Anda di halaman 1dari 15

1

I.PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Biologi perikanan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari keadaan

ikan yaitu sejak individu tersebut menetas (hadir ke alam) kemudian makan,

tumbuh, bermain, bereproduksi, dan akhirnya mengalami kematian secara alami

atau oleh karena faktor lain. Pengetahuan itu akan menguraikan tentang aspek-

aspek biologi individu dari spesies ikan. Sehingga pengetahuan biologi perikanan

ini merupakan pengetahuan dasar ketika mendalami pengetahuan dinamika

populasi ikan, pengembangan spesies ikan untuk dikelola menjadi ikan budidaya

dan upaya pelestarian spesies ikan yang akan mengalami kepunahan di perairan

alaminya. (Pulungan, 2010).

Ikan adalah hewan vertebrata air yang berdarah dingin, bernafas dengan

insang, bergerak menggunakan sirip, dan hidup di air.ikan mendiami hampir

setiap bagian ekosistem akuatik di dunia. Habitat dimana ikan tersebut hidup,

banyak menentukan bentuk tubuh, alat-alat tubuh, cara hidup, dan cara bergerak

kepada ikan di dalamnya.

Ikan pada waktu bernafas mengambil oksigen terlarut dalam air dan

mengeluarkan CO2.Akan tetapi pada jenis ikan-ikan tertentu dapat juga

memanfaatkan oksigen bebas.Terutama sekali bagi jenis-jenis ikan yang memiliki

alat pernapasan tambahan (Herdia, 2007).

Ikan merupakan hewan bertulang belakang (termasuk vertebrata),

habitatnya perairan, bernapas dengan insang (terutama) bergerak dan menjaga

keseimbangan tubuhnya menggunakan sirip-sirip bersifat poikiloteknal. Ikan


2

merupakan hewan yang hidup di dalam air adanya hidup di air tawar,air payau

dan ada juga yang hidup di air laut. Untuk memudahkan geraknya,tubuh ikan di

selimuti oleh sisik yang berlendir.ikan bergerak dengan menggunakan sirip. Sirip

terdiri atas sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip belakang dan sirip ekor.

Selain itu ikan juga mempunyai guratsisi yang berfungsi untuk mengetahui

tekanan air. Ikan bernapas dengan insang yang di lindungi oleh tutup yang disebut

operkulum.

1.2.Tujuan dan Manfaat Praktikum

Adapun tujuan dan manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui

apakah larva ikan memasuki masa pro atau post larva dan untuk mengetahui umur

ikan melalui otolith.


3

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Larva Ikan

Pada larva mengalami masa peralihan antara fase primitif dengan fase

definitive. Fase primitif artinya sebagian organ tubuhnya belum terbentuk secara

sempurna dan belum dapat difungsikan dengan baik, sedangkan fase definitive

yaitu bentuk individu baru yang sudah memiliki bentuk tubuh secara sempurna

dan semua organ tubuh telah berfungsi seperti ynag terdapat pada induknya

(Atmaja, 2005).

Anak ikan yang baru menetas disebut dengan larva dimana tubuhnya

belum dalam keadaan sempurna, baik organ dalam maupun organ

luarnya.Dibidang budidaya larva yang baru keluar dari telur disebut hatchling.

Semasa perkembangannya larva terdiri dari pro larva dan post larva.( Effendie,

2008).

Pada masa pro larva, larva tersebut membawa kuning telur yang berguna

untuk cadangan makanan bagi individu ikan diperairan. Cepat lambatnya kuning

telur tersebut habis berbeda satu dengan yang lainya antara individu ikan ini

sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jumlah kuning telur yang

dibawa telur itu sendiri, faktor fisologis selama periode embriologi, kondisi

lingkungan separti suhu lingkungan, dan sifat dari spesies itu

sendiri. (Andrea,2005)

Larva ikan yang baru ditetaskan pergerakannya hanya sewaktu-waktu saja

dengan mengerakkan bagian ekornya ke kiri dan kekanan dengan banyak diselingi

istirahat karena tidak dapat mempertahankan posisi tegak. Sehingga dengan


4

banyaknya bergerak mempercepat habisnya kuning telur yang

dimilikinya. (Effendie, 2008).

Ikan betina yang telah matang gonad dan siap untuk memijah

sebelumnya akan dibuahi oleh spermatozoa maka di dalam sel telur akan terjadi

peleburan dan penyatuan kedua inti sel. Pada saat ini mulai terbentuk zygot yang

kemudian diikuti dengan pembelahan hingga terbentuknya individu ikan lalu

menetas dan keluar dari cangkangnya yang disebut dengan larva (Herdia, 2006).

Anak ikan yang baru ditetas dinamakan larva, tubuhnya belum dalam

keadaan sempurna baik organ luar maupun organ dalamnya. Sehubungan dengan

perkembangan larva ini, dalam garis besarnya dibagi dalam dua tahap yaitu pro

larva dan post larva. Untuk membedakannya pro larva masih mempunyai kantong

kuning telur, tubuhnya transparan dengan beberapa butir pigmen yang funsinya

belum diketahui. Sirip dan ekor sudah ada tetapi belum sempurna bentuknya dan

kebanyakan pro larva baru keluar dari cangkang telur ini tidak punya sirip perut

nyata melainkan berupa tonjolan saja. Mulut dan rahang belum berkembang

dan ususnya merupakan tabung yang lurus (Tang, U. M. dan R. Affandi. 2001).

2.2.Umur Ikan

Umur ikan adalah lama hidup suatu ikan mulai dari menetasnya telur

hingga menjadi dewasa. Suatu populasi ikan yang telah berhasil mengadakan

pemijahan menghasilkan sejumlah besar anak-anak ikan yang bergantung pada

fekunditas, keberhasilan pemijahan dan mortalitas dari anak-anak ikan tersebut.

Sisa anak-anak ikan yang tumbuh dan berhasil hidup mencapai ukuran yang dapat

dieksploitasi dinamakan recruitmen (Effendie, 1997).


5

2.3.Metode Penentuan umur ikan

Metode untuk menentukan umur suatu individu ikan dapat dilakukan

melalui 2 carayaitu :

1.Cara langsung, yang hanya dapat dilakukan pada individu spesies ikan

budidaya.

2.Cara tidak langsung yaitu pada individu spesies ikan yang masih hidup

diperairanalami. Penentuan umur ikan secara tidak langsung dapat dilakukan

melalui 2 carayaitu :

a.Dengan mempelajari tanda-tanda tahunan (annulus) atau harian (sirkulus)

padabagian-bagian tubuh yang keras.

b.Metoda frekuensi panjang (metoda petersen) yaitu melalui pengukuran

panjangtubuh ikan, metoda ini biasanya diterapkan pada individu-individu spesies

ikanyang hidup didaerah tropis (Pulungan, 2006).Pada ikan di daerah tropis

walaupun mengalami hidup di dua musim, kenyataannyasuhu lingkungan sekitar

tidak begitu mempengaruhi pertumbuhan sirkulasi pada bagiantubuh yang keras.

Jadi tanda tahunan dari hasil susunan sirkuli yang rapat tidak begitunyata

bentuknya (Effendie, 1997).Selain berdasarkan metode tersebut, untuk

menentukan umur ikan juga dapatmenggunakan metode, yaitu:

1.Tanda Tahunan

Tanda tahunan terjadi karena adanya kelambatan pertumbuhan yang

disebabkan oleh musim dingin atau kekurangan makanan atau faktor lain. Tanda

tahunan yang biasanya digunakan untuk menentukan umur ikan adalah sisik ikan

(squama), operculum, otolith, vertebrae dan jari keras sirip dorsal (Effendie,

1997).
6

Karena ikan-ikan yang hidup didaerah subtropis sangat dipengaruhi oleh

suhu lingkungannya, dimana pada musim dinginpertumbuhan tubuh ikan hampir

terhenti atau lambat sama sekali. Sehingga mempengaruhipertumbuhan pada sisik

(squama), vertebrae, tulang, operculum, duri sirip dan tulangotolith yang

menyebabkan terbentuknya susunan sirkulasi yang sangat rapat dan

akhirnyamembentuk annulus (Effendie, 1997). Penentuan umur ikan dengan

menggunakan tanda tahunan berupa sisik berdasarkan kepada tiga hal, yaitu:

-Jumlah sisik ikan tidak berubah dan tetap identitasnya selama hidup.

-Pertumbuhan tahunan pada sisik ikan sebanding dengan pertambahan panjang

ikanselama hidupnya.

-Hanya satu annulus yang dibentuk pada tiap tahunnya (Effendie, 1997).

2.Metode frekuensi panjang, yaitu dengan metode Petersen.

Metode Petersen digunakan untuk ikan dengan masa pemijahan pendek,

dimanaterjadi satu kali satu tahun dan umur ikan tidak panjang. Metode ini tidak

cocok untuk ikandengan masa pemijahan panjang karena menyebabkan terjadi

pertumpuan ukuran dariumur yan berbeda. Ikan yang pertumbuhannya lambat dari

satu kelas umur lebih tinggi,akan bertumpuk atau mempunyai ukuran sama

dengan ikan yang tumbuhnya lebih cepatpada umur yang lebih rendah (Effendie,

1997).

3.Tagging dan Marking

Tagging adalah pemberian tanda berupa benda asing pada tubuh ikan,

dimana padatanda tadi dapat diberi tanda-tanda lain berupa tanggal nomor atau

kode-kode lain(Effendie, 1997). Marking adalah pemberian tanda pada ikan bukan
7

dengan benda asing melainkandengan jalan menghilangkan bagian tubuh ikan,

misalnya pemotongan sirip (Effendie,1997).


8

III.METODE PRAKTIKUM

3.1.Waktu dan Tempat

Praktikum Biologi Perikanan dilakukan pada 19 November 2018 pukul

07.30 WIB s/d selesai di Laboratorium Biologi Perikanan, Fakultas Perikanan dan

Kelautan Universitas Riau.

3.2.Alat dan Bahan

Alat yang digunakan saat praktikum antara lain nampan, mikroskop,

pisau cutter, serbet,alat tulis, penggaris, batu asahan, objek glass.

Adapun bahan-bahan yang digunakan saat praktikum yaitu larva ikan

yang disediakan oleh laboratorium, crystal bond dan otolith ikan Nila

(Oreochromis niloticus).

3.3.Metode Praktikum

Metode praktikum yang digunakan adalah metode pengamatan langsung.

Dimana praktikan mengamati secara langsung terhadap objek pratikum yang di

teliti dan di amati. objek pratikum yang di teliti dan diamati terdiri dari larva ikan

dan penentuan umur ikan menggunakan otolith ikan Nila (Oreochromis niloticus).

3.4.Prosedur Praktikum

3.4.1.Larva Ikan

Prosedur untuk larva ikan adalah mempersiapkan pro dan post larva yang

akan diamati, menggambarkan bentuk tubuh pro dan post larva yang diamati di

bawah mikroskop, memperhatikan, mengukur dan mencatat bagian-bagian tubuh

dan organ pada individu larva yang diamati, memperhatikan dan mencatat
9

perbedaan yang terdapat antara pro dan post larva dari spesies yang sama dan

antar spesies yang berbeda.

3.4.2.Penentuan Umur Ikan

Prosedur dan pengasahan otolith berukuran kecil (panjang otolith kurang

dari 2 mm) : untuk melihat lingkaran pertumbuhan pada otolith yang berukuran

kecil, otolith diasah dengan cara sebagai berikut : sepotong kecil crystal bond

diletakkan pada bagian tengah objek glass yang sudah diberi label. Objek glass ini

dipanaskan dengan menggunakan hot plate dengan suhu sekitar 80˚C sampai

crystal bond melelh. Otolith diletakkan pada crystal bond yang meleleh secara

horizontal dan kemudian crystal bond dibiarkan mendingin dan mengeras. Otolith

diasah secara horizontal menggunakan batu asah halus. Setelah lingkaran nampak

jelas bila diamati di bawah mikroskop, objek glass dipanaskan kembali sampai

crystal bond meleleh. Lelehan crystal bond ini digunakan untuk menutupi otolith

yang sudah diasah. Selanjutnya sampel diamati di bawah mikroskop.


10

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil

Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :

Gambar 1. Larva Ikan yang diamati masih bersifat pro larva

Gambar 2. Otolith
11

Gambar 3. Pengasahan Otolith

Gambar 4. Otolith yang telah diasah dan diamati dibawah mikroskop

4.2.Pembahasan

Larva ikan akan mengalami dua fase yaitu fase primitif dengan fase

definitif. Fase primitif artinya sebagian organ tubuhnya belum terbentuk secara

sempurna dan belum dapat difungsikan dengan baik, sedangkan fase definitif

yaitu bentuk individu baru yang sudah memiliki bentuk tubuh secara sempurna
12

dan semua organ tubuh telah berfungsi seperti yang terdapat pada induknya

(Atmaja, 2005).

Pada masa pro larva, larva tersebut membawa kuning telur yang berguna

untuk cadangan makanan bagi individu ikan diperairan. Cepat lambatnya kuning

telur tersebut habis berbeda satu dengan yang lainnya antara individu ikan ini

sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jumlah kuning telur yang

dibawa telur itu sendiri, faktor fisiologis selama proses embriologi, kondisi

lingkungan seperti suhu lingkungan, dan sifat dari spesies itu sendiri (Andea,

2005).

Tahap larva adalah tahap paling kritis dalam kehidupan ikan karena

banyak faktor penyebab mortalitas mulai dari larva menetas kealam sampai dapat

mencari makanan sendiri. Terjadinya mortalitas itu karena faktor lingkungan dan

diri larva ikan itu sendiri. Kematian larva karena lingkungan di sebabkan faktor

biologi, faktor kimia, dan faktor fisika. Larva yang organ-organ tubuhnya mulai

terbentuk secara sempurna dan mulai berfungsi akan memasuki masa juvenile dan

akhirnya menyerupai bentuk ikan dewasa.

Otolith ialah alat penfengaran pada ikan dan menjadi keras, otolith ini

juga sebagai tanda tahunan pada ikan. Pada ikan di daerah tropis, walaupun

mengalami hidup didua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan,

kenyataannya suhu lingkungan sekitar tidak begitu mempengaruhi pertumbuhan

sirkulasi pada bagian tubuh yang keras. Jadi tanda tahunan dari hasil susunan

sirkuli yang rapat tidak begitu nyata bentuknya. Penyebab tanda tahunan dari hasil

susunan sirkuli yang tidak begitu nyata terlihat juga dipengaruhi oleh lingkungan

sekitar, dimana lingkungan tersebut belum tercemar dan ikan tidak dalam keadaan
13

stress. Pada praktikum ini ditemukan warna hitam di tengah otolith sehingga dapat

disimpulkan bahwa lingkungan pada saat ikan tersebut muda lingukannya

tercemar atau terganggu.

Perbedaan umur adalah suatu pengetahuan yang cukup menarik dalam

bidang perikanan terutama pembacaan umur pada spesies-spesies ikan yang hidup

secara pasti kapan suatu individu ikan itu akan menetas dari telur, yang dapat kita

ketahui adalah beberapa ukuran panjang tubuh individu ikan itu ketika tertangkap

oleh nelayan.

Menurut Effendie (1997) ikan-ikan berumur pendek adalah ikan yang

tidak memiliki alat pernafasan tambahan, pergerakan cepat, sedangkan ikan

berumur panjang adalah ikan yang tergolong primitif, pergerakan lambat,

mempunyai alat pernafasan tambahan, penghuni dasar atau perairan dangkal dan

luwes terhadap lingkungan.


14

V.KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Larva ikan mengalami dua fase dalam hidupnya yaitu fase primitif

dimana sebagian organ tubuhnya belum terbentuk secara sempurna dan fase

definitf yang semua organnya telah dapat difungsikan dan sudah memiliki bentuk

tubuh secara sempurna. Pada daerah tropis, walaupun hidup didua musim, tetapi

suhu tidak mempengaruhi pertumbuhan sirkulasi pada bagian tubuh yang keras.

Justru lingkungan perairanlah yang dapat mempengaruhi pertumbuhan sirkulasi

pada ikan yang hidup di daerah tropis. Dimana garis hitam akan terbentuk bila

kondisi lingkungan perairan itu tercemar, dan apabila ikan tersebut mengalami

stress. Maka apabila pada tulang otolith tersebut terdapat warna hitam di tengah

otolith maka ikan tersebut pada masa muda ikan mengalami

gangguan/lingkungannya terganggu.

5.2.Saran

Sebaiknya otolith harus dalam keadaan baik (tidak patah dan tidak rusak)

karena keadaan otolith akan mempengaruhi dalam penghitungan umur ikan, alat

dan bahan yang digunakan perlu diperhatikan. Sebelum melakukan praktikum,

praktikan sebaiknya sudah menguasai prosedur kerja sehingga memudahkan

pekerjaan selama praktikum.


15

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2009. BiologiPerikanan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Alawi H, 2012. Biologi dan Pembenihan Ikan. Universitas Riau. Pekanbaru

EffendieIchsanMoch, M.Sc, H, Dr, Prof, 2002. BiologiPerikanan. Yayasan


Pustaka Nusantara: Yogyakarta.

Manda, R, Pulungan, Windarti. 2011. BiologiPerikanan. Universitas Riau,


Pekanbaru.

Susanto. 1995.Budidaya ikandipekarangan. PenerbitPenebarSwadaya. Jakarta.


152 hal.

Effendie, M.I. 2002.Biologi Perikanan.YayasanPustakaNusantara.Yogyakarta.

Effendie. 2002. Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Pustaka Nusantama

Mudjiman. 2001. Habitat dan Penyebaran Ikan. Bandung: Kanisius.

Pulungan, C.P.2005. PenuntunPraktikum Biology Perikanan.Universitas Riau,


Pekanbaru

Wahyuningsih, Hesti, dan Ternala Alexander Barus. 2006. BukuAjar IKTIOLOGI.


Medan. Universitas Sumatera Utara.

Pulungan, C. P. 2011. Penuntun Praktikum Biologi Perikanan. Pusat Universitas


Riau. Pekanbaru 75 hal. (tidak diterbitkan).

Putra, RidwanManda. 2016.Penuntun Praktikum Biologi Perikanan Fakultas


Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.

Anda mungkin juga menyukai