PENDAHULUAN
1
diameter telur dan tingkat kematangan telur. Komponen penting dalam proses
pematangan telur yaitu proses vitelogenesis. Proses vitelogenesis memerlukan
interaksi factor eksternal dan internal. Salah satu factor eksternal yang
mempengaruhi yaitu paka baik kualitas maupun kuantitasnya. Pakan dengan
kualitas baik mengandung protein, lemak, dan vitamin E yang sesuai dengan
kebutuhan ikan sebagai pembentuk vitelogenin. Untuk factor internal yaitu
ketersediaan hormon-hormon steroid di dalam gonad yaitu estradiol-17beta (Sinjal
2007).
Salah satu hormon yang dapat diaplikasikan untuk memprecepat
kematangan gonad adalah penggunaan bahan alami yang mengandung hormon
atau fitohormon salah satunya adalah fotstrogen. Bahan ini terdapat pada biji
kecipir, biji bunga matahari testis sapi. Dengan adanya kandungan vitamin E dan
asam lemak esensial pada biji kecipir,biji bunga matahari dan testis sapi dapat
berperan meningkatkan proses pematangan gonad. Maka dengan itu dapat
dijadikan dasar untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian biji
kecipir dan biji bunga matahari sebagai upaya untuk meningkatkan proses
pematangan gonad.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dan jumlah
pemberian tepung biji bunga matahari, biji kecipir dan tepung testis sapi yang
paling efektif untuk meningkatkan kematangan gonad ikan nilem (Osteochilus
hasselti).
1.4 Kegunaan
Kegunaan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada
pembaca pada umumnya dan pembudidaya ikan pada khususnya tepung biji
bunga matahari, biji kecipir dan tepung testis sapi akan meningkatkan kematangan
gonad ikan nilem (Osteochilus hasselti).
Ikan Nilem
1.6 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran, maka pemberian tepung biji bunga
matahari, biji kecipir dan tepung testis sapi pada pakan akan meningkatkan tingkat
kematangan gonad pada ikan nilem.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Di Indonesia ikan nilem dikenal dengan nama nilem, lehat, magut, regis,
milem, muntu, palung, palau, pawas, puyau, asang, penopa, dan karper (Saanin,
1984). Daerah penyebarannya meliputi: Malaysia, Thailand, Vietnam, kamboja,
Indonesia (pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi) (Djajadiredja et al.
1997). Ikan nilem mempunyai bentuk tubuh pipih, mulut dapat disembulkan.
Posisi mulut terletak diujung hidung (terminal). Posisi sirip perut terletak di
belakang sirip dada (abdominal). Ikan nilem tergolong bersisik lingkaran
14
(sikloid). Rahang atas sama panjang atau lebih panjang dari diameter mata,
sedangkan sungut moncong lebih pendek daripada panjang kepala. Permukaan
sirip punggung berhadapan dengan sisik garis rusuk ke-8 sampai ke-10. Bentuk
sirip dubur agak tegak, permulaan sirip dubur berhadapan dengan sisik garis rusuk
ke-22 atau ke-23 di belakang jari-jari sirip punggung terakhir. Sirip perut dan sirip
dada hampir sama panjang. Permulaan sirip perut dipisahkan oleh 4 4 1/2 sisik
dari sisik garis rusuk ke-10 sampai ke-12. Sirip perut tidak mencapai dubur. Sirip
ekor bercagak. Tinggi batang ekor hampir sama dengan panjang batang ekor dan
dikelilingi oleh 16 sisik (Weber dan de Beaufort 1916 dalam Ferdiana 2012).
Pada umumnya ikan nilem dapat dipelihara pada daerah dengan ketinggian
sekitar 150-1000 metere diatas permukaan laut. Suhu yang optimum untuk
kelangsungan hidup ikan nilem berkisar antara 18 -280 dan pH berkisar antara
6,7-8,6 (Susanto 2006 dalam Ferdiana 2012).
Bobot gonad
GSI = 100%
Bobot Ikan
b. Fekunditas
Fekunditas terdiri dari fekunditas total dan fekunditas relative. Fekunditas
total induk ikan nilem selama penelitian dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut (Effendie, 1979):
Ft =
Keterangan :
Ft = Jumlah telur di dalam gonad (butir)
W = Berat seluruh gonad
w = Berat sampel sebagian kecil gonad
n = Jumlah telur dari sample sebagian kecil gonad (w)
Daftar Pustaka
Djajasewaka, H. 1985. Pakan Ikan (Makanan Ikan). Edisi II. Yasaguna. Jakarta
Ferdiana, M. F., Y. Andriani dan Y. Mulyani. 2012. Pengaruh Penambahan Tepung Kulit Umbi
Singkong Hasil Fermentasi dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Nilem
(Osteochilus hasselti). Skripsi. Program Studi Perikanan , Fakultas Perikanan Dan Ilmu
Kelautan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
Gasperz, V. 1994. Metode Rancangan Percobaan. CV. Armico. Bandung. 442 hlm.
Sinjal, H. J. 2007. Kajian penampilan reproduksi ikan lele (Clarias gariepinus) betina melalui
penambahan Ascorbyl phosphate magnesium sebagai Sumber Vitamin C dan implantasi dengan
Estradiol-17_. Institut Pertanian Bogor.