UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2016
PEMBESARAN KEPITING BAKAU (Scylla spp) DENGAN PAKAN
BUATAN DI BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR
PAYAU (BPPBAP)
MAROS, SULAWESI SELATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2016
JUDUL : PEMBESARAN KEPITING BAKAU (Scylla spp) DENGAN
PAKAN BUATAN DI BALAI PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR PAYAU MAROS
SULAWESI SELATAN
PENULIS : MUHAMMAD FAISAL ABDILLAH
NPM : 230110140064
Menyetujui :
Komisi Pembimbing :
Ketua,
Dr.Sunarto, MSi
NIP 19680325 199403 1 005
KATA PENGANTAR
1. Dr. Ir. Iskandar, M.Si selaku dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Padjadjaran yang telah memberikan izin untuk
melakukan Praktik Kerja Lapangan
2. Prof, Dr. Ir. Junianto, MP selaku ketua Prodi Perikanan yang telah
memberikan izin untuk melakukan Praktik Kerja Lapangan
1
8. Kedua orang tua yang selalu mendoakan anaknya disamping
dorongan moril dan materil yang diberikan
Muhammad Faisal A
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
DAFTAR TABEL................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................................
ABSTRAK.........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
1.2 Tujuan...................................................................................................................
3
2.5 Keadaan Sumberdaya Manusia...........................................................................
4
5.1 Kesimpulan.........................................................................................................
5.2 Saran..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
LAMPIRAN......................................................................................................................
5
DAFTAR TABEL
Nomor Judul
Halaman
1. Kualitas air kolam pembesaran kepiting bakau...................20
2. Data sampling kepiting bakau (pelet)...................................23
3. Data sampling kepiting bakau (ikan rucah)..........................23
6
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul
Halaman
1. Struktur Organisasi Balai Penelitian Dan Pengembangan Budidaya Air
Payau (BPPBAP) Maros....................................................................................................
2. Kepiting bakau.............................................................................................................
3. Kerangka tempat pembesaran kepiting.......................................................................
4. Kotak kepiting..............................................................................................................
5. Larutan BCG (Bromcresol Green)...............................................................................
6. Pemberian pakan buatan............................................................................................
7. Pemberian ikan rucah..................................................................................................
8. Timbangan...................................................................................................................
9. Hammer mill.................................................................................................................
10. Penimbangan bahan baku.........................................................................................
11. Pencampuran bahan baku.........................................................................................
12. Alat pencetakan pakan..............................................................................................
7
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
Halaman
1. Logbook PKL........................................................................30
2. Dokumentasi Kegiatan................................................................30
8
ABSTRAK
9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepiting bakau (Scylla spp) merupakan komoditas yang memiliki
potensi besar di bidang perikanan. Daging kepiting mengandung nutrisi
penting bagi kehidupan dan kesehatan. Meskipun mengandung kolesterol,
makanan ini rendah kandungan lemak jenuh dan merupakan sumber
protein. Bukan hanya dagingnya yang mempunyai nilai komersil,
kulitnyapun dapat dimanfaatkan oleh berbagai industri sebagai bahan
baku obat, kosmetik, pangan, dan lain-lain.
Bila ingin menjadikan kepiting sebagai komoditas andalan maka
penangkapan dari alam saja tidaklah cukup. Bahkan penangkapan yang
berlebihan dapat mengancam kelestarian hewan ini. Namun karena
kendala ketersediaan benih dari pembenihan maka perkembangan
budidaya kepiting bakau berjalan sangat lambat.
Kepiting bakau terutama yang hidup di sekitar muara sungai,
merupakan daerah interaksi dari berbagai unsur ekosistem yang
merupakan petunjuk bahwa kepiting memiliki kemampuan untuk
beradaptasi terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim. Kuatnya sifat
saling memangsa ditunjang oleh tabiat kepiting yang harus ganti kulit atau
moulting pada saat mengalami pertumbuhan. Kepiting bakau mengalami
pergantian kulit sekitar 17 kali sejak krablet sampai dengan umur setahun.
Karena kuatnya sifat memangsa tersebut maka pemeliharaannya
memerlukan strategi yang tepat. Salah satunya mengurangi terjadinya
pemangsaan dengan penyediaan tempat berlindung dan pemilihan dan
pemenuhan kebutuhan pakan yang cukup dan tepat. Penggunaan ikan
rucah (trash fish atau fish bycatch) atau makanan segar dan segar-beku
lainnya banyak digunakan pada budidaya kepiting bakau. Namun,
penggunaan ikan rucah membutuhkan penyimpanan khusus. Untuk itu,
pakan formula dengan kandungan bahan yang sesuai apat menjadi
sebuah alternatif.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau yaitu sebagai
berikut :
1. Mengetahui dan memahami teknik pembesaran kepiting bakau dengan
pakan buatan yang dilakukan di Instalasi Tambak Percobaan Balai
Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau, Maros
2. Mengetahui tahapan proses pembuatan pakan buatan
10
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari Praktik Kerha Lapangan (PKL) ini mengenai
kegiatan yang ada di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air
Payau (BPPBAP) Maros, yaitu pemeliharaan dan pembesaran kepiting
muda, serta proses pembuatan pakan buatan.
1.4 Tempat dan Waktu Kegiatan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan mulai dari tanggal 18
Juli 2016 sampai dengan 11 Agustus 2016. Waktu pelaksanaan kegiatan
Praktik Kerja Lapangan yaitu selama 22 hari kerja dan bertempat di Balai
Penelitian Dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) Maros
yang terletak di Jl. Makmur Dg.Sitakka, No.129 Kabupaten Maros, kota
Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan 90512.
2
BAB II
PROFIL INSTANSI
2.1 Sejarah Singkat
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau
(BPPBAP) Maros berlokasi di Jalan Makmur Daeng Sttaka, No. 129 Mros
90512, Sulawesi Selatan Indonesia. Telepon (+62) 411 371544, E-Mail
litkanta@indosat.net.id Faksimili (+62) 411 371545, Website
www.bppbapmaros.kkp.go.id
Pembangunan sektor perikanan bertumpu pada budidaya,
penangkapan, dan pemanfaatan sumber daya perikanan secara
berkelakEnjutan. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan perikanan
berkelanjutan, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau
(BPPBAP) didirikan dengan maksud mendapatkan teknologi yang
diperlukan dalam meningkatkan produktivitas pesisir terutama komoditas
yang memiliki nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi, mengingat
Indonesia Negara kepulauan di wilayah tropis yang memiliki daerah
pesisir yang luas dan berpotensi dalam pengembangan usaha perikanan.
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau
(BPPBAP) yang berlokasi di Kabupaten Maros (30 km ke sebelah utara
Kota Makassar, Sulawesi Selatan) yang telah beberapa kali sudah
mengalami perubahan nama:
1. Pada tahun 1669, berdasarkan SK Menteri No. 536/kpts/um/12/1669
diberi nama cabang Lembaga Penelitian Perikanan Darat (Cabang
LPPD) berlokasi di Makassar.
2. Pada tahun 1980, berdasarkan SK Menteri No. 536/kpts/12/1980
diubah menjadi Sub Balai Penelitian Perikanan Darat (Sub PPD)
Maros dibawah BALItKANDAT Bogor.
3. Pada tahun 1984, Dari Sub BPPD diganti menjadi BALITDITA (Balai
Penelitian Perikanan Budidaya Pantai) Maros. ALIE POERNOMO, M.
Sc ( 1984-1986).
4. Pada tahun 1990, Nama BALITDITA diganti menjadi
BALITKANDITA (Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai) Dr.
FUAD CHOLIK (1986-1991), Dr. ACHMAD SUDRAJAD (1991 -
1995). BALITKANDITA mempunyai 3 sub bagian :
Sub Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai Gondol di Bali
dengan tugas menyelenggarakan penelitian pantai seperti :
- Bandeng (1988-1995)
- HSRT (Hacthery Skala Rumah Tangga) tahun 1992.
- Kerapu (1994)
Sub BALTKANDITA Bojonegoro dengan tugas menyelenggarakan
penelitian budidaya laut seperti :
- Pembenihan Ikan Kakap (1985 1992)
- Pembenihan Kerapu (1992 1995)
3
Sub BALITKANDITA Tanjung Pinang di Tanjung Pinang dengan
tugas menyelenggarakan penelitian budidaya laut.
5. Pada tahun 1995, Berdasarkan SK Menteri
No.796/kpts/07/210/12/1994 nama Sub BALITKANDITA diganti
menjadi Balai Penelitian Perikanan Pantai (BALITKANTA). Prof. Dr.Ir.
Taufik Ahmad, M.Sc (1995-2001). Meliputi 3 sub babagian :
Sub BALIKANDITA Gondol loka penelitian perikanan laut
Sub BALITKANDITA Tanjung pinang BPTP Padang Marpoyan.
Sub BALITKANDITA Bojonegoro BPTP Kayu Ambon Lembang.
6. Pada tahun 2002, Berdasarkan SK Menteri Kelautan dan
Perikanan No.KEP 51/MEN/2002, nama BALITKANTA diganti
menjadi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau (BRPBAP). Ir.
Muharijadi Atmomarsono, M.Sc (2001-2005), Dr. Ir. Rachman Syah,
MS (2005-2012).
7. Pada tahun 2011, Berdasarkan SK Kementerian Kelautan dan
Perikanan No.32/men/2011 tanggal 12 Oktober 2011 Balai Riset
Perikanan Budidaya Air Payau (BRPBAP) berubah menjadi Balai
Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP). Dr.
Ir. Andi Parenrengi, MS (2012-2016).
8. Pada tahun yang sama 2016 Balai Penelitian dan Pengembangan
Budidaya Air Payau (BPPBAP). Prof. Dr. (2016 - Sekarang)
4
Budidaya Air Payau ( BPPBAP ) Maros, dapat mengetahui apa yang
mempertimbangkan sumber daya dan kemampuanyang dimiliki.
Tujuan dirumuskan tersebut berfungsi untuk mengukur sejauh
mana visi dan misi Balai Penelitian dan Pangembangan Budidaya Air
Payau yang telah dicapai mengungat tujuan berdasarkan visi dan misi
organisasi BPPBAP Maros telah menetapkan tujuan tersebut:
1. Mendapatkan data dan informasi tentang kelayakan lahan dan
komoditas perikanan budidaya air payau.
2. Mendapatkan tekhnologi perikanan budidaya air payau yang
bertanggung jawab dan berorientasi pada masyarakat dan industri
perikanan,
3. Meningkatkan sumber daya riset pelayanan jasa riset dan kerja
sama riset.
5
2.6 Keadaan Sarana dan Prasarana
Beberapa sarana dan prasarana yang tersedia untuk menunjang
pelaksanaan riset atas tambak percobaan, keramba jaring
apung,laboratorium kering ( ekologi, biologi, patologi, kimia, bioteknologi,
nutrisi, laboratorium tanah, dan laboratorium basah ) selain itu terdapat
perpustakaan ruang rapat, bengkel, garasi, rumah dan mess.
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau ( BPPBAP
) Maros menyediakan jasa laboratorium seperti: analisa kualitas air,
penyakit ikan, tanah, nutrisi, pemetaan, serta kerja sama riset dengan
pihak swasta,instansi pemerintahan dan instansi luar negeri ( ACIAR,
JIRCA ).
1. Instalasi
Instalasi yang dimiliki oleh BPPBAP di bentuk berdasarkan analisis
kebutuhan dan beban kerja yaitu pada instalasi riset Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Air Payau Marana Kabupaten Maros, dan
Karamba Jaring Apung di Kabupaten Barru.
2. Laboratorium
Laboratorium - laboratorium yang terdapat pada Balai Penelitian dan
Pengembangan BudidayaAir Payau ( BPPBAP ) Maros yaitu:
a. LaboratoriumTanah
Laboratorium ini merupakan laboratorium yang dapat
menganalisis perubah-perubah kualitas tanah dan sediment, dimana
contoh atau sampel yang diambil di lapangan dapat dianalisis guna
mendapatkan data-data yang diperlukan menyangkut peubah-peubah
kualitas tanah dan sediment untuk budidaya dan sumber daya
perikanan pesisir.
b. Laboratorium air
Laboratorium air adalah laboratorium yang menganalisis peubah-
peubah kualitas air, dimana sampel yang diambil dari lapangan
dianalisis di dalam laboratorium air.
c. Laboratorium Nutrisi
Laboratorium yang dapat menganalisis kandungan pakan dan
bahan pakan. Namun, di laboratorium ini dapat pula menganalisis
sampel atau contah sediment tanah yang berasal dari kawasan pesisir.
d. Laboratorium Bioteknologi
Laboratorium ini merupakan laboratorium untuk menganalisis hal-
hal yang bersifat bioteknologi.
e. Laboratorium Patologi
Laboratorium ini merupakan laboratorium yang dapat
mengidentifikasi penyakit pada budidaya perikanan pesisir.
6
2.7 Jabatan Fungsional
Adapun kelompok peneliti dan kelompok fungsinal lain adalah
sebagai berikut :
1. Kelompok Peneliti
Keteknikan Budidaya
Sumber Daya Budidaya
Bioteknologi
Nutrisi dan Pakan Ikan
Patologi
2. Kelompok Fungsinal
Pustakawan
Teknisi Litkayasa
7
2.9 Struktur Organisasi BPPBAP Maros
Kepala Balai
Prof. Dr. Ir. Akhmad Mustofa, MS
Kasubsi Yantek Kasubsi Sarana Kasubsi Program Kasubsi Monitoring dan Evaluasi
Rosmiati, A.Md A.Sabir Page Tenry Santi, S.Kel Herlina Jompa, S.Pi
8
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Alat
Bahan
9
2. Kepiting bakau (muda)
Alat
5. Tabung ukur
Bahan
1. air sampel
2. indikator pp
3. H2SO4
4. Larutan BCG + MR
10
3.3 Sampling Data
Alat
1. Wadah plastik
2. Timbangan
3. Buku catatan
4. Alat tulis
Bahan
1. Kepiting bakau
Alat
11
5. Kertas label, Memberi label pada sampel
Bahan
1. Vitamin,
2. Tepung ikan,
4. Tepung Rebonn,
5. Tepung jagung,
6. Tepung kedele,
7. Tepung terigu,
9. Air panas
12
Prosedur Kerja
3. FORMULASI PAKAN
4. PEMBUATAN PAKAN :
- Pencetakan Pakan
- Pengeringan Pakan
- Pengemasan Pakan
- Penyimpanan Pakan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
13
4.1 Persiapan Benih Kepiting Bakau
14
Dalam persiapan wadah pembesaran ada beberapa hal yang dilakukan,
yatu :
6. Alas kotak diberi waring berwarna hijau agar pakan tidak jatuh
ke dasar kolam
15
Sebelum kegiatan pembesaran dilakukan, sarana dan prasarana
yang digunakan harus bersih, siap pakai, dan bebas dari pencemaran
yang dapat mengganggu ataupun menggagalkan kegiatan pembesaran.
Persiapan wadah dilakukan sebelum kegiatan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) dimulai, sehingga penulis tidak melakukan kegiatan persiapan
wadah.
16
Gambar 3. Kerangka tempat pembesaran kepiting
17
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan memantau kondisi air di
kolam pembesaran sehingga kualitas air kolam tetap optimal. Berikut data
kualitas air pada kolam pembesaran yang diperoleh selama kegiatan :
18
Selain itu, penurunan kandungan oksigen juga dipengaruhi oleh suhu
rendah pada malam hari. Cara mengatasinya, bisa dengan penggunaan
aerator yang dioperasikan dengan blower dan juga dilakukan pergantian
air.
Salinitas dapat didefinisikan sebagai total konsentrasi ion-ion
terlarut dalam air. Dalam budidaya perairan, salinitas dinyatakan dalam
ppt (Part Perthousand) atau g/l. Salinitas berpengaruh terhadap
reproduksi, distribusi dan osmoregulasi. Alat yang digunakan untuk
mengukur salinitas adalah refraktometer. Cara menggunakan alat ini
cukup mudah, yaitu pada ujung Refractometer ditetesi sampel madu yang
akan diukur kadar airnya. setelah ditetesi, langsung bisa dilihat dari indeks
bias Refractometer tersebut. kadar air ditunjukkan oleh batas tertinggi
warna biru muda yang terdapat di skala metrik. skala metrik tersaji secara
vertikal. Salinitas yang sesuai untuk pemeliharaan kepiting adalah 15 25
ppt (Ramelan, 1994 dalam Agus, 2008). Kepiting akan mengalami
pertumbuhan yang lambat jika salinitas berkisar antara 35 40 ppt, dan
tumbuh dengan baik pada salinitas 10 15 ppt, tetapi lebih sensitif
terhadap serangan penyakit. Perubahan salinitas dapat mempengaruhi
konsumsi oksigen, sehingga mempengaruhi laju metabolisme dan
aktivitas suatu organisme. Salinitas yang didapat dari hasil pengukuran
yaitu 20 21 ppt dimana masih dalam batasan yang aman bagi
pertumbuhan kepiting bakau.
19
Alkalinitas diukur dengan mengambil air sampel sebanyak 25 ml
dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 3
tetes indikator pp, jika berwarna merah jambu (pink) tambahkan H 2SO4
hingga tidak berwarna. Lalu catat hasil titrannya. Namun jika tidak
berwarna tambahkan 3 tetes BCG (Bromcresol Green) sampai berwarna
biru. Larutan BCG adalah pewarna dari trifenilmetana yang digunakan
sebagai indikator pH dalam aplikasi seperti media pertumbuhan bagi
mikroorganisme dan titrasi. Kemudian titrasi dengan H2SO4 hingga
berwarna orange. Proses titrasi yaitu larutan yang berada dalam buret
diteteskan secara perlahan-lahan melalui kran ke dalam erlenmeyer.
Erlenmeyer digoyang-goyang sehingga larutan penitrasi dapat larut
dengan larutan yang berada dalam erlenmeyer. Penambahan larutan
penitrasi ke dalam erlenmeyer dihentikan ketika sudah terjadi perubahan
warna dalam erlenmeyer. Perubahan warna ini menandakan telah
tercapainya titik akhir titrasi (titik ekuivalen). Kemudian catat volume yang
dibutuhkan larutan penitrasi dengan melihat volume yang berkurang pada
buret setelah dilakukan proses titrasi.
20
yang gunakan yaitu pelet dengan diameter 3 mm untuk kepiting yang ada
di kotak lubang kecil dan pelet dengan diameter 5 mm untuk kepiting yang
ada di kotak lubang besar. Pakan diberikan pada kepiting bakau sehari
sekali pada pagi hari (08.30 WITA). Terdapat enam perlakuan pakan
terhadap pembesaran kepiting bakau, masing-masing memiliki kode yang
kemudian dituliskan pada kotak-kotak wadah pembesaran. Kode A, B, C,
D, E dan F merupakan perlakuan pemberian pakan buatan dimana setiap
kode, persentase kandungan nutrisi atau formulasinya berbeda.
Kandungan nutrisi tersebut diantaranya yaitu protein, lemak, karbohidrat,
campuran vitamin, dan campuran mineral. Pakan yang diberikan harus
memenuhi kebutuhan nutrisi kepiting bakau dalam proses pembesaran.
21
Gambar 7. Pemberian ikan rucah
4.5 Data sampling
Parameter A B C D E F
22
Tabel 3. Data Sampling Kepiting Bakau (ikan rucah)
23
Gambar 8. Timbangan
1. Penggilingan Bahan
24
Gambar 9. Hammer mill
2. Penimbangan Bahan
25
Gambar 10. Penimbangan bahan baku
3. Pencampuran Bahan
4. Pencetakan Pakan
26
Gambar 12. Alat pencetakan pakan
5. Pengeringan Pakan
6. Pengemasan Pakan
7. Penyimpanan Pakan
27
Pakan yang sudah dikemas, isimpan di gudang penyimpanan
yang ersih, kering, tidak lembab, berventilasi baik, bebas
binatang pengganggu, dan tidak gelap. Dalam penumpukan
pakan, sebaiknya jangan lebih dari 10 tumpukan karung. Secara
umum, pakan pelet yang disimpan pada tempat yang baik,
seharusnya digunakan sebelum 90 hari sejak pencetakan.
28
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil selama pelaksanaan
kegiatan Praktik Kerja Lapangan yaitu:
1. Pemberian pakan pellet pada pembesaran kepiting bakau
memberikan pengaruh yang cukup baik terhadap bobot kepiting
bakau
2. Meskipun pakan pelet mengandung unsur hara yang lengkap
namun palatabiitasnya tidak sesuai dengan kebiasaan makan
3. Pemberian pakan berupa pelet terhadap keiting bakau belum
cukup sehingga perlu ditambah dengan pakan yang lain seperti
ikan rucah
4. Tahapan pembuatan pakan buatan yaitu menentukan
kebutuhan nutrisi pakan, pemilihan bahan baku, menghitung
formulasi pakan, dan proses pembuatan pakan
5.2 Saran
1. Pakan buatan harus diberikan sesuai kode perlakuan dan
dilakukan secara teratur
2. Ketelitian sangat diperlukan agar tidak salah dalam memberikan
pakan sesuai kode perlakuan
3. Penimbangan bobot atau sampling harus dilakukan dengan teliti
agar mendapatkan data yang akurat
30
DAFTAR PUSTAKA
Agus, M. (2008). Pengaruh jenis dan frekuensi pemberian pakan terhadap
pertumbuhan dan moulting kepiting bakau di tambak. Journal PENA
AKUATIK vol 2 September 2005 ISSN, 0216-5449, Fakultas
Perikanan Universitas Pekalongan.
Cholik, F. et al. (2005). Akuakultur. Masyarakat Perikanan Nusantara.
Taman Akuarium Air Tawar. Jakarta
Fujaya, Y. (2008). Kepiting komersil di dunia, biologi, pemanfaatan, dan
pengelolaannya. Citra Emulsi. Makassar
Herlinah dan Sulaeman, Andi Tenriulo. (2010). Pembesaran Kepiting
Bakau Di Tambak Dengan Pemberian Pakan Brbeda. Balai
Perkembangan dan Budidaya Air Payau. Sulawesi Selatan.
Kanna, I. (2002). Budidaya Kepiting Bakau. Kanasius.Yogyakarta
Kordi. G. (2009). Budidaya Perairan. PT. CITRA ADITYA BAKTI. Bandung
Prianto, E. (2007).Peran Kepiting Sebagai Spesies Kunci (Keystone
Spesies) pada Ekosistem Mangrove.Prosiding Forum Perairan
Umum Indonesia IV.Balai Riset Perikanan Perairan Umum.
Banyuasin.
Rukmini. PROSPEK DAN TEKNOLOGI PEMBESARAN KEPITING
BAKAU (Scylla spp). Banjarbaru
31
KESAN DAN PESAN SELAMA PKL
Kesan
Kegiatan PKL ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk
mendapatkan pengalaman kerja di bidang perikanan. Sehingga
memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi mahasiswa untuk
berpikir kedepan
Pesan
Kegiatan ini harus dilakukan dengan sungguh-sungguh sehingga
apa yang dilakukan dapat memberikan manfaat
32
LAMPIRAN
Lampiran 1. Logbook PKL (terlampir)
33
Pemberian Pakan Buatan Pada Kepiting Bakau
Timbangan Elektrik
34
Penimbangan pakan buatan
Larutan BCG + MR
35
Penimbangan bahan baku pencampuran
bahan baku
36
Alat pencetakan pelet
Bahan baku pakan
37