Anda di halaman 1dari 28

BAB IV

RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT


(RKS)

PROYEK : PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL TIGA LANTAI


LOKASI : JL. NIRWANASARI RAYA NO. 2, SEMARANG

4.1 PASAL I
SYARAT - SYARAT UMUM

PASAL I. 01. : PERATURAN UMUM


Tata laksana dalam penyelenggaraan bangunan ini dilaksanakan berdasarkan peraturan-
peraturan sebagai berikut :
1. Peraturan Beton bertulang Indonesia SNI 2847-2013.
2. Peraturan yang ditetapkan oleh Perusahaan Listrik Negara.
3. Peraturan yang ditetapkan oleh Perusahaan Air Minum (PDAM) Kota Semarang.
4. Pedoman Tata Cara mengenai pengaturan lokasi tempat bekerja, penempatan material,
pengamanan dan kelangsungan operasi selama pekerjan berlangsung.
5. Pelaksana harus mempelajari dengan seksama seluruh bagian gambar dan persyaratan
teknis agar pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik.

PASAL I. 02. : PEMBERI TUGAS PEKERJAAN


Pemberi tugas pekerjaan ini ialah Ali Kusmanto, S.T.

PASAL I. 03. : DIREKSI


Pengendalian Pelaksanaan Pekerjaan ini dilakukan oleh Proyek yang dalam hal ini adalah:
1. Pengelola Administrasi dan Keuangan Proyek dari unsur-unsur Pemegang Mata
Anggaran.
2. Pengelola Teknik dari unsur Proyek-proyek Pembangunan Gedung Jawa Tengah.

PASAL I. 04. : PERENCANA


1. Perencana berkewajiban untuk berkonsultasi dengan pihak pemberi tugas pada tahap
perencanaan dan penyusunan dokumen pemilihan langsung secara berkala.
2. Perencana tidak dibenarkan merubah ketentuan-ketentuan pelaksanaan pekerjaan
sebelum mendapat ijin dari Pimpinan Proyek.
3. Bilamana perencana menjumpai kejanggalan-kejanggalan dalam pelaksanaan atau
menyimpang dari bestek, supaya segera memberitahukan kepada Pemimpin Proyek.

PASAL I. 05. : PENGAWAS LAPANGAN


1. Di dalam pelaksanaan sehari-hari di tempat pekerjaan, sebagai pengawas lapangan
adalah Konsultasi Pengawas.
2. a. Konsultan pengawas tidak dibenarkan merubah ketentuan-ketentuan pelaksanaan
pekerjaan sebelum mendapatkan ijin dari pemberi tugas.
b. Bilamana pengawas lapangan menjumpai kejanggalan-kejanggalan dalam
pelaksanaan atau penyimpangan dari bestek, supaya segera memberitahukan kepada
pemberi tugas.
3. Konsultan pengawas diwajibkan menyusun rekaman pengawas selama pekerjaan
berlangsung dari 0% sampai dengan penyerahan ke II dan disampaikan kepada pemberi
tugas.

PASAL I. 06. : KONTRAKTOR


Perusahaan berstatus badan hukum yang usaha pokoknya adalah melaksanakan pekerjaan
pemborongan bangunan yang memenuhi syarat-syarat bonafiditas dan kualitas menurut
panitia pemilihan langsung yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk melaksanakan
pekerjaan pembangunan rumah tinggal tersebut setelah SKKP + SPMK diterbitkan oleh
pemberi tugas.

PASAL I. 07. : PEMBERIAN PENJELASAN


1. Pemberian penjelasan akan diselenggarakan pada:
a. Hari : Jumat
b. Tanggal : 29 Juni 2018
c. Waktu : 08.00 WIB
d. Tempat : Rumah

PASAL I. 08. : PEMBERIAN / PELULUSAN PEKERJAAN


1. Pemberi tugas akan memberikan pekerjaan kepada pemborong sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
2. Syarat Keputusan Langsung (SKP) pemilihan langsung akan diberikan kepada
pemborong yang telah ditunjuk setelah pengumuman pemenang pemilihan langsung
disampaikan kepada rekanan.

PASAL I. 09. : PELAKSANAAN PEMBORONG


1. Bilamana akan memulai di lapangan, pihak pemborong supaya memberitahukan secara
tertulis kepada pemberi tugas/PP, dengan tembusan kepada konsultan pengawas yang
bersangkutan.
2. Pemborong supaya menempatkan seorang tenaga pelaksana yang ahli dan diberi kuasa
oleh direktur pemborong untuk bertindak atas namanya.
3. Kepada pelaksana yang diberi kuasa penuh harus selalu ditempat pekerjaan agar
pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang telah ditugaskan oleh
pemberi tugas.
4. Tenaga pelaksana supaya yang berpengalaman dan pembantu-pembantunya minimal
memahami bestek dan mengerti gambar.

PASAL I. 10. : SYARAT - SYARAT PELAKSANAAN


1. Kontraktor sebelum memulai melaksanakan pekerjaan diharuskan mengadakan
penelitian antara lain :
a. Lapangan / bahan yang tersedia.
b. Dokumen Perencana secara menyeluruh.
2. Pekerjaan harus dilaksanakan antara lain menurut :
a. RKS dan gambar-gambar detail untuk pekerjaan ini.
b. Petunjuk-petunjuk dari pemberi tugas, konsultan pengawas.

PASAL I. 11. : PENETAPAN UKURAN-UKURAN & PERUBAHAN PERUBAHAN


1. Pemborong harus bertanggung jawab atas tepatnya pekerjaan menurut ukuran-ukuran
yang tercantum dalam gambar dan RKS.
2. Pemborong berkewajiban mencocokkan ukuran satu sama lain dan apabila ada
perbedaan ukuran dalam gambar dan RKS segera dilaporkan kepada pemberi tugas atau
direksi.
3. Bilamana ternyata terdapat selisih atau perbedaan ukuran dalam gambar dan RKS, maka
petunjuk pemberi tugas yang dijadikan pedoman.
4. Bilamana dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat perubahan-perubahan, maka
pemborang tidak berhak minta ongkos kerugian kecuali bilamana pihak pemborong
dapat membuktikan bahwa dengan adanya perubahan-perubahan tersebut pemborong
menderita kerugian.
5. Bilamana dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat perubahan-perubahan, maka perencana
harus membuat gambar perubahan (Revisi) dengan tanda garis berwarna diatas gambar
aslinya, kesemuanya atas biaya perencana, gambar perubahan tersebut harus disetujui
oleh pemberi tugas.
6. Didalam pelaksanaan, pemborong tidak boleh menyimpang dari ketentuan-ketentuan
RKS dan ukuran-ukuran gambar, kecuali seijin dan sepengetahuan pemberi tugas.

PASAL I. 12. : PENJAGAAN DAN PENERANGAN


1. Pemborong harus mengurus penjagaan diluar jam kerja (siang dan malam) dalam
komplek pekerjaan termasuk bangunan yang sedang dikerjakan, gudang dan lain-lain.
2. Untuk kepentingan keamanan dan penjagaan perlu diadakan penerangan / lampu pada
tempat tertentu, satu sama lain hal atas kehendak direksi.
3. Pemborong bertanggung jawab sepenuhnya atas bahan alat-alat lainnya yang disimpan
dalam gudang dan halaman pekerjaan apabila terjadi kebakaran dan pencurian,
pemborong harus segera mendatangkan gantinya untuk kelancaran pekerjaan.
4. Pemborong harus menjaga jangan sampai terjadi kebakaran atau sabotase ditempat
pekerjaan, alat-alat kebakaran atau alat-alat bantu lain untuk keperluan yang sama harus
selalu berada ditempat pekerjaan.
5. Segala resiko dan kemungkinan kebakaran yang menimbulkan kerugian dalam
pelaksanaan pekerjaan dan bahan-bahan material juga gudang dan lain-lain sepenuhnya
menjadi tanggung jawab pemborong.

PASAL I. 13. : KESEJAHTERAAN DAN KESELAMATAN KERJA


1. Bilamana terjadi kecelakaan, pemborong harus segera mengambil tindakan
penyelamatan dan segera memberitahukan kepada pemberi tugas.
2. Pemborong harus memenuhi atau mentaati peraturan-peraturan tentang perawatan
korban dan keluarganya.
3. Pemborong harus menyediakan obat-obatan yang tersusun menurut syarat-syarat palang
merah dan setiap kali sehabis digunakan harus dilengkapi lagi.
4. Pemborong selain memberikan pertolongan kepada pekerjanya juga selalu memberikan
bantuan pertolongan kepada pekerja pihak ke tiga dan juga menyediakan air minum
yang memenuhi syarat kesehatan.
5. Pemborong diwajibkan mentaati undang-undang keselamatan tenaga kerja dari
Depnaker.

PASAL 1. 14. : PENGGUNAAN BAHAN BANGUNAN


1. Semua bahan-bahan untuk pekerjaan ini sebelum digunakan harus mendapat
persetujuan dari direksi teriebih dahulu.
2. Semua bahan-bahan bangunan yang disahkan yang telah dinyatakan oleh pemberi tugas
tidak dapat dipakai (afkeur) harus segera disingkirkan keluar lapangan pekerjaan
selambat-lambatnya 24 jam setelah dinyatakan afkeur dan hal ini menjadi tanggung
jawab pemborong.
3. Bilamana pemborong melanjutkan pekerjaan dengan bahan-bahan bangunan yang
ditolak, maka pemberi tugas, berhak memerintahkan pembongkaran dengan perintah
tertulis dan harus diganti dengan bahan-bahan yang telah memenuhi syarat atas resiko
atau tanggung jawab pemborong.

PASAL I. 15. : KENAIKAN HARGA DAN FORCE MAJEURE


1. Semua kenaikan harga yang bersifat biasa TIDAK BISA mengajukan klaim.
2. Semua kerugian akibat force majeur berupa bencana alam antara lain : gempa bumi,
angin topan, hujan lebat, pemberontakan, perang dan lain-lain, kejadian tersebut dapat
dibenarkan oleh pemerintah, bukan menjadi tanggungan pemborong.

4.2 PASAL II
SYARAT - SYARAT ADMINISTRASI
PASAL II.01. : RENCANA KERJA ( TIME SCHEDULE )
1. Pemborong harus membuat rencana kerja pelaksanaan kerja yang disetujui oleh pemberi
tugas selambat-lambatnya satu minggu setelah SPK diterbitkan serta daftar nama
pelaksana yang diserahkan untuk menyelesaikan proyek ini.
2. Pemborong diwajibkan melaksanakan pekerjaan menurut rencana kerja tersebut.
PASAL II.02. : LAPORAN MINGGUAN
1. Konsultan pengawas tiap minggu diwajibkan melaporkan kepada peminpin proyek
mengenai prestasi pekerjaan.
2. Penilaian prosentasi kerja atas dasar pekerjaan yang sudah dikerjakan, tidak termasuk
adanya bahan-bahan di tempat pekerjaan dan tidak atas dasar besarnya pengeluaran
uang oleh pemborong.

PASAL II.03. : PEMBAYARAN (PASAL 50 DARI A.V)


1. Pembayaran angsuran pekerjaan pemborong akan ditentukan dalam penyusunan
kontrak pemborongan.
a. Kontraktor yang akan mengambil uang muka harus terlebih dahulu menyerahkan
jaminan dari bank milik pemerintah atau bank / lembaga keuangan lainnya.
b. Jaminan uang muka berlaku selama masa pelaksanaan berlangsung sampai dengan
serah terima ke I (satu), sejak tanggal penanda tanganan Surat Perjanjian Pekerjaan
Pelaksanaan (Kontrak).

PASAL II.04. : SURAT PERJANJIAN PEMBORONG


1. Surat perjanjian pemborong (kontrak) seluruhnya dibubuhi materi Rp 6.000,- atas biaya
pemborong, menggunakan sistem lumpsum.
2. Surat perjanjian pemborong (kontrak) dibuat rangkap 3 (tiga) eksemplar atas biaya
pemborong.
3. Konsep kontrak dibuat oleh peminpin proyek.

PASAL II.05. : PERMULAAN PEKERJAAN


1. Selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) minggu terhitung dari S.P.M.K. (Surat
Perintah Mulai Kerja) dikeluarkan Oleh pemberi tugas, pekerjaan harus sudah dimulai.
2. Pemborong wajib memberitahukan kepada pemberi tugas, dan konsultan perencana /
pengawas proyek, bila akan memulai pekerjaan, secara tertulis.

PASAL II.06. : PENYERAHAN PEKERJAAN


1. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan selama hari kalender, termasuk hari minggu, hari
besar dan hari raya.
2. Pekerjaan dapat diserahkan yang pertama kalinya bilamana pekerjaan sudah selesai
100% dan dapat diterima dengan baik oleh pemberi tugas dengan disertai berita acara
dan dilampiri daftar kemajuan pekerjaan, pada penyerahan pertama untuk pekerjaan ini,
keadaan halaman serta bangunan harus dalam keadaan rapi dan bersih.
3. Dalam memudahkan suatu penelitian sewaktu diadakan pemeriksaan teknis dalam
rangka penyerahan ke I, maka Surat permohonan pemeriksaan teknis yang diajukan
pemberi tugas supaya dilampiri :
a. Daftar kemajuan pekerjaan 100%.
b. 1 (Satu) album berisi foto berwarna yang menyatakan prestasi kerja.
4. Surat permohonan pemeriksaan teknis yang dikirim kepada pemberi tugas harus sudah
dikirimkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum batas waktu penyerahan pertama
kalinya berakhir.
5. Dalam penyerahan pekerjaan yang pertama kalinya dan bilamana terdapat pekerjaan
instansi listrik, maka pemborong harus menunjukkan kepada pemberi tugas, keterangan
dari Instalatur yang telah terdaftar di PLN dan dilampiri SIKA Instalator.
6. Kelengkapan administrasi harus telah diserahkan kepada pemberi tugas sebelum serah
terima yang ke II (dua) antara lain :
a. Ijin Mendirikan Bangunan (Kwintansi pembayaran IMB dari pemda setempat).
b. Bukti pembayaran dari perum astek.
c. Bukti pembayaran galian C.
d. Foto-foto pelaksanaan yang diperlukan.

PASAL II.07. : MASA PEMELIHARAAN (ONDERHOUD TERMIJN)


1. Jangka pemeliharaan adalah 30 hari kalender sehabis penyerahan pertama.
2. Bilamana dalam masa pemeliharaan (onderhound termijn terjadi kerusakan akibat
kurang sempurnanya dalam pelaksanaan atau kurang baiknya mutu bahan-bahan yang
dipergunakan, maka pemborong harus segera memperbaki dan menyempurnakannya.
3. Meskipun pekerjaan telah diserahkan yang kedua kalinya, namun pemborong masih
terikat pada pasal 1609 KUHP.

PASAL 11.08. : PERPANJANGAN WAKTU PENYERAHAN


1. Surat permohonan perpanjangan waktu penyerahan pertama yang diajukan kepada
pemberi tugas harus sudah diterima selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sebelum
batas waktu penyerahan pertama kalinya berakhir dan surat tersebut supaya dilampiri :
a. Data yang lengkap.
b. Time scedule baru yang sudah disesuaikan dengan sisa pekerjaan.
2. Surat permohonan perpanjangan waktu penyerahan tanpa data yang lengkap tidak akan
dipertimbangkan.
3. Permintaan perpanjangan waktu penyerahan pekerjaan yang pertama dapat diterima
oleh pemberi tugas bilamana :
a. Adanya pekerjaan tambahan atau pengurangan (meer of minderwerk) yang tidak
dapat diletakkan lagi setelah atau sebelum kontrak ditandatangani oleh kedua belah
pihak.
b. Adanya surat perintah tertulis dari pemberi tugas tentang pekerjaan
tambahan.
c. Adanya perintah tertulis dari pemberi tugas , pekerjaan untuk
sementara waktu dihentikan.
d. Adanya force majeure (bencana alam, gangguan keamanan, pemogokan, perang)
kejadian mana ditangguhkan oleh yang berwenang.
e. Adanya gangguan curah hujan yang terus menerus ditempat pekerjaan secara
langsung menganggu pekerjaan yang dilaporkan oleh konsultan pengawas dan
dilegalisir oleh unsur teknik yang bersangkutan.
f. Pekerjaan tidak dapat dimulai tepat pada waktunya yang telah ditentukan karena
lahan dipakai untuk bangunan masih ada permasalahan.

PASAL II.09. : SANKSI / DENDA (PASAL 49 A.V)


1. Bilamana batas waktu penyerahan pekerjaan yang pertama kalinya dilampaui (tidak
terpenuhi), maka pemborong dikenakan denda kelambatan diwajibkan membayar
dengan satu permil/lima permil tiap hari kelambatan sampai sebanyak- banyaknya 5 %
(lima prosen) dari harga borongan.
2. Menyimpang dari pasal 49 A.V terhadap segala kelalaian mengenai peraturan atau tugas
yang tercantum dalam bestek ini, maka sepanjang dalam bestek ini ada ketetapan denda
lainnya, pemborong dapat dikenakan denda berupa penggantian barang ataupun volume
yang kurang memenuhi bestek tersebut.
3. Bilamana ada perintah untuk mengerjakan pekerjaan tambahan dan tidak disebutkan
jangka waktunya pelaksanaannya, maka jangka waktu pelaksanaan tidak akan
diperpanjang.
4. Bilamana jangka waktu penyerahan kedua yang telah ditetapkan dilampui, maka
pemborong dikenakan denda sama dengan ayat 1 tersebut diatas.

PASAL II.10 : PEKERJAAN TAMBAHAN DAN PENGURANGAN


1. Harga untuk pekerjaan tambahan yang diperintahkan secara tertulis oleh pemberi tugas,
pemborong dapat mengajukan pembayaran tambahan.
2. Sebelum pekerjaan tambahan dikerjakan, pemborong supaya mengajukan kepada
pemberi tugas dapat memperhitungkan apakah pekerjaan tambahan tersebut dapat
dibayar atau tidak.
3. Didalam mengajukan daftar RAB pekerjaan tersebut ditambah 10% keuntungan
pemborong dari Bouwson dan pajak jasa 10 % dari jumlah (bouwson + keuntungan
pemborong).
4. Perhitungkan pekerjaan tambahan dan pengurangan menggunakan harga satuan yang
telah dimasukkan dalam penawaran / kontrak.
5. Bilamana harga satuan pekerjaan belum tercantum dalam surat penawaran yang
diajukan, maka akan diselesaikan secara musyawarah.

PASAL II.13. : DOKUMENTASI


1. Sebelum pekerjaan dimulai keadaan lapangan atau tempat pekerjaan masih 0% supaya
diadakan pemotretan ditempat yang tepat yang dianggap penting menurut pertimbangan
pengawas lapangan.
2. Setiap permintaan pembayaran termijn (angsuran) dan penyerahan pertama harus
diadakan pemotretan yang masing-masing menurut pengajuan terminj dengan ukuran 9
x 14 cm foto berwarna dengan jumlah secukupnya.
3. Sedangkan ukuran foto berwarna untuk penyerahan pekerjaan yang pertama kalinya 18
x 24 cm sebanyak 2 (dua) stel dan 9 x 14 = 10 stel.

PASAL II. 14. : PENCABUTAN PEKERJAAN


1. Sesuai dengan pasal 62 A.V sub 3b direksi/pemberi tugas berhak membatalkan atau
mencabut pekerjaan dari tangan pemborong apabila ternyata pihak pemborong telah
menyerahkan pekerjaan seluruhnya atau sebagian pekerjaan kepada pemborong lain
semata-mata hanya mencari keuntungan saja dari pekerjaan tersebut.
2. Pada pencabutan pekerjaan, pemborong hanya dapat dibayar hanya pekerjaan yang telah
selesai dan telah diperiksa serta setujui oleh pemberi tugas sedangkan harga bahan
bangunan yang berada ditempat menjadi resiko pemborong sendiri.
3. Penyerahan bagian-bagian seluruh pekerjaan kepada pemborong lain (onder aanemer)
tanpa ijin tertulis dari pemberi tugas tidak dibenarkan.
4. Bilamana terjadi pemborong menyerahkan seluruh maupun sebagian dari pekerjaan ini
kepada pihak ketiga tanpa seijin pemberi tugas, maka akan diperingatkan secara tertulis
dan hal akan dapat mengakibatkan dicabutnya pekerjaan yang diserahkan kepadanya.

4.3 PASAL III


RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT STRUKTUR
PASAL III.01. : PENJELASAN UMUM
1. Pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah :
Pembangunan Homestay 3 lantai di Jl. Nirwanasari Raya no. 2, Semarang. Konstruksi
pembangunan tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut :

a. Pondasi Foot Plate


b. Struktur Beton Bertulang
c. Dinding Batu Merah Diplester
d. Lantai Tegel Abu- abu kepala basah
e. Langit- langit Calsiboard 4mm
f. Atap Pelat Baja Konvensional
h. Nok / Jurai / Reng Hollow 4 cm
j. Listplank Hollow 4 cm
k. Daun Pintu Premium Aluminium Door

Bangunan tersebut dilengkapi :


a. Memasang instalasi listrik untuk tegangan 220 volt, (siap menyala).
b. Saluran keliling bangunan beton O - 30.
c. Rabat kerikil bulat keliling bangunan.
d. Membuat pagar proyek dengan seng.

2. Pelaksanaan berdasarkan gambar kerja, syarat- syarat dan uraian dalam RKS ini, gambar
tambahan serta perubahan - perubahan dalam berita Acara Aanwijzing, petunjuk serta
pemerintah pemberi tugas (PP) pada waktu atau sebelum berlangsungnya pekerjaan.
Termasuk hal ini adalah pekerjaan – pekerjaan tambah / kurang yang timbul dalam
pelaksanaan. Namun demikian semuanya harus dikonsultasikan terlebih dahulu kepada
pemberi tugas (PP).
3. Perbedaan Ukuran.
Bila terdapat perbedaan ukuran atau ketidak sesuaian antara :
a. Gambar rencana dan detail, maka yang mengikat adalah gambar yang skalanya lebih
besar.
b. Bilamana terjadi perbedaan antara gambar dengan bestek harus dilaporkan kepada
pemberi tugas (PP) untuk mendapatkan persetujuan sebelum dilaksanakan.

PEKERJAAN PERSIAPAN / UMUM


1. Kontraktor harus membuat bangunan sementara untuk barak kerja dan gudang untuk
menyimpan bahan – bahan dengan ketentuan antara lain:
a. Bangunan sementara boleh memanfaatkan bangunan sekitarnya yang masih layak
dipergunakan
b. Jika diperlukan pembuatan bangunan sementara, penempatan
bangunan sementara harus sepengetahuan dan seijin Direksi
c. Kualitas dan mutu bangunan harus disetujui Pengelola Proyek
d. Bangunan sementara harus mempunyai penghawaan dan penerangan secukupnya,
tidak gelap dan tidak bocor
e. Direksi Keet dilengkapi meja kursi rapat, meja kursi tamu, almari, meja kursi kerja,
white board serta papan untuk menempelkan gambar dan ditutup dengan plastik
bening
2. Piket – piket bouwplank dan profil
Piket – piket guna menentukan as, titik duga dan lain – lain sebaginya dibuat dari
kayu yang baik dan kering, ukuran 5 x 7 sebagai tiang penguat dan papan kayu 2 / 20
untuk bouwplank keliling.
3. Bouwplank
a. Bouwplank harus dipasang pada patok – patok yang tertancap kuat
kedalam tanah dan tidak dapat digerakkan
b. Profil untuk pasangan harus dari kayu Kalimantan, kayu kapur / kayu kelapa yang
tua, kering dan harus lurus
c. Titik – titik as bangunan harus dijaga kebenarannya jangan sampai
berubah letaknya
d. Pemasangan bouwplank harus berjarak maksimal 20 m dan melintang bangunan
e. Pemindahan as – as bangunan dalam bouwplank jika tidak memaksa harus dipindah
tidak dibenarkan. Pemindahan titik – titik as bangunan harus sepengetahuan direksi
lapangan.
4. Penjagaan dan Penerangan
a. Pemborong harus mengurus penjagaan di luar jam kerja (siang dan malam) dalam
kompleks pekerjaan termasuk bangunan yang sedang dikerjakan, gudang dan lain –
lain
b. Untuk kepentingan keamanan dan penjagaan perlu diadakan / lampu pada tempat
tertentu.
c. Pemborong bertanggung jawab sepenuhnya atas bahan dan alat – alat lain yang
disimpan dalam gudang dan halaman pekerjaan apabila terjadi kebakaran dan
pencurian, pemborong harus segera mendatangkan
gantinya untuk kelancaran pekerjaan.
d. Pemborong harus menjaga jangan sampai terjadi kebakaran atau sabotase ditempat
pekerjaan, alat – alat pemadam kebakaran atau alat bantu lain untuk keperluan yang
sama harus selalu berada ditempat pekerjaan.
e. Segala resiko dan kemungkinan kebakaran yang menimbulkan
kerugian – kerugian dalam pelaksanaan pekerjaan dan bahan – bahan material juga
gudang dan lain – lain, sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemborong.
f. Pemborong selain memberikan pertolongan kepada pekerja juga selalu memberikan
pertolongan kepada pekerja pihak ketiga dan juga menyediakan air minum yang
memenuhi persyaratan kesehatan
g. Pemborong diwajibkan mentaati undang – undang tenaga kerja dan
segera mengurus ASTEK setelah SPK diterbitkan.

PEKERJAAN TANAH
1. Pekerjaan Galian
a. Galian tanah untuk pondasi dan galian – galian lainnya harus dilakukan menurut
ukuran dalam, lebar dan sesuai dengan peil – peil yang tercantum pada gambar.
Semua bekas – bekas pondasi bangunan lama dan akar – akar pohon yang terdapat
pada bagian pondasi yang akan dilaksanakan harus dibongkar dan dibuang. Bekas –
bekas pipa saluran tidak dipakai harus disumbat.
b. Apabila pada lokasi tersebut terdapat pipa air, pipa gas, pipa – pipa pembuangan,
kabel listrik, telepon dan sebagainya yang masih dipergunakan, maka secepatnya
diberitahukan kepada Direksi dan instansi yang berwenang untuk mendapatkan
petunjuk – petunjuk seperlunya. Kontraktor bertanggungjawab penuh atas segala
kerusakan – kerusakan sebagai akibat pekerjaan galian tersebut.
c. Apabila ternyata penggalian melebihi kedalaman yang telah ditentukan, maka
Kontraktor harus mengisi / mengurangi daerah tersebut dengan bahan – bahan yang
ssuai dengan syarat – syarat pengisian bahan pondasi yang sesuai dengan spesifikasi
pondasi.
d. Kontraktor harus menjaga agar lubang – lubang galian pondasi tersebut bebas dari
longsoran – longsoran tanah dikiri dan kanannya dan bebas dari genangan air,
sehingga pekerjaan pondasi dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan spesifikasi.
Dan juga perlu diwaspadai untuk galian galian pondasi yang mempunyai kedalaman
ekstrim.
e. Pengisian kembali dengan tanah bekas galian, dilakukan selapis demi selapis, sambil
disiram air secukupnya dan ditumbuk sampai padat. Pekerjaan pengisian kembali
hanya boleh dilakukan setelah diadakannya pemeriksaan dan mendapat persetujuan
Direksi, baik mengenai kedalaman, lapisan tanahnya maupun jenis tanah bekas
galian tersebut.
f. Setiap lapisan harus diarahkan pada kepadatan yang dibutuhkan dan diperiksa
melalui pengujian lapangan yang memadai, sebelum dimulai dengan lapisan yang
berikutnya. Bilamana bahan urugan tidak mencapai kepadatan yang dikehendaki,
lapisan tersebut harus diulang pengerjaannya atau diganti dan cara – cara
pelaksanannya akan dihentikan guna mendapatkan hasil yang dibutuhkan. Jadwal
pengujian akan ditentukan / ditetapkan Direksi. Setelah pemadatan selesai, urugan
tanah yang berlebihan harus dipindahkan ketempat yang ditentukan.
PEKERJAAN FONDASI MINIPILE
1. Umum
Untuk mencapai hasil konstruksi fondasi yang sesuai dan memenuhi semua kriteria
teknis di dalam perencanaan struktur fondasi yang telah dituangkan di dalam gambar
rencana, maka pekerjaan pemancangan fondasi tiang di dalam proyek ini perlu mengacu
kepada semua persyaratan teknis yang digunakan di dalam perencanaannya. Persyaratan
teknis penting yang diperlukan di dalam konstruksi fondasi akan dijelaskan berikut ini,
yang meliputi standard, Spesifikasi Material, Alat Kerja, Persiapan yang harus
dilakukan dan Prosedur Pemancangan tiang beton.
2. Standard
Sejumlah peraturan baku yang menjadi acuan di dalam penentuan persyaratan teknis ini
adalah :
a. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI
2847-2013)
b. American Concrete Institute (ACI) 318M-11
c. American Society of Testing and Materials (ASTM)
3. Material
Material tiang yang digunakan di proyek in harus mengikuti persyaratan mutu bahan
maupun tata cara fabrikasi yang menjamin agar semua tiang dapat terpasang dengan
baik sesuai rencana.
3.1 Mutu Bahan
a. Beton harus memenuhi kualitas K-350
b. Tulangan utama tiang harus terbuat dari bahan strand ASTM A 416 grade 270
c. Tulangan sengkang tiang harus terbuat dari baja polos BjTP-24
d. Pelat-sambung tiang harus terbuat dari pelat baja Fe-360
e. Elektroda las harus memenuhi kualitas setara AWS E-6013

3.2 Fabrikasi Tiang


a. Semua tiang harus difabrikasi sesuai detil gambar rencana struktur fondasi serta
memenuhi semua persyaratan produksi yang berlaku.
b. Setiap tiang yang diproduksi diberi tanda berupa nomor referensi, mutu beton,
dimensi tiang dan tanggal pengecoran.
c. Setiap nomor produksi harus dibuat sample kubus beton untuk
inspeksi mutu beton.
d. Setiap tiang beton yang dikirim ke lokasi proyek harus sudah
mencapai kekuatan minimal 300 kg/cm2 atau setara dengan beton K-350 yang
berumur minimal 7 hari.
4. Alat Kerja
Berdasarkan dimensi tiang yang digunakan di dalam pancang prestress 25 x 25
panjang 12 meter dari mta, alat pancang yang dapat digunakan dalam pemancangan
ini adalah Drop hammer berkapasitas 1,5 ton. Semua alat kerja seperti rig pancang,
diesel penggerak, dan alat bantu lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan ini harus
dalam kondisi prima sehingga mutu pekerjaan maupun schedule yang ditentukan
dapat tercapai.
5. Persiapan
Sejumlah pekerjaan persiapan yang perlu dilakukan oleh kontraktor pancang
sebelum memulai pekerjaan pemancangan adalah :
a. Pengukuran dan marking posisi koordinat dalam gambar piling plan terbaru
yang disetujui oleh perencana. Pengukuran harus dilakukan oleh surveyor yang
qualified di bawah pengawasan MK/Pengawas/Owner Engineer.
b. Sebelum pekerjaan pemancangan dimulai, kontraktor pancang akan mengajukan
metoda kerja, alat yang digunakan dan schedule pemancangan beserta urutan
pemancangan yang akan dilakukan kepada MK/pengawas/pemberi tugas untuk
mendapat persetujuan.
c. Kontraktor pancang akan bertanggung jawab terhadap kualitas
pekerjaan sehubungan dengan metoda dan alat kerja yang dipilih.
6. Prosedur pemancangan
Sejumlah persyaratan penting yang mutlak dipenuhi di dalam prosedur
pemancangan adalah :
a. Tenaga Kerja Terampil
Kontraktor pancang wajib menyediakan tenaga kerja terampil dalam jumlah
yang cukup dan terlatih serta di bawah pengawasan tenaga ahli profesional yang
berpengalaman. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor pancang harus
menyampaikan struktur organisasi proyek beserta curriculum vitae tenaga ahli
yang terlibat di dalamnya.
b. Seleksi Tiang.
Semua tiang yang akan dipancang harus terseleksi dan memenuhi kondisi
sebagai berikut :
1. Fisik tiang cukup lurus dalam sumbunya
2. Umur beton terpenuhi dan telah mencapai kuat desak minimal 300 Kg/cm2.
3. Tidak cacat atau pecah sampai mencapai tulangannya.
4. Tidak retak struktur sampai menembus tulangannya.
c. Kalibrasi hydraulic pressure.
Untuk menjamin bahwa kekuatan tekan yang dilakukan oleh alat adalah benar,
seluruh peralatan Dial yang menunjukkan tekanan harus dalam keadaan baik dan
benar, ditunjukkan dengan sertifikat kalibrasi berumur tidak lebih dari 6 bulan.
d. Ketepatan Posisi dan Toleransi
Semua tiang harus dipancang pada posisi yang benar sesuai posisi patok yang
ditentukan dan dikonfirmasi terhadap gambar rencana yang telah disetujui
perencana. Di dalam aplikasi pemancangan, umumnya tiang pancang akan
cendrung bergeser dari patok yang ditentukan, oleh karena itu pergeseran yang
boleh terjadi harus dibatasi menurut code of practice yang berlaku. Untuk tiang
yang dipasang di bawah slab struktur, pergeseran arah horizontal kepala tiang
harus dibatasi dalam rentang 7,5 sampai 10 cm. Penyimpangan arah vertikal
harus dibatasi tidak lebih dari 5 % untuk tiang yang seluruh panjangnya tertanam
di dalam tanah, dengan catatan sumbu tiang harus lurus Untuk kepala tiang yang
diharuskan extend di atas muka tanah, maka penyimpangan vertikal harus
dibatasi tidak lebih dari 2 %.

e. Terminasi pemancangan
Setiap tiang akan dipancang secara kontinyu sampai mencapai kedalaman
tertentu sesuai ketentuan di dalam gambar rencana fondasi. Untuk friction piles,
pemancangan dapat dihentikan bila kepala tiang telah mencapai level muka
tanah atau level yang ditentukan dalam gambar rencana. Untuk end bearing piles
, pemancangan dapat dihentikan bila ujung tiang telah mencapai kedalaman
tanah keras yang ditunjukan oleh tercapainya final set yang sesuai (1,5 cm untuk
10 kali pukulan terakhir, jika sampai seluruh tiang terbenam namun hasil setting
belum memenuhi persyaratan, maka pemancangan harus dilanjutkan dengan
follower, sampai memenuhi persyaratan setting yang telah memperhatikan
kekakuan follower. Dengan pushpile hydrolic pemancangan dilakukan dengan
tekanan sesuai yang ditetapkan oleh konsultan perencana.

f. Pencatatan dan Laporan.


Setiap tiang yang dipancang, mulai dari awal hingga akhir harus dicatat dalam
piling record form yang meliputi tanggal pemancangan, nomor tiang, umur
tiang, tipe dan ukuran tiang, kedalaman dan final set yang dicapai. Setiap lembar
pencatatan ini harus diperiksa dan diketahui oleh Engineer pengawas. Untuk
ketertiban administrasi, kontraktor pancang perlu membuat laporan harian
mengenai progress pemancangan yang disetujui oleh Engineer pengawas.

PEKERJAAN BETON
1. Bahan – bahan dan syarat bahan
a. Bahan – bahan bangunan berupa semen, agregat dan air harus seusai dengan
persyaratan yang termuat dalam RKS ini pada bab sebelumnya.
b. Perbandingan dari berbagai adukan (spesi) diberikan sesuai dengan proporsi bawah
ini, dimana angka – angka tersebut menyatakan perbandingan jumlah isi ditakar
dalam keadaan kering, yaitu :
a) Beton tumbuk 1 pc : 2 ps : 4 kr
b) Lantai kerja 1 pc : 3 ps : 5 kr
c) Beton bertulang 1 pc : 2 ps : 3 kr (minimal 20 Mpa)
d) Pasangan dinding kedap air 1 pc : 2 ps
e) Pasangan dinding biasa 1 pc : 4 ps
f) Plesteran sudut 1 pc : 4 ps
g) Plesteran beton 1 pc : 4 ps
c. Kontraktor harus membuat takaran yang sama ukuran – ukurannya dan harus
mendapat persetujuan Direksi
d. Selanjutnya takaran tersebut dapat digunakan sebagai takaran untuk berbagai
campuran, untuk pasangan, plesteran dan lain – lain
e. Adukan dan campuran untuk beton bertulang dan pekerjaan – pekerjaan khusus
lainnya akan ditentukan Direksi.

2. Pekerjaan Beton
Besi Beton Polos yang digunakan harus memenuhi syarat – syarat dan ketentan berikut:
a. Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 2013
b. Standar Umum Bahan Bangunan Indonesia 1986
c. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk bangunan Gedung (SNI 2847-2013)
d. Standar Industri Indonesia (SII) 0136-84
e. Beton menggunakan mutu
f. Bebas dari kotoran – kotoran, lapisan lemak / minyak, karat dan tidak cacat (retak –
retak, mengelupas, luka dan sebagainya) Jenis Baja Mild-Steel dengan tegangan leleh
(fy) minimum 2400 kg/cm2_pekerjaan untuk diameter tulangan < 12 dan 3900
kg/cm2 untuk diameter tulangan >12
g. Mempunyai penampang yang sama rata
h. Disesuaikan dengan gambar – gambar
h. Pemakaian besi beton dari jenis berlainan dan ketentuan – ketentuan diatas, harus
mendapat persetujuan dari Direksi.
i. Besi beton yang tidak memenuhi syarat karena kualitas tidak sesuai dengan
spesifikasi harus segera dikeluarkan dari site atau segera dikembalikan ke penyetor,
setelah menerima instruksi tertulis dari Direksi, dalam waktu 24 jam.
j. Sebelum penyetelan dan pemasangan dimulai, kontraktor harus membuat rencana
kerja pemotongan dan pembengkokan baja tulangan (bending schedulle), yang
sebelumnnya harus diserahkan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
k. Pemasangan dengan menggunakan pelindung beton ( beton dekking ) arus sesuai
dengan gambar. Apabila hal tersebut tercantum di dalam gambar, maka digunakan
spesifikasi SNI 03-2847-2013 Pasal 9.7.

3. Adukan (Adonan) Beton


a. Adukan Beton harus memenuhi syarat SNI 2847-2013.
b. Kontraktor harus membuat adukan beton menurut komposisi adukan dan proporsi
antara beton menurut komposisi adukan dan proporsi antara split, air dan semen
serta bertanggung jawab penuh atas kekuatan beton yang disyaratkan.
c. Penggunaan air harus sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan beton yang
padat dengan daya kerja yang baik sehingga dapat memberikan daya lekat yang
baik dengan besi beton.
d. Jika pada sumber air yang digunakan untuk pembuatan beton mengalami
kekeruhan yang tidak wajar harus segera melapor ke direksi secepatnya, dan
disarankan untuk tidak menggunakannya pada pembuatan adukan struktur.
e. Kontraktor diharuskan membuat adukan percobaan (trial mixed) untuk
mengontrol daya kerjanya sehingga tidak ada kelebihan air pada permukaan
ataupun menyebabkan terjadinya pengendapan (segretion) dari agregat.
f. Percobaan slum diadakan menurut syarat – syarat dalam Tata Cara Perancangan
dan Pelaksanaan Konstruksi Beton 2013 (SNI 2847-2013) dan Peraturan Umum
Bahan Bangunan Indonesia (PUBI-2013).
g. Adukan beton dibuat setempat didalam site (site mixing) dan harus memenuhi
syarat – syarat berikut :
g.1. Semen diukur menurut berat perkantong
g.2. Agregat diukur menurut beratnya
g.3. Pasir diukur menurut beratnya
g.4. Adukan beton harus dibuat menggunakan alat pengaduk mesin (batch mixer),
tipe dan kapasitasnya harus mendapat persetujuan direksi
g.5. Kecepatan adukan harus sesuai dengan rekomendasi dari pembuat mesin
tersebut
g.6. Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi dari kapasitas mesin pengaduk
g.7. Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah semua bahan berada
dalam mesin tersebut
g.8. Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus dibersihkan
dahulu, sebelum adukan beton ulang baru dimulai
h. Adukan beton harus secepatnya dibawa ketempat pengecoran dengan
menggunakan cara sepraktis mungkin, sehingga tidak memungkinkan adanya
pengendapan agregat dan tercampurnya kotoran – kotoran atau bahan lain dari
luar.
i. Penggunaan alat – alat pengangkut mesin haruslah mendapat persetujuan direksi
sebelum didatangkan ketempat pekerjaan. Semua alat – alat pengangkut harus
bersih dari sisa – sisa adukan yang mengeras
j. Pengecoran tidak dibenarkan dimulai sebelum pemasangan besi beton selesai
diperiksa dan disetujui oleh Direksi
k. Tempat – tempat yang akan dicor harus bersih dari segala kotoran dan dibasahi
dengan air semen
l. Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan menuangkan
adukan dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian yang diluar syarat karena akan
menyebabkan pengendapan agregat dan lepasnya ikatan antar agregat.
m. Pengecoran dilakukan terus menerus, adukan yang tidak dicor (ditinggalkan)
dalam waktu lebih dari 15 menit dan juga adukan yang tumpah selama
pengangkutan tidak diperkanankan untuk dipakai lagi.
n. Pada pengecoran baru (sambungan antara beton lama dan beton baru), maka
permukaan beton lama terlebih dahulu harus dibersihkan dan dikasarkan dengan
menyikat sampai agregat kasar tampak, kemudian disiram dengan air semen.
Tempat dimana pengecoran akan dihentikan harus mendapat persetujuan Direksi.
o. Pada pengecoran pelat tidak dibenarkan untuk berhenti dan kemudian disambung
di lain waktu. Dan jika itu harus terjadi maka harus ada ijin terlebih dahulu kepada
direksi yang bertanggungjawab dengan pekerjaan itu.
p. Beton dipadatkan dengan menggunakan suatu vibrator selama pengecoran
berlangsung dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak acuan
maupun posisi tulangan.
q. Kontraktor harus menyediakan vibrator untuk menjamin efisiensi tanpa adanya
penundaan. Beton harus dicorkan lapis demi lapis dengan tidak melebihi 460 mm
tebalnya. Lapis tersebut harus dijaga supaya mempunyai pengikatan satu sama
lain yang baik.
r. Bekisting yang terbuat dari kayu dan besi harus memenuhi syarat – syarat
kekuatan, daya tahan dan mempunyai permukaan yang baik untuk pekerjaan
finishing.
s. Bekisting harus dipasang sedemikian rupa seingga tidak akan terjadi kebocoran
atau hilangnya air selama pengecoran, tetap lurus dan tidak bergoyang.
Bekisting harus dibersihkan dari barang barang, partikel partikel yang nantinya
akan merugikan. Terutama yang akan membuat kualitas beton berkurang.
t. Bekisting untuk bagian konstruksi (pelat, balok, dan kolom) diharuskan memakai
multiplek dengan ketebalan minimal 9 mm dan cukup kuat, disesuaikan dengan
jarak rusuk – rusuk pengaku begisting.
u. Untuk mengejar kecepatan pengecoran struktural, maka disyaratkan agar
kontraktor membuat panel – panel begisting yang standar untuk bagian konstruksi
yang typical.
v. Pembongkaran bekisting dilakukan sesuai dengan standar dalam SK.BI-
1.53.4989. Bagian – bagian konstruksi yang akan dibongkar begistingnya harus
sudah dapat memikul berat sendiri dan beban – beban pelaksanaan.
Acuan – acuan konstruksi dibawah ini boleh dilepas dalam waktu sebagai berikut:
a. Sisi – sisi balok, dinding dan kolom yang tidak dibebani.
b. Pelat beton (tiang penyangga tidak dilepas).
c. Tiang – tiang penyangga balok yang tidak dibebani.
d. Tiang – tiang penyangga overstek (cantilever).
e. Pekerjaan pembongkaran begisting harus dilaporkan dan disetujui oleh direksi.
Apabila setelah begisting dibongkar ternyata terdapat bagian – bagian beton
kropos atau cacat konstruksi maka kontraktor harus segera memberitahukan
kepada direksi, untuk meminta persetujuan mengenai cara pengisian atau
menutupnya.
f. Semua resiko akan biaya yang terjadi akibat pekerjaan tersebut menjadi
tanggung jawab kontraktor.

PEKERJAAN PASANGAN
Plesteran, Acian dan Sponengan
1. Yang harus diplester adalah :
a. Plesteran – plesteran untuk pekerjaan pasangan maupun beton seperti tersebut dalam
gambar.
b. Semua komponen lainnya yang secara teknis memerlukan diplester
c. Semua pekerjaan beton yang nampak
d. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pekerjaan profil beton,
sponengan, siaran pasangan dinding batu kali seperti pada gambar
2. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan :
a. Pada dasarnya campuran untuk plesteran sama dengan campuran untuk pasangan
dinding batu bata yaitu 1 Pc : 4 ps, dan campuran 1 Pc : 5 Ps
b. Penggunaan campuran plesteran untuk dinding kedap air, siaran pasangan dinding
batu kali pecah dan beton menggunakan campuran 1 Pc : 4 Ps, kecuali yang
disyaratkan menggunakan produk mortar dan untuk pasangan dinding batu bata
campuran 1 Pc : 5 Ps, menggunakan campuran yang sama pula yaitu 1 Pc : 5 Ps
c. Sebelum pekerjaan plesteran dan siar dilakukan, bidang – bidang yang diplester dan
yang disiar harus dibersihkan terlebih dahulu kemudian dibasahi dengan air agar
plesteran maupun siaran tidak cepat kering dan tidak retak – retak
d. Adukan untuk plesteran harus benar – benar halus sehingga
plesterantidak pecah – pecah
e. Tebal plesteran tidak boleh lebih dari 2,5 cm dan tidak boleh kurang
dari 1,5 cm
f. Plesteran supaya digosok berulang – ulang sampai menutup mantap
dengan acian dari Pc + air sehingga tidak terjadi retak atau pecah
g. Pekerjaan plesteran terakhir harus lurus dan halus, rata dan tegak
lurus dengan bidang plesteran lainnya
h. Plesteran baru harus dijaga sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pecah dan sobek
/ retak dengan disiram air minimum 3 kali dalam 24 jam selama 7 hari berturut –
turut
i. Pekerjaan plesteran dilakukan setelah pekerjaan atap selesai, sebelum pekerjaan atap
selesai tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan plesteran, tanpa seijin dari direksi
j. Untuk plesteran dinding saluran dilaksanakan setelah pasangan batu
betul – betul kering dan kuat.

PEKERJAAN SALURAN AIR HUJAN


1. Umum
Pekerjaan drainase meliputi pembuatan dan pemasangan saluran terbuka, pembuangan
air kotor, saluran tertutup pembuangan air kotor, kemiringan dan dimensi seperti
tercantum pada gambar rencana.
2. Pekerjaan Saluran Terbuka
Untuk pasangan batu kali dipakai pasir pasang dan Portland Cement (PC). Sebelum
diadakan galian harus diadakan pengukuran kemiringan dasar saluran. Hasil galian
harus rapi dan kemiringan dasar saluran harus bisa mengalirkan air sebaagaimana
ketepatan rencananya. Tanah galian saluran yang tidak terpakai harus dibuang ketempat
lain. Saluran terbuka dari pasangan batu belah adukannya 1 pc : 4 ps. Pekerjaan
dianggap selesai setelah disetujui oleh Direksi. Saluran terbuka dari beton cor dengan
adukan 1 pc : 3 pc : 5 Kr untuk dinding saluran. Dibawah saluran dipasang lapisan pasir
urug yang dipadatkan.

PEKERJAAN PEMIPAAN AIR BERSIH


1. Lingkup pekerjaan
Termasuk dalam pekerjaan ini adalah melaksanakan pekerjaan sistem penyediaan air
bersih, penyediaan dan penyambungan hidrant umum, penyediaan jaringan untuk
splingker (penyiram tanaman) serta pembangunan tower air selengkapnya seperti
didefinisikan dalam gambar rencana, dan sepenuhnya seuai dengan persyaratan dan
spesifikasi ini.
2. Persyaratan umum
1. Pembobokan tembok atau beton, pemotongan kabel, pemotongan pipa, ducting dan
perlengkapan lainnya hanya dapat dilaksanakan setelah disetujui oleh Pengawas
Lapangan. Perbaikan akibat tersebut diatas harus dikerjakan oleh ahli yang
menguasai bidangnya.
2. Pemborong diwajibkan membuat gambar terpasang (as built drawing) dari seluruh
sistem. Gambar terpasang dibuat selama pengerjaan pemasangan sistem. Pada
gambar terpasang harus terpasang jarak – jarak, kedalaman – kedalaman, tinggi –
tinggi bagian dari sistem. Gambar terpasang harus disahkan oleh Direksi lapangan.
3. Pemborong harus menyerahkan kepada Direksi Lapangan 5 (lima) rangkap
penjelasan atau uraian tertulis mengenai cara bekerja setiap sistem yang meliputi
diagram – diagram, cara – cara perbaikan dan pemeliharaan dari setiap sistem kerja
terperinci.
4. Semua karakteristik pompa dan perlatan lainnya yang disiapkan oleh pabrik yang
bersangkutan harus pula diserahkan oleh pemborong kepada Direksi lapangan.
3. Pemasangan dan pemeriksaan pipa
Pemeriksaan sebelum pemasangan
a. Sebelum dipasang, pipa harus diperiksa dengan teliti terhadap retak – retak kerusakan
lainnya ketika pipa berada di atas galian dan segera diganti sebelum pemasangan
pada posisi terakhir.
b. Ujung spigot/buis beton O harus diperiksa secara seksama karena bagian ini yang
paling mudah rusak pada waktu pengangkatan
c. Pipa atau peralatan yang rusak harus diletakkan dekat dengan galian untuk diperiksa
oleh direksi dan direksi akan menentukan pipa tersebut akan digunakan atau dibuang.
Pembersihan pipa dan peralatan
a. Sebelum dipasang pipa harus dicat flinkut (flincoat) minimum 3 lapis
b. Sebelum digunakan, seluruh kotoran dan sisa lapisan (coating) harus dihilangkan,
spigot dan bagian dari bell harus dibersihkan, kering dan bebas lemak dan minyak
Peletakan Pipa
a. Selama pekerjaan berlangsung tidak boleh ada bahan – bahan, peralatan, atau barang
– barang lain didalam pipa
b. Pipa air bersih harus dipasang miring ke arah alat plat pemipaan, sehingga dapat
dikosongkan sama sekali. Pada waktu peletakan pipa dalam galian, letak akhir spigot
harus tetap dengan bell dan dipasang dengan lintasan dan sudut yang benar
c. Pipa harus terletak dengan betul dan timbunan harus dipadatkan kecuali pada bagian
bell harus dijaga agar kotoran tidak masuk ke dalam ruang antar sambungan
d. Sekeliling pipa harus diberi pasir setebal 15 cm
e. Jika pemasangan pipa terhenti pada suatu saat, ujung pipa harus ditutup dengan bahan
yang disetujui direksi
Pemotongan Pipa
a. Pemotongan pipa untuk penempatan tee atau katup (valve) harus dikerjakan dengan
rapi dan teliti tanpa menyebabkan kerusakan pada pipa dan lapisannya, serta pada
ujungnya harus dibuat halus.
b. Pemasangan pipa harus dengan akhiran bell yang menghadap ke arah depan dari
pemasangan, kecuali ditentukan oleh direksi.
b. Apabila menurut Direksi kondisi galian tidak memungkinkan, pipa tidak boleh
dipasang.
c. Pipa yang tampak (exposed) harus sejajar dengan garis – garis bangunan, kecuali bila
dinyatakan lain.
d. Pencabangan pipa air bersih dapat dilakukan dari atas, bawah, atau samping pipa
sesuai dengan kondisi struktur dan instalasi setempat.

PEKERJAAN SANITASI
1. Pekerjaan septic tank
Pemakaian bahan bangunan untuk tangki septi sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Bahan bangunan harus kuat terhadap gaya yang mungkin timbul dan memenuhi
ketentuan SK – SNI mengenai spesifikasi bahan bangunan.
b. Bahan bangunan harus lebih tahan terhadap keasaman dan kedap air. Bahan
bangunan yang dapat digunakan untuk tangki septic dapat dipilih dari daftar bahan
banguann berikut sesuai dengan komponen bahan bangunan tangki septic.
Bentuk dan Ukuran
a. Tangki septic empat persegi panjang dengan perbandingan panjang dan lebar 2 : 1
sampai 3 : 1. Lebar tangki sekurang – kurangnya 0,75 m dan panjang tangki sekurang
– kurangnya 1,50 m
b. Tinggi air dalam tangki sekurang – kurangnya 1,00 m dan kedalaman maksimum
2,10 m. Tinggi tangki septic adalah tinggi air dalam tangki, ditambah dengan ruang
bebas air sebesar (0,20 – 0,40 m) dan ruang penyimanan Lumpur. Dasar tangki dapat
dbuat horizontal atau dengan kemiringan tertentu untuk memudahkan pengurasan
lumpur. Dinding tangki harus dibuat tegak.
c. Tangki septic ukuran kecil yang hanya melayani satu keluarga dapat berbentuk bulat
dengan diameter sekurang – kurangnya 1,20 m dan tinggi sekurang – kurangnya 1,00
m
d. Penutup tangki septic maksimum terbenam ke dalam tanah 0,40 m
Pipa penyalur air limbah rumah tangga
Ketentuan pipa penyalur air rumah tangga adalah sebagai berikut :
a. Pipa penyalur air limbah rumah tangga berupa pipa horisontal berada di luar
bangunan, mulai dari jarak 1,50 m dari pondasi ke tangki septik
b. Diameter minimum 0,15 m untuk pipa keramik atau pipa beton, dan 0,10 m untuk
pipa PVC
c. Sambungan pipa antara tangki septik dengan bidang resapan harus kedap air
d. Kemiringan minimum 2 % tetapi sebaiknya dibuat 3 %
e. Disetiap belokan melebihi 45o dan perubahan kemiringan melebihi 22,5o harus
dipasang clean out untuk pengontrolan / pembersihan pipa. Belokan 90o sebaiknya
dihindari atau dilaksanakan dengan membuat dua kali belokan masing – masing 45o
atau ada bak kontrol.
Aliran masuk dan aliran keluar
Ketentuan aliran masuk dan aliran keluar adalah sebagai berikut :
a. Pipa aliran masuk dan keluar dapat berupa pipa T atau sekat.
b. Pipa aliran keluar harus diletakkan (5-10) cm lebih rendah dari pipa aliran masuk.
c. Pipa T atau sekat harus terbenam 0,20 m dibawah permukaan air dan menonjol
minimal 0,15 m diatas permukaan laut.
Pipa udara
Ketentuan pipa udara adalah sebagai berikut :
a. Tangki septik harus dilengkapi dengan pipa udara dengan diameter 0,05 m. Tinggi
2,00 m dari permukaan tanah
b. Ujung pipa udara perlu dilengkapi dengan pipa U atau pipa T sedemikian rupa
sehingga lubang pipa udara menghadap kebawah dan ditutup dengan kawat kasa.

Lubang pemeriksaan
Ketentuan lubang pemeriksaan adalah sebagai berikut :
a. Tangki septic harus dilengkapi dengan lubang pemeriksaan yang berfungsi sebagai
lubang untuk pengurasan lumpur dan keperluan lainnya.
b. Permukaan lubang pemeriksaan harus ditempatkan 0,10 m diatas permukaan laut.
c. Lubang pemeriksaan yang berbentuk empat persegi ukurannya = (0,40 x 0,40) m2.
Tangki septic dengan 2 ruang atau lebih untuk kenaikkan efisiensi pengolahan, maka
tangki septic dapat dibuat menjadi 2 bagian (2 ruang) atau lebih, dengan ukuran panjang
tangki ruang pertama adalah 2/3 bagian, sedang ynag kedua 1/3 bagian.

Jarak
Jarak dari tangki septik atau bidang resapan ke suatu unit tertentu dapat dipergunakan
ketentuan-ketentuan seperti terlihat pada tabel berikut :

JARAK DARI TANGKI SEPTIK BIDANG RESAPAN


Bangunan Sumur 1,50 m 1,50 m
Pipa air bersih 10,00 m 10,00 m
3,00 m 3,00 m

Tabel 4.1 Jarak saluran drainase bangunan.

Kotak distribusi
Tangki septic yang mempunyai bidang resapan lebih dari satu jalur perlu dilengkapi
dengan kotak distribusi dan harus dibuat dari pasangan kedap air.

PEKERJAAN SUMUR RESAPAN


Prinsip peresapan airnya adalah ke arah veretikal dan horizontal. Tinggi peresapan
ditentukan berdasar kedalaman muka airnya dan muka dasar peresapan berada > 1 m
diatas muka air air tanah. Tipe ini digunakan pada daerah yang muka air tanahnya cukup
dalam (> 2,5 meter) dan area lahan tidak terlalu luas.
Persyaratan sumur resapan adalah sebagai berikut :
1. Sumur resapan hanya dapat dipergunakan untuk tangki septik yang berkapasitas kecil
(melayani kurang dari 15 orang)
2. Konstruksi resapan mempunyai Ukuran 1 m x 2,5m
3. Dinding peresapan dilapisi dengan lapisan ijuk setebal 10 cm dan didalamnya diisi
penuh dengan kerikil/batu pecah dengan diameter 3 cm - 8 cm.
4. Pipa pengeluaran dari tangki septic dipasang di bagian atas sumuran dan efluen akan
meresap ke dinding dan dasar sumuran.

Anda mungkin juga menyukai