Anda di halaman 1dari 8

PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN PELABUHAN

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN INFRASTRUKTUR

Yang diampu oleh Bapak Drs. Made Wena, M.Pd., M.T

Disusun oleh

Fisrta Yulindra S.P. (180521629014)


Khurnia Nailul Izzah (190521648897)
Moh. Adibul Ikhsan (180521629079)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Februari 2020
PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN JEMBATAN

1. Analisis Kerusakan Jembatan


Beberapa permasalahan dalam aktivitas di pelabuhan di antaranya:

a. Dwelling time dan waiting time


Dwelling time merupakan sebuah proses yang dibutuhkan sejak
barang/petikemas turun dari kapal atau barang/petikemas ditumpuk di lapangan
penumpukan hingga barang/petikemas keluar dari terminal/pelabuhan. Terdapat
tiga proses utama yang terjadi saat dwelling time di antaranya adalah pre-
clearance, customs-clearance dan post-clearance. Dwelling time pada proses
ekspor barang/petikemas terhitung lebih cepat dibandingkan kegiatan impor.
Waiting time adalah waktu tunggu kapal untuk dapat bersandar di
dermaga dan melakukan proses bongkar-muat barang. Semakin kecil atau nol
waiting time-nya maka kinerja bongkar muat di terminal/pelabuhan semakin
baik. Sebaliknya, jika waiting time-nya semakin besar, maka akan berdampak
pula pada kinerja terminal/pelabuhan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waiting time di antaranya adalah
ketersediaan fasilitas (kecukupan) dermaga, peralatan bongkar muat yang
memadai serta fasilitas pendukung lainnya seperti lapangan penumpukan dan
peralatan angkat dan angkut yang digunakan untuk kegiatan trucking, serta lift
on dan lift off di lapangan penumpukan. Hal lain yang tidak kalah pentingnya
adalah kinerja atau produktivitas bongkar muat yang dilakukan oleh crane di
dermaga (http://www.republika.co.id).

b. Demurrage
Salah satu permasalahan yang terjadi di Pelabuhan Indonesia adalah
adanya demurrage. Demurrage adalah batas waktu pemakaian peti kemas di
dalam pelabuhan (container yard). Batas waktu untuk barang impor dihitung
sejak proses bongkar peti kemas (discharges) dari sarana pengangkut/kapal
hingga peti kemas keluar dari pintu pelabuhan (get out), sedangkan untuk barang
ekspor, batas waktu pemakaian peti kemas dihitung mulai dari pintu masuk
pelabuhan (get in) sampai peti kemas dimuat (loading) ke atas sarana
pengangkut/kapal. Seringkali, waktu tunggu untuk berlabuh jauh lebih lama
daripada waktu untuk berlayar (http://www.beacukai.go.id).
Free time demurrage diberikan kepada penyewa apabila dapat
mengembalikan peti kemas yang sudah dalam keadaan kosong kepada pihak
pelayaran (shipping line) selama berada dalam batas waktu yang diberikan, jika
terlambat maka penyewa harus membayar denda kepada perusahaan pelayaran.
c. Peralatan penunjang aktivitas pelabuhan

Peralatan bongkar muat sangat dibutuhkan untuk menunjang kegiatan di


pelabuhan. Permasalahan yang kerap terjadi adalah minimnya peralatan
sehingga mengakibatkan terlambatnya aktivitas bongkar muat di pelabuhan. Hal
tersebut menyebabkan keterlambatan kapal yang bersandar di pelabuhan
sehingga harga sewa yang dibayarkan oleh pihak ekspedisi akan lebih besar dan
akan berdampak pada harga jual barang yang ditawarkan.
Permasalahan kekurangan peralatan seperti crane dan forklift masih
terjadi di beberapa pelabuhan Indonesia, salah satunya di pelabuhan Nusantara
Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Aktivitas
bongkar muat di pelabuhan Waingapu untuk satu kapal peti kemas
membutuhkan waktu dua sampai tiga hari, sementara kapal barang curah tanpa
peti kemas membutuhkan waktu tiga hingga empat hari. Jika ada tambahan
peralatan, maka waktu yang dibutuhkan untuk bongkar muat berpotensi dapat
diselesaikan dalam waktu hanya satu hari (http://www.nttonlinenow.com).

d. Sumber Daya Manusia (SDM)


Meningkatnya kegiatan bongkar muat dan aktivitas perdagangan baik
luar negeri maupun domestik berkorelasi dengan peningkatan kualitas pelayanan
pelabuhan agar semakin efektif dan efisien. Upaya meningkatkan kualitas
pelayanan pelabuhan tersebut salah satunya ditunjang oleh ketersediaan SDM
yang andal dan memiliki keterampilan teknis dalam kegiatan operasional
pelabuhan.

2. Jenis Perawatan
1) Pemeliharaan berdasarkan kondisi perencanaan dikelompokkan menjadi :
A. Pemeliharaan terencana (Planned Maintenance),
Pemeliharaan terencana merupakan perbaikan fasilitas pelabuhan yang
pelaksanaannya telah direncanakan sesuai kebutuhan yang terdiri dari:
1) Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance)
2)Pemeliharaan Perbaikan (Corrective Maintenance)
3) Pemeliharaan Peningkatan (Improvement Maintenance)

B. Pemeliharaan tak terencana (Unplanned Maintenance)


Pemeliharaan tak terencana merupakan pemeliharaan dalam rangka
perbaikan fasilitas pelabuhan yang pelaksanaannya tidak direncanakan
sebelumnya yang terdiri dari:
1) Pemeliharaan Darurat (Emergency Maintenance)
2) Pemerliharaan Henti Operasi (Breakdown Maintenance)
2) Kategori pemeliharaan dikelompokkan menjadi :
a. Pemeliharaan Tingkat I, Merupakan pemeliharaan oleh ABK bersifat sangat
ringan dan rutin setiap hari.
b. Pemeliharaan Tingkat II, Perawatan berdasarkan hour meter, dilakukan oleh
ABK/mekanik bersifat ringan dan berkala, misalnya penggantian filter,
pemeriksaam kondisi serta fungsi kerja.
c. Pemeliharaan Tingkat III, Perawatan 1 dan 4 tahun, yaitu dilakukan oleh tenaga
pihak ke-3 berupa pekerjaan pengecatan, reparasi, pengukuran dan kalibrasi serta
penggantian sebagian komponen/part atau alat.
d. Pemeliharaan Tingkat IV, Perawatan 4 tahun lebih, yaitu dilakukan oleh tenaga
pihak ke-3 bersifat sangat kompleks berupa pekerjaan reparasi berat, modifikasi,
penggantian komponen, general overhaul, reengine.

3) Pemeliharaan yang akan dilaksanakan diatas harus mengikuti tahapan inspeksi,


investigasi dan identifikasi, evaluasi, perencanaan perbaikan, penyiapan dokumen
teknis (Gambar, RKS/TOR, RAB, Jadwal Pelaksanaan).

4) Dokumen minimal yang harus dipersiapkan dalam penerapan pemeliharaan terencana


adalah jadwal pemeliharaan, spesifikasi pekerjaan, laporan inspeksi, daftar riwayat
pemeliharaan

5) Untuk mengetahui kondisi sebagai bahan perencanaan pemeliharaan secara periodik


dilakukan pengecekan kondisi fisik atau survey inspeksi pada kapal untuk membuat
daftar atau repair list perbaikan.

3. Metode Pelaksanaan pemeliharaan


Pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan sesuai dengan Pedoman Prosedur
Pemeliharaan Jaringan Irigasi, meliputi :

A. Pengamanan dan Pencegahan


Pengamanan dan pencegahan adalah usaha dan pengamanan untuk menjaga kondisi
dan atau fungsi bangunan. Kegiatan pengamanan dan pencegahan, meliputi :
1) Inspeksi rutin minimal satu kali dalam 2 (dua) minggu;
2) Menghalau binatang (kerbau dan lain-lain) supaya tidak masuk ke dalam saluran;
3) Pada lokasi-lokasi yang penting dan berbahaya harus dipasang tanda-tanda atau
rambu-rambu peringatan.
B. Kegiatan Perawatan
Perawatan adalah usaha-usaha untuk mempertahankan kondisi dan fungsi
bangunan, tanpa ada bagian konstruksi yang diubah atau diganti. Kegiatan perawatan,
meliputi :
1) Perawatan Rutin
Perawatan rutin adalah usaha-usaha untuk mempertahankan kondisi dan
fungsi bangunan, tanpa ada bagian konstruksi yang diubah atau diganti. Dan
dilaksanakan setiap waktu. Perawatan rutin terhadap bangunan bendung
meliputi :
a. Pertumbuhan rumput di bangunan yang akan mengganggu fungsi harus
dipotong atau dibersihkan;
b. Sampah-sampah atau timbunan pengganggu (ganggang, eceng gondok
plastik, dan lain-lain) yang mengganggu kapasitas debit saluran harus
dibersihkan;
c. Lubang-lubang pada tanggul dan longsoran-longsoran kecil pada tebing
saluran jika akan menimbulkan bocoran/mengganggu aliran harus segera
diperbaiki;
d. Bagian-bagian yang bekerja pada pintu harus dapat bergerak bebas, harus
dilumasi dengan gemuk dan dibersihkan dari kotoran;
e. Bagian pintu yang mudah berkarat dan keropos harus di cat. Kegiatan
perawatan rutin dilaksanakan secara swakelola.
2) Perawatan Berkala
Perawatan berkala adalah usaha-usaha untuk mempertahankan kondisi dan
fungsi bangunan, tanpa ada bagian konstruksi yang diubah atau diganti. Dan
dilaksanakan secara berkala. Perawatan berkala untuk bangunan bending
dilakukan sebagai berikut :
a. Endapan lumpur di sepanjang saluran atau bangunan harus diangkat dan
normalisasi profil saluran setiap tahun pada saat pengeringan.
b. Pintu air atau papan petunjuk operasional dan papan duga setiap 2 (dua)
tahun sekali harus di cat kembali.
c. Memperbaiki pintu yang macet dan bangunan yang rusak ringan.
d. Tanaman air, pepohonan dan semak-semak liar yang besar-besar harus
dibongkar atau dibersihkan.
e. Kegiatan perawatan berkala dilaksanakan secara swakelola dan atau
diborongkan.

C. Kegiatan Perbaikan
Perbaikan adalah usaha-usaha untuk mengembalikan kondisi dan fungsi
bangunan. Kegiatan perbaikan, meliputi :
1) Perbaikan Darurat
Perbaikan darurat adalah usaha-usaha perbaikan dengan maksud agar bangunan
dapat segera berfungsi. Perbaikan darurat meliputi kegiatan perbaikan yang sifatnya
rusak dimana kerusakan diakibatkan oleh bencana alam dan kelalaian manusia;
misal : tanggul jebol, pintu air macet.
2) Perbaikan Permanen
Perbaikan permanen adalah usaha-usaha perbaikan untuk mengembalikan kondisi
dan fungsi bangunan yang sifatnya merupakan peningkatan perbaikan darurat
maupun memperbaiaki kerusakan akibat bencana alam atau kelalaian manusia
dengan dibuat desain yang baru sehingga hasil perbaikannya bersifat permanen.
Kegiatan permanen meliputi :
a) tanggul longsor cukup berat.
b) tanggul bocor cukup berat.
c) sayap bangunan patah cukup berat.
d) koperan bangunan patah.
e) pintu air rusak berat.
f) pelindung talud runtuh.
Kegiatan perbaikan dilaksanakan dengan cara diborongkan, sehingga perlu
didukung dengan desain baru.

D. Kegiatan Penggantian
Penggantian adalah usaha-usaha pemeliharaan untuk mengganti seluruh/sebagian
komponen prasarana fisik, fasilitas dan perlatan bendung yang secara ekonomis,
fungsi dan kondisinya tidak layak dipakai lagi. Kegiatan penggantian, meliputi :
1) Penggantian pintu-pintu air yang sudah rusak berat;
2) Alat ukur yang tidak berfungsi diganti dengan alat ukur yang baru;
3) Bagian dari peralatan elektrik-mekanis dan lain-lain dalam kurun waktu
tertentu diganti yang baru;
4) Penggantian total karet bendung dilakukan apabila tidak ada cara perbaikan
yang bisa meniamin ketidak bocoran dan kekuatan bendung karet ketika
bending dioperasikan.
Kegiatan penggantian dilaksanakan dengan cara diborongkan.

E. Petugas
Petugas pemeliharaan merangkap sebagai petugas operasi bendung. Jumlah
personel petugas disesuaikan dengan tingkat urgensi dan besarnya bangunan. Petugas
pemeliharaan diharuskan :
1) Cakap dan terampil dalam pemeliharaan bendung
2) Memahami fungsi bendung
3) Khusus untuk bendung karet, petugas harus:
- Memahami komponen bangunan bendung karet beserta detail
instrument pendukung
- Menguasai cara kerja peralatan operasi seperti motor, pompa udara,
pemompaan/ pengembangan,dan pengempisan baik secara otomatis
maupun manual
- Telah mendapatkan pendidikan/pelatihan pemeliharaan bendung
karet dan mampu melakukan perbaikan ringan atas kerusakan
bendung karet.

4. Alat yang digunakan


5. Bahan yang digunakan
6. RAB
7. Jadwal Pelasksanaan
DAFTAR PUSTAKA

Balamba, Sjachrul, Alva N Sarayar, and Selatan Pada. 2015. “Analisis Kelelahan Struktur Pada
Tiang Pancang Di Dermaga Amurang Dengan Metode S-N Curve.” Tekno 13 (63): 26–32.

Buku Referensi Kepelabuhanan PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) seri 05 edisi II tentang


Peralatan Pelabuhan tahun 2009. 2.

Slide Presentasi Training Marine Surveyor PT Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) tentang
Survey Kondisi (Condition Survey).

Anda mungkin juga menyukai