Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian Mawaris
Kata mawaris berasal dari kata waris ( bahasa arab ) yang berarti mempusakai harta orang
yang sudah meninggal, atau membagi-bagikan harta peninggalan orang yang sudah meninggal
kepada ahli warisnya. Ahli waris adalah orang-orang yang mempunyai hak untuk mendapat
bagian dari harta peninggalan
orang yang telah meninggal. Ahli waris dapat digolongkan menjadi dua, yaitu ahli waris laki-laki
dan ahli waris perempuan ( lihat QS:Al - baqarah : 188 ). Karena sensitif atau rawannya
masalah harta warisan itu, maka dalam agama islam ada ilmu faraid, yaitu ilmu yang
mempelajari tentang warisan dan perhitungannya. Salah satu dari tujuan ilmu tersebut adalah
tidak terjadi perselisihan atau perpecahan.

Ahli waris laki-laki ada 15 orang, yaitu sebagai berikut:


1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki dan terus kebawah
3. Bapak
4. Kakak dari bapak dan terus keatas
5. Saudara laki-laki sekandung
6. Saudara laki-laki sebapak
7. Saudara laki-laki seibu
8. Anak laki-laki saudara laki-laki kandung
9. Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak
10. Paman yang sekandung dengan bapak
11. Paman yang sebapak dengan bapak
12. Anak laki-laki paman yang sekandung dengan bapak
13. Anak laki-laki paman yang sebapak dengan bapak
14. Suami
15. Laki-laki yang memerdekakan si pewaris
( Keterangan no.1 13 berdasarkan pertalian darah. Jika lima belas orang itu ada, maka yang
dapat menerima hanya tiga, yaitu anak laki-laki, suami, dan bapak ).

Ahli waris perempuan ada 10, yaitu sebagai berikut:


1. Anak perempuan
2. Cucu perempuan dari anak laki-laki
3. Ibu
4. Nenek dari ibu
5. Nenek dari bapak
6. Saudara perempuan kandung
7. Saudara perempuan bapak
8. Saudara perempuan seibu

9. Istri
10. Wanita yang memerdekakan si pewaris
( Keterangan no.1 - 8 berdasarkan pertalian darah. Jika 10 orang itu ada, maka yang berhak
mendapat warisan hanya lima orang yaitu, Istri, anak perempuan, ibu, cucu perempuan, dan
saudara perempuan kandung )

Jika 25 ahli waris itu ada, maka yang bisa menerimanya hanya lima orang yaitu, suami atau
istri, ibu, bapak, anak laki-laki dan anak perempuan.

B. Dalil Tentang Mawaris

1. Ahli waris adalah orang yang berhak menerima warisan sebagaimana yang telah ditetapkan
berdasarkan Al Quran dan Hadits.
Artinya:Bagi orang yang laki-laki ada hak dari harta peninggalan ibu, bapak, dan
kerabatnya.baik sedikit maupun banyak menurut bagian yang telah ditetapkan.( QS. An Nissa:7
)
Selanjutnya lihat pula Qs. An Nissa ayat 11, 12, dan 176.
2. Dari hadits Rasulullah saw, ada yang menerangkan bagian warisan untuk saudara
perempuan yang lebih dua orang, bagian nenek dari bapak dan dari ibu serta bagian cucu
perempuan dari anak laki - laki dan lain-lain.

Zaid bin sabit adalah sahabat Rasulullah saw.dari kalangan Anshar yang berasal dari suku
khajraj. Ia lahir di madinah tahun 11 SH/611M. Ia masuk islam pada tahun pertama hijriyah dan
menjadi sekretaris Rasulullah saw. Untuk menulis wahyu yang turun, menulis surat - surat untuk
pembesar kaum yahudi serta menjadi penyusun mushaf di masa khalifah Abu Bakar As Siddiq.
Ia dikenal sangat ahli dalam ilmu Al Quran, tafsir, hadits dan khususnya faraid sehingga dijuluki
Ulama masyarakat. Pada masa khalifah Umar bin Khattab dan Usman bin Affan, ia menjabat
sebagai mufti ( ahli fatwa ) yang paling berpengaruh dalam bidang faraid, bahwa Rasulullah
sendiri pernah bersabda, Yang paling ahli dalam ilmu faraid di antara kalian adaah Zaid bin
Sabit.( HR.Ibnu Majah dan Ahmad bin Hambal ). Zaid bin Sabit wafat di Madinah pada tahun
45H/665M.
Artinya: Sesungguhnya hak wali adalah untuk orang yang memerdekakan.( Muttafakun alaih )
Artinya: Berikan warisan kepada orang-orang yang berhak menerimanya dan sisanya untuk
orang laki-laki yang paling berhak.( Muttafakun alaih )
Artinya: Sesungguhnya Allah telah memberi hak kepada orang yang memiliki hak dan tidak ada
wasiat untuk ahli waris.( HR.Abu Daud )

C. Ketentuan Hukum Islam Tentang Mawaris


Berdasarkan ketentuan perolehan atau bagian dari harta warisan, ahli waris dapat
dikatagorikan menjadi 2 golongan,yaitu sebagai berikut :

1. Zawil Furud

Zawil Furud adalah ahli waris yang perolehan harta warisannya sudah ditentukan oleh dalil Al
Quran dan Hadits (lihat QS.An Nissa:11, 12, dan 176). Dari ayat Al Quran tersebut, dapat
diuraikan orang yang mendapat seperdua, seperempat, dan seterusnya.

A. Ahli waris yang mendapat , yaitu sebagai berikut:


1). Anak pempuan tunggal
2). Cucu perempuan tunggal dari anak laki-laki
3). Saudara perempuan tunggal yang sekandung

4). Saudara perempuan tunggal yang sebapak apabila saudara perempuan yang sekandung
tidak ada
5). Suami apabila istrinya tidak mempunyai anak, atau cucu (laki-laki ataupun perempuan) dari
anak laki-laki

B. Ahli waris yang mendapat 1/4, yaitu sebagai berikut:


1). Suami apabila istrinya mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki
2). Istri ( seorang atau lebih ) apabila suaminya tidak mempunyai anak atau cucu dari anak lakilaki

C. Ahli waris yang mendapat 1/8, yaitu istri ( seorang atau lebih ) apabila suami mempunyai
anak atau cucu dari anak laki-laki

D. Ahli waris yang mendapat 2/3, yaitu sebagai berikut:


1. Dua orang anak perempuan atau lebih apabila tidak ada anak laki-laki ( menurut sebagian
besar ulama )
2. Dua orang cucu perempuan atau lebih dari anak laki-laki apabila anak perempuan tidak ada
( diqiyaskan kepada anak perempuan )
3. Dua orang saudara perempuan atau lebih yang sekandung ( seibu sebapak )
4. Dua orang saudara perempuan atau lebih yang sebapak

E. Ahli waris yang mendapat 1/3, yaitu sebagai berikut:

1. Ibu, apabila anaknya yang meninggal tidak mempunyai anak atau cucu, atau dia
tidak saudara - saudara ( laki-laki atau perempuan ) yangsekandung, yang sebapak atau yang
seibu
2. Dua orang atau lebih ( laki-laki atau perempuan ) yang seibu apabila tidak ada anak atau
cucu atau anak

F. Ahli waris yang mendapat 1/6, yaitu sebagai berikut:


1. Ibu, apabila anaknya yang meninggal itu mempunyai cucu ( dari anaklaki-laki ) atau
mempunyai saudara-saudara( laki-laki atau perempuan ) yang sekandung, yang sebapak atau
seibu
2. Bapak, apabila anaknya yang meninggal mempunyai anak atau cucu ( laki-laki atau perempu
an ) dari anak laki-laki

3). Nenek ( ibu dari ibu atau ibu dari bapak ). Nenek mendapat 1/6 apabila ibu tidak ada. Jika
nenek dari bapak atau ibu masih ada, maka keduanya mendapat bagian yang sama dari bagian
yang 1/6 itu
4). Cucu perempuan ( seorang atau lebih ) dari laki-laki apabila orang yang meninggal
mempunyai anak tunggal. Akan tetapi, apabila anak perempuan lebih dari seorang, maka cucu
perempuan tidak mendapat apa-apa
5). Kakek apabila orang yang meninggal mempunyai anak atau cucu ( dari anak laki-laki ),
sedangkan bapaknya tidak ada
6). Seorang saudara ( laki-laki atu perempuan ) yang seibu
7). Saudara perempuan yang sebapak ( seorang atau lebih ) apabila saudaranya yang
meninggal itu mempunyai seorang saudara perempuan kandung. Ketentuan pembagian seperti
itu dimaksudkan untuk menggenapi jumlah bagian saudara kandung dan saudara sebapak
menjadi 2/3 bagian. Apabila saudara kandungnya ada dua orang atau lebih, maka saudara
sebapak tidak mendapat bagian

2. Asabah
Asabah adalah ahli waris yang bagian penerimanya tidak ditentukan, tetapi menerima dan
menghabiskan sisanya. Apabila yang meninggal itu tidak mempunyai ahli waris yang mendapat
bagian tertentu ( zawil furud ), maka harta peninggalan itu semuanya diserahkan kepada
asabah. Akan tetapi apabila ada diantara ahli waris yang mendapat bagian tertentu, maka
sisanya menjadi bagian asabah yang dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut:

A. Asabah binafsih
Asabah binafsih yaitu asabah yang berhak mendapat semua harta atau semua sisa, diatur
menurut susunan sebagai berikut:
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki dan terus kebawah asal saja pertaliannya masih terus
laki laki
3. Bapak
4. Kakek ( datuk ) dari pihak bapak dan terus keatas, asal saja pertaliannya belum putus
dari pihak bapak
5. Saudara laki - laki sekandung
6. Saudara laki - laki sebapak
7. Anak saudara laki - laki kandung
8. Anak laki - laki kandung
9. Paman yang sekandung dengan bapak
10. Paman yang sebapak dengan bapak
11. Anak laki - laki paman yang sekandung dengan bapak
12. Anak laki - laki paman yang sebapak dengan bapak

Asabah - asabah tersebut dinamakan asabah binafsih, karena mereka langsung menjadi
asabah tanpa disebabkan oleh orang lain. Apabila asabah tersebut diatas semuanya ada, maka
tidak semua dari mereka mendapat bagian, akan tetapi harus didahulukan orang-orang
( asabah ) yang lebih dekat dengan pertaliannya, dengan orang yang meninggal itu. Jadi,
penentuannya diatur menurut nomor urut yang tersebut diatas.
Jika ahli waris yang ditinggalkan itu anak laki-laki dan anak perempuan, maka mereka
mengambil semua harta atau semua sisa. Cara pembagiannya ialah untuk anak laki-laki
mendapat dua kali lipat bagian anak perempuan.
Artinya:Allah telah menetapkan tentang pembagian harta warisan terhadap anak-anak. Untuk
seorang laki-laki sebanyak bagian dua orang perempuan. ( QS. An Nisa:11 )

B. Asabah Bilgair

Perempuan juga ada yang menjadi asabah dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Anak laki-laki dapat menarik saudaranya yang perempuan menjadi asabah dengan ketentuan
bahwa untuk laki-laki mendapat dua kali lipat perempuan
2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki yang dapat menarik saudaranya yang perempuan menjadi
asabah
3. Saudara laki-laki sekandung juga dapat menarik saudaranya yang perempuan menjadi asabah
4. Saudara laki-laki sebapak juga dapat menarik saudaranya yang perempuan menjadi asabah
Keempat macam asabah diatas dinamakan asabah bilgair ( asabah dengan sebab orang lain ).
Jika ahli waris yang ditinggalkan dua orang saudara atau lebih, maka cara pembagiannya
adalah untuk saudara laki - laki dua kali lipat perempuan( QS.An Nisa:176 )

C. Asabah Maalgair

Selain daripada yang telah disebutkan sebelumnya, ada dua lagi asabah yang dinamakan
asabah maalgair ( asabah bersama orang lain ). Asabah ini hanya dua macam, yaitu sebagai
berikut:
1. Saudara perempuan sekandung apabila ahli warisnya saudara perempuan sekandung ( seorang
atau lebih ) dan anak perempuan ( seorang atau lebih ) atau saudara perempuan sekandung
dan cucu perempuan ( seorang atau lebih ), maka saudara perempuan menjadi asabah
maalgair. Sesudah ahli waris yang lain mengambil bagian masing-masing, sisanya menjadi
bagian saudara perempuan tersebut.
2. Saudara perempuan sebapak apabila ahli saudara perempuan sebapak ( seorang atau lebih )
dan anak perempuan ( seorang atau lebih ), atau saudara perempuan sebapak dan cucu
perempuan ( seorang atau lebih ), maka saudara perempuan menjadi asabah maalgair. Jadi,
saudara perempuan sekandung atau sebapak dapat menjadi asabah maalgair apabila mereka
tidak mempunyai saudara laki-laki. Akan tetapi, apabila mereka mempunyai saudara laki - laki
maka kedudukannya berubah menjadi asabah bilgair ( saudara perempuan menjadi asabah
karena ada saudara laki - laki ).

3.Hijab dan Mahjub

Hijab ( penghalang ), yaitu ahli waris yang lebih dekat dapat menghalangi ahli waris yang lebih
jauh sehingga ahli waris yang lebih jauh tidak dapat menerima, atau bisa menerima, tetapi
bagiannya menjadi berkurang.
Hijab dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1. Hijab hirma,yaitu ahli waris yang lebih dekat dapat menghalangi ahli waris yang lebih jauh sama
sekali tidak menerima bagian. Contohnya, kakek terhalang oleh bapak, dan cucu terhalang oleh
anak
2. Hijab nuqsan ( mengurangi ), yaitu ahli waris lebih dekat dapat menghalangi ahli waris yang
lebih jauh sehingga ahli waris yang lebih jauh bagiannya berkurang Contoh, jika jenazah
meninggalkan anaknya, suami mendapat 1/4, dan jika tidak meninggalkan anak mendapat 1/2
Mahjub ( terhalang ), ahli waris yang lebih jauh terhalang oleh ahli waris waris yang lebih dekat
sehingga sama sekali tidak dapat menerima, atau menerima, tetapi bagiannya berkurang

4. Batalnya Hak Menerima Waris


Sekalipun berhak menerima waris yang seseorang meninggal dunia, tetapi hak itu dapat batal
karena hal - hal berikut ini.
1. Tidak beragama islam. Hukum islam hanya untuk umat islam, maka seorang bapak yang tidak
beragama islam tidak mewarisi harta anaknya yang beragama islam, demikian juga sebaliknya
2. Murtad dari agama islam. Sekalipun mulanya beragama islam, tetapi kemudian pindah agama
lain, maka ia tidak berhak lagi mempusakai harta keluarganya yang beragama islam
3. Membunuh. Orang yang membunuh tidak berhak mendapat harta waris dari orang yang
dibunuhnya sebagaimana sabda Rasulullah.,Tidaklah si pembunuh mewarisi harta orang yang
dibunuhnya,sedikitpun. ( HR.Ahli Hadits )
4. Menjadi hamba. Seseorang yang menjadi hamba orang lain tidak berhak menerima harta waris
dari keluarganya karena harta harta tersebut akan jatuh pula ketangan orang yang menjadi
majikannya ( lihat QS.An Nahl:75 )

Anda mungkin juga menyukai