Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

MANAJEMEN KUALITAS AIR


PADA BALAI BUDIDAYA BENIH UDANG

Oleh:
BAMBANG SUKRI
NPM.12090003

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PROF. DR. HAZAIRI, SH BENGKULU
2015

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga makalah yang berjudul
manajement kualitas air pada balai budidaya benih udang ini dapat
diselesaikan dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Dengan segala kemampuan yang terbatas, makalah ini mencoba
menguraikan manajemen kualitas air pada balai bididaya udang. Dan dengan
adanya makalah ini, kami segenap penyusun berharap sedikit membantu para
pembaca dan penyusun sendiri dalam memehami cara menerapkan kansep
manajemen air dengan benar. Namun demikian, apabila dalam makalah ini
dijumpai kekurangan dan kesalahan baik dalam pengetikan maupun isinya, maka
kami segenap penyusun dengan senang hati menerima kritik dan saran dari para
pembaca.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, kami menghaturkan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada teman-teman
angkatan maupun senior fakultas perikanan dan ilmu kelautan yang bersama-sama
mewujudkan tercapainya tujuan perkuliahan Manajement Kualitas Air. Semoga
makalah yang sederhana ini bermanfaat adanya. Amin yaa rabbal alamin.

Bengkulu,
Penulis

ii

April 2015

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................

ii

DAFTAR ISI....................................................................................................

iii

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................
C. Tujuan Penulisan........................................................................

BAB II

1
2
2

PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.

Kualitas Air................................................................................
Faktor Fisika...............................................................................
Faktor Kimia..............................................................................
Sarana dan Prasarana..................................................................
Keberhasilan dalam Manajement Kualitas Air...........................

3
3
5
8
14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................
B. Saran...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

iii

23
23

iv

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perairan tambak dapat dianalogikan sebagai rumah dan lingkungan
tempat dimana udang tinggal dan melakukan aktifitasnya serta berinteraksi
dengan organisme lainnya. Pengelolaan kualitas air tambak sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan udang berarti menyediakan tempat tinggal bagi udang
sehingga udang merasa betah hidup di dalamnya dan dapat menjalankan
kehidupannya dengan normal di lingkungannya. Sebagai upaya menciptakan
kondisi tersebut, maka sebelum menyiapkan tempat tinggal yang nyaman bagi
udang perlu dipertimbangkan sifat dan behaviour udang agar lingkungan
perairan sesuai dengan karakteristik sifatnya, yaitu antara lain ;
1. Udang bersifat demersal, yaitu hidup di dasar perairan sehingga dalam
pengelolaan kualitas air perlu mempertimbangkan kondisi dasar tambak
yang dibutuhkan udang.
2. Udang bersifat nocturnal, yaitu aktif pada malam hari sehingga perairan
tambak perlu disesuaikan dengan proses biologi, kimia, fisika dan ekologi
yang terjadi di dalamnya terutama pada malam hari.
3. Udang bersifat phototaksis negatif, yaitu menghindari adanya cahaya
secara langsung. Sifat ini berhubungan dengan pengelolaan kecerahan air
tambak yang dapat menghalangi penetrasi cahaya secara langsung.
4. Kanibalisme, yaitu pemangsaan yang dilakukan udang terhadap udang
lainnya yang lebih lemah. Sebagai usaha mengurangi terjadinya
kanibalisme maka perairan tambak perlu didukung dengan ketersediaan
pakan alami yang cukup dan kondisi dasar tambak memungkinkan bagi
udang yang berada dalam kondisi lemah untuk berlindung dari
pemangsaan.
5. Moulting, yaitu proses alami pertumbuhan udang dengan cara berganti
kulit atau sebagai respons terhadap perubahan lingkungan yang bersifat
drastis.Pengelolaan air tambak sedapat mungkin tidak menimbulkan

guncangan terhadap keseimbangan perairan agar tidak terjadi moulting


massal, karena pada saat moulting udang berada dalam kondisi yang lemah
dan sangat rentan terhadap penyakit dan pemangsaan.
6. Tingkat kebutuhan udang terhadap kualitas perairan relatif berubah
berdasarkan umur udang
Pengelolaan kualitas air tambak yang tidak memperhatikan kondisi,
kebutuhan dan sifat udang akan menyebabkan bertambahnya tingkat
kegelisahan udang di dalam tambak dan selalu berusaha untuk keluar dari
lingkungan tersebut, meskipun kualitas air tambak sudah sesuai dengan tolok
ukur yang digunakan. Pada kondisi seperti ini udang menunjukkan perilaku
yang tidak normal dari biasanya sebagai indikator adanya ketidaksesuaian
kualitas perairan dengan kebutuhan udang. Beberapa parameter yang dapat
dijadikan sebagai indikator kualitas perairan adalah sebagai berikut :
1. Kecerahan air tambak.
2. Warna air tambak.
3. Kondisi dasar tambak
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah manajemen kualitas air pada balai budidaya benih udang?
C. Tujuan
Untuk mengetahui manajemen kualitas air pada balai budidaya benih udang.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kualitas Air
Kualitas air dalam budidaya perairan meliputi faktor fisika, kimia dan
biologi air yang dapat mempengaruhi produksi budidaya perairan (Boyd,
1990).
Udang sangat peka terhadap perubahan kualitas air. Kualitas air yang
buruk dapat mengakibatkan rendahnya tingkat kelangsungan hidup (survival
rate), pertumbuhan dan reproduksi udang. Sebagian besar manajemen kualitas
air ditujukan untuk memperbaiki kondisi kimia dan biologi dalam media
budidaya (Boyd et al., 2002). Faktor fisika sering tidak dapat dikontrol atau
tergantung dengan pemilihan lokasi yang sesuai. Faktor fisika sangat
tergantung dengan kondisi geologi dan iklim suatu tempat (Boyd, 1900).
B. Faktor Fisika
Faktor fisika air merupakan variabel kualitas air yang penting karena
dapat mempengaruhi variabel kualitas air yang lainnya. Faktor fisika yang
besar pengaruhnya terhadap kualitas air adalah cahaya matahari dan suhu air.
Kedua faktor ini berkaitan erat, dimana suhu air terutama tergantung dari
intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam air. Cahaya matahari dan
suhu air merupakan faktor alam yang sampai saat belum bisa dikendalikan.
1. Cahaya Matahari
Cahaya matahari mempunyai peranan yang sangat besar terhadap
kualitas air secara keseluruhan, karena dapat mempengaruhi reaksi-reaksi
yang terjadi dalam air. Penetrasi cahaya matahari ke dalam air terutama
dipengaruhi oleh sudut jatuh cahaya terhadap garis vertikal. Semakin besar
sudut jatuhnya, maka penetrasi cahaya matahari semakin menurun. Cahaya
akan berubah kualitas spektrumnya dan turun intensitasnya setelah
menembus massa air disebabkan karena dispersi dan absorpsi yang

berbeda-beda oleh lapisan air. Pada air murni kira-kira 53% dari cahaya
yang masuk akan ditransformasi ke dalam bentuk panas dan selanjutnya
akan padam pada kedalaman kurang dari satu meter (Boyd, 1990). Cahaya
dengan panjang gelombang panjang (merah dan jingga) dan panjang
gelombang pendek (ultra violet dan violet) lebih cepat padam
dibandingkan dengan panjang gelombang sedang atau intermediate (biru,
hijau
dan kuning). Turbiditas (kekeruhan) akan menurunkan kemampuan
air untuk meneruskan cahaya kedalamnya. Di kolam, turbiditas dan warna
air disebabkan oleh koloid dari partikel-pertikel lumpur, organik tcrlarut
dan yang paling besar disebabkan oleh densitas plankton (Hargreaves,
1999).
Cahaya matahari sangat diperlukan oleh tumbuhan air sebagai
sumber energi untuk melakukan fotosintesis. Sebagai produsen primer,
tumbuhan hijau melakukan fotosintesis untuk menghasilkan oksigen dan
bahan organik, yang akan dimanfaatkan oleh hewan yang lebih tinggi
tingkatannya dalam rantai makanan (Ghosal et al. 2000).
2. Suhu Air
Suhu air dipengaruhi oleh : radiasi cahaya matahari, suhu udara,
cuaca dan lokasi. Radiasi matahari merupakan faktor utama yang
mempengaruhi naik turunnya suhu air. Sinar matahari menyebabkan panas
air di permukaan lebih cepat dibanding badan air yang lebih dalam.
Densitas air turun dengan adanya kenaikan suhu sehingga permukaan air
dan air yang lebih dalam tidak dapat tercampur dengan sempurna. Hal ini
akan menyebabkan terjadinya stratifikasi suhu (themal stratification)
dalam badan air, dimana akan terbentuk tiga lapisan air yaitu : epilimnion,
hypolimnion dan thermocline. Epilimnion adalah lapisan atas yang
suhunya tinggi. Hypolimnion ialah lapisan bawah yang suhunya rendah.
Sedangkan thermocline adalah lapisan yang berada di antara epilimnion
dan hypolimnion yang suhunya turun secara drastis (Boyd, 1990). Dalam

kolam budidaya, kondisi semacam ini dapat diatasi dengan pengadukan air
oleh aerator atau kincir (paddle wheel).
3. Kecerahan
Kecerahan (transparancy) perairan dipengaruhi oleh bahan-bahan
halus yang melayang-layang dalam air baik berupa bahan organik seperti
plankton, jasad renik, detritus maupun berupa bahan anorganik seperti
lumpur dan pasir (Hargreaves, 1999). Dalam kolam budidaya, kepadatan
plankton memegang peranan paling besar dalam menentukan kecerahan
meskipun partikel tersuspensi dalam air juga berpengaruh. Plankton
tersebut akan memberikan warna hijau, kuning, biru-hijau, dan coklat pada
air (Boyd, 2004a). Selanjutnya dikatakan bahwa kedalaman air yang
dipengaruhi oleh sinar matahari (photic zone) di danau atau tambak sekitar
dua kali nilai pengamatan dengan menggunakan secchi disk.
Semakin kecil kecerahan berarti semakin kecil sinar matahari yang
masuk sampai dasar tambak yang dapat mempengaruhi aktvitas biota di
daerah tersebut.
4. Muatan Padatan Tersuspensi
Muatan padatan tersuspensi (MPT) berasal dari zat organik dan
anorganik. Komponen organik terdiri dari fitoplankton, zooplankton,
bakteri dan organism renik lainnya. Sedangkan komponen anorganik
terdiri

dari

detritus

partikelpartikel

anorganik

(Hargreaves,1999).

Selanjutnya dikatakan bahwa MPT berpengaruh terhadap penetrasi cahaya


matahari ke dalam badan air. Hal ini berpengaruh pada tingkat fotosintesis
tumbuhan hijau sebagai produsen primer yang memanfaatkan sinar
matahari sebagai energi utama. Kekeruhan karena plankton jika tidak
berlebihan bermanfaat bagi ekosistem tambak. Jika densitas plankton
terlalu tinggi akan menyebabkan fluktuasi beberapa kualitas air seperti pH
dan oksigen terlarut.
C. Faktor Kimia

Air yang digunakan untuk budidaya udang atau organisme perairan


yang lain mempunyai komposisi dan sifat-sifat kimia yang berbeda dan tidak
konstan. Komposisi dan sifat-sifat kimia air ini dapat diketahui melalui
analisis kimia air.
Dengan demikian apabila ada parameter kimia yang keluar dari batas
yang telah ditentukan dapat segera dikendalikan. Parameter-parameter kimia
yang digunakan untuk menganalisis air bagi kepentingan budidaya antara lain:
1. Salinitas
Salinitas dapat didefinisikan sebagai total konsentrasi ion-ion terlarut
dalam air. Dalam budidaya perairan, salinitas dinyatakan dalam permil
(/oo) atau ppt (part perthousand) atau gram/liter. Tujuh ion utama yaitu :
sodium, potasium, kalium, magnesium, klorida, sulfat dan bikarbonat
mempunyai kontribusi besar terhadap besarnya salinitas, sedangkan yang
lain dianggap kecil (Boyd, 1990). Sedangkan menurut Davis et al. (2004),
ion calsium (Ca), potasium (K), dan magnesium (Mg) merupakan ion yang
paling penting dalam menopang tingkat kelulushidupan udang. Salinitas
suatu perairan dapat ditentukan dengan menghitung jumlah kadar klor
yang ada dalam suatu sampel (klorinitas). Sebagian besar petambak
membudidayakan udang dalam air payau (15-30 ppt). Meskipun demikian,
udang laut mampu hidup pada salinitas dibawah 2 ppt dan di atas 40 ppt.
2. pH
pH didefinisikan sebagai logaritme negatif dari konsentrasi ion
hydrogen [H+] yang mempunyai skala antara 0 sampai 14. pH
mengindikasikan apakah air tersebut netral, basa atau asam. Air dengan pH
dibawah 7 termasuk asam dan diatas 7 termasuk basa. pH merupakan
variabel kualitas air yang dinamis dan berfluktuasi sepanjang hari. Pada
perairan umum yang tidak dipengaruhi aktivitas biologis yang tinggi, nilai
pH jarang mencapai diatas 8,5, tetapi pada tambak ikan atau udang, pH air
dapat mencapai 9 atau lebih (Boyd, 2002).
3. Alkalinitas

Alkalinitas merupakan kapasitas air untuk menetralkan tambahan


asam tanpa menurunkan pH larutan. Alkalinitas merupakan buffer
terhadap pengaruh pengasaman. Dalam budidaya perairan, alkalinitas
dinyatakan dalam mg/l CaCO3. Penyusun utama alkalinitas adalah anion
bikarbonat (HC03 -), karbonat (CO3 2- ), hidroksida (OH-) dan juga ionion yang jumlahnya kecil seperti borat (BO3 -), fosfat (P04 3-), silikat
(SiO4 4-) dan sebagainya (boyd, 1990). Peranan penting alkalinitas dalam
tambak udang antara lain menekan fluktuasi pH pagi dan siang dan
penentu kesuburan alami perairan. Tambak dengan alkalinitas tinggi akan
mengalami fluktuasi pH harian yang lebih rendah jika dibandingkan
dengan tambak dengan nilai alkalinitas rendah (Boyd, 2002). Menurut
Davis et al. (2004), penambahan kapur dapat meningkatkan nilai
alkalinitas terutama tambak dengan nilai total alkalinitas dibawah 75 ppm.
4. Oksigen Terlarut (dissolved oxygen)
Oksigen terlarut merupakan variabel kualitas air yang sangat penting
dalam budidaya udang. Semua organisme akuatik membutuhkan oksigen
terlarut untuk metabolisme. Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada
suhu dan salinitas. Kelaruran oksigen akan turun jika suhu dan temperatur
naik (Boyd, 1990). Hal ini perlu diperhatikan karena dengan adanya
kenaikan suhu air, hewan air akan lebih aktif sehingga memerlukan lebih
banyak oksigen. Oksigen masuk dalam air melalui beberapa proses.
Oksigen dapat terdifusi secara langsung dari atmosfir setelah terjadi
kontak antara permukaan air dengan udara yang mengandung oksigen
21% (Boyd, 1990). Fotosintesis tumbuhan air merupakan sumber utama
oksigen terlarut dalam air. Sedangkan dalam budidaya udang, penambahan
suplai oksigen dilakukan dengan menggunakan aerator (Hargreaves,
2003).
5. Biological Oxygen Demand (BOD)
Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya
oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan
organic pada kondisi aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa

bahan organic ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan
energinya diperoleh dari proses oksidasi (Pescod dalam Salmin, 2005).
6. Produktivitas Primer
Dalam kolam budidaya, tumbuhan air baik macrophyta maupun
plankton merupakan produsen primer sebagai sumber utama bahan
organik. Melalui proses fotosintetis, tanaman menggunakan karbon
dioksida, air, cahaya matahari dan nutrien untuk menghasilkan bahan
organik dan oksigen seperti dalam reaksi : 6CO2 + 6H2O C6H12O6 +
6O2 Fotosintesis merupakan proses fundamental dalam kolam budidaya.
Oksigen terlarut yang diproduksi melalui fotosintesis merupakan sumber
utama oksigen bagi semua organisme dalam ekosistem kolam (Howerton,
2001). Glukosa atau bahan organik yang dihasilkan merupakan penyusun
utama material organik yang lebih besar dan kompleks. Hewan yang lebih
tinggi tingkatannya dalam rantai makanan menggunakan material organik
ini

baik

secara

langsung

dengan

mengkonsumsi

tanaman

atau

mengkonsumsi organism yang memakan tanaman tersebut (Ghosal et al.


2000).
Proses biologi lainnya yang sangat penting dalam budidaya perairan
adalah respirasi, dengan reaksi : C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O Dalam
respirasi, bahan organik dioksidasi dengan menghasilkan air, karbon
dioksida dan energi. Pada waktu siang hari proses fotosintesis dan respirasi
berjalan secara bersama-sama. Pada malam hari hanya proses respirasi
yang berlangsung, sehingga konsentrasi oksigen terlarut dalam air turun
sedangkan konsentrasi karbon dioksida naik.
D. Sarana dan Prasarana
1. Sumber Air Baku dan Sarana Produksi Air Bersih
Udang merupakan hewan akuatik yang seluruh hidupnya berada
dalam air, sehingga sudah tentu kualitas air baku pada unit pembenihan
harus memenuhi persyaratan teknis baik secara kualitas maupun kuantitas.

Sumber air laut harus memenuhi kriteria cukup dalam jumlah, jernih,
salinitas 29-34 ppt, tidak terdeteksi kadar logam berat. Untuk menjamin
kualitas air baku yang baik yang perlu diantisipasi dari awal adalah
penentuan lokasi unit pembenihan.

Pemilihan Lokasi Pembenihan

Bak Pengendapan Air Laut


Setelah mendapatkan sumber air baku yang baik, berikutnya yang
penting adalah system produksi air bersih. Pada prinsipnya sistem
produksi air bersih diarahkan bisa menghasilkan air yang bersih dan steril.
Untuk membuat air bersih biasanya dilakukan tahap pengendapan,
filterisasi secara fisik kemudian disterilkan.
Bak pengendapan sangat besar peranannya dalam upaya memperoleh
air bersih. Dengan tahap pengendapan ini, maka beban filter fisik
(biasanya sand filter) tidak terlalu berat dan air yang diproduksi lebih
bersih. Kebutuhan kapasitas bak pengendapan masing-masing unit
9

pembenihan berbeda-beda, tergantung dari kebutuhan air bersih harian,


tingkat kekeruhan air baku dan sistem filter fisik yang digunakan. Semakin
tinggi kebutuhan air, semakin tinggi tingkat kekeruhan dan semakin
sederhana tahapan filter fisiknya, maka semakin besar bak pengendapan
yang diperlukan.
Terdapat banyak sekali desain filter fisik untuk mendapatkan air
bersih. Pada prinsipnya filter fisik ini bekerja dengan manyaring air yang
dilewatkan ke filter baik secara gravitasi maupun dengan tekanan pompa.
Untuk lebih efektifnya filter ini biasanya dibuat bertahap dari tingkat
penyaringan kasar ke tingkat yang lebih halus. Untuk memudahkan
pemeliharaan filter terutama untuk pembersihan filter, maka harus
dilengkapi sistem back wash. Prinsip back wash adalah dengan
mengalirkan air pada bahan filter dengan arah yang terbalik, sehingga
mampu

mengeluarkan

kotoran

yang

nyangkut

di

filter.

Untuk

pemeliharaan filter ini secara periodic dilakukan pembersihan total atau


bahkan diganti bahan filternya.

Bak sterilisasi air laut dengan kaporit (terdiri 2 buah bak, @ 80 m2)

10

Presure filter (diisi karbon aktif)


Sterilisasi air ada yang menggunakan alat berupa ozonator,
ultraviolet dan ada yang menggunakan bahan kimia berupa kaporit. Akhirakhir ini mulai banyak penggunaan filter berupa membran yang dikenal
dengan ultrafilter. Di dalam bak sterilisasi tersebut dilakukan sterilisasi
dengan chlorinasi, yaitu dengan memberikan kaporit dengan dosis 15-20
ppm. Untuk menetralkannya diaerasi kuat hingga 3-4 hari, jika belum
netral ditambahkan Na-Thiosulfat secukupnya hingga netral (perlu dicek
dengan chlorine test). Tahap terakhir adalah distribusi, dengan
memompakan air ini ke jaringan distribusi melalui karbon aktif presure
filter.
2. Sarana Pembenihan Udang
Perencanaan pembangunan unit pembenihan harus menjamin
kelayakan dan kemudahan teknis operasionalnya serta efisien dalam
proses pembangunannya. Dari sisi kelayakan dan kemudahan teknis
operasional tergantung pada kelengkapan dan kesesuaian perbandingan
antara komponen bangunan bak dan sarana lainnya, sehingga tidak terjadi
ketimpangan dalam pemanfaatannya. Hal itu dapat dilihat dari kapasitas
sarana produksi air bersih berikut jaringan distribusinya, kapasitas bak
pemeliharaan induk hingga penetasannya, kapasitas bak pemeliharaan
larva, kapasitas bak kultur fitoplankton, kapasitas bak penetasan artemia,
kapasitas blower berikut jaringan aerasinya, sarana monitoring serta
peralatan lapangan lainnya yang diperlukan.

11

Posisi antar komponen dalam menjamin kemudahan kerja dan


kemungkinan pengembangan juga harus dipertimbangkan betul-betul.
Sarana pendukung lainnya juga perlu dilengkapi antara lain sarana
komunikasi, sarana transportasi, sarana akomodasi, sarana administrasi
dan lain-lain.

Sarana kultur fitoplankton skala semi masal

Sarana kultur fitoplankton skala laboratorium

12

Sarana kultur fitoplankton skala masal pemeliharaan Larva Udang

Lingkungan bak pemeliharaan induk

13

Lingkungan bak pemeliharaan larva

E. Keberhasilan dalam Manajement Kualitas Air


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guna meningkatkan
keberhasilan dalam budidaya, antara lain:
1. Air
Air merupakan media hidup untuk komoditas budidaya perairan,
yang didalamnya terdapat kandungan oksigen terlarut, makan dan sumber
mineral di dalamnya yang dibutuhkan oleh komoditas budidaya. Adapun
yang perlu diperhatikan antara lain:
Sumber Air
Yang perlu diperhatikan:
a. Lokasi sumber air
b. Waktu pengambilan air
c. Memenuhi kualitas dan kuantitas air
Tolak ukur:

14

Air Pengendapan
Air yang berasal dari sumber air di berikan waktu tenggang sesuai dengan
mutu dan jumlah air.
Yang perlu di perhatikan:
a. Di perlukan design atau rancangan guna meningkatkan mutu sumber
air.
b. Tolak ukur pekerjaan:
1) Kadar partikel air (TSS) turun hingga 60 ppm
2) Jumlah air cukup untuk memasok kebutuhan budidaya

Sterilisasi Air
Sebuah kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi atau mencegah
hama atau penyakit yang berada di air dan diyakini dapat mengganggu
proses budidaya. Yang perlu diperhatikan:
a. Menyaring air dengan kasa kelambu di mulut pipa air masuk.
b. Kasa kelambu di jahit rangkap dan diberi kotak penyangga
c. Air dimasukan ke kolam pengendapan dan disaring menggunakan
plankton net/kasa sablon ukuran 160 mikron dengan diameter 50 cm
senjang 3-4 meter.
d. Apabila menggunakan bahan kristida netral seperti Trichlorfon
(divpon) 1 ppm, dipterex 2 ppm dan saprovon 2 ppm diperlukan waktu
5-7 hari untuk menetralkan air.
e. Menggunakan bahan kalsium hyphochlorite (kaporit) 15-30 ppm.
Diperlukan waktu 1-3 untuk menetralkan.
Tolak ukur:
a. Bau khas disenfektan menghilang
b. Populasi bakteri dan molluska menurun
c. Virion negeatif
Pengapuran air awal
Yang perlu diperhatikan:
Pemberian jenis kapur Ca (CO3)2 dengan dosis yang sesuai pH dan
alkalinitas air Tolak ukur:

15

a. Alkalinitas air dengan nilai kisaran 100-150 ppm diawal penebaran


b. Kisaran pH harian berkisar 7,5 8,3
c. Fluktuasi pH harian kurang dari 0,5

Pengisian air
Pengisian air harus melalui petak tandon dengan tujuan untuk mengurangi
resiko masuknya hana, penyakit maupun virus ke area budidaya. Petak
tandon adalah kolam/tambak yang terdiri dari sekat-sekat yang terbuat dari
dinding bata, berfungsi sebagai tempat pengendapan air.
Petak tandon dapat terdiri dari rumput laut, ikan herbivora, dan ikan
karnivora.
Penggantian Air
Penggantian air dilakukan apabila terjadi penurunan parameter kualitas air
tambak/kolam/bak.
Yang perlu diperhatikan:
a. Secara visual dapat dilihat dari kejernihan(warna) air dan terdapat
suspensi dari plankton yang mati.
b. Adanya buih yang besar dengan ukuran lebih dari 2cm dan tidak pecah
oleh kinci air dari jarak 6 m
c. Kandungan bahan organik lebih dari 60 ppm dan BOD yang lebih dari
10 ppm Yang perlu dicermati:
1) Perubahan salinitas air tidak lebih dari 3 ppt
2) Pergantian air dapat dilakukan dengan membuang bagain dasar dan
penyiponan
Tanda-tanda penurunan kualitas air
a.
b.
c.
d.
e.

Nafsu makan menurun jika pada anco> 20 % dari normal


Populasi total bakteri> 106 CFU/ml
Populasi total vibrio> 103 CFU/ml
Ekor udang banyak yang merah
Plakton banyak yang mati
16

Jumlah penggantian air jika dengan padat tebar 30 -50 ekor/m2


a.
b.
c.
d.

Bulan 1: 5 10 % setiap 15 hari


Bulan 2 : 5 10 % setiap 7 10 hari
Bulan3 : 1015%setiap7hari
Bulan4: 1530%setiap35hari

Kriteria dan kategori kualitas air tambak secara fisik dan kimia

2. Manajemen Kualitas Air


Suhu
Yang perlu diperhatikan:
a. Jika pada suhu 260C nafsu makan menurun
b. Kesecerahan juga mempengaruhi suhu
Salinitas
Yang perlu diperhatikan
Perubahan salinitas tidak lebih dari 3 ppt perhari untuk menghidari udang
dari stres.
pH air
Yang perlu diperhatikan
a. pH pada bagian dasar diukur pada jam 5 pagi dan sore pada jam 16.00
b. pH optimal 7,8 8,2 dengan kisaran perubahan antara 0,2 0,5
c. jika turun hingga 7,0 perlu dikapur dengan dolomit dengan dosis 3 5
ppm

17

d. bila pH mendekati 8,8 maka perlu ditambah dengan molase (tebu)


dosis 3 ppm tiap 3 hari sekali
e. fluktuasi mencapai 0,5 menandakan tambak kurang karbonat, karbonat
dapat dilihat dengan uji alkalinitas.
f. Jika fluktuasi kurang dari 0,2 atau sama dengan sore maka fotosintesa
tidak berjalan sempurna
Alkalinitas
Yang perlu di perhatikan
a. Nilai alkalinitas harus 90 150 ppm, jika kurang maka perlu dilakukan
pengapuran
b. Alkalinitas merupakan buffer penyangga pH di alam
Kecerahan
Yang perlu diperhatikan:
a. Diukur dengan secchi disk, sebagai tolak ukur kepadatan partikel
termasuk plankton di dalam air.
b. Perbedaan kecerahan yang disebabkan plankton dengan dengan
partikel terlarut adalah dengan mengamati air dialam botol. Kekeruhan
partikel terlarut ditandai dengan adanya bahan terlarut apabila air
didiamkan didalam botol sedangkan dari plankton tidak banyak
perubahan
c. Kecerahan diukur pada jam 09.00 wib kecerahan di pertahankan 30-40
cm
d. Jika kecerahan 40 perlu dilakukan pemupukan dengan pupuk
anorganik TSP dan urea 1:1, dengan dosis 3 5 ppm
e. Pemupukan susulan dilakukan setiap 5 7 hari hingga plankton stabil.
f. Kandungan posphot menentukan plaknton 0,25 ppm
Oksigen terlarut
Yang perlu diperhatikan:
a. Oksigen minimal 4 ppm
b. Penggunaan kincir air untuk suplai udara, oksidasi, membuat kotoran
tersuspensi dan teroksidasi. Kincir juga mengatur arus air dan
penumpukanlumpur maupun menghilangkan pelapisan air oleh suhu
dan salinitas

18

Kincir Air
Yang perlu diperhatikan:
a. Dipasang minimal pada bulan pertama pemiliharaan
b. Sebuah tambak tidak memerlukan kincir jika produksi masih 500kg/ha
dengan pertumbuhan normal
c. Pada pertumbuhan 700kg/ha pertumbuhan lambat kincir tidak perlu
dipasang
Kincir dan kejenuhan oksigen
Yang perlu diperhatikan:
a. Kincir harus di hidupkan apabila kejenuhan oksigen hanya berkisar
50%
b. Tingkat kejenuhan dihitung dengan mencocokan kelarutan oksigen
(DO), temperatur, salinitas, dan temperatur dengan tabel kejenuhan
dan dikalikan 100% = tingkat kejenuhan di air
Bahan organik
Yang perlu diperhatikan:
a. Bahan organik diukur dengan Total Bahan Organik (TOM)
b. Bahan organik di sebabkan oleh sisa bahan makanan, kotoran, dan
kematian plankton dan tanaman air
c. Kandungan bahan organik 60 ppm menandakan kualitas air menurun
d. Bahan organik menjadi sumber yang dapat meracuni udang. Adanya
proses reduksi
e. Pengukuran dilakukan pada petak pembesaran dan tandon. Apbila
bahan organik mencapai 50 ppm maka perlu dilakukan penggantian air
f. Komposisi C/N rasio dalam bahan organik lebih dari 10 meningkatkan
penguraian bahan organic
g. Sumber C didapat dari bahan karbohidrat yang dapat diberikan 1-2 kali
seminggu, dosis 10 ppm dari cruede protein
h. Penurunan bahan organik ditandai dengan air tambak berwarna hijau
Lumpur dasar tambak
Yang perlu diperhatikan:
a. Nilai redok potensial lumpur menunjukan kondisi tanah yang dapat
dipergunakan untuk perkembangan fenomena reaksi kimia dan biologi
dalam tambak

19

b. Redok potensial negatif menunjukkan adanya reaksi negatif terjadi


reaksi reduksi yang dapat menghasilkan reaksi senyawa kimia
hidrogen sulfifa, amonoiak, nitrit.
c. Pengukuran redoks tanah dapat diukur setiap 2 minggu sekali apbila
redoks mencapai -100 mv dapat menghasilkan senyawa racun nitrit
dan sulfida pada pH asam dan anmoniak pada pH basa.
Pembuangan air pada saat pemiliharaan dan panen
Yang perlu diperhatikan:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Air yang dibuang harus melalui pipa central


pH = 6,09,0
TSS=
TotalP=0,5
Total anmoniak =
BOD5hari=
DOpagihari=>4

Manajemen fitplankton
Yang perlu diperhatikan:
a. Komunitas mikroba yang berperan dalam mengatur kondisi kultur
yang dinginkan. Memanfaatkan sisa nutrien, intesitas cahaya,
temperatur dan menghasilkan oksigen.
b. Keberadan fitoplaknton yang tidak terkontrol dengan baik merupakan
titik awal dari permasalahan kualitas air
c. Pada salinitas yang rendah jenis alga hija kebiruan lebih banyak
muncul, hal ini tidak baik karnajenis ini tidak memberikan kontribusi
d. Kematian plankton pada masa-masa awal produksi adalah karna
kandungan CO2 dan kekurangan nutrien. Ditandai dengan munculnya
busa. Kematian juga dapat terjadi karena adanya hujuan lebat
e. Menjaga kondisi plakton stabil dengan menjaga kebutuhan nutrien
dengan pupuk anorganik 3-5 ppm
f. Penggantian air merupakakan kegiatan yang mudah dalam menjaga
kepadatan plankton
Ciri-ciri plakton
Yang perlu diperhatikan:

20

a. Warna hijau gelap (cincau) dominasi algae hijau jenis chlorella,


platymonas, carteria, chlamidomonas, pada salinitas rendah euglena
dan scenedesmus lebih dominan
b. Warna hijau biru muda predominasi alga biru hijau dengan
meningkatnya suhu rata-rata dan kelarutan bahan organik. Jenis 90%
genus oscillatoria, phormidum, microcolus. Anabaena
c. Warna hijau kuning algae flagellata kekuningan genus chlamidomonas,
dunaliella, carteria. Plankton jenis ini dapat menghambat pertumbuhan
udang bahkan menyebabkan kematian
d. Warna colkat tua, plakton di dominasi oleh dinoflagellata, insang
merah, insang hitam, dan insang bengkak. Dapat menimbulkan efek
racun casilaxin PSP atau racun glenodine tosksik pada ikan dan
kerang.
e. Warna keruh keputihan, air yang dipenuhi oleh zooplankton, jenis yang
sering di ketemukan cilliata, rotifer, copepoda, nauplius. Untuk
mengatasi maka diperlukan penggantian air dengan Protam (1,5
pentandial 50 EC) dengan dosis 1 ppm
f. Warna coklat kekuningan, diatom yang didonimasi oleh genus
chetoceros, nitzchia, euglena.

Pembuangan jenis plankton

21

Mengenal

kareteristik

air

22

dan

dominasi

plankton:

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan sistem manajemen kualitas air yang diterapkan dan ditunjang
dengan pengelolaan pakan yang optimal produktifitas tambak umumnya
mencapai 4.407 kg/3000m2 dengan padat tebar 91,8 ekor/m2. Berdasarkan
analisa performance maka R/C diperoleh 1,3.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini pada waktu yang akan datang.

23

DAFTAR PUSTAKA
http://defishery.wordpress.com/2011/03/09/uu-perikanan
(http://id.wikipedia.org/wiki/udang.html

24

Anda mungkin juga menyukai