Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Makalah ini.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
makalah ini. Atas perhatiannya saya ucapkan banyak terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui kualitas air di
tambak.
C. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Apa saja sumber air yang digunakan dalam sistem tambak ?
2. Bagaimana sistem pembuangan air ?
3. Apa persyaratan untuk air tambak ?
4. Apa langkah-langkah untuk menjaga kualitas air tambak ?
5. Bagaimana sirkulasi air tambak ?
6. Bagaimanakah dampak tambak terhadap lingkungan ?
BAB II
PEMBAHASAN
Air yang digunakan dalam tambak berasal dari sumber air. Sumber air yang
dimasukkan ke dalam tambak ada beberapa macam, tergantung dari teknologi dan
lokasi dimana tambak tersebut berada. Beberapa sumber air antara lain sebagai
berikut :
1. Air laut
Air laut yang dimasukkan secara langsung ke dalam tambak dengan bantuan
pasang surut ataupun melalui alat bantu yang berupa pompa air. Cara ini digunakan
pada lahan tambak yang relatif dekat atau berhadapan langsung dengan laut dan
perlu memperhatikan kondisi dan kualitas air laut sebelum dimasukkan ke dalam
tambak secara langsung.
Pada tambak yang menggunakan pompa air sebagai alat bantunya akan
membutuhkan investasi yang cukup besar untuk pemasangan instalasi pompa air
beserta paralon yang dirangkai sampai batas pantai, sedangkan dari segi lahan cara
ini rentan terhadap pengikisan air laut terhadap lahan tambak. Penggunaan pompa
juga di pasang filter untuk menyaring kotoran dan hama yang tidak diinginkan.
2. Air Sungai
Air sungai yang masih bersifat payau dan dimasukkan ke dalam tambak
secara langsung dengan bantuan pasang surut ataupun melalui alat bantu yang
berupa pompa air. Cara ini biasa digunakan pada tambak yang letaknya relatif agak
jauh dari laut atau dekat dengan laut dan sungai dengan pertimbangan pemasangan
instalasi pompa air relatif lebih sederhana dibandingkan dengan pengambilan air
langsung dari laut. Untuk tambak yang berada di dekat sungai didesain memiliki
saluran irigasi untuk pemasukan dan air. pengeluran air. Cara ini rentan terhadap
sedimentasi dan pencemaran limbah sungai yang berasal dari rumah tangga maupun
industri yang berada di sekitar area sungai. Oleh karena itu juga pintu pemasukan
sumber air sungai menggunakan filter atau penyaring.
3. Sistem Tandon
4. Recycle sistem
Recycle sistem yaitu proses daur ulang air dari saluran pembuangan tambak
ditampung kembali ke dalam suatu tandon melalui proses sterilisasi dan dijadikan
sebagai sumber pemasukan air tambak. Cara ini biasa digunakan pada tambak yang
relatif jauh dari laut maupun sungai atau sebagai antisipasi jika air laut dan sungai
sedang mengalami masalah sehingga tidak memungkinkan untuk dimasukkan ke
dalam tambak. Bisa dikatakan cara ini merupakan cara yang paling rentan terhadap
masalah dibandingkan dengan beberapa cara lainnya, karena air pembuangan yang
dimasukkan kembali kedalam tambak merupakan air kotor meski sudah melalui
proses sterilisasi.
1. Desain dan konstruksi antara dasar tambak dengan saluran pembuangan air
tambak memungkinkan kelancaran sirkulasi dan tidak berpotensi
menimbulkan penyumbatan pada salurannya.
2. Saluran pembuangan lebih tinggi dari kondisi pasang surut terendah, sehingga
dalam proses pembuangan air tambak tidak mengalami kendala yang
disebabkan oleh pasang surut.
3. Saluran pembuangan harus dilengkapi dengan pintu/paralon pembuangan yang
dapat digunakan untuk mengatur pembuangan air dasar tambak, pertengahan
dan permukaan air.
4. Saluran pembuangan terutama bagian sentral memiliki filter yang dapat
mencegah keluar/lolosnya udang pada saat dilakukan pembuangan air tambak.
5. Saluran pembuangan harus terpisah dengan sumber pemasukan air tambak
sehingga tidak terjadi kontaminasi air yang akan digunakan dalam proses
budidaya.
6. Saluran pembuangan air tambak sedapat mungkin berhubungan dengan sungai
atau kanal khusus sehingga kotoran dan lumpur tambak yang terbuang dapat
terbawa arus dan tidak mengendap di satu tempat yang menyebabkan
terjadinya sedimentasi saluran pembuangan.
Persyaratan air tambak yang baik harus memenuhi beberapa kriteria, supaya
dapat menjadi lingkungan hidup ideal bagi ikan atau udang. Tambak pada
umumnya terletak di kawasan pantai, tempat di mana terjadi pasang surut air laut.
Tambak yang baik terletak di daerah dengan perbedaan 1,5 hingga 2,5 meter dari
muka air pasang dan surut.
Sebagian pasokan air tambak berasal dari air pasang. Ketika terjadi pasang,
maka air laut otomatis masuk ke dalam tambak. Kadar garam (salinitas) air tambak
lebih rendah dibandingkan air laut. Oleh karena itu, tambak memerlukan campuran
air tawar untuk menurunkan salinitas yang terlalu tinggi. Pencampuran air tawar
dan air laut menghasilkan air payau di tambak dengan kadar salinitas sebesar 0,5
hingga 30 gram/liter.
Oksigen terlarut (dissolved oxygen/DO) merupakan parameter penting
dalam kualitas air tambak. Nilai DO merupakan jumlah oksigen yang tersedia
dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air mengindikasikan air
tersebut memiliki kualitas bagus. Pengukuran DO bertujuan pula untuk melihat
sejauh mana kemampuan air menampung biota seperti ikan, udang dan
mikroorganisme. Untuk bisa hidup dan berkembang, pada umumnya hewan air
perlu oksigen terlarut dengan konsentrasi 5.0 mg/L atau lebih. Namun, jumlah
kebutuhan oksigen bervariasi, tergantung seberapa besar hewan air tersebut, dan di
mana hewan tersebut hidup.
Kadar pH adalah tingkat ion hidrogen yang ada di dalam air. pH di dalam
air tambak disarankan pada kisaran 6,5-8,5. Ketika pH berada di bawah angka 4,
ikan akan mati karena kondisi air menjadi asam. Dalam beberapa situasi, ikan masih
dapat hidup dalam pH antara 4-6, tetapi ikan menjadi stres yang mengakibatkan
pertumbuhan ikan jadi sangat lambat. Konsentrasi pH yang tinggi dalam rentang 9-
11, juga akan menghambat pertumbuhan ikan. Malahan ikan akhirnya akan mati
kalau kadar pH naik di atas 11.
Cara mengontrol kualitas air yang baik menjadi sarat utama sebagai
pendukung berlangsungnya budidaya perikanan agar menghasilkan tingkat
produktivitas yang tinggi. Ditinjau dari sudut pandang fisika, biologi dan kimia, air
memiliki beberapa manfaat untuk menunjang kehidupan ikan dan udang serta
pakan alaminya diantaranya yaitu :
a. Dari segi ilmu fisika, air adalah tempat hidup yang menyediakan ruang
gerak bagi ikan atau udang.
b. Dari segi ilmu kimia, air berfungsi sebagai pembawa unsur-unsur hara,
vitamin maupun gas-gas terlarut lainnya.
c. Dari segi biologi, air berperan sebagai sarana yang baik untuk aktifitas
biologis dan pembentukan serta penguraian bahan organik.
1. Sirkulasi air dengan pola buang isi, yaitu pergantian air tambak
dengan cara melakukan pembuangan air tambak sampai pada volume
tertentu terlebih dahulu yang kemudian dilanjutkan dengan pengisian
kembali air baru ke dalam tambak sampai pada volume yang dikehendaki.
Sirkulasi air dengan cara ini biasa digunakan pada kasus :
(i) Air laut mengalami surut terendah sehingga menunjang
kelancaran proses pembuangan air tambak dan tidak
memungkinkan untuk mengisi air baru dari laut;
(ii) Menjaga/mempertahankan kualitas air tambak yang sudah
terbentuk dengan volume pembuangan air tidak terlalu besar
dan tidak menimbulkan guncangan, sedangkan pengisian air
bertujuan untuk regenerasi plankton;
(iii) Penumbuhan dan pembentukan plankton yang baru, yaitu
pembuangan volume air tambak yang relatif besar sehingga
ketinggian air tambak relatif rendah, kemudian dilakukan
pengisian air baru secara bertahap yang diimbangi dengan
pemupukan;
(iv) Pembuangan kotoran/lumpur dasar tambak secara rutin.
2. Sirkulasi air dengan pola isi buang, yaitu pergantian air tambak
dengan cara melakukan pengisian air ke dalam tambak terlebih dahulu yang
kemudian dilanjutkan dengan pembuangan air tambak sampai pada volume
yang dikehendaki. Sirkulasi air dengan cara ini biasa digunakan pada kasus:
(i) Sirkulasi air pada awal tebar benur. Ketinggian air tambak pada
saat tebar relatif rendah, sehingga sirkulasi air yang dilakukan
hanya dengan menambahkan air baru ke dalam tambak secara
bertahap sampai pada ketinggian yang dikehendaki, kemudian
baru dilakukan pembuangan air tambak. Metode ini bertujuan
antara lain :
(a) mengurangi keluarnya udang yang masih berukuran sangat
kecil melalui saluran pembuangan;
(b) menumbuhkan pakan alami di dalam tambak yang
diperlukan oleh benur;
(c) mengontrol kecerahan air tambak dan kelimpahan plankton
yang sesuai dengan kebutuhan benur/udang muda.
(ii) Pembentukan plankton ke arah yang stabil dengan volume air
yang dimasukkan ke dalam tambak lebih besar dibandingkan
dengan air tambak yang dibuang;
(iii) Membantu mengatasi saluran pembuangan yang kurang
lancar/mampet. Air tambak yang yang relatif tinggi mempunyai
daya dorong yang kuat pada saluran pembuangan sehingga
diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.
3. Sirkulasi air dengan pola oplos (istilah di beberapa daerah Pantura
Jawa) yaitu melakukan pengisian air ke dalam tambak secara bersamaan
dengan pembuangan air tambak sampai batas waktu yang dikehendaki. Pada
sirkulasi ini ketinggian dan volume air tambak relatif tetap karena
perbandingan air masuk dan air keluar tambak relatif sama. Sirkulasi air
dengan cara ini biasa digunakan pada kasus :
(i) Perbaikan kualitas air tambak yang collaps dengan tidak
mengguncang volume air di dalam tambak;
(ii) Penanganan air tambak yang berpartikel. Pada kondisi seperti ini
sirkulasi dilakukan secara kontinyu untuk memgeluarkan
partikel tersebut keluar tambak, kemudian dilakukan pemberian
saponin yang bertujuan mengikat partikel yang tersisa di dalam
tambak;
(iii) Populasi udang di dalam tambak relatif padat dengan tingkat
kebutuhan pakan tinggi. Pada kondisi seperti ini sirkulasi yang
dilakukan bertujuan antara lain :
(a) Mempertahankan tingkat kesegaran air yang diperlukan
udang dengan meminimalkan kesenjangan waktu antara
pembuangan air dan pemasukan air tambak;
(b) Meminimalkan waktu terjadinya akumulasi sisa pakan dan
metabolisme udang di dasar tambak;
(c) Menekan terjadinya guncangan kualitas perairan yang
dapat membahayakan bagi udang di dalam tambak dengan
populasi relatif padat.
4. Sirkulasi air tambak dengan pola penggantian air tambak secara
total, yaitu dengan melakukan pembuangan air sampai ke dasar tambak
kemudian baru dilakukan pengisian air secara bertahap. Sirkulasi air dengan
cara ini biasa digunakan pada kasus :
(i) Tingkat kualitas perairan tambak relatif jelek dan
membahayakan kehidupan udang, sehinggga diperlukan
perairan yang benar-benar baru dan diharapkan dapat
menciptakan suasana nyaman bagi udang;
(ii) Udang terkena masalah yang disebabkan karena kondisi
perairan yang jelek sehingga dengan mengurangi volume air
tambak dalam skala besar diharapkan dapat merangsang udang
untuk melakukan moulting massal;
(iii) Sebagai upaya melihat/memantau populasi udang di dalam
tambak secara langsung untuk memberi kepastian sebagai
dasar pengambilan keputusan secara teknis budidaya
Pola sirkulasi air tambak sebagai salah satu metode pengelolaan kualitas
perairan dalam penerapannya sangat tergantung dari pengamatan dan kondisi yang
sedang terjadi di lapangan. Proses pengambilan keputusan tentang sirkulasi air
tambak harus tetap mengacu pada keterkaitan teknis budidaya lainnya serta
mempertimbangkan faktor sebab akibat yang akan ditimbulkan berdasarkan
argumen dan alasan yang dapat diterima secara ilmiah.
1. Dampak Positif
a. Tata Guna Lahan
Berdampak positif untuk para petani yang mempunyai lahan perkebunan
atau pertanian untuk mengalih fungsikan lahan mereka yang kurang produktif
menjadi lahan-lahan pertambakan yang produktif.
b. Ekonomi dan Sosial
Dampak positif pembangunan proyek tambak sangat banyak, terutama
pada sisi ekonomi dan sosial. Yaitu :
– dapat membuka peluang baru dibidang investasi,
– menghidupkan fasilitas pelayanan umum,
– mengembangkan daerah pesisir,
– meningkatkan pendapatan nasional non-minyak,
– memberi ke-sempatan pelatihan dan pekerjaan baik bagi pria maupun
wanita. Didunia industri perikanan merupakan paling cepat
berkembang.
2. Dampak Negatif
a. Tata Guna Lahan
Perubahan fungsi lahan dari Hutan yang selama ini dimanfaatkan sebagai
tempat mencari nafkah (mencari daun nipah, kepiting, sagu, dll) oleh Masyarakat
menggantungkan hidupnya secara sosial,ekonomi dan budaya kepada hutan adat.
Ketergantungan masyarakat kepada hutan adatnya bukan saja karena
merupakan sumber pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dan lahan mencari
nafkah, tetapi juga karena ada ikatan batin secara kultural.Masyarakat adat percaya
leluhur mereka bersemayam di dalam hutan adat dan oleh karena itu mereka
menjaga hutan ini agar tetap lestari.Dampak desentralisasi yang menyingkirkan
masyarakat adat konversi mangrove menjadi tambak, akses masyarakat pada hasil
hutan berkurang.
b. Sosial
Beberapa studi yang dilakukan di beberapa negara produsen udang (Studi
Cost Benefit Analysis) telah menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk
pemulihan lingkungan dan biaya sosial jauh lebih besar daripada yang diperoleh
dari pertambakan udang. Pertambakan udang menimbulkan ketegangan sosial.
Yaitu banyak masyarakat yang memperebutkan lahan yang saling mengklaim
bahwa masing-masing sebagai pemilik lahan sehingga banyak terjadi konflik antar
warga.
c. Ekonomi
Dampak ekonomi yang disebabkan oleh pembukaan lahan untuk tambak
sangat berimpas bagi masyarakat yang semula sumbar pendapatannya berasal dari
hasil hutan dan laut. Dari pembukaan lahan untuk tambak ini penghasilan mereka
berkurang drastis. Sebagai contoh dampak ekonomi dari pembangunan tambak
terlihat dari masyarakat adat Cerekang :Dampak pembangunan tambak bagi
komunitas adat Cerekang antara lain: 47% perajin nipah menurun produktivitasnya
akibat berkurangnya hutan nipah dari 1.959 ha (1998) menjadi 1.085 ha (2001).
Dua puluh sembilan persen nelayan laut dan sungai juga menyatakan menurun
jumlah tangkapannya akibat hilangnya separuh hutan mangrove di pantai timur
Luwu Timur dari 15.835 ha (1998) menjadi 9.885 ha (2000). Demikian juga 232
rumah tangga nelayan rawa terancam kehidupannya akibat menurunnya luas rawa
alami dari 28.005 ha pada tahun 1998 menjadi 4.170 ha pada tahun 2000.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Manusia tidak luput dari keslahan dan rasa khilaf. Barangkali hanya ini yang
dapat saya ungkapkan. Jika ada kesalahan materi maupun merugikan pihak-pihak
tertentu saya meminta kritik dan sarannya, kritik maupun sarannyan sangatlah
penting untuk pengintrospesikan diri melengkapi makalah ini. Terima kasih.