Anda di halaman 1dari 8

JURNAL RUAYA VOL. 8. NO. 1.

TH 2020
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

PENINGKATAN POTENSI REPRODUKSI IKAN CUPANG (BETTA


SPLENDENS) JANTAN MELALUI INDUKSI HORMONAL

OODEV HORMONE INDUCTION IN DIET TO IMPROVE THE REPRODUCTION


POTENTIAL OF FEMALE BETTA (BETTA SPLENDENS)

Tuti Puji Lestari1, Nur Kur’ani2, Farida1, Abi fahrurrazi3


1.Staff Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Pontianak
2.Staff PengajarFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak
3. Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak
Email:tutipujilestari.pontianak@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan dapat meningkatan waktu maturasi dan nilai maturasi induk
ikan cupang jantan yang diinduksi melalui oral. Metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
(RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan da 3 ulangan. Dosis hormone terdiri atas 5 taraf yaitu: 0,00 mL.kg -1 induk;
0,50 mL.kg-1 induk; 1,0 mL.kg-1 induk; 1,50 mL.kg-1 induk; dan 2,0 mL.kg-1 induk. Ikan uji yang digunakan
sebanyak 135 ekor ikan jantan dengan bobot 1,00-3,15 g dan sudah mencapai tingkat kematangan gonad II.
Ikan diberi pakan dua kali sehari (pagi dan sore) secara at satiation selama 7 minggu. Selama masa
pemeliharaan parameter yang diamati meliputi: waktu maturasi, maturase, morfologi gonad dan
kelangsungan hidup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa induksi hormone oodev melalui oral dapat
meningkatkan kinerja reproduksi lebih baik (240%) dibandingkan induksi tanpa hormon. induksi hormone
dalam pakan dapat menghasilkan induk matang 100%. Dengan demikian, induksi hormon 1,16 mL.kg-1 induk
dapat menginduksi 2,4 kali lebih cepat.

Kata kunci:Betta splendens, maturasi, Oodev, oral

ABSTRACT
This research was conducted with the aim of increasing the maturation time and maturation value of male
betta fish broodstock induced orally. The method used is a completely randomized design (CRD) consisting of
5 treatments and 3 replications. Hormone doses consist of 5 levels, namely: 0.00 mL.kg-1 parent; 0.50 mL.kg-
1 parent; 1.0 mL.kg-1 parent; 1.50 mL.kg-1 parent; and 2.0 mL.kg-1 parent. Test fish used were 135 male fish
weighing 1.00-3.15 g and had reached the gonad II maturity level. The fish are fed twice a day (morning and
evening) at a satiation for 7 weeks. During the maintenance period the parameters observed include:
maturation time, maturation, gonad morphology and survival. The results showed that oodev hormone
induction via oral can improve reproductive performance better (240%) compared to induction without
hormones. hormone induction in feed can produce 100% mature brood. Thus, the induction of the parent
hormone 1.16 mL.kg-1 can induce 2.4 times faster

Keywords: Betta splendens, maturation, Oodev, oral

1. Pendahuluan jantan baik dari morfologi maupun warna yang


menjadi nilai lebih dari ikan cupang betina. Di
Ikan cupang Betta splendens merupakan alam ikan ini banyak ditemukan di perairan rawa.
salah satu jenis ikan hias air tawar yang banyak Selain di alam ikan ini sudah banyak
digemari berbagai kalangan masyarakat dan dibudidayakan oleh para pembudidaya ikan hias di
mempunyai nilai ekonomis tinggi terutama jantan. Indonesia.
Berdasarkan survei lapangan yang dilakukan tahun Ikan cupang berkembang biak dengan
2018 kepada beberapa petani ikan cupangdi membuat sarang busa sebelum melakukan
Pontianak ikan cupang jantan berkisar Rp.5.000 - pemijahan, ikan cupang jantan mulai melakukan
Rp. 1.000.000 per ekor. Hal ini disebabkan pemijahan pertama pada umur 3–4bulan dengan
beberapa kelebihan yang dimiliki ikan cupang ukuran panjang total ± 3,5 cm akan tetapi tingkat
keberhasilan pemijahan masih rendah dengan

10
JURNAL RUAYA VOL. 8. NO. 1. TH 2020
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

tingkat penetasan 53,66% dari 700 butir telur. jumlah telur 1.062 butir/ekor. Berdasarkan uraian
Pemijahan ikan cupang tidak dapat dilakukan tersebut, induksi hormon Oodev diharapkan dapat
sepanjang tahun karena dialam ikan cupang meningkatan maktu maturase dan nilai maturasi
memijah pada musim kemarau saja (Dewantoro, induk ikan cupang jantan.
2001; Arfah et al. 2013). Hal ini tidak lepas dari
tingkat kematangan gonad terutama ikan cupang 2. Metode Penelitian
jantan yang belum sepenuhnya matang gonad,
seringkali terjadinya kasus kematian pada ikan Tempat dan Waktu
cupang betina saat pemijahan akibat perkelahian, Penelitian inidilaksanakan pada bulan Juni
karena belum siapnya ikan jantan untuk sampai Juli tahun 2019, bertempat di Laboratorium
melakukan pemijahan. Basah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Kinerja reproduksi setiap jenis ikan Universitas Muhammadiyah Pontianak
berbeda-beda seperti proses pematangan gonad Ambawang Kabupaten Kubu Raya dengan lama
(maturasi) dan pematangan gonad kembali masa penelitian 7 minggu.
(rematurasi), dapat dipengaruhi oleh faktor
eksternal dan internal. Faktor eksternal seperti Bahan dan Alat
campur tangan manusia, kualitas pakan dan faktor Peralatan yang digunakan adalah
lingkungan. Sedangkan faktor internal berupa styrofoam ukuran 30 x 30 x 65 cm disekat-sekat
behavior, umur dan sistem hormonal. Pada ikan menjadi 9 kotak, sebanyak 15 buah, sprayer,
jantan perkembangan spermatogenesis dimulai mikroskop, termometer, pH meter, DO meter,
dari spermatogonium, spermatosit primer menjadi timbangan digital, alat tulis, alat bedah, botol
spermatosit sekunder, spematid hingga menjadi sampel, ikan uji, oodev, pakan pellet, putih telur,
spermatozoa yang proses perkembangannya ms 22, kamera dan toples. Bahan yang digunakan
dipengaruhi oleh hormon. Salah satu hormon yang dalam penelitian ini adalah ikan cupang jantan
dapat digunakan dalam mempercepat proses sebanyak 9 ekor pada masing-masing perlakuan
pematangan gonad ikan adalah hormon Oodev, dan ulangan.
yang merupakan kombinasi antidopamin (AD) +
Pregnant Mare Serum Gonadotropin (PMSG) Rancangan Penelitian
yaitu hormon yang berasal dari serum bangsa Rancangan penelitian adalah Rancangan
equidae seperti kuda yang diambil pada saat Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3
bunting. ulangan. Perlakuan penelitian adalah: 0,0 ml.kg-1
Pada hormon ini terdapat follicle ikan,0,5 ml.kg-1 ikan, 1,0 ml.kg-1 ikan, 1,5 ml.kg-1
stimulating hormone (FSH) yang berperan dalam ikan dan 2,0 ml.kg-1 ikan. Variabel penelitian
pematangan gonad dan mengandung luteinizing meliputi: waktu maturasi, maturasi, pengamatan
hormone (LH) yang berperan dalam proses morfologi gonad dan kelangsungan hidup.
kematangan gonad (Farastuti et at. 2014), serta
antidopamin yang berfungsi menghambat kerja 3. Hasil dan Pembahasan
dopamin sehingga berperan sebagai penghambat
pelepasan gonadotrophin releasing hormone
Waktu maturasi
(GnRH). Aplikasi induksi hormone Oodev telah
Waktu maturasi ikan cupang yang diinduksi
dilakukan oleh Manik (2016) yaitu, pemberian
hormon Oodev diperoleh waktu rata-rata maturasi
hormon Oodev dengan dosis 1 mL.kg-1 induk
pertama setelah diinduksi hormon yaitu pada
perminggu dapat mempercepat pematangan ikan
minggu ke 2 pada perlakuan B, C, D dan E, untuk
badut hingga dua kali lebih banyak dibandingan
lebih jelasnya waktu maturasi dapat dilihat pada
tanpa pemberian hormon, sehingga meningkatkan
tabel 1.
frekuensi pemijahan 3 kali dalam 5 minggu dan

11
JURNAL RUAYA VOL. 8. NO. 1. TH 2020
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

Tabel 1. Rata-rata Persentase Maturasi, Waktu Maturasi Ikan Cupang yang Diinduksi Hormon Oodev
Selama Masa pemeliharaan
Maturasi
Σ Pertamakali bunting Akhir siklus matang gonad
Perlakuan Ikan Ikan
Awal Minggu Minggu Rata-rata Maturasi Ikan Total Induk
Bunting
Ke Ke (%) Maturasi (ekor)
(%)
A 27 0 100 3-6 53.3±0,58a 16
B 27 0 100 2-6 66.7±1.15 a 20
b
C 27 0 100 2-7 240.0±2.65 72
c
D 27 0 100 2-7 126.7±2.52 38
E 27 0 100 2-7 106.7±1.15cd 32
Keterangan: A=Dosis hormon Oodev 0,0 mL.kg-1 ikan; B= Dosis hormon Oodev 0,5 mL.kg-1 ikan; C=Dosis
hormon Oodev 1,0 mL.kg-1 ikan; D=Dosis hormon Oodev 1,5 mL.kg-1 ikan; E= Dosis hormone
Oodev 2,0 mL.kg-1 ikan. Minggu ke= menunjukkan rentang waktu ikan maturasi. Nilai rata-rata
maturasi yang diikuti dengan tika atas yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata
(p>0,05)

Hasil sampling waktu maturasi ikan uji terjadi 2-3 kali siklus sehingga jumlah induk yang
pada Tabel 1 menunjukan bahwa hormon oodev matang gonad mencapai 72 ekor pada perlakuan C
mampu meningkatkan waktu maturasi ikan cupang dari semua akumulasi jumlah induk yang matang
jantan pada semua perlakuan kecuali perlakuan A gonad. Berdasarkan hasil analisis statistik
(kontrol). Peningkatan waktu maturasi tertinggi dihasilkan nilai maturasi tertinggi pada perlakuan
terdapat pada perlakuan C (2-7 minggu) dengan C dan diikuti perlakuan D dengan menghasilkan
total induk yang maturase sebanyak 72 ekor, nilai rata-rata maturasi 240.0±2.65%dan
diikuti perlakuan D (2-7 minggu) total induk 38 126.7±2.52%. Hal ini sesuai dengan yang
ekor, perlakuan E (2-7 minggu) total induk 32 ekor dikemukaan oleh Manik (2016) dan Mardiana
dan perlakuan B (2-7 minggu) total induk 20 ekor. (2017), dimana dosis hormon Oodev 1,00 dapat
Sedangkan tanpa induksi oodev induk baru mempercepat pematangan gonad ikan badut dan
maturase pada minggu ke 3-6 dengan total induk induk betina ikan tambakan. Sedangkan pada ikan
maturase 16 ekor. Berdasarkan hasil tersebut nilem dosis tersebut mempercepat pematangan
menunjukkan bahwa hormon Oodev terbukti dapat gonad dalam 4 minggu (Fadhillah, 2016). Akbar,
meningkatkan dan mempercepat waktu maturasi (2015) menambahkan induksi Oodev dapat
dibandingkan control, dikarenakan hormone oodev meningkatkan konsentrasi testosteron lebih tinggi
menganduk bahan aktif berupa FSH, LH yang dibandingkan kontrol, mempercepat kematangan
terdapat pada PMSG dan AD. FSH dan LH gonad 85% - 90% sedangkan kontrol hanya 80%,
merupakan hormone gonadotropin yang dapat meningkatkan kualitas pembuahan yaitu
mempercepat kerja hormone internal pada proses menghasilkan rata-rata jumlah naupli tertinggi
reproduksi ikan, sedangkan AD menghambat kerja sebesar 45.637 naupli dengan HR 56,50%
dopamin dalam proses reproduksi. Dopamin dalam sedangkan kontrol 37.450 naupli dengan HR
reproses reproduksi dapat menghambat kerja 46,68%. Oodev dosis 0,5 mL/kg merupakan dosis
hormone gonadotropin sehingga perlu dilakukan optimal dalam meningkatkan kinerja reproduksi
penghambatan untuk memperlancar kerja hormone udang jantan. Peningkatan kinerja reproduksi
reproduksi. tersebut dikarenakan pada hormon Oodev
mengandung bahan aktif berupa PMSG dan Anti
Maturasi dopamin yang mampu mempercepat pematangan
Nilai persentase Induksi hormon Oodev gonadPMSG mengandung FSH dan LH yang
pada ikan cupang jantan dapat menghasilkan induk berfungsi pada proses perkembangan gonad, selain
100% bertelur dan matang gonad 53,3-240% pada itu juga anti dopamin dapat menghambat kerja
setiap perlakuan dalam masa pemeliharaan 7 dopamin sehingga hormon gonadotropin dapat
minggu. Waktu maturasi akhir terjadi pertamakali bekerja maksimal dalam reproduksi ikan yang
setelah dilakukan induksi hormone Oodev minggu bekerja pada kelenjar hipofisis (Moore and Ward,
ke dua yaitu pada perlakuan B, C, D dan E. 1980). Menurut Schulzet et al. (2010) pada ikan
Sehingga siklus pematangan gonad ikan cupang proses spermatogenesis dipengaruhi kerja hormon

12
JURNAL RUAYA VOL. 8. NO. 1. TH 2020
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

androgen dan gonadotropin FSH dan LH. FSH seminal untuk menghasilkan larutan sperma yang
merangsang reseptor FSH pada sel sertoli yang disebut cairan semen. Berdasarkan analisis regresi
terletak ditubulus semi niferous untuk memacu diperoleh persamaan garis Y= -100,97x2 + 235,3x
pematangan sel sperma dan mendukung + 34,834dengan nilai korelasi r = 0,73 sehingga
perkembangan dan kelangsungan hidup germinal menunjukkan hubungan yang positif antara dosis
sel. LH merangsang produksi androgen disel hormone Oodev dengan maturasi induk, sehingga
Leydig melalui aktivasi reseptor LH. Didalam diperoleh dosis optimum yang dapat meningkatkan
testis, sel-sel Leydig terletak diantara tubulus semi maturasi ikan cupang yaitu 1,16 mL.kg-1 induk.
niferous di daerah interstisial, yaitu tempat Persamaan garis regresi dan nilai korelasi dapat
androgen berdifusi kedalam semi niferous dan dilihat pada Gambar 1. Sehingga ikan cupang
memediasi akfititas biologis LH yang jantan yang diinduksi hormon Oodev
menyebabkan sel sperma dihidrasi oleh larutan meningkatkan waktu dan persentase nilai maturasi.

300

250

200
Maturasi %

150

100
y = -100,97x2 + 235,3x + 34,834
r = 0,733
50

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5
Dosis Oodev (mL.kg-1 ikan)

Gambar 1. Persamaan regresi dan korelasi induksi hormon Oodev terhadap maturasi induk ikan
cupang

Morfologi Gonad (testes) perkembangan yang lebih baik dengan


Berdasarkan pengamatan perkembangan menunjukkan hasil warna putih bening bentukknya
gonad ikan cupang selama pemeliharaan memanjang dan pejal, serta ukuran besar dan sudah
menunjukkan adanya peningkatan tingkat mengisi sebagian rongga dibandingkan perlakuan
kematangan gonad (TKG) pada setiap sampling, A, B, D dan E, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
TKG yang dicapai yaitu bervariasi dengan ciri Pada Gambar 2.
warna gonad (testes) putih, bentuk testes mulai
berlekuk-lekuk terdiri dari sepasang kantong
gonad, pada perlakuan c menunjukkan

13
JURNAL RUAYA VOL. 8. NO. 1. TH 2020
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

Gambar 2. Morfologi Gonad ikan jantan (testes). Keterangan: H0 (pengamatan hari ke 0),A (oodev
0,0mL.kg-1 ikan), B (oodev 0,5 mL.kg-1 ikan), C (oodev1,0mL.kg-1 ikan), D (oodev1,5mL.kg-1
ikan), E(oodev 2,0mL.kg-1 ikan), 15 (pengamtan hari ke15), 30 (pengamatan hari ke 30), 45
(pengamatanhari ke 45)

Hasil pengamatan morfologi gonad (testes) pada dan sudah mengisi sebagian rongga perut.
gambar 4.5 menunjukkan bahwa perlakuan C Sedangkan warna sangat dominan bewarna putih
menghasilkan perkembangan gonad ikan uji yang bening Berdasarkan ciri-ciri tersebut maka
lebih baik dengan warna putih bening perkembangan gonad (testes) ikan uji pada
menunjukkan bahwa testes matang sempurna. perlakuan C termasuk dalam tahap TKG IV. Pada
Gonad ikan uji pada perlakuan C terlihat putih perlakuan A (kontrol), testes mulai berkembang
bening dari permukaan gonad ukuran lebih besar membentuk cabang sehingga testis sudah terlihat
dan sudah mengisi sebagian rongga perut Pada sepasang kantong sperma. Tetapi dari segi warna
perlakuan A(kontrol), gonad ikan uji mulai masih terlihat dominan kuning tua dan sedikit
berkembang sampai membentuk cabang sehingga kemerahan terutama pada bagian pangkal. Pada
testis sudah terlihat sepasang kantong sperma. perlakuan ini, tingkat kematangan gonad pada hari
Tetapi dari segi warna masih terlihat dominan ke-0 semuanya berada pada TKG II masih berada
kuning tua dan sedikit kemerahan terutama pada pada tahap maturing -ripe. Pada saat di lakukan
bagian pangkal atas. Pada perlakuan B, D, dan E penyamplingan hari ke-15 testes belum mengalami
gonad ikan uji terlihat sudah berkembang perkembangan masih pada TKG II, memasuki
dibandingkan dengan gonad ikan uji pada pengamatan hari ke-30 terlihat testes masih belum
perlakuan A namun warnanya masih belum terlalu menunjukan perkembangan yang signifikan,
putih jumlah testis sudah tampak nyata sepasang selanjutnya pada saat pengamatan hari ke-45 testes
serta bentuk testis sudah mulai membesar dan mengalami perkembangan kematangan dimana
berlekuk – lekuk, sedangkan warnanya sudah tingkat kematangan mulai memasuki tahap TKG
mulai bewarna putih tetapi belum terlalu dominan/ III (maturing) walaupun belum terlalu sempurna
putih santan, karena disekeliling testes masih sehingga dapat dilihat bahwa pada ikan perlakuan
bewarna kuning tua walaupun sedikit masih ada A ( kontrol) waktu yang digunakan untuk
warna kekuningan walaupun dibandingkan mencapai TKG IV membutuhkan waktu yang
perlakuan C, kecuali perlakuan D dimana Ada cukup lama yaitu berkisar lebih dari 45 hari. Hal
beberapa yang mendekati perlakuan C baik dari ini sesuai dengan pendapat Yuniar (2012) dimana
segi warna dan strukturnya. Testis pada perlakuan umur ikan cupang jantan yang paling siap dalam
C terlihat paling berkembang dan matang, bentuk melakukan pemijahan adalah 6 – 7 bulan. Hal ini
testis memanjang dan juga pejal, serta ukuran besar menunjukkan bahwa hormon oodev berpengaruh

14
JURNAL RUAYA VOL. 8. NO. 1. TH 2020
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

pada semua perlakuan kecuali perlakuan A, untuk merupakan faktor yang sangat penting dan
tingkat kematangan gonad (testes) yang terbaik pembatas bagi mahluk hidup dalam air baik faktor
terdapat dalam perlakuan C, diikuti perlakuan D kimia, fisika, dan biologi. Kualitas air yang buruk
yang mendekati perlakuan C. Sedangkanperlakuan dapat menghambat pertumbuhan, menimbulkan
E dan B tingkat kematangan gonadnya masih penyakit pada ikan bahkan sampai pada kematian.
dibawah perlakuan C dan D. Menurut (Boyd,1990), kualitas air sangat
dipengaruhi seperti laju sintasan, pertumbuhan,
perekembangan, reproduksi ikan. Parameter
Kualitas Air kualitas air yang di amati dan diukur adalah pH,
Hasil pengamatan selama penelitian suhu, DO. Pengukuran suhu diilakukan setiap hari
diketahui bahwa faktor lingkungan kualitas air yaitu pada waktu pagi dan sore hari, sedangkan
yang berpengaruh terhadap kehidupan ikan adalah parameter kualitas air lainnya seperti pengukuran
suhu, oksigen terlarut, dan Ph. Sedangkan faktor Ph, DO, dilakukan setiap 15 hari sekali dapat
lingkungan yang mempengaruhi perkembangan dilihat pada Tabel 2.
gonad ikan adalah suhu dan makanan. Kualitas air

Tabel 2. Parameter kualitas air di wadah pemeliharaan induk ikan cupang betina
Perlakuan Parameter kualitas air
Suhu Ph Do
A 27⁰C-30⁰C 7,33-7,48 2,5-2,9 ppm
B 27⁰C-30⁰C 7,27-7,51 2,6-3,0 ppm
C 27⁰C-30⁰C 6,80-7,00 2,6-3,1 ppm
D 27⁰C-30⁰C 7,13-7,40 2,5-2,9 ppm
E 27⁰C-30⁰C 7,00-7,45 2,5-2,9 ppm
Keterangan: A (Hormon Oodev 0,0 mL.kg-1 ikan), B (Hormon Oodev 0,5 mL.kg-1 ikan) C (Hormon Oodev 0,1
mL.kg-1 ikan), D (Hormon Oodev 1,5 mL.kg-1 ikan), E (Hormon Oodev 2,0 mL.kg-1 ikan)

Suhu merupakan salah satu faktor yang Oksigen terlarut atau DO berkisar 2,5–3,0
sangat menentukan terhadap proses kimia dan ppm, nilai oksigen terlarut ini sudah sangat baik
biologi. Suhu yang baik untuk kehidupan ikan di karena menurut Pateda (2015) ikan cupang dapat
daerah tropis berkisar antara 25-35 ⁰C namun, bertahan hidup dengan kandungan oksigen terlarut
kadang-kadang suhu permukaan dapat mencapai hanya 0,5 mg/l. Sedangkan Lestari et al. (2018)
35 ⁰C atau lebih sehingga berada diluar batas mengemukakan kisaran oksigen terlarut yang
toleransi untuk kehidupajn ikan. Cholik et al., layak dan baik untuk reproduksi ikan cupang
(2005) mengemukakan bahwa kenaikan suhu berkisar 2,85–3,60 mg/l.
perairan diikuti oleh derajat keasaman maka
metabolisme dan kebutuhan oksigen organisme 4. Kesimpulan
akan naik pula, hal ini sesuai dengan hokum Van't Induksi hormon Oodev pada ikan cupang
Hoff yang menyatakan bahwa untuk setiap jantan dapat menghasilkan waktu maturasi 2-7
perubahan kimiawi kecepatan rekasinya 2-3 kali minggu dengan total induk yang maturasi
lipat setiap kenaikan suhu 10 ⁰C. Berdasarkan hasil sebanyak 72 ekor dengan nilai rata-rata persentase
pengukuran suhu selama penelitian didapatkan maturase sebesar 240%, serta dapat menginduksi
pada setiap perlakuan rata-rata berkisar 27-30⁰C, sebanyak 2-3 kali lebih cepat dibandingkan control
Suhu ini sesuai untuk kelangsungan hidup ikan dengan dosis optimal 1,16 mL.kg-1 induk.
cupang jantan. Menurut pendapat Lestari et al suhu
yang optimum untuk pemeliharaan ikan cupang
berkisara antara 25-28⁰C. Ditambahkan lagi oleh
Ucapan terimaksih
(Srikrishnan et al. 2017) bahwa suhu yang baik
untuk reproduksi ikan cupang adalah 26⁰C-28⁰C. Ucapan terimakasih diberikan kepada
Besarnya derajat keasaman (pH) selama RISTEKDIKTI yang telah mendanai kegiatan
penelitian 6,80 –7,45, nilai tersebut cukup baik penelitian ini pada tahun 2019, LPPM UM
karena menurut Lestari et al (2018) kisaran nilai Pontianak yang telah memfasilitasi dalam
pH yang baik untuk ikan cupang adalah berkisar pengiriman proposal hingga laporan akhir
6,5–7. Sedangkan nilai pH yang baik untuk
reproduksi ikan cupang adalah 7–7,5(Srikrishnan
et al., 2017).

15
JURNAL RUAYA VOL. 8. NO. 1. TH 2020
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

Daftar Pustaka Gabus. Jurnal Akuakultur Indonesia.


Arfah. H., Soelistyowati D. T, Bulkini. A. 2013. 14(1): 24-29.
Maskulinisasi ikan cupang Betta Kottelat. M. 2013. The Fishes of The Inland
splendens Melalui Perendaman Embrio Waters of Southeast Asia: A Catalogue
Dalam Ekstrak Purwoceng Pimpinella and Core Bibliography of The Fishes
alpine. Jurnal Akuakultur Indonesia. 8(2): Known to Occur in Freshwaters,
133-149. Mangroves, and Estuaries. The Raffles
Axelrod H.R. 1995. Encyclopedia of Tropical Bulletin of Zoology (27): 1– 663.
Fishes: With Special Emphasis on Lima, J.W.O., L.P.G Cavalcanti, R.J.S. Pontes &
Techniques of Breeding. T.F.H. J. Heukelbach. 2010. Survival of Betta
Publications, Inc. University of splendens Fish (Regan, 1910) in
California. 631 h. Domestic Water Containers and Its
Axelrod H.R. & L.P. Schultz. 1990. Handbook of Effectiveness In Controlling Aedes
Tropical Aquarium Fishes. T.F.H Aegypti Larvae (Linnaeus, 1762) In
Publication, Inc. New York. Canada. 532 Northeast Brazil. Tropical Medicine and
halaman. International Health. Volume 15 (12):
Dewantoro. G. W. 2001. Fekunditas dan Produksi 1525-1532.
Larva pada Ikan Cupang (Betta splendens Lingga, P. dan Susanto, H. 2003. Ikan Hias Air
Regan) Yang Berbeda Umur dan Pakan Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta. h. 45.
Alaminya. Jurnal Iktiologi Indonesia. Manik. L. 2016. Induksi Pematangan Gonad Ikan
1(2): 49-53. Badut (Amphiprion Percula)
Dhewantara. Y.L., Rahmatia, F dan Nurhidayat. Menggunakan Hormon Oodev Melalui
2016. Rekayasa Rematurasi Ikan Pakan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor,
Synodontis Menggunakan Hormon Bogor. 18 halaman
Oodev pada Dosis Berbeda Melaui Mardiana, M. 2017. Rematurasi Ikan Tambakan
Penyuntukan. Jurnal Ilmiah Satya (Helostoma temmincki) Melalui
Minabahari. Hal. 59-68. Penyuntikan Hormon Oocyte developher
Doutrelant, C., P.K. McGregor & R.F. Oliveira. (Oodev) dengan Dosis Berbeda. Skripsi.
2001. The effect of an audience on Pogram Studi Budidaya Perairan. Jurusan
intrasexual communication in male Perikanan dan Kelautan. Fakultas
Siamese fighting fish, Betta splendens. Pertanian. Universitas Lampung,
Behaviour Ecology.12(3): 283-286. Lampung.
Fadillah R. 2016. Peningkatan Produksi Telur Ikan Moyle, P.B. dan J.J Chech. 2004. Fishes: An
Nilem (Osteoxhilus hasselti) Sebagai Introduction to Icthyology, 5th Edition.
Sumber Kaviar Melalui Kombinasi Prentice Hall. Inc. New Jersey.h. 114.
Oodev, RGH dan Minyak Ikan Pada Moore W T., Ward D N. 1980. Pregnant Mare
Pakan. Tesis. Program Pascasarjana. Serum Gonadotropin Rapid
Institut Pertanian Bogor. Chromatographic Procedures for The
Farastuti. E. R., Sudrajat. A. O., Gustiano. R. 2014. Purification of Intact Hormone and
Induksi Ovulasi dan Pemijahan Ikan Soro Isolation Of Subunit. Journal of
(Tor soro) Menggunakan Kombinasi Biological Chemistry. 17(4): 6928-6929
Hormon. Limnotek 21(1): 87-94. Nainggolan, A. 2014. Peningkatan Mutu
Farida., Gunarsa, S. dan Hasan. A. 2018. Reproduksi Induk Betina Lele (Clarias
Penambahan Tepung Kunyit dan Ooodev Sp) Melalui Pemberian Kombinasi Pakan
dalam Pakan untuk Menginduksi Bersuplemen Spirulina plantesis dan
Pematangan Gonad Induk Ikan Biawan Oodev. Tesis. Institut Pertanian Bogor.
(Helostoma temminkii). Jurnal Ruaya vol Pateda. R. 2015. Pengaruh Pemberian Pakan
6(2):70-80. Kuning Telur yang Berbeda Terhadap
Gosh, A., I. Bhattacharjee., M. Ganguly., S. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
Mondal & G. Chandra. 2004. Efficacy Larva Ikan Cupang (Betta plakat) di Balai
ofSome Common Aquarium Fishes as Benih Ikan (BBI) Kota Gorontalo.
Biocontrol Agent of Readult Mosquitoes. Skripsi. Pogram Studi Budidaya Perairan.
Journal Penelitian Kesehatan 32:144-149. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Hutagalung, R. A., Widodo, M. S., dan Faqih, A. Universitas Negeri Gorontalo.
R. 2015. Evaluasi Aplikasi Hormon Rottman R.W., Shireman, J. V., & Chapman, F. A.
PMSG (Oodev) Terhadap Indeks 1991. Hormonal Control of Reproduction
Hepatosomatik dan Gonadosomatik Ikan in Fish for Induced Spawning. Southern

16
JURNAL RUAYA VOL. 8. NO. 1. TH 2020
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

Regional Aquaculture Center. 424 Sudrajat A.O., Sugati, A., Alimuddin. 2014.
halaman. Induksi Maturasi Ikan Sidat Anguilla
Sari, E. 2015. Rekayasa Rematurasi Ikan Betok bicolour Menggunakan Kombinasi
(Anabas testudieus) Menggunakan Hormon Berbeda. Jurnal Akuakultur
Hormon Oodev pada Dosis Berbeda Indonesia. 12(22):189-201.
Melalui Penyuntikan dengan Rentang Tang, U. M., dan Affandi, R. 2001. Biologi
Waktu 6 Hari. Skripsi. Departemen Reproduksi Ikan. Pusat Penelitian
Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan Kawasan Pantai dan Perairan. Universitas
dan Ilmu Kelautan. Insitut Pertanian Riau, Pekan Baru. 153 halaman.
Bogor. Tinus A. 2015. Kinerja Reproduksi Dengan
Srikrishnan. R., Hirimuthugoda. N dan Induksi Oodev Dalam Vitelogenesis Pada
Rajapakshe. W. 2017. Evaluation of Rematurasi Induk Ikan Patin (Pangasius
Growth Performance and Breeding hypophthalmus) Di Dalam Wadah
Habits of Fighting Fish (Betta splendens) Budidaya. Tesis Perikanan. Fakultas
under 3 Diets and Shekter. Journal of Perikanan Universitas Lampung. Fish
Survey in Fisheries Sciences. 3(2):50-65. Scientiae. 3(5):10-16.

17

Anda mungkin juga menyukai