sistem apa
pencarian referensi, teori dan penelitian saja yang terjadi sehingga dapat dilakukan
terdahulu terkait dengan topik penelitian pencegahan dan perbaikan. Pembuatan
yang diangkat. Penelitian ini mengenai pohon kesalahan ini terdapat simbol-simbol
penerapan sistem manajemen mutu ISO yang masing-masing simbol memiliki arti
9001:2015, metode gap analysis dan yang berbeda-beda. Simbol tersebut dapat
metode fault tree analysis (FTA). dilihat pada tabel 2.1.
Kemudian referensi yang telah didapatkan 8. Perancangan Solusi dan Perbaikan. Tahap
digunakan untuk membantu penelitian ini. perancangan solusi dan perbaikan ini
4. Pengumpulan Data dan Dokumen. dilakukan untuk memberikan solusi berupa
Pengumpulan data merupakan pencatatan perbaikan dokumen mutu beserta
informasi atau keterangan yang dapat implementasi pada perusahaan. Apabila
menunjang dan mendukung penelitian. ditemukan ketidaksesuaian kembali, maka
Sumber data yang digunakan dalam hal itu akan dianggap sebagai temuan yang
penelitian ini adalah berupa data primer dan kemudian akan ditindak lanjuti dengan
data sekunder. Teknik pengumpulan data tindakan koreksi.
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Selanjutnya jika dari hasil perbaikan yang
Wawancara, Observasi, Brainstorming dan telah dilakukan diperoleh temuan-temuan.
Dokumentasi. Temuan tersebut yang akan digunakan
5. Gap Analysis. Gap analysis ini mengacu sebagai dasar perbaikan terhadap penerapan
pada prinsip-prinsip yang terdapat dalam SMM dengan melakukan tindakan koreksi
ISO 9001:2015. Langkah-langkah untuk (action plan) dari temuan yang ada.
melakukan gap analysis adalah dengan 9. Implementasi. Tahap ini dilakukan dengan
membuat gap analysis checklist yang cara memberikan arahan terhadap karyawan
berfungsi untuk mengidentifikasi gap yang mengenai dokumen mutu yang telah
terjadi antara prosedur yang tertulis dengan ditentukan. Arahan dilakukan pada tiap
proses nyata yang terjadi ataupun dilakukan bagian untuk menginformasikan bahwa
dilapangan. telah ditetapkan suatu dokumen mutu
6. Perhitungan Gap Analysis. Pendekatan dalam bentuk prosedur tertulis yang telah
yang digunakan untuk mengetahui seberapa didistribusikan. Kemudian dilanjutkan
besar gap yang dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan penerapan terhadap
adalah dengan menggunakan Gap Analysis. materi pelatihan dengan pengawasan dari
Perhitungan ini dilakukan setelah dilakukan bagian yang telah di tunjuk di perusahaan.
gap analysis checklist.
Penilaian yang dilakukan terhadap setiap 10. Pengukuran Gap Analysis Setelah
standar berdasarkan hasil dari observasi, Dilakukan Implementasi. Pengukuran Gap
Analysis dilakukan dengan cara yang sama

77
Analisis Kesenjangan Terhadap Penerapan Sistem Manajemen Mutu pada Cv. Tirta Mangkok Merah

seperti sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk


memastikan apakah penerapan telah Tabel 3 Presentase Penilaian Tiap Klausul
berjalan dengan baik dan menyeluruh. Skor Skor Presentase
Klausul
11. Analisis dan Pembahasan. Data yang telah Checklist Maksimal Penilaian
melalui tahapan pengolahan data 4 22 25 88%
selanjutnya akan dilakukan analisis dan 5 21 25 84%
pembahasan dari data tersebut berdasarkan 6 12 15 80%
hasil dari gap analysis yang kemudian akan 7 49 70 70%
diuraikan secara lebih detail. 8 108 120 90%
12. Kesimpulan dan Saran. Tahap akhir 9 23 40 58%
penelitian ini adalah dilakukan penarikan 10 14 20 70%
kesimpulan dari hasil analisis yang telah
dilakukan dan memberikan saran untuk Kemudian berikut ini merupakan range dari
penelitian selanjutnya yang berkaitan penilaian diatas:
dengan penerapan dengan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2015. Tabel 4 Range Presentase Penilaian
Presentase Uraian
Pengolahan Data dan Analisis Hasil 96%-100% Persyaratan telah dijalankan dengan
baik.
Analisis Gap dengan Persyaratan ISO 9001:2015 90%-95% Persyaratan telah dijalankan tetapi
Analisis Gap dilakukan dengan belum konsisten.
menggunakan checklist yang didasarkan pada 76%-89% Beberapa persyaratan telah
persyaratan ISO 9001:2015. Hasil analisis checklist dijalankan tetapi masih belum
diatas menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa konsisten.
aspek yang masih sangat perlu untuk diperbaiki dan 51%-75% Masih terdapat persyaratan yang
dilakukan dengan konsisten sehingga perusahaan belum dijalankan, tetapi ada
dapat merasakan dampak penerapan ISO 9001:2015 beberapa persyaratan yang dijalankan
secara penuh. Berikut ini merupakan hasil meskipun tidak terdokumentasi.
rekapitulasi dari pengisian checklist yang telah 0%-50% Tidak dilakukan penerapan sesuai
dilakukan: dengan persyaratan tertulis.
Perusahaan masih memerlukan
Tabel 2 Rekapitulasi Checklist pelatihan khusus dalam
Skor Sub Klausul penerapannya.
1 9.2.2
2 7.2, 7.3, 8.5.3, 9.1.3, 9.3.1 dan 10.3 Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat
3 4.2, 5.3, 6.1, 7.1.2, 7.1.4, 7.5.1, 7.5.2, dilihat bahwa range penilaian tersebut berada
7.5.3.1, 7.5.3.2, 8.6, 8.7.2, 9.1.2, 9.2.1 dan antara 58%-90%. Hal ini menunjukkan bahwa
10.2.1 masih terdapat beberapa persyaratan yang
4 4.1, 4.3, 5.1.1, 5.2.2, 6.2, 6.3, 7.1.1, 7.1.3, seharusnya dijalankan dengan baik tetapi pada
7.1.5.1, 8.1, 8.4.2, 8.4.3, 8.5.4, 8.7.1, 9.1.1, kenyataannya tidak dijalankan dengan baik dan
9.3.2, 9.3.3, dan 10.2.2 konsisten, namun terdapat juga beberapa
5 4.4.1, 4.4.2, 5.1.2, 5.2.1, 7.1.5.2, 7.4, 7.1.6,
persyaratan lain yang telah dijalankan dengan
8.2.1, 8.2.2, 8.2.3.1, 8.2.3.2, 8.3.1, 8.3.2,
8.3.3, 8.3.4, 8.3.5, 8.3.6, 8.2.4, 8.4.1, 8.5.1, cukup baik dalam penerapannya. Hal tersebut
8.5.2, 8.5.5, 8.5.6 dan 10.1 menunjukkan bahwa masih adanya gap yang
terjadi di perusahaan. Dengan adanya
Setelah dilakukan rekapitulasi penilaian checklist, ketidaksesuaian ini, maka perusahaan akan
maka telah didapatkan skor setiap sub klausul. lebih berkomitmen lagi dalam penerapan ISO
Kemudian skor dari tiap sub klausul tersebut 9001:2015 untuk dapat merasakan dampak
dijumlahkan berdasarkan klausul masing-masing nyata dari penerapan ISO dan juga dapat
sehingga didapatkan skor checklist. Skor maksimal memenuhi kepuasan pelanggan. Sehingga
merupakan skor tertinggi yang dapat dicapai oleh sertifikasi yang didapatkan tidak hanya sebatas
setiap klausul. Selanjutnya skor checklist akan
sertifikasi belaka, melaikan dapat memberikan
dihitung bersama dengan skor maksimal dengan
menggunakan rumus 2.1, sehingga dari hasil
dampak posistif bagi perusahaan.
perhitungan tersebut didapatkan presentase dari tiap
Identifikasi Penyebab Ketidaksesuaian
klausul. Hal ini dilakukan untuk dapat melihat
Berdasarkan hasil analisis gap sistem
sejauh mana penerapan Sistem Manajemen Mutu
manajemen mutu yang terdapat di perusahaan, telah
ISO 9001:2015 yang terdapat pada CV. Tirta
diperoleh data sebanyak 41 sub klausul yang tidak
Mangkok Merah telah diterapkan. Berikut
tercapai dari total 63 sub klausul. Untuk memenuhi
merupakan hasil dari perhitungan untuk mengetahui
standar yang ada pada sistem manajemen mutu
presentase penerapan ISO 9001:2015:

78
KURAWAL : Jurnal Teknologi, Informasi, dan Industri , Vol. I, No. 2, Oktober 2018 ISSN 2615-6474

sesuai dengan ISO 9001:2015, maka setiap Tabel 5 Rekapitulasi Checklist Setelah Implementasi
ketidaksesuaian tersebut diperlukan adanya tindakan Skor Sub Klausul
untuk mencari penyebab mengapa hal itu dapat 1 -
terjadi, sehingga ketidaksesuaian tersebut dapat 2 -
ditangani dan tidak terjadi kembali. Identifikasi 3 4.2, 5.3, 7.1.1, 8.6, 9.1.3, 9.2.1, 9.2.2,
dilakukan dengan menggunakan metode FTA. 10.2.1 dan 10.3
Langkah awal yang harus dilakukan adalah 4 6.1, 7.1.2, 7.1.4, 7.1.5.1, 7.2, 7.3, 7.5.1,
mengetahui penyebab masing-masing klausul tidak 7.5.3.1, 8.5.3, 8.7.2, 9.1.1, 9.1.2, 9.3.1,
berjalan secara maksimal. Selanjutnya 9.3.2, 9.3.3 dan 10.2.2
mendefinisikan undesired event dalam FTA disebut 5 4.1, 4.3, 4.4.1, 4.4.2, 5.1.1, 5.1.2, 5.2.1,
juga sebagai top event untuk masing-masing klausul. 5.2.2, 6.2, 6.3, 7.1.3, 7.1.5.2, 7.1.6, 7.4,
Kemudian yang terakhir adalah membuat fault tree 7.5.2, 7.5.3.2, 8.1, 8.2.1, 8.2.2, 8.2.3.1,
untuk mengetahui kejadian apa saja yang dapat 8.2.3.2, 8.2.4, 8.3.1, 8.3.2, 8.3.3, 8.3.4,
mengakibatkan top event pada masing-masing 8.3.5, 8.3.6, 8.4.1, 8.4.2, 8.4.3, 8.5.1,
klausul. 8.5.2, 8.5.4, 8.5.6, 8.7.1 dan 10.1
Berdasarkan hasil identifikasi penyebab
ketidaksesuaian yang telah dilakukan, maka terlihat Hasil rekapitulasi diatas menunjukkan
bahwa di beberapa klausul terdapat beberapa akar bahwa sudah banyak klausul yang mengalami
permasalahan yang memiliki kesamaan. Hal ini peningkatan. Hal itu dapat dilihat dari klausul yang
terjadi karena klausul tersebut kekurangan SDM dan mengalami peningkatan skor. Berikut merupakan
kegiatan yang dilakukan hanya sebatas pemenuhan hasil dari perhitungan untuk mengetahui presentase
dan berupa kelengkapan sebuah form. penerapan ISO 9001:2015 setelah dilakukan
perbaikan:
Perancangan Solusi dan Penerapan
Berdasarkan hasil observasi sistem Tabel 6 Presentase Penilaian Tiap Klausul Setelah Implementasi
manajemen mutu yang terdapat di CV. Tirta Skor Skor Presentase
Klausul
Mangkok Merah, telah didapatkan data sebanyak 39 Checklist Maksimal Penilaian
klausul yang belum berjalan sepenuhnya. Oleh 4 23 25 92%
sebab itu, untuk dapat memenuhi standar Sistem 5 24 25 96%
Manajemen Mutu ISO 9001:2015 diperlukan 6 14 15 93%
beberapa perbaikan. Perbaikan dilakukan dengan 7 61 70 87%
membuat tabel matriks yang didalamnya terdapat 8 116 120 97%
klausul, temuan, akar masalah, solusi dan penerapan. 9 29 40 73%
Hal ini dilakukan untuk mempermudah ketika 10 15 20 75%
dilakukan pencarian solusi dari setiap akar masalah
yang terjadi, sehingga setelah didapatkan solusi Berdasarkan perhitungan diatas maka
untuk setiap masalah yang ada, maka selanjutnya dapat dilihat bahwa range penilaian tersebut berada
dilakukan penerapan pada klausul tersebut. antara 73%-97%. Hal ini menunjukkan bahwa
setelah dilakukannya penerapan terdapat prosedur
Analisis Gap Setelah dilakukan Perbaikan yang telah dijalankan dengan baik dalam
Berdasarkan hasil observasi sistem penerapannya dan masih ada beberapa prosedur
manajemen mutu yang terdapat di CV. Tirta yang belum dijalankan.
Mangkok Merah, telah didapatkan data sebanyak 39
klausul yang belum berjalan sepenuhnya. Oleh Analisis dan Pembahasan Tiap Klausul
sebab itu, untuk dapat memenuhi standar Sistem Analisis dan pembahasan dilakukan untuk
Manajemen Mutu ISO 9001:2015 diperlukan menganalisis hasil dari tindakan perbaikan yang
beberapa perbaikan. Perbaikan dilakukan dengan telah dilakukan sehingga diketahui kenapa beberapa
membuat tabel matriks yang didalamnya terdapat klausul tidak dapat berjalan secara maksimal meski
klausul, temuan, akar masalah, solusi dan penerapan. telah dilakukan perbaikan.
Hal ini dilakukan untuk mempermudah ketika
dilakukan pencarian solusi dari setiap akar masalah
yang terjadi, sehingga setelah didapatkan solusi Analisis pada Klausul 4
untuk setiap masalah yang ada, maka selanjutnya Klausul 4 tentang konteks organisasi
dilakukan penerapan pada klausul tersebut. memiliki presentase penilaian sebesar 92% setelah
Hasil analisis checklist diatas menunjukkan bahwa dilakukan penerapan. Hal ini menunjukkan bahwa
beberapa aspek yang sebelumnya mendapatkan nilai persyaratan pada klausul ini telah dijalankan tetapi
skor yang rendah mengalami peningkatan. Berikut masih belum sepenuhnya konsisten dalam
ini merupakan hasil rekapitulasi dari pengisian penerapannya. Ketidaksesuaian ini terjadi pada sub
checklist yang telah dilakukan: klausul 4.2 (memahami kebutuhan dan harapan dari
pihak-pihak yang berkepentingan). Hasil analisis
menunjukkan bahwa yang menjadi kendala dalam
penerapan klausul ini adalah karena kurangnya

79
Analisis Kesenjangan Terhadap Penerapan Sistem Manajemen Mutu pada Cv. Tirta Mangkok Merah

sumber daya manusia yang ada sehingga beberapa dijalankan dengan baik, tetapi dalam penerapannya
tugas belum dapat dikerjakan secara konsisten, masih terdapat ketidaksesuaian. Hal ini disebabkan
sehingga hal tersebut berdampak pada pemenuhan oleh kurangnya sumber daya manusia di perusahaan,
persyaratan yang tidak dilakukan oleh perusahaan. belum dilakukannya pelatihan yang sesuai dengan
Pemenuhan persyaratan tersebut antara lain adalah persyaratan yang ada dan pendokumentasian masih
hasil produk yang bermacam-macam seperti minum dalam tahap konsistensi. Tidak dilakukannya
botol 1,5 liter, botol 500 ml, cup 220 ml dan pelatihan ini karena perusahaan mengganggap SDM
minuman rasa. yang ada saat ini masih dianggap memadai karena
karyawan yang ada telah dapat melakukan tugas
Analisis pada Klausul 5 yang ada dengan baik, hal ini terjadi karena SDM
Klausul 5 tentang kepemimpinan memiliki yang ada saat ini telah lama bekerja dan sudah
presentase penilaian sebesar 96% setelah dilakukan terbiasa dengan pekerjaan yang ada. Pelatihan akan
penerapan. Ketidaksesuaian ini terjadi pada sub dilakukan setelah adanya rekrutmen, karena
klausul 5.2.2 (komunikasi kebijakan mutu). Klausul karyawan baru tentunya masih sangat perlu untuh
5 menunjukkan bahwa penerapan telah dilakukan dilatih sehingga dapat bekerja sesuai dengan harapan
dengan baik, tetapi masih terdapat ketidaksesuaian. perusahaan.
Hal ini muncul karena dalam penerapannya masih
membutuhkan waktu untuk dapat dikatakan berjalan Analisis pada Klausul 8
secara konsisten. Top manajemen telah Klausul 8 tentang pendukung memiliki
memaksimalkan fungsinya sebagai pimpinan presentase penilaian tertinggi yaitu sebesar 97%
sehingga diharapkan pelaksanaan sistem manajemen setelah dilakukan penerapan. Ketidaksesuaian terjadi
mutu dapat berjalan konsisten. Hal ini terbukti pada sub klausul 8.5.3 (barang-barang milik
bahwa dilakukan pembagian tugas di semua bagian pelanggan atau penyedia eksternal), 8.6 (pelepasan
untuk dapat memenuhi sasaran mutu yang telah produk dan layanan) dan 8.7.2 (menyimpan
ditetapkan oleh perusahaan, meskipun pembagian informasi terdokumentasi). Klausul 8 menunjukkan
tersebut masih menyebabkan pekerjaan yang bahwa penerapan telah dilakukan dengan baik.
merangkap. Tetapi pembagian tugas tersebut di bagi Kendala yang menyebabkan klausul ini tidak dapat
dengan cukup baik karena pembagian ini dilakukan berjalan maksimal adalah perusahaan yang belum
kepada karyawan yang dianggap cukup menguasai menyediakan divisi khusus untuk melakukan
tugas tersebut. pengecekan terhadap hasil produksi dan kemudian
masih terdapat beberapa persyaratan yang masih
Analisis pada Klausul 6 dalam tahap penerapan yang konsisten. Saat ini
Klausul 6 tentang perencanaan memiliki perusahaan hanya memiliki petugas pengecekan
presentase penilaian sebesar 93% setelah dilakukan yang sekaligus merangkap sebagai programmer
penerapan. Ketidaksesuaian terjadi pada sub klausul sehingga pengecekan yang dilakukan di rasa masih
6.1 (Tindakan untuk mengatasi resiko dan peluang). belum maksimal, karena tidak dilakukan secara rutin
Klausul 6 menunjukkan bahwa penerapan telah dalam 1 hari.
dilakukan dengan baik, tetapi dalam penerapannya
masih terdapat ketidaksesuaian. Kendala yang Analisis pada Klausul 9
dihadapi perusahaan untuk memenuhi persyaratan Klausul 9 tentang pendukung memiliki
ini adalah perusahaan mengatakan tidak melakukan presentase penilaian yaitu sebesar 73% setelah
rekrutmen sehingga sumber daya yang seharusnya dilakukan penerapan. Ketidaksesuaian terjadi pada
dapat bertanggung jawab mengelola pelayanan, sub klausul 9.1 (pemantauan, pengukuran, analisis
kinerja organisasi, aktivitas verifikasi dan audit mutu dan evaluasi) yang memiliki sub klausul 9.1.1, 9.1.2
internal tidak dapat berjalan secara konsisten. dan 9.1.3 kemudian sub klausul 9.2 (audit internal)
Meskipun perusahaan masih kekurangan SDM, yang memiliki sub klausul 9.2.1 dan 9.2.3
tetapi perusahaan berusaha memenuhi persyaratan selanjutnya yang terakhir sub klausul 9.3 (tinjauan
yang ada dengan memanfaatkan SDM yang ada saat manajemen) yang memiliki sub klausul 9.3.1, 9.3.2
ini. Hal ini dilakukan karena diharapkan setelah dan 9.3.3. Klausul 9 menunjukkan bahwa penerapan
beberapa pemenuhan persyaratan yang ada telah belum dilakukan dengan baik, karena masih terdapat
dapat terpenuhi, maka sistem yang berjalan di persyaratan yang tidak dijalankan. Kendala utama
perusahaan saat ini akan semakin membaik dan yang terdapat pada klausul ini adalah tidak adanya
mempermudah setiap karyawan melakukan tugas SDM yang menjalankan persyaratan sehingga
dan tanggung jawabnya dengan baik. menyebabkan beberapa persyaratan tidak dapat
dipenuhi seperti hasil audit dan tindak lanjut rapat.
Analisis pada Klausul 7 Hal tersebut terjadi karena karyawan yang ada harus
Klausul 7 tentang pendukung memiliki mencari waktu ketika pekerjaan tidak padat,
presentase penilaian sebesar 87% setelah dilakukan sehingga menyebabkan pekerjaan tersebut sering
penerapan. Ketidaksesuaian terjadi pada sub klausul kali tidak dilakukan.
7.1 dengan beberapa sub klausul, sub klausul 7.2,
sub klausul 7.3 dan sub klausul 7.5. Klausul 7 Analisis pada Klausul 9
menunjukkan bahwa beberapa persyaratan telah

80
KURAWAL : Jurnal Teknologi, Informasi, dan Industri , Vol. I, No. 2, Oktober 2018 ISSN 2615-6474

Klausul 10 tentang pendukung memiliki 25 sub klausul. Hal ini pun terjadi akibat dari
presentase penilaian yaitu sebesar 75% setelah kurangnya SDM di perusahaan sehingga
dilakukan penerapan. Ketidaksesuaian terjadi pada menyebabkan karyawan yang ada tidak dapat fokus
sub klausul 10.2.1, 10.2.2 dan 10.3. Klausul 10 dengan tugasnya.
menunjukkan bahwa penerapan belum dilakukan
dengan baik, karena masih terdapat persyaratan yang Daftar Pustaka
tidak dijalankan. Kendala yang utama yan
menyebabkan klausul ini tidak dapat berjalan dengan [1] Admaja, A. F. S. 2013, Studi Kesiapan
baik adalah kurangnya sumber daya manusia yang Direktorat Standarisasi dalam Menerapkan SNI
terdapat di perusahaan sehingga persyaratan dari ISO/IEC 17065, Buletin Pas dan
klausul sebelumnya tidak dapat terpenuhi dan Telekomunikasi, Vol. 11, No. 3.
berdampak pada klausul 10 seperti belum
[2] Aksorn, T. dan Hadikusumo B. H. W. 2007,
konsistennya penanganan ketidaksesuaian produksi.
Gap Analysis Approach for Contstruction
Safety Program Improvement, International
Simpulan dan Saran Journal of Business Administration, Vol. 12,
Penelitian tugas akhir ini dilakukan di CV. No. 1.
Tirta Mangkok Merah. Perusahaan ini bergerak
[3] Bakhtiar, A. dan Purwanggono, B. 2009,
dibidang industri air mineral. Pada penelitian ini
dilakukan analisis kesenjangan terhadap sistem Analisis Implementasi Sistem Manajemen
manajemen mutu ISO 9001:2015. Metode yang Kualitas ISO 9001:2000 dengan Menggunakan
digunakan dalam penelitian ini adalah metode Gap Metode Gap Analysis Tools, J@TI Universitas
Analysis dan Fault Tree Analysis (FTA). Metode Diponegoro, Vol. 2, No. 3.
gap analysis digunakan untuk mengidentifikasi gap [4] Bappenas 2009, Pedoman Evaluasi Kinerja
yang terjadi antara prosedur tertulis dengan proses Pembangunan Sektoral, [Online] Tersedia di:
nyata yang terjadi di lapangan. Kemudian metode http://www.goodgovermancebappenas.go.id/
FTA digunakan untuk dapat mengetahui penyebab [Diakses: 11 Desember 2017].
ketidaksesuaian yang terjadi. [5] Djatmiko, B. H. M. dan Jumaedi, H. 2011,
Berdasarkan analisis kesenjangan yang telah Manajemen Mutu ISO 9001:2008,
dilakukan, maka telah ditemukan sejauh mana Bandung: STEMBI-Bandung Business
penerapan SMM ISO 9001:2015 telah dijalankan. School.
Berikut merupakan tabel perbandingan sebelum dan [6] Gaspersz, V. 2005, ISO 9001: 2000 and
sesudah implementasi SMM ISO 9001:2015: Continual Quality Improvement, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Tabel 7 Presentase Penerapan ISO
Presentase Presentase [7] Gaspersz, V. 2008, Total Quality Management,
Penilaian Penilaian Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Klausul Persyaratan
Sebelum Sesudah [8] ISO 2015, ISO 9001:2015 Quality Management
Implementasi Implementasi Systems – Requirements, Jenewa, Swiss: ISO.
4 Konteks [9] Muchsam, Y., Falahah dan Saputro, G. I. 2011,
88% 92%
Organisasi Penerapan Gap Analysis pada Pengembangan
5 Kepemimpinan 84% 96% Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja
6 Perencanaan 80% 93% Karyawan (Studi Kasus PT. XYZ), Seminar
7 Pendukung 70% 87% Nasional Aplikasi Teknologi Informasi, ISSN:
8 Operasi 90% 97% 1907-5022.
9 Evaluasi Kerja 58% 73%
[10] Prakasa, A. T. 2014, Analisis Penerapan Sistem
10 Perbaikan 70% 75%
Manajemen Mutu ISO 9001:2008
Menggunakan Gap Analysis Tools. Skripsi,
Tabel diatas menunjukkan bahwa setiap
Universitas Brawijaya, Malang.
klausul telah mengalami peningkatan dalam
penerapannya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa [11] Rangkuti, F. 2013, Custumer Service
sebelum dilakukan penerapan range presentase Satisfaction & Call Center Berdasarkan ISO
sebesar 58%-90%, kemudian setelah dilakukan 9001, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
penerapan sebesar 75%-97%. [12] Sugiyono 2015, Metode Penelitian Pendidikan
Berdasarkan hasil identifikasi penyebab kegagalan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),
yang telah dilakukan. Terdapat sebanyak 35 sub Bandung: CV. Alfabeta.
klausul yang memiliki kendala dalam penerapannya. [13] Vesely, W. E., Robert, N. H. dan Haasl, D. L.
Hal ini rata-rata disebabkan oleh kurang sumber (1981) Fault Tree Handbook, Washington:
daya manusia yang ada sehingga menyebabkan tidak Nuclear Regulatory Commision.
konsistennya penerapan yang dapat dilakukan.
kemudian setelah dilakukan penerapan, yang masih
perlu diidentifikasi penyebab kegagalannya sebesar

81

Anda mungkin juga menyukai