Anda di halaman 1dari 37

UJIAN AKHIR SEMESTER

REKAYASA LINGKUNGAN

KRITERIA MUTU AIR

Disusun oleh:

Moreno Toricelli

16.B1.0122

PROGDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena saya dapat

menyelesaikan tugas Rekayasa Lingkungan yang diberikan kepada saya ini. Tugas ini dikerjakan

untuk mengisi nilai UAS semester genap mata kuliah Rekayasa Lingkungan.

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang berperan penting

dalam proses pengumpulan informasi hingga penyusunan makalah yang berjudul Kriteria Mutu

Air. Saya mengharapkan adanya kritik dan saran guna membangun kesempurnaan makalah ini.

Terima kasih juga untuk Bapak Dr. Ir. Djoko Suwarno, M. Si yang sudah memberikan hal-hal

yang dapat membantu selesainya makalah ini.

Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan orang yang membutuhkan.

Dan mohon maaf juga apa bila ada salah kata dalam penulisan atau pembuatan makalah ini.

Semarang, 2 Juli 2017

(Penulis)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................ ... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2

1.3 Tujuan ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Parameter Fisika ............................................................................ 3

2.1.1 Temperatur ........................................................................... 3

2.1.2 Jumlah zat padat terlarut ...................................................... 4

2.1.3 Jumlah zat padat tersuspensi ................................................ 4

2.2 Parameter Kimia .................. ........................................................ 4

2.2.1 Kimia Anorganik ............................................................. 4

2.2.2 Kimia Organik ................................................................. 24

2.3 Parameter Mikrobiologi ............................................................... 30

2.3.1 Fecal Coliform .................................................................. 30

2.3.2 Total Coliform .................................................................. 30

2.4 Parameter Radioaktivitas .............................................................. 31

ii
2.4.1 Gross – A .......................................................................... 31

2.4.2 Gross – B .......................................................................... 31

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 33

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kualitas air menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan keperluan tertentu.

Pencemaran yang terjadi sangat mempengaruhi kualutas air yang ada, pencemaran air adalah

memasukannya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam

air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Kali ini parameter yang akan

dibahas yaitu sungai, apa sih sungai itu? Sungai merupakan suatu sistem yang dinamis dengan

segala aktivitas yang berlangsung antara komponen-komponen lingkungan yang terdapat

didalamnya. Terjadinya dinamika tersebut menyebabkan suatu sungai berada dalam keseimbangan

ekologis sejauh sungai itu tidak menerima bahan asing dari luar yang berlebihan. Tetapi pada batas

kisaran tertentu pengaruh zat atau bahan yang asing ini masih dapat ditolerir dan kondisi

keseimbangan masih tetap dapat dipertahankan. Hal tersebut berkaitan dengan aktivitas oleh

mikroorganisme terdapat didalam air yang mampu menguraikan berbagai senyawa organik dengan

baik sesuai fungsinya.

Faktor lain yaitu aktivitas manusia sepanjang aliran sungai juga menyebabkan sungai

banyak mendapatkan beban pencemaran yang banyak berasal dari industri, pertanian, rumah sakit,

maupun limbah domestik. Ini terjadi karena saat ini masih ada anggapan bahwa air sungai

merupakan tempat pembuangan limbah yang mudah dan murah. Padahal sungai juga menjadi hal

penting yang harus dijaga kebersihannya. Baiklah mari kita bahas parameter apa saja yang bisa

dipakai untuk meneliti air sungai.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja parameter fisika yang mempengaruhi kualitas air

2. Apa saja parameter kimia yang mempengaruhi kualitas air

3. Apa saja parameter mikrobiologi yang mempengaruhi kualitas air

4. Apa saja parameter radioaktivitas yang mempengaruhi kualitas air

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Parameter Fisika, Kimia, Mikrobiologi, dan Radioaktivitas yang

mempengaruhi kualitas air

2. Menyelesaikan UAS mata kuliah Rekayasa Lingkungan

2
BAB II

ISI

2.1 PARAMETER FISIKA

2.1.1 Temperatur

Suhu air adalah salah satu parameter fisika yang perlu diperhatikan karena dapat

mempengaruhi laju metabolisme makhluk hidup ikan seperti pertumbuhan, perkembangbiakkan,

pernapasan, denyut jantung, kegiatan enzim dan proses fisiologis lainnya pada ikan. Keadaan ini

akan terlihat pada pemeliharaan ikan dengan suhu rendah dapat menyebabkan pertumbuhan

makhluk hidup di sungai lambat bahkan terhenti. Selain yang sudah dijelaskan diatas, suhu juga

akan mempengaruhi kadar oksigen yang terlarut dalam air dan daya racun suatu bahan pencemar.

Semakin tinggi suhu suatu perairan semakin sedikit oksigen terlarut di dalamnya

sedangkan kebutuhan oksigen setiap kenaikan suhu 10ºC, ikan naik hampir dua kali lipat akan

kebutuhan oksigennya. Contoh lain yakni daya racun potasium sianida terhadap ikan akan naik

dua kali lipat setiap kenaikkan suhu 10ºC. Sesuai dengan hukum Van Hoff bahwa untuk setiap

perubahan kimia, kecepatan reaksinya naik dua sampai tiga kali lipat setiap kenaikkan suhu

sebesar 10º C. thermometer digunakan sebagai alat untuk pengukuran suhu air dengan skala

110 oC. Organisme atau makhluk hidup yang ada di sungai pasti mempunyai persyaratan suhu

maksimum, optimum dan juga minimum untuk hidupnya serta mempunyai kemampuan

menyesuaikan diri sampai suhu tertentu yang ada. Secara naluri ikan mempunyai toleransi yang

rendah terhadap perubahan suhu. Suhu yang baik untuk air sungai berkisar antara 25 – 30º C.

3
2.1.2 Jumlah Zat Padat Terlarut

Zat padat atau residu merupakan materi setelah pemanasan dan pengeringan pada suhu

100 oC – 104 oC. Residu atau zat padat yang tertinggal selama proses pemanasan adalah materi

yang ada dalam contoh air dan tidak akan hilang atau menguap pada 104 oC. Zat padat

dinyatakan dalam mg/l atau g/l.

Di alam, ditemukan dua kelompok zat yaitu zat terlarut (seperti garam dan molekul-

molekul organis) serta zat padat tersuspensi (seperti tanah liat dan kwarts). Materi organik ini

dapat berasal dari penguraian vegetasi, senyawa organik, dan gas anorganik yang terlarut. Residu

terlarut biasanya disebabkan oleh bahan anorganik berupa ion-ion yang terdapat di perairan atau

sungai.

2.1.3 Jumlah Zat padat Tersuspensi

Residu tersuspensi atau padatan tersupensi dalam air umumnya diperlukan untuk

penentuan produktivitas dan juga mengetahui norma air yang dimaksud dengan jalan mengukur

dalam berbagai periode. Padatan tersuspensi dapat ditafsir dari erosi tanah akibat hujan ataupun

akibat longsoran. Pergerakan air berupa arus pasang akan mampu mengaduk sedimen yang ada.

Dan juga kandungan padatan tersuspensi di perairan tidak boleh melebihi 1000 mg karena bisa

tercemar. Tingginya kandungan residu tersuspensi dalam perairan akan mengurangi kedalaman

penetrasi cahaya matahari ke dalam air sehingga berpengaruh langsung terhadap fotosintesis oleh

fitoplankton dan pengaruh tidak langsung terhadap keberadaan zooplankton dalam perairan.

4
2.2 PARAMETER KIMIA

2.2.1 Kimia Anorganik

2.2.1.1 pH

pH bisa dibilang suatu parameter yang penting untuk menentukan kadar

asam/basa di dalam air. Penentuan pH merupakan tes yang paling penting dan paling

sering digunakan pada kimia air. pH digunakan pada penentuan alkalinitas, CO2, serta

dalam kesetimbangan asam basa. Pada temperatur yang diberikan, intensitas asam atau

karakter dasar suatu larutan diindikasikan oleh pH dan aktivitas ion hidrogen. Terjadinya

perubahan pada pH air bisa menyebabkan berubahnya bau, rasa, dan warna tergantung

berapa besar pH air. Pada proses pengolahan air seperti koagulasi, desinfeksi, dan

pelunakan air, nilai pH harus dijaga sampai rentang dimana organisme partikulat terlibat.

Asam dan basa pada dasarnya dibedakan dari rasanya kemudian dari efek yang

ditimbulkan pada indikator. Reaksi netralisasi dari asam dan basa selalu menghasilkan

air. Ion H+ dan OH– selalu berada pada keseimbangan kimiawi yang dinamis dengan

H2O berdasarkan reaksi.

H2O ↔ H+ + OH–

Ion hidrogen bersifat asam. Keberadaan ion hidrogen menggambarkan nilai pH derajat

keasaman yang dinyatakan dengan persamaan

pH = – log [H+] ………

Konsentrasi ion hidrogen dalam air murni yang netral adalah 10-7 g/l. Nilai disosiasi

(Kw) pada suhu 25oC sebesar 10-14 seperti yang ditunjukkan pada persamaan.

5
[H+] + [OH–] = Kw

Skala pH berkisar antara 0 – 14. Klasifikasi nilai pH adalah sebagai berikut:

 pH = 7 menunjukkan keadaan netral

 0 < pH < 7 menunjukkan keadaan asam

 7 < pH < 14 menunjukkan keadaan basa (alkalis)

2.2.1.2 BOD

BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang

menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya

bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalamkondisi aerobik.

Selain itu BOD juga merupakan sebagai suatu ukuran jumlah oksigenyang digunakan

oleh populasi mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap

masuknya bahan organik yang dapat diurai. Dari pengertian-pengertian ini dapat

dikatakan bahwa walaupun nilai BOD menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk

mudahnya dapat juga diartikan sebagai gambaran jumlah bahan organik mudah urai

(biodegradable organics) yang ada di perairan. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk

menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan untuk mendesain sistem

pengolahan secara biologis. Adanya bahan organik yang cukup tinggi (ditunjukkan

dengan nilai BOD dan COD) menyebabkan mikroba menjadi aktif dan menguraikan

bahan organik tersebut secara biologis menjadi senyawa asam-asam organik.

Pemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organik dengan oksigen di

dalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerob. Apabila di

dalam perairan banyak mengandung sampah organik, jumlah oksigen yang diperlukan
6
oleh mikroorganisme untuk memecah sampah tersebut akan besar, dan ini berarti angka

BOD-nya tinggi. Angka BOD tinggi berarti angka DO rendah. Dengan banyak oksigen

yang digunakan untuk memecah sampah maka kadar oksigen yang terlarut dalam air

akan menurun, demikian pula untuk angka COD. Perairan yang mempunyai BOD tinggi

umumnya akan menimbulkan bau tidak sedap, sebab apabila BOD tinggi berarti DO

rendah dan berarti pula pemecahan sampah organik akan berlangsung anaerob (tanpa

oksigen). Air yang bersih adalah yang B.O.D nya kurang dari 1 mg/l atau 1ppm, jika

B.O.D nya di atas 4 ppm, air dikatakan tercemar.

2.2.1.3 COD

Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan

untuk mengoksidasi seluruh bahan-bahan organik yang ada dalam air baik yang mudah

diuraikan secara biologis maupun terhadap yang sukar atau tidak bisa diuraikan secara

biologis. Pengukuran COD dilakukan untuk mengetahui tingkat penguraian produk-

produk kimiawi seperti senyawa minyak dan buangan kimia lainnya yang sangat sulit

atau bahkan tidak bisa diuraikan oleh mikroorganisme. Selisih hasil nilai antara

pengukuran COD dan BOD memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit

terurai di perairan tersebut. Nilai dari COD bisa sama dengan BOD, tetapi nilai BOD

tidak bisa lebih besar dari COD, jadi nilai COD dapat menggambarkan jumlah total

bahan organik yang ada. Nilai BOD tidak bisa lebih besar dari COD karena senyawa

kompleks anorganik yang ada di perairan yang dapat teroksidasi juga akan ikut dalam

reaksi pengujian (Barus, 2002). Metode standar penentuan kebutuhan oksigen kimiawi

atau COD yang digunakan saat ini kebanyakan masih melibatkan penggunaan oksidator

kuat kalium bikromat, asam sulfat pekat, dan perak sulfat sebagai katalis. Hasil

7
pengukuran yang dilakukan di beberapa stasiun di Waduk Penjalin menunjukkan adanya

variasi nilai COD.

2.2.1.4 DO

Oksigen sangat penting karena dibutuhkanolehorganisme perairan. Kebutuhan

akan oksigen terlarut bagi jenis dan stadium (fase) kehidupan ikan berbeda-beda.

Demikian pula dalam lingkungan yang sama, kebutuhan akan oksigen berbeda-beda

tergantung pada jenis ikannya. Pada umumnya kebutuhan akan oksigen pada stadium

dini lebih tinggi daripada stadium yang lanjut. Batas-batas kritis bagi ikan sangat

tergantung pada aklimatisasi dan faktor-faktor lingkungan lainnya.

Oksigen terlarut diperlukan oleh hampir semua bentuk kehidupan akuatik untuk proses

pembakaran dalam tubuh. Beberapa bakteri dan binatang dapat hidup tanpa O2

(anaerobik) sama sekali; lainnya dapat hidup dalam keadaan anaerobik hanya sebentar,

tetapi memerlukan penyediaan O2 yang berlimpah setiap saat. Kebanyakan dapat hidup

dalam keadaankandungan O2 yang rendah sekali, tapi tak dapat hidup tanpa O2 sama

sekali. Keadaan oksigen dalam air sangat mempengaruhi kehidupan organisme, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan keadaan oksigen dalam air sangat

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah suhu.

Oksigen terlarut dalam air diperoleh dari:

1. Langsung dari udara.

Penyerapan oksigen dari udara dapat dengan melalui dua cara yaitu:

Dengan difusi langsung dari atmosfir (udara),

Dengan melalui pergerakan air yang teratur seperti gerakan gelombang, air

terjun dan perputaran (rotasi) air.

8
2. Hasil fotosintesis dari tanaman berklorofil.

Aktivitas tanaman berklorofil melepaskano oksigen langsung ke dalam air

melalui fotosintesis. Jumlah oksigen yang diperoleh dari hasil fotosintesis

tumbuhan tergantung pada dua faktor yaitu:

Jumlah tanaman air dalam suatu perairan (konsentrasi fitoplankton dalam

air). Lamanya cahaya yang efektif diterima oleh tanaman air.

Pada dasarnya proses penurunan oksigen dalam air disebabkan oleh proses

kimia, fisika dan biologi yaitu:

• Proses pernafasan (respirasi) baik oleh hewan maupun tanaman.

• Proses penguraian (dekomposisi) bahan organik.

• Dasar perairan yang bersifat mereduksi.

2.2.1.5 FOSFAT

Fosfat dalam air sungai berbentuk ion fosfat. Ion fosfat dibutuhkan pada proses

fotosintesis dan proses lainnya dalam tumbuhan (bentuk ATP, ADP dan Nukleotid

koenzim). Penyerapan dari fosfat dapat berlangsung terus walaupun dalam keadaan

gelap. Ortofosfat (H3PO4) adalah bentuk fosfat anorganik yang paling banyak terdapat

dalam siklus fosfat. Distribusi bentuk yang beragam dari fosfat di air sungai dipengaruhi

oleh proses biologi dan fisik. Dipermukaan air, fosfat di angkut oleh fitoplankton sejak

proses fotosintesis. Konsentrasi fosfat di atas 0,3 µm akan menyebabkan kecepatan

pertumbuhan pada banyak spesies fitoplankton. Untuk konsentrasi dibawah 0,3 µm ada

bagian sel yang cocok menghalangi dan sel fosfat kurang diproduksi.

(asphyxiation), selain keracunan karena zat toksin yang diproduksi oleh fitoplankton

(genus Dinoflagelata). Fitoplankton mengakumulasi N, P, dan C dalam tubuhnya,

9
masing – masing dengan nilai CF (concentration factor) 3 x 104 untuk P, 16(3 x 104)

untuk N dan 4 x 103 untuk C.

Diperairan, bentuk unsur fosfor berubah secara terus menerus akibat proses

dekomposisi dan sintesis antara bentuk organik, dan bentuk anorganik yang dilakukan

oleh mikroba. Semua polifosfat mengalami hidrolisis membentuk ortofosfat. Perubahan

ini bergantung pada suhu yang mendekati titik didih, perubahan polifosfat menjadi

ortofosfat berlangsung cepat. Kecepatan ini meningkat dengan menurunnya nilai pH.

Perubahan polifosfat menjadi ortofosfat pada air limbah yang mengandung banyak

bakteri lebih cepat dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada air bersih.

Daur fosfor terlihat akibat aliran air pada batu-batuan akan melarutkan bagian

permukaan mineral termasuk fosfor akan terbawa sebagai sedimentasi ke dasar sungai

dan akan dikembalikan ke daratan.

Nilai kelarutan fosfat dalam air ditentukan oleh jenis mineral fosfat, mineral

hidroksiapatit merupakan mineral fosfat yang mempunyai kelarutan tinggi, dengan

demikian idealnya untuk pupuk alam digunakan endapan fosfat yang kandungan mineral

hidroksiapatitnya cukup tinggi.

2.2.1.6 NO3

Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan

nitrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat nitrogen sangat mudah larut

dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna

senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses yang penting dalam

siklus nitrogen dan berlangsung aerob (Effendi, 2003). Nitrat adalah salah satu jenis

10
senyawa kimia yang sering ditemukan di alam, seperti dalam tanaman dan air. Senyawa

ini terdapat dalam tiga bentuk, yaitu ion hitrat (ion NO3) ketiga bentuk senyawa nitrat

ini menyebabkan efek yang sama terhadap ternak meskipun pada konsentrasi yang

berbeda (Stohenow dan Lardy, 1998, Cassel dan Boran 2000 dalam yuningsih, 2003).

Dalam kondisi dimana konsentrasi oksigen terlarut sangat rendah dara terjadi proses

kebaikan dari nitrifikasi yaitu proses denitrifikasi dimana nitrat melalui nitrit akan

menghasilkan nitrogen bebas yang akhirnya akan lepas ke udara atau dapat juga kembali

membentuk ammonium / amoniak melalui proses fikasi altrat (Barus, 2001). Ammonia

berada dalam air karena pemupukan kotoran biota budidaya dan hasil kegiatan jasad

renik did alam pembusukan bahan organik yang kaya akan nitrogen (protein). Senyawa

asam ini dapat digunakan oleh fitoplankton dan tumbuhan air setelah diubah menjadi

nitrit dan nitrat oleh bakteri dalam proses nitrifikasi (Kordi, 2009).

2.2.1.7 NH3-N

Ammonia merupakan perombakan senyawa nitrogen oleh organisme renik yang

dilakukan pada perairan anaerob atau kandungan oksigen terlarut dalam air kurang. Di

dalam air ammonia mempunyai dua bentuk senyawa yaitu senyawa ammonia bukan ion

(NH3) dan berupa ion amonium (NH3+). Dalam kaitannya dengan usaha pembenihan

ikan laut, NH3 akan dapat meracuni ikan sedangkan NH3+ tidak berbahaya kecuali

dalam konsentrasi sangat tinggi. Konsentrasi NH3 yang tinggi biasanya terjadi setelah

fitoplankton mati kemudian diikuti dengan penurunan pH air disebabkan konsentarsi

CO2 meningkat.

Batas pengaruh yang mematikan ikan apabila konsentarsi NH3 pada perairan tidak lebih

dari 1 ppm karena dapat menghambat daya serap hemoglobin darah terhadap oksigen

11
dan ikan akan mati kartena sesak napas. Perombakan senyawa nitrogen pada perairan

aerob akan menghasilkan senyawa nitrat yang dapat diserap oleh organisme nabati

sampai menjadi senyawa organik berupa protein.

2.2.1.8 ARSEN

Arsen telah dikenal sebagai zat kiimia yang sangat berbahaya. Keracunan arsen

yang akut dapat berasal dari makanan yang jumlahnya lebih dari 100 mg unsure

tersebut. Keracunan kronis dapat terjadi melalui makanan dalam jumlah arsen yang

sedikit dalam periode waktu yang lama. Dari bermacam-macam kejadian diketahui

bahwa arsen bersifat karsinogenik.

Dalam kerak bumi, As terdapat pada konsentrasi rata-rata 2 – 5 ppm. Pembakaran

bahan bakar fosil terutama batu bara, mengeluarkan sejumlah arsen ke Lingkungan,

dimana sebagian besar akan masuk ke dalam perairan alami. Arsen terdapat di alam

bersama-sama dengan mineral fosfat dan dilepaskan ke lingkungan bersama-sama

dengan senyawa fosfor. Beberapa pestisida mengandung senyawa arsen yang sangat

toksik. Sumber utama lain dari arsen adalah hasil akhir penambangan logam. Arsen yang

dihasilkan sebagai hasil ikatan dari pertambangan tembaga, emas dan limbah

terakumulasi sebagai limbah.

2.2.1.9 KOBALT

Memiliki standar < 150 ppm

Logam Kombalt banyak digunakan dalam perindustrian sebagai bahan campur

pembuatan mesin pesawat, dsb. Pada manusia, Co dibutuhkan sedikit dalam proses

pembentukan leukosit dan dapat diperoleh dari vitamin B12. Keracunan kobalt dalam

12
jumlah banyak akan merusak kelenjar tiroid. Penderita juga berpotensi mengalami gagal

jantung.

2.2.1.10 BARIUM

Barium adalah logam putih keperakan yang ditemukan dalam lingkungan, karena

barium merupakan 14 unsur paling berlimpah dalam kerak bumi.

Kadar barium paling besar adalah dalam kerak bumi, jadi kemungkinan cemaran akibat

barium cukup kecil. Pekerja industry barium lebih memiliki kemungkinan dikenai

cemaran. Dengan terlalu lama menghirup debu/ udara yang mengandung barium sulfat/

barium karbonat akan menyebabkan tekanan darah meningkat, perubahan irama jantung,

kerusakan hati, dsb.

Sifat Barium adalah toksik dengan hati. Jadi kandungan air senyawa jika masuk ke

tubuh bisa merusak bagian Hati dengan seketika.

2.2.1.11 BORON

Senyawa boron tidak reaktif dalam air. Jika air sampai terkena cemaran senyawa

ini, pastilah dikarenakan kesengajaan. Adanya boron dalam tubuh mahluk hidup akan

menginfeksi hati, lambung, ginjal, bahkan kematian. Dengan 5gram boron saja akan

menyebabkan penyakit diatas bekerja. Kemungkinan infeksi boron akibat makanan juga

kecil, karena boron tidak memupuk di jaringan hewan.

Lalu bagaimana boron bekerja? Boron mulai mencemari manhluk hidup yang

menghirup paparan debu borat di tempat kerja. Hewan yang terkena paparan debu borat

akan melahirkan anak yang cacat.

2.2.1.12 SELENIUM

Memiliki standar < 0.01 Mg/L

13
Pada daerah tadah hujan/ Seleniferous, kadar selenium cukup tinggi. Hal ini

sebaiknya diimbangi oleh badan air konvensional agar tidak terjadi keracunan pada

konsumen air minum. Mengingat daerah tadah hujan ini, juga merupakan sumber air

minum bagi sebagian masyarakat.

2.2.1.13 KADMIUM

Analisa kadmium di air dan air limbah menggunakan SNI 06-6989.38-2005 yaitu

cara uji kadar kadmium (Cd) dengan spektrofotometer serapan atom (SSA) secara

tungku karbon. Ruang lingkup metode ini untuk kadar 0,5 µg/l – 10,0 µg/l pada panjang

gelombang 228,8 nm. Prinsip metode ini adalah contoh uji air dan air limbah

ditambahkan asam nitrat kemudian dilanjutkan dengan pemanasan yang bertujuan untuk

melarutkan analit kadmium dan menghilangkan zat-zat pengganggu, selanjutnya diukur

serapannya dengan SSA tungku karbon dengan gas argon sebagai gas pembawa.

2.2.1.14 KHROM (IV)

Kromium banyak terdapat pada air laut maupun sungai. Kromium(VI) adalah

oksidator kuat pada pH rendah atau netral. Anion terpenting adalah anion kromat

(CrO2−4) dan anion dikromat (Cr2O2−7), Natrium kromat diproduksi dalam skala

industri melalui pemanggangan oksidatif bijih kromit dengan kalsium atau natrium

karbonat. Oleh karena itu, spesies dominan, berdasarkan hukum aksi massa, ditentukan

oleh pH larutan. Perubahan dalam kesetimbangan nampak berdasarkan perubahan warna

dari kuning (kromat) menjadi jingga (dikromat), seperti ketika asam ditambahkan ke

dalam larutan netral kalium kromat. Pada pH yang lebih rendah lagi, dimungkinkan

kondensasi lebih lanjut menjadi oksianion kromium yang lebih kompleks.

14
2.2.1.15 TEMBAGA

Memiliki standar < 1 Mg/Hari

Tembaga merupakan logam murni yang digunakan sebagai campuran dalam

pabrik kawat, pelapis logam, dll. Senyawa ini cukup cepat larut dalam air, sehingga

menimbulkan rasa pada air. Padahal sifat air seharusnya netral.

Dampak yang bisa ditimbulkan, meliputi:

1. Kebutuhan Cu pada ambang sewajarnya bisa membantu perempuan untuk

diet

2. Kelebihan kadar Cu akan menimbulkan gejala awal muntah, diare kram perut

dan mual.

3. Untuk intensitas tinggi mengakibatkan kerusakan liver dan ginjal

2.2.1.16 BESI

Besi atau Ferrum (Fe) merupakan metal berwarna putih keperakan, liat, dan dapat

dibentuk. Pada perairan alami dengan pH sekitar 7 dan kadar oksigen terlarut yang

cukup, ion ferro yang bersifat mudah larut, dioksidasi menjadi ion ferri. Pada air

permukaan jarang ditemui kadar Fe yang lebih besar dari 1 mg/l, tetapi dalam air tanah,

kadar Fe dapat jauh lebih tinggi. Pada air yang tidak mengandung oksigen, seperti air

tanah, besi berada sebagai Fe2+ yang cukup padat terlarut, sedangkan pada air sungai

yang mengalir dan terjadi aerasi, Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+ yang sulit larut pada pH

6 sampai 8 (kelarutan hanya di bawah beberapa µg/l), bahkan dapat menjadi

ferihidroksida Fe(OH)3 atau salah satu jenis oksida yang merupakan zat padat dan bisa

mengendap. Dalam air sungai, besi berada sebagai Fe2+, Fe3+ terlarut, dan Fe3+ dalam

bentuk senyawa organis berupa koloidal. Besi merupakan sumber makanan utama bagi

15
bakteri besi (crentothrix, leptothrix, dan gallionella) yang dapat menimbulkan bau,

bentuknya kotor, dan memiliki rasa yang aneh.

Besi termasuk unsur yang penting bagi makhluk hidup. Pada tumbuhan, besi

berperan sebagai penyusun sitokrom dan klorofil. Kadar besi yang berlebihan dapat

menimbulkan warna merah, menimbulkan karat pada peralatan logam, serta dapat

memudarkan bahan celupan (dyes) dan tekstil. Pada tumbuhan, besi berperan dalam

sistem enzim dan transfer elektron pada proses fotosintesis. Besi banyak digunakan

dalam kegiatan pertambangan, industri kimia, bahan celupan, tekstil, penyulingan,

minyak, dan sebagainya (Eckenfelder, 1989 dalam Effendi, 2003). Pada air minum, Fe

dapat menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan

bakteri besi, dan kekeruhan.

2.2.1.17 TIMBAL

Timbal atau dikenal sebagai logam Pb dalam susunan unsur merupakan logam

berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke alam dalam jumlah

kecil melalui proses alami termasuk letusan gunung berapi dan proses geokimia. Timbal

adalah logam yang yang dapat merusak sistem syaraf jika terakumulasi dalam jaringan

halus dan tulang untuk waktu yang lama. Logam ini sangat resistan (tahan) terhadap

korosi, oleh karena itu seringkali dicampur dengan cairan yang bersifat korosif (seperti

asam sulfat).

Timbal, terdapat dalam air dengan bilangan oksidasi Pb2+, dan dikeluarkan oleh

sejumlah industri dan pertambangan. Timbal yang berasal dari bahan bakar bertimbal

merupakan sumber utama dari timbal di atmosfer dan daratan yang kemudian dapat

16
masuk di perairan alami. Timbal yang berasal dari batuan kapur merupakan sumber

timbal dari perairan alami (Rukaesih, 2004).

Timbal dapat masuk dalam ke perairan melalui pengkristalan di udara yang

merupakan pembakaran hasil pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor dengan

bantuan hujan. Dapat pula sebagai akibat proses korosifikasi bahan mineral akibat

hempasan dan angin. Timbal (Pb) yang masuk kedalam bahan perairan sebagai dampak

aktifitas manusia, di antaranya dalam air buangan (limbah) industri yang berkaitan

dengan timbal (Pb) yang jatuh pada jalur-jalur perairan seperti anak sungai dan terbawa

menuju laut.

2.2.1.18 MANGAN

Mangan (Mn), metal kelabu-kemerahan, merupakan kation logam yang memiliki

karakteristik kimia serupa dengan besi. Mangan berada dalam bentuk manganous

(Mn2+) dan manganik (Mn4+). Di dalam tanah, Mn4+ berada dalam bentuk senyawa

mangan dioksida yang sangat tak terlarut di dalam air dan mengandung karbondioksida.

Pada kondisi reduksi (anaerob) akibat dekomposisi bahan organik dengan kadar yang

tinggi, Mn4+ pada senyawa mangan dioksida mengalami reduksi menjadi Mn2+ yang

bersifat larut. Mn2+ berikatan dengan nitrat, sulfat, dan klorida serta larut dalam air.

Mangan dan besi valensi dua hanya terdapat pada perairan yang memiliki kondisi

anaerob (Cole, 1988 dalam Effendi, 2003). Jika perairan mendapat cukup aerasi, Mn2+

mengalami reoksidasi membentuk Mn4+ yang selanjutnya mengalami presipitasi dan

mengendap di dasar perairan (Moore, 1991 dalam Effendi, 2003).

Mangan biasanya muncul dalam air sumur sebagai Mn(HCO3)2, MnCl2, atau

MnSO4. Mangan juga dapat ditemukan di dasar reservoir dimana terjadi kondisi anaerob

17
akibat terjadinya proses dekomposisi. Kenaikan pH menjadi 9 – 10 dapat menyebabkan

Mg berpresipitasi dalam bentuk yang tidak terlarut. Kadar mangan pada kerak bumi

sekitar 950 mg/kg. Kadar mangan pada perairan alami sekitar 0,2 mg/liter atau kurang.

Kadar yang lebih besar dapat terjadi pada air tanah dalam dan pada danau yang dalam.

Perairan yang diperuntukkan bagi irigasi pertanian untuk tanah yang bersifat asam

sebaiknya memiliki kadar mangan sekitar 0,2 mg/liter, sedangkan untuk tanah yang

bersifat netral dan alkalis sekitar 10 mg/liter.

2.2.1.19 AIR RAKSA

Air raksa atau merkuri (Hg) adalah logam berwujud cair yang ditemukan dalam

endapan alam seperti bijih bersama unsur-unsur lainnya. Air raksa dipergunakan sebagai

produk elektrik seperti batu baterai sel kering, lampu neon, switch, dan lain-lain. Sumber

utama air raksa dalam air minum adalah erosi endapan alam, debit dari kilang dan

pabrik, limpasan dari tempat pembuangan sampah, dan limpasan dari lahan pertanian.

Metode perlakuan berikut telah terbukti efektif untuk menghilangkan air raksa di bawah

0,002 mg/L atau 2 ppb yaitu koagulasi / filtrasi, karbon aktif granular, lime softening,

dan reverse osmosis.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 492/Menkes/Per/IV/2010

tentang persyaratan kualitas air minum, air raksa termasuk parameter tambahan kimiawi

anorganik. Kadar maksimun air raksa yang diperbolehkan adalah 0,001 mg/l.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan Pengendalian Pencemaran air Kelas satu yaitu air yang peruntukannya dapat

digunakan untuk air baku air minum dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan

mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut kadar maksimum air raksa yang

18
diperbolehkan adalah 0,001 mg/l. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut kadar maksimun

air raksa yang diperbolehkan adalah 0,001 mg/l.

2.2.1.20 SENG

Memiliki standard < 1-1.5 Mg/L

Jika pemberian kadar seng pada mahluk hidup melebihi dosis, akan menyebabkan

hambatan pertumbuhan pada anak. Rasa pahit dan sepat pada air minum akan dirasakan

apabila kadar seng sudang diambang batas/ berlebih.

2.2.1.21 KHLORIDA

Sekitar 3/4 dari klorin (Cl2) yang terdapat di bumi berada dalam bentuk larutan.

Unsur klor dalam air terdapat dalam bentuk ion klorida (Cl–). Ion klorida adalah salah

satu anion anorganik utama yang ditemukan pada perairan alami dalam jumlah yang

lebih banyak daripada anion halogen lainnya. Klorida biasanya terdapat dalam bentuk

senyawa natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan kalsium klorida (CaCl2).

Selain dalam bentuk larutan, klorida dalam bentuk padatan ditemukan pada batuan

mineral sodalite [Na8(AlSiO4)6]. Pelapukan batuan dan tanah melepaskan klorida ke

perairan. Sebagian besar klorida bersifat mudah larut. Klorida terdapat di alam dengan

konsentrasi yang beragam. Kadar klorida umumnya meningkat seiring dengan

meningkatnya kadar mineral. Kadar klorida yang tinggi, yang diikuti oleh kadar kalsium

dan magnesium yang juga tinggi, dapat meningkatkan sifat korosivitas air. Hal ini

mengakibatkan terjadinya perkaratan peralatan logam.

19
Klorida tidak bersifat toksik bagi makhluk hidup, bahkan berperan dalam

pengaturan tekanan osmotik sel. Klorida tidak memiliki efek fisiologis yang merugikan,

tetapi seperti amonia dan nitrat, kenaikan akan terjadi secara tiba-tiba di atas baku mutu

sehingga dapat menyebabkan polusi. Toleransi klorida untuk manusia bervariasi

berdasarkan iklim, penggunaannya, dan klorida yang hilang melalui respirasi. Klorida

dapat menimbulkan gangguan pada jantung/ginjal.

2.2.1.22 SIANIDA

Senyawa ini paling cepat reaksi racunnya, hanya butuh hitungan menit bisa

mengakibatkan keracunan bahkan kematian. Hal ini dikarenakan Sianida menghambat

metabolism pengubahan oksigen dan berbentuk asphyxia yang diikuti kematian.

Kemungkinan tercemarnya air terhadap sianida sangat kecil, kecuali disengaja/ kriminal

(seperti kasus Mirna ‘kopi sianida’). Maka dari itu diperlukan pengecekan sekala

berkala terhadap kualitas air minum, penyelipan kertas pikrat bisa menjadi solusinya.

Apabila warna kertas berubah dari kuning menjadi merah bata. Intensitas kepekatan

kertas itu disandingkan dengan kertas yang diselipkan ke KCN/NaCN.

Langkah sederhana inilah, yang bisa mencegah kecelakaan akibat sianida.

2.2.1.23 FLUORIDA

Fluor (F) merupakan salah satu unsur yang melimpah pada kerak bumi. Fluor

adalah halogen yang sangat reaktif sehingga selalu terdapat dalam bentuk senyawa.

Unsur ini ditemukan dalam bentuk ion fluorida (F–). Fluor yang berikatan dengan kation

monovalen, misalnya NaF, AgF, dan KF bersifat mudah larut; sedangkan fluor yang

berikatan dengan kation divalen, misalnya CaF2 dan PbF2 bersifat tidak larut dalam air.

20
Sumber fluorida di alam adalah fluorspar (CaF2), cryolite (Na3AlF6), dan fluorapatite.

Keberadaan fluorida juga dapat berasal dari pembakaran batu bara. Fluorida banyak

digunakan dalam industri besi baja, gelas, pelapisan logam, aluminium, dan pestisida

(Eckenfelder, 1989). Sejumlah kecil fluorida menguntungkan bagi pencegahan

kerusakan gigi, akan tetapi konsentrasi yang melebihi kisaran 1,7 mg/liter dapat

mengakibatkan pewarnaan pada enamel gigi, yang dikenal dengan istilah mottling

(Sawyer dan McCarty, 1978). Kadar yang berlebihan juga dapat berimplikasi terhadap

kerusakan pada tulang.

Fluorida anorganik bersifat lebih toksik dan lebih iritan daripada yang organik.

Keracunan kronis menyebabkan orang menjadi kurus, pertumbuhan tubuh terganggu,

terjadi fluorisasi gigi serta kerangka, dan gangguan pencernaan yang disertai dengan

dehidrasi. Pada kasus keracunan berat akan terjadi cacat tulang, kelumpuhan, dan

kematian.

2.2.1.24 NITRIT SEBAGAI N

Biasanya senyawa ini ditemukan dalam kegiatan pertanian. Hal ini dikarenakan

kebiasaan petani menggunakan pupuk nitrogen (urea). Jika senyawa ini melebihi batas,

akan menyebabkan terjadinya methaemoglobinameia. Penyakit ini menyebabkan kondisi

haemogoblin dalam darah berubah menjadi methaemoglobin, sehingga mahluk hidup

menjadi kekurangan oksigen. Selain methaemoglobinameia juga akan menyebabkan

gangguan pencernaan (Gastro Intestinal), Diare dengan darah, Convulsi, Shock, Koma,

dsb.

2.2.1.25 SULFAT

21
Ion sulfat (SO4) adalah anion utama yang terdapat di dalam air. Jumlah ion sulfat

yang berlebih dalam air minum menyebabkan terjadinya efek cuci perut pada manusia.

Sulfat mempunyai peranan penting dalam penyaluran air maupun dalam penggunaan

oleh umum. Sulfat banyak ditemukan dalam bentuk SO42- dalam air alam.

Kehadirannya dibatasi sebesar 250 mg/l untuk air yang dikonsumsi oleh manusia. Sulfat

terdapat di air alami sebagai hasil pelumeran gypsum dan mineral lainnya. Sulfat dapat

juga berasal dari oksidasi terakhir sulfida, sulfit, dan thiosulfat yang berasal dari bekas

tambang batubara. Kehadiran sulfat dapat menimbulkan masalah bau dan korosi pada

pipa air buangan akibat reduksi SO42- menjadi S– dalam kondisi anaerob dan bersama

ion H+ membentuk H2S.

Dalam pipa, proses perubahan secara biologis terjadi selama transportasi air

buangan. Perubahan ini memerlukan O2. Apabila kandungan O2 tidak cukup dari aerasi

natural udara dalam pipa, terjadi reduksi sulfat dan terbentuk ion sulfida. S– akan

berubah menjadi H2S pada pH tertentu dan sebagian lepas ke udara di atas air buangan.

Bila pipa berventilasi baik dan dindingnya kering, hal ini tidak akan menimbulkan

masalah. Bila terjadi hal sebaliknya, keseimbangan berkumpul pada dinding bagian atas

pipa. H2S larut dalam air sesuai dengan tekanan parsial udara dalam pipa dan bakteri

akan mengoksidasi H2S menjadi H2SO4, yang dapat merusak beton (dikenal dengan

crown korosi). Metode turbidimeter merupakan salah satu metode analisa yang

digunakan untuk mengukur sulfat dengan prinsip barium sulfat terbentuk setelah contoh

air ditambahkan barium khlorida yang berguna untuk presipitasi dalam bentuk koloid

dengan bantuan larutan buffer asam yang mengandung MgCl, potassium nitrat, sodium

asetat, dan asam asetat sesuai reaksi.

22
SO42- + BaCl2 →BaSO4 (koloid) + 2 Cl–

Metode ini dapat dilakukan dengan cepat dan lebih sering digunakan daripada metode

lainnya. Konsentrasi sulfat > 10 mg/l dapat dianalisa dengan mengambil sulfat dalam

jumlah kecil dan melarutkannya dalam 50 ml contoh air.

2.2.1.26 KHLORIN BEBAS

Klorin yang biasanya digunakan untuk bahan pemutih/ penjernih air, jelas

mengandung senyawa sodium hipoklorit/ kalsium hipoklorit atau KAPORIT. Senyawa

kaporit ini menghasilkan gas klorin yang beracun sehingga dapat digunakan sebagai

desinfektan untuk membasmi kuman pantogen dalam air minum (Wiryawan,2003;

coppock et al., 1988). Namun Klorin sendiri menyebabkan iritasi pada kulit lapisan

mukosa mahluk hidup. Iritasi yang dimaksud adalah iritasi local saluran usus, dimana

pengobatannya dengan cara pemberian alkali encer.

Hal ini membuktikan senyawa klorin cukup berbahaya pada mahluk hidup,

pernah mendengar istilah ‘Jangan berenang terlalu lama karena adanya kaporit kolam’?

jika terlalu lama berenang, maka kulit akan berubah tekstrur dan warnanya.

Jika penggunaan klorin dalam ambang sewajarnya, dampak negative ini bisa dicegah.

Kita harus tetap waspada, karena klorin sangat dekat dengan air yang mana sumber

kehidupan mahluk hidup.

2.2.1.27 BELERANG

Memiliki standar sebagai air bersih berkisar < 400 ppm

Memiliki standat sebagai air minum berkisa < 250 ppm

23
Belerang sebagai logam tidak larut dalam air dan ketika larut dalam air, larut

wujudnya sudah berubah menjadi gas sulfide H2S dan sulfat SO4. Sulfat sendiri tidak

berbau, tetapi jika bercampur dengan air akan membuat rasa pahit.

Dengan kadar 1 ppm air yang tercampur belerang akan menghasilkan bau aneh. Padahal

sifat air seharusnya netral Dengan kadar 500 ppm air yang tercampur belerang akan

menghasilkan rasa pahit.

2.2.2 Kimia Organik

2.2.2.1 MINYAK DAN LEMAK

Pembuangan limbah ini disebabkan terjadinya peledakan di sumur minyak/

dampak dari pekerjaan mahluk hidup yang tidak memperhatikan lingkungan sekitarnya.

Hal ini membuat organism laut menjadi mati dan keracunan.

Bila tidak ada pembatasan pengeboran dan sebagainya dari pihak pemerintah atau

perusahaan itu sendiri, dampak yang lebih parah bisa sampai di manusia.

2.2.2.2 DETERGEN SEBAGAI MBAS

Bloomingnya tanaman di sungai akibat kadar PO4 yang tinggi, hal ini diimbangi

dengan industry rumah tangga yang membuang detergen berlebih pada sungai. Alhasil

proses Eutrofikasi tak terhindarkan. Kematian organism air juga tidak terhindarkan.

2.2.2.3 FENOL

Limbah senyawa fenol dalam perairan dapat merugikan karena:

- Menimbulkan keracunan pada ikan dan biota yang menjadi makanannya.

- Menguras oksigen dalam air. Hal ini disebabkan penguraian senyawa-

senyawa fenol oleh mikro – organisme membutuhkan jumlah oksigen yang

banyak.

24
- Menimbulkan rasa tak sedap pada daging ikan.

Senyawa-senyawa fenol yang terdapat dalam air laut berasal dari limbah rumah

tangga, industri dan pertanian. Senyawa-senyawa fenol pada kadar yang tinggi dapat

bersifat toksik, tetapi masalah utama yang dapat ditimbulkan adalah rasa dan bau. Air

yang mengandung fenol = 0,001 ppm tidak mempunyai rasa dan bau, tetapi fenol pada

kadar tersebut sangat sukar untuk dideteksi.

2.2.2.4 BHC

Benzene Hexachlorida (BHC) adalah bahan kimia organoklorin varian dari

hexachlorocyclohexane yang telah digunakan baik sebagai insektisida pertanian dan

sebagai pengobatan untuk kutu kudis. Benzene Hexachlorida (BHC) berbentuk serbuk

putih yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam benzen, karbon disulfida, kloroform,

dan eter. Dalam kondisi lingkungan, ia memiliki degradasi sangat rendah.

Benzene Hexachlorida (C6H6Cl6) dibuat dari reaksi adisi antara benzene (C6H6) dan

chlorine (Cl2) pada suhu operasi 20 – 40 oC dan tekanan 1 atm.

2.2.2.5 ALDRIN / DIELDRIN

Adanya Aldrin/ Dieldrin berfungsi sebagai insektisida, yang bilamana dikonsumsi

manusia akan menyebabkan mutasi sel, kerusakan hati, gangguan SSP, dan kanker.

25
2.2.2.6 CHLORDANE

Adalah insektisida organoklorin dari jenis siklodin yang persisten. Bentuk

Chlordane sendiri menyerupai larutan tebal, butiran, konsentrat yang teremulsi, dan

berwarna kekuningan. Benda ini tidak berbau, namun dapat mengiritasi indra

penciuman. Insektisida yang dimaksud adalah untuk membasmi rayap.

Sifat chlordane sendiri melekat kuat pada tanah, namun tidak sampai menembus air

tanah. Dari segi hewan sendiri, sifatnya mengendap. Untuk air minum sendiri, chlordane

jarang dijumpai. Mahluk hidup lebih sering diserang ketika memakan, hasil pertanian

tanah yang terkena chlordane, bahkan memegang tanah bekas semprotan chlordane.

Chlordane yang tercemar pada tubuh manusia, kebanyakan dibuang melalui feces atau

diakumulasi dalam lemak total manusia.

Namun mahluk hidup yang terkena kontak langsung dengan chlordane dalam jangka

yang panjang, akan diserang melalui system saraf/ parahnya pembuluh otak juga

diserang.

2.2.2.7 DDT

Pada tahun 1962 Rachel Carson dalam bukunya yang terkenal, Silenty Spring

menjuluki DDT sebagai obat yang membawa kematian bagi kehidupan di bumi.

Demikian berbahayanya DDT bagi kehidupan di bumi sehingga atas rekomendasi EPA

(Environmental Protection Agency) Amerika Serikat pada tahun 1972 DDT dilarang

digunakan terhitung 1 Januari 1973. Pengaruh buruk DDT terhadap lingkungan sudah

mulai tampak sejak awal penggunaannya pada tahun 1940-an, dengan menurunnya

populasi burung elang sampai hampir punah di Amerika Serikat. Dari pengamatan

ternyata elang terkontaminasi DDT dari makanannya (terutama ikan sebagai mangsanya)

26
yang tercemar DDT. DDT menyebabkan cang-kang telur elang menjadi sangat rapuh

sehingga rusak jika dieram. Dari segi bahayanya, oleh EPA DDT digolongkan dalam

bahan racun PBT (persistent, bioaccumulative, and toxic) material.

Dua sifat buruk yang menyebabkan DDT sangat berbahaya terhadap lingkungan hidup

adalah:

Sifat apolar DDT: ia tak larut dalam air tapi sangat larut dalam lemak. Makin larut

suatu insektisida dalam lemak (semakin lipofilik) semakin tinggi sifat apolarnya. Hal ini

merupakan salah satu faktor penyebab DDT sangat mudah menembus kulit.

Sifat DDT yang sangat stabil dan persisten. Ia sukar terurai sehingga cenderung

bertahan dalam lingkungan hidup, masuk rantai makanan (foodchain) melalui bahan

lemak jaringan mahluk hidup. Itu sebabnya DDT bersifat bioakumulatif dan

biomagnifikatif. Karena sifatnya yang stabil dan persisten, DDT bertahan sangat lama di

dalam tanah; bahkan DDT dapat terikat dengan bahan organik dalam partikel tanah.

Dalam ilmu lingkungan DDT termasuk dalam urutan ke 3 dari polutan organik yang

persisten (Persistent Organic Pollutants, POP), yang memiliki sifat-sifat berikut:

tak terdegradasi melalui fotolisis, biologis maupun secara kimia,

- berhalogen (biasanya klor),

- daya larut dalam air sangat rendah,

- sangat larut dalam lemak,

- semivolatile,

- di udara dapat dipindahkan oleh angin melalui jarak jauh,

- bioakumulatif,

- biomagnifikatif (toksisitas meningkat sepanjang rantai makanan)

27
2.2.2.8 HEPTACHLOR DAN HEPTACHLOR EPOXIDE

Heptachlor adalah senyawa organoklorin yang digunakan sebagai insektisida.

Biasanya dijual sebagai bubuk putih atau cokelat, heptachlor adalah salah satu

insektisida cyclodiene. Pada tahun 1962, Silent Spring Rachel Carson mempertanyakan

keamanan heptachlor dan insektisida terklorinasi lainnya. Karena strukturnya yang

sangat stabil, heptachlor dapat bertahan di lingkungan selama beberapa dekade. EPA AS

telah membatasi penjualan produk heptachlor ke aplikasi spesifik dari kontrol semut api

di trafo bawah tanah. Jumlah yang bisa hadir dalam makanan yang berbeda diatur.

2.2.2.9 LINDANE

Adalah organoklorin varian kimia hexachlorocyclohexane yang telah digunakan

baik sebagai pertanian insektisida dan sebagai farmasi pengobatan untuk kutu-kudis.

Penggunaan lindane tidak ditelan karena berkibat masuk kedalam saluran pencernaan.

Benda ini juga memiliki fungsi untuk membasmi kutu dan sejenisnya dalam tubuh

ternak serta kutu di manusia. Melihat dari fungsinya sendiri, jika lindane sampai

tercampur dalam tubuh manusia akan langsung menyerang saraf pusat dan berlanjut ke

hati dan ginjal.

2.2.2.10 METHOXYCLOR

Pestisida yang menyebabkan efek kesehatan yang merugikan pada pasokan air

domestik dan merupakan racun bagi kehidupan air tawar dan laut.

28
2.2.2.11 ENDRIN

Memiliki standard untuk organism mahluk hidup 0.059 ug/ L

Sedangkan standard untuk air minum 2 ppb Adalah senyawa untuk membasmi

serangga maupun binatang pengerat. Penggunaan Endrin juga membasmi serangga

kapas pada batas tertentu, selebihnya membasmi hama tanaman lainnya. Endrin

cenderung mudah terakumulasi pada jaringan lemak, terutama yang hidup di air. Benda

yang memiliki waktu paruh dalam tanah kisaran 14 tahun ini, bisa menyebabkan

masalah dalam system saraf pusat. Dengan kadar 7.5 Mg/ Kg dapat menyebabkan

keracunan yang mengacu pada syaraf, terutama anak- anak.

2.2.2.12 TOXAPHAN

Adalah senyawa beracun jenis pestisida chlorinated hidrokarbon. Toxaphene terdiri


dari 200 campuran senyawa organic, biasanya berbentuk padatan berwarna kuning dan
berbau terpentin. Sifatnya tidak terbakar dan akan menguap ketika dicampurkan senyawa
lainnya.

Kegunaan Toxaphene lainnya, yaitu:

1. Mengendalikan hama pada tanaman kapas dan tanaman lainnya


2. Mengendalikan hama pada hewan- hewan ternak
3. Meracuni ikan

Toxaphene sangat lama didegradasi di lingkungan, dan mengendap bila di ikan dan
mamalia.

Cara mencemari toxaphene melalui udara maupun air dalam jarak jauh.

Efek cemaran ini akan berdampak negative, seperti:

1. Toxaphene menyerang neurotoxin senteral dan perifer yang dapat akibatkan


kerusakan hati dan ginjal.
2. Gejala ringan yang ditimbulkan: pusing, mual, dan muntah

29
3. Gejala kronis yang ditimbulkan: tuli sementara, berat badan& nafsu makan
turun
Gejala Berat yang ditimbulkan: Gejala ringan yang diimbangi dengan emosi, kejang dan

buih di mulut. Kejang yang tidak ditangani secara cepat bisa- bisa kelewatan sampai

meninggal.

2.3 PARAMETER MIKROBIOLOGI

2.3.1 FECAL COLIFORM

Bakteri fecal coliform adalah bakteri yang ditemukan dalam tinja. Coliform tinja

adalah subset dari kelompok yang lebih besar dari organisme yang dikenal sebagai

bakteri coliform. Bakteri coliform dijelaskan dalam Metode Standar untuk

Pemeriksaan Air dan Air Limbah, edisi 19, sebagai anaerob fakultatif (organisme yang

mampu bertahan tanpa adanya oksigen), gram negatif, bakteri pembentuk spora,

memiliki bentuk batang laktosa fermentasi, menghasilkan gas dan asam dalam waktu

kira-kira 48 jam ketika dikultur pada 34oC. Kurangnya kemampuan mereka untuk

membentuk spora membuat mereka lebih rentan terhadap kerusakan oleh kondisi

lingkungan.

2.3.2 TOTAL COLIFORM

Bakteri Total Coliform tidak semuanya patogen, beberapa sebabkan Disentri pada

bayi. Apabila Total Coliform ditemukan dalam air, artinya bakteri seperti Giardia dan

Cryptosporidium ada didalamnya. Sehingga peluang terjangkit saluran pencernaan

jelas adanya. Maka dari itu, kadar Total Coliform yang diperbolehkan berkisar 0

MON/100MI atau tidak diiizinkan sama sekali, menurut Kepmenkes RI No. 907/

Menkes/ VII/ 2002. Jika diizinkan, justru telur- telur cacing yan berada pada minuman

manusia.

30
2.4 PARAMETER RADIOAKTIVITAS

2.4.1 GROSS-A

Memiliki standar: 0.1 Bq/L

Sinar ini merupakan sinar radioaktif yang tidak mempunyai daya tembus, namun bila

terkontaminasi akan mengakibatkan rusaknya sel- sel tubuh manusia.

Radiasi ini biasanya terletak didalam tanah, udara, dan juga air. Hal ini meanandakan

air tanah memiliki kemungkinan tercemar. Jika hal ini tidak dicegah maka kerusakan

sel tubuh manusia tidak dapat dihindari. Mengingat bahwa air tanah adalah air minum

umum.

2.4.2 GROSS – B

Memiliki standar: 1.0 Bq/L

Berbeda dengan sinar Gross-A, sinar ini dapat menembus kulit. Jika standar diatas,

dilewati, efek yang ditimbulkan tak jauh beda dengan Gross-A, hanya saja muncul

Luka Bakar. Semakin lama sinar Gross-A Gross-B memancar, semakin besar pula efek

yang dimunculkan.

31
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari paper singkat ini air merupakan komponen

lingkungan yang penting bagi kehidupan. Makhluk hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas

dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi,

sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Tapi air dapat menjadi

malapetaka jika tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya.

Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-

hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihansanitasi kota, maupun untuk keperluan

pertanian dan lain sebagainya.

Jika ingin mendapat air yang baik sesuai dengan standar yang baik, sekarang ini

menjadi barang yang tidak murah, dikarenakan air sudah banyak tercemar oleh bermacam-

macam limbah mulai dari pabrik rumah tangga pertanian masih banyak lagi. Sehingga secara

kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan. Demikian pula secara kuantitas, yang

sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat. Parameter-parameter

tersebut berguna untuk kita mengetahui mana air yang baik mana yang tidak baik. Maka dari

itu dengan adanya parameter ini kita semakin terbantu dalam menganalisa air bersih.

32
DAFTAR PUSTAKA

http://tiansel.blogspot.co.id/2012/01/sekilas-tentang-kromium-cr.html

https://jujubandung.wordpress.com/2012/06/08/parameter-fisika-kimia-biologi-penentu-kualitas-
air-2/

http://gracemustamu.blogspot.co.id/2013/07/pencemaran-timbal-pb.html

http://muhammadsyukur21.blogspot.co.id/2012/06/senyawa-kimia-dalam-air-dan-
standarnya.html

https://masantos.wordpress.com/2007/02/28/kualitas-air-dalam-budidaya-laut/

https://abrar4lesson4tutorial4ever.wordpress.com/2010/02/20/pengertian-dan-dampak-ddt-
dichloro-diphenyl-trichloroethane-dalam-kehidupan/

https://en.wikipedia.org/wiki/Heptachlor

http://www.kelair.bppt.go.id/sib3pop/POPs/Toxaphene/toxaphene.htm

https://www.translate.com/english/bakteri-fecal-coliform-adalah-bakteri-yang-ditemukan-dalam-
tinja-coliform-tinja-adalah-subset-dari/35926467

33

Anda mungkin juga menyukai