TENTANG
Mer:rimbang: bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan dalam Pasal 15 ayat (2) dan
Pasai 16 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012
tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi
Perpanjangan lzin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing, perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Perpanj angan lzin
Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing.
MEMUTUSKAN:
Merretapl:(6"r1 I PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN
MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
13. Pemberi Kerja Tenaga Kerja Asing adalah badan hukum atau
badan-badan lainnya yang mempekerjakan Tenaga Kerja
Asing dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk
lain.
BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Perpanjangan IMTA dipungut Retribusi
sebagai pembayaran atas pemberian Perpanjangan IMTA.
-7 -
Pasal 3
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Perpanjangan IM?A digolongkan sebagai Retribusi
Perizinan Tertentu.
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jumlah penerbitan
dan jangka waktu Perpanjangan IMTA.
BAB V
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN TARIF RETRIBUSI
Pasal 7
{U Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retrjbusi
Perpanjangan IMTA didasarkan pada tujuan untuk mendanai
sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan Perpanjangan
IMTA.
-8-
(2) Biaya penyelenggaraan Perpanjangan IMTA sebagaimana
dimaksud pada ayat (U meliputi penerbitan dokumen izin,
pengawasan di lapangan, penegakan hukum, penatausahaan,
dan biaya dampak negatif dari Perpanjangan IMTA dan
kegiatan pengembangan keahli.an dan keterampilan tenaga
kerja lokal.
BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 8
(1) Struktur tarif Retribusi Perpanjangan IMTA ditetapkan
berdasarkan tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6.
Pasal 9
(U Tarif Retribusi dapat ditinjau kembaii paling lama 3 {tiga)
tahun sekali.
(21 Peninjauan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan memperhatikan perubahan tarif atas jenis
PNBP yang berlaku pada Kementerian di Bidang
Ketenagakerjaan.
BAB \rII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasai 1O
BAB IX
PENETAPAN RETRIBUSI
Pasal 12
(1) Besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang ditetapkan
dengan SKRD.
BAB X
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 13
(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.
tsAB xI
TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENAGIHAN
Pasal 14
Pasai 15
PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 16
(1) Gubernur dapat memberikan pengurangan, keringanan, dan
pembebasan Retribusi.
BAB XIII
Pasai 17
(U Wajib Retribusi dapat mengajukari permohonan pembetulan
SKRD dan STRD yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan
tulis, kesalahan hitung dan/atau kekeliruan dalam penerapan
peraturan perundang-undangan retribusi daerah.
BAB XiV
KEDALUWARSA
Pasal 19
(u Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi
kedaiuwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung
sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi
melakukan tindak pidana di bidang Retribusi"
{1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak
untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat
dihapuskan,
BAB XV
PEMANFAATAN
Pasal 2 1
{1) Pemanfaatan Penerimaan Retribusi Perpanjangan IMTA
digunakan untuk mendanai penerbitan dokumen izin,
pengawasan di lapangan, penegakan hukum, penatausahaan,
biaya dampak negatif dari perpanjangan IMTA, dan kegiatan
pengembangarl keahlian dan keterampilan tenaga kerja lokal.
BAB XVI
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal22
(1) Dinas yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi
insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu.
BAB XVIII
PE}IYIDIKAN
Pasal24
(1) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan
Pemerintah Daerah diberi wewenang dan tanggungjawab
khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak
pidana di bidang Retribusi, sebagaimana dimaksud dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah
yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
berwenang untuk:
BAB XX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 26
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
DiuLndanlgkan di Medan
pada tanggal 11 September 2Al7
Plt. SEKITETARIS DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA,
ttd
IBNU SRI HUTOMO
I. UN,IUM
PASAL
jelas
C jelas.
Ayat )
jelas.
Aya
jabatan tertentu di lembaga pendidikan yang dimaksud dalam
ini berpedoman pada Peraturan Menteri yang bertanggung
di bidang ketenagakerjaan,
4
C jelas.
5
C jelas.
6
C jelas.
7
C jelas.
8
C jelas.
9
C jelas.
10
Yi dimaksud dengan dipungut di wilayah daerah sesuai
gannya adalah perpanjangan IMTA diterbitkan oleh:
r, untuk TKA yang lokasi kerjanya lebih dari 1 (satu) wilayah
11
( p jelas.
12
jelas.
-3-
jelas.
p jelas.
jelas.
p jelas.
-4-
1
Ke pengembangan keahlian dan keteramPilan tenaga kerja lokal
an lain:
1. iatan Pelatihan baik oleh Balai Latihan Kerja maupun Lembaga
tihan Kerja Swasta;
2. iatan Wira Usaha Baru;
3. Penerapan Teknologi TePat Guna;
4. tan Padat Karya Infrastruktur; dan
5. tan Padat Karya Produktif.
22
C
23
C jelas.
24
jelas.
25
C
26
C