4.1 PASAL I
SYARAT - SYARAT UMUM
4.2 PASAL II
SYARAT - SYARAT ADMINISTRASI
PASAL II.01. : RENCANA KERJA ( TIME SCHEDULE )
1. Pemborong harus membuat rencana kerja pelaksanaan kerja yang disetujui oleh pemberi
tugas selambat-lambatnya satu minggu setelah SPK diterbitkan serta daftar nama
pelaksana yang diserahkan untuk menyelesaikan proyek ini.
2. Pemborong diwajibkan melaksanakan pekerjaan menurut rencana kerja tersebut.
PASAL II.02. : LAPORAN MINGGUAN
1. Konsultan pengawas tiap minggu diwajibkan melaporkan kepada peminpin proyek
mengenai prestasi pekerjaan.
2. Penilaian prosentasi kerja atas dasar pekerjaan yang sudah dikerjakan, tidak termasuk
adanya bahan-bahan di tempat pekerjaan dan tidak atas dasar besarnya pengeluaran
uang oleh pemborong.
2. Pelaksanaan berdasarkan gambar kerja, syarat- syarat dan uraian dalam RKS ini, gambar
tambahan serta perubahan - perubahan dalam berita Acara Aanwijzing, petunjuk serta
pemerintah pemberi tugas (PP) pada waktu atau sebelum berlangsungnya pekerjaan.
Termasuk hal ini adalah pekerjaan – pekerjaan tambah / kurang yang timbul dalam
pelaksanaan. Namun demikian semuanya harus dikonsultasikan terlebih dahulu kepada
pemberi tugas (PP).
3. Perbedaan Ukuran.
Bila terdapat perbedaan ukuran atau ketidak sesuaian antara :
a. Gambar rencana dan detail, maka yang mengikat adalah gambar yang skalanya lebih
besar.
b. Bilamana terjadi perbedaan antara gambar dengan bestek harus dilaporkan kepada
pemberi tugas (PP) untuk mendapatkan persetujuan sebelum dilaksanakan.
PEKERJAAN TANAH
1. Pekerjaan Galian
a. Galian tanah untuk pondasi dan galian – galian lainnya harus dilakukan menurut
ukuran dalam, lebar dan sesuai dengan peil – peil yang tercantum pada gambar.
Semua bekas – bekas pondasi bangunan lama dan akar – akar pohon yang terdapat
pada bagian pondasi yang akan dilaksanakan harus dibongkar dan dibuang. Bekas –
bekas pipa saluran tidak dipakai harus disumbat.
b. Apabila pada lokasi tersebut terdapat pipa air, pipa gas, pipa – pipa pembuangan,
kabel listrik, telepon dan sebagainya yang masih dipergunakan, maka secepatnya
diberitahukan kepada Direksi dan instansi yang berwenang untuk mendapatkan
petunjuk – petunjuk seperlunya. Kontraktor bertanggungjawab penuh atas segala
kerusakan – kerusakan sebagai akibat pekerjaan galian tersebut.
c. Apabila ternyata penggalian melebihi kedalaman yang telah ditentukan, maka
Kontraktor harus mengisi / mengurangi daerah tersebut dengan bahan – bahan yang
ssuai dengan syarat – syarat pengisian bahan pondasi yang sesuai dengan spesifikasi
pondasi.
d. Kontraktor harus menjaga agar lubang – lubang galian pondasi tersebut bebas dari
longsoran – longsoran tanah dikiri dan kanannya dan bebas dari genangan air,
sehingga pekerjaan pondasi dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan spesifikasi.
Dan juga perlu diwaspadai untuk galian galian pondasi yang mempunyai kedalaman
ekstrim.
e. Pengisian kembali dengan tanah bekas galian, dilakukan selapis demi selapis, sambil
disiram air secukupnya dan ditumbuk sampai padat. Pekerjaan pengisian kembali
hanya boleh dilakukan setelah diadakannya pemeriksaan dan mendapat persetujuan
Direksi, baik mengenai kedalaman, lapisan tanahnya maupun jenis tanah bekas
galian tersebut.
f. Setiap lapisan harus diarahkan pada kepadatan yang dibutuhkan dan diperiksa
melalui pengujian lapangan yang memadai, sebelum dimulai dengan lapisan yang
berikutnya. Bilamana bahan urugan tidak mencapai kepadatan yang dikehendaki,
lapisan tersebut harus diulang pengerjaannya atau diganti dan cara – cara
pelaksanannya akan dihentikan guna mendapatkan hasil yang dibutuhkan. Jadwal
pengujian akan ditentukan / ditetapkan Direksi. Setelah pemadatan selesai, urugan
tanah yang berlebihan harus dipindahkan ketempat yang ditentukan.
PEKERJAAN FONDASI MINIPILE
1. Umum
Untuk mencapai hasil konstruksi fondasi yang sesuai dan memenuhi semua kriteria
teknis di dalam perencanaan struktur fondasi yang telah dituangkan di dalam gambar
rencana, maka pekerjaan pemancangan fondasi tiang di dalam proyek ini perlu mengacu
kepada semua persyaratan teknis yang digunakan di dalam perencanaannya. Persyaratan
teknis penting yang diperlukan di dalam konstruksi fondasi akan dijelaskan berikut ini,
yang meliputi standard, Spesifikasi Material, Alat Kerja, Persiapan yang harus
dilakukan dan Prosedur Pemancangan tiang beton.
2. Standard
Sejumlah peraturan baku yang menjadi acuan di dalam penentuan persyaratan teknis ini
adalah :
a. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI
2847-2013)
b. American Concrete Institute (ACI) 318M-11
c. American Society of Testing and Materials (ASTM)
3. Material
Material tiang yang digunakan di proyek in harus mengikuti persyaratan mutu bahan
maupun tata cara fabrikasi yang menjamin agar semua tiang dapat terpasang dengan
baik sesuai rencana.
3.1 Mutu Bahan
a. Beton harus memenuhi kualitas K-350
b. Tulangan utama tiang harus terbuat dari bahan strand ASTM A 416 grade 270
c. Tulangan sengkang tiang harus terbuat dari baja polos BjTP-24
d. Pelat-sambung tiang harus terbuat dari pelat baja Fe-360
e. Elektroda las harus memenuhi kualitas setara AWS E-6013
e. Terminasi pemancangan
Setiap tiang akan dipancang secara kontinyu sampai mencapai kedalaman
tertentu sesuai ketentuan di dalam gambar rencana fondasi. Untuk friction piles,
pemancangan dapat dihentikan bila kepala tiang telah mencapai level muka
tanah atau level yang ditentukan dalam gambar rencana. Untuk end bearing piles
, pemancangan dapat dihentikan bila ujung tiang telah mencapai kedalaman
tanah keras yang ditunjukan oleh tercapainya final set yang sesuai (1,5 cm untuk
10 kali pukulan terakhir, jika sampai seluruh tiang terbenam namun hasil setting
belum memenuhi persyaratan, maka pemancangan harus dilanjutkan dengan
follower, sampai memenuhi persyaratan setting yang telah memperhatikan
kekakuan follower. Dengan pushpile hydrolic pemancangan dilakukan dengan
tekanan sesuai yang ditetapkan oleh konsultan perencana.
PEKERJAAN BETON
1. Bahan – bahan dan syarat bahan
a. Bahan – bahan bangunan berupa semen, agregat dan air harus seusai dengan
persyaratan yang termuat dalam RKS ini pada bab sebelumnya.
b. Perbandingan dari berbagai adukan (spesi) diberikan sesuai dengan proporsi bawah
ini, dimana angka – angka tersebut menyatakan perbandingan jumlah isi ditakar
dalam keadaan kering, yaitu :
a) Beton tumbuk 1 pc : 2 ps : 4 kr
b) Lantai kerja 1 pc : 3 ps : 5 kr
c) Beton bertulang 1 pc : 2 ps : 3 kr (minimal 20 Mpa)
d) Pasangan dinding kedap air 1 pc : 2 ps
e) Pasangan dinding biasa 1 pc : 4 ps
f) Plesteran sudut 1 pc : 4 ps
g) Plesteran beton 1 pc : 4 ps
c. Kontraktor harus membuat takaran yang sama ukuran – ukurannya dan harus
mendapat persetujuan Direksi
d. Selanjutnya takaran tersebut dapat digunakan sebagai takaran untuk berbagai
campuran, untuk pasangan, plesteran dan lain – lain
e. Adukan dan campuran untuk beton bertulang dan pekerjaan – pekerjaan khusus
lainnya akan ditentukan Direksi.
2. Pekerjaan Beton
Besi Beton Polos yang digunakan harus memenuhi syarat – syarat dan ketentan berikut:
a. Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 2013
b. Standar Umum Bahan Bangunan Indonesia 1986
c. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk bangunan Gedung (SNI 2847-2013)
d. Standar Industri Indonesia (SII) 0136-84
e. Beton menggunakan mutu
f. Bebas dari kotoran – kotoran, lapisan lemak / minyak, karat dan tidak cacat (retak –
retak, mengelupas, luka dan sebagainya) Jenis Baja Mild-Steel dengan tegangan leleh
(fy) minimum 2400 kg/cm2_pekerjaan untuk diameter tulangan < 12 dan 3900
kg/cm2 untuk diameter tulangan >12
g. Mempunyai penampang yang sama rata
h. Disesuaikan dengan gambar – gambar
h. Pemakaian besi beton dari jenis berlainan dan ketentuan – ketentuan diatas, harus
mendapat persetujuan dari Direksi.
i. Besi beton yang tidak memenuhi syarat karena kualitas tidak sesuai dengan
spesifikasi harus segera dikeluarkan dari site atau segera dikembalikan ke penyetor,
setelah menerima instruksi tertulis dari Direksi, dalam waktu 24 jam.
j. Sebelum penyetelan dan pemasangan dimulai, kontraktor harus membuat rencana
kerja pemotongan dan pembengkokan baja tulangan (bending schedulle), yang
sebelumnnya harus diserahkan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
k. Pemasangan dengan menggunakan pelindung beton ( beton dekking ) arus sesuai
dengan gambar. Apabila hal tersebut tercantum di dalam gambar, maka digunakan
spesifikasi SNI 03-2847-2013 Pasal 9.7.
PEKERJAAN PASANGAN
Plesteran, Acian dan Sponengan
1. Yang harus diplester adalah :
a. Plesteran – plesteran untuk pekerjaan pasangan maupun beton seperti tersebut dalam
gambar.
b. Semua komponen lainnya yang secara teknis memerlukan diplester
c. Semua pekerjaan beton yang nampak
d. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pekerjaan profil beton,
sponengan, siaran pasangan dinding batu kali seperti pada gambar
2. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan :
a. Pada dasarnya campuran untuk plesteran sama dengan campuran untuk pasangan
dinding batu bata yaitu 1 Pc : 4 ps, dan campuran 1 Pc : 5 Ps
b. Penggunaan campuran plesteran untuk dinding kedap air, siaran pasangan dinding
batu kali pecah dan beton menggunakan campuran 1 Pc : 4 Ps, kecuali yang
disyaratkan menggunakan produk mortar dan untuk pasangan dinding batu bata
campuran 1 Pc : 5 Ps, menggunakan campuran yang sama pula yaitu 1 Pc : 5 Ps
c. Sebelum pekerjaan plesteran dan siar dilakukan, bidang – bidang yang diplester dan
yang disiar harus dibersihkan terlebih dahulu kemudian dibasahi dengan air agar
plesteran maupun siaran tidak cepat kering dan tidak retak – retak
d. Adukan untuk plesteran harus benar – benar halus sehingga
plesterantidak pecah – pecah
e. Tebal plesteran tidak boleh lebih dari 2,5 cm dan tidak boleh kurang
dari 1,5 cm
f. Plesteran supaya digosok berulang – ulang sampai menutup mantap
dengan acian dari Pc + air sehingga tidak terjadi retak atau pecah
g. Pekerjaan plesteran terakhir harus lurus dan halus, rata dan tegak
lurus dengan bidang plesteran lainnya
h. Plesteran baru harus dijaga sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pecah dan sobek
/ retak dengan disiram air minimum 3 kali dalam 24 jam selama 7 hari berturut –
turut
i. Pekerjaan plesteran dilakukan setelah pekerjaan atap selesai, sebelum pekerjaan atap
selesai tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan plesteran, tanpa seijin dari direksi
j. Untuk plesteran dinding saluran dilaksanakan setelah pasangan batu
betul – betul kering dan kuat.
PEKERJAAN SANITASI
1. Pekerjaan septic tank
Pemakaian bahan bangunan untuk tangki septi sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Bahan bangunan harus kuat terhadap gaya yang mungkin timbul dan memenuhi
ketentuan SK – SNI mengenai spesifikasi bahan bangunan.
b. Bahan bangunan harus lebih tahan terhadap keasaman dan kedap air. Bahan
bangunan yang dapat digunakan untuk tangki septic dapat dipilih dari daftar bahan
banguann berikut sesuai dengan komponen bahan bangunan tangki septic.
Bentuk dan Ukuran
a. Tangki septic empat persegi panjang dengan perbandingan panjang dan lebar 2 : 1
sampai 3 : 1. Lebar tangki sekurang – kurangnya 0,75 m dan panjang tangki sekurang
– kurangnya 1,50 m
b. Tinggi air dalam tangki sekurang – kurangnya 1,00 m dan kedalaman maksimum
2,10 m. Tinggi tangki septic adalah tinggi air dalam tangki, ditambah dengan ruang
bebas air sebesar (0,20 – 0,40 m) dan ruang penyimanan Lumpur. Dasar tangki dapat
dbuat horizontal atau dengan kemiringan tertentu untuk memudahkan pengurasan
lumpur. Dinding tangki harus dibuat tegak.
c. Tangki septic ukuran kecil yang hanya melayani satu keluarga dapat berbentuk bulat
dengan diameter sekurang – kurangnya 1,20 m dan tinggi sekurang – kurangnya 1,00
m
d. Penutup tangki septic maksimum terbenam ke dalam tanah 0,40 m
Pipa penyalur air limbah rumah tangga
Ketentuan pipa penyalur air rumah tangga adalah sebagai berikut :
a. Pipa penyalur air limbah rumah tangga berupa pipa horisontal berada di luar
bangunan, mulai dari jarak 1,50 m dari pondasi ke tangki septik
b. Diameter minimum 0,15 m untuk pipa keramik atau pipa beton, dan 0,10 m untuk
pipa PVC
c. Sambungan pipa antara tangki septik dengan bidang resapan harus kedap air
d. Kemiringan minimum 2 % tetapi sebaiknya dibuat 3 %
e. Disetiap belokan melebihi 45o dan perubahan kemiringan melebihi 22,5o harus
dipasang clean out untuk pengontrolan / pembersihan pipa. Belokan 90o sebaiknya
dihindari atau dilaksanakan dengan membuat dua kali belokan masing – masing 45o
atau ada bak kontrol.
Aliran masuk dan aliran keluar
Ketentuan aliran masuk dan aliran keluar adalah sebagai berikut :
a. Pipa aliran masuk dan keluar dapat berupa pipa T atau sekat.
b. Pipa aliran keluar harus diletakkan (5-10) cm lebih rendah dari pipa aliran masuk.
c. Pipa T atau sekat harus terbenam 0,20 m dibawah permukaan air dan menonjol
minimal 0,15 m diatas permukaan laut.
Pipa udara
Ketentuan pipa udara adalah sebagai berikut :
a. Tangki septik harus dilengkapi dengan pipa udara dengan diameter 0,05 m. Tinggi
2,00 m dari permukaan tanah
b. Ujung pipa udara perlu dilengkapi dengan pipa U atau pipa T sedemikian rupa
sehingga lubang pipa udara menghadap kebawah dan ditutup dengan kawat kasa.
Lubang pemeriksaan
Ketentuan lubang pemeriksaan adalah sebagai berikut :
a. Tangki septic harus dilengkapi dengan lubang pemeriksaan yang berfungsi sebagai
lubang untuk pengurasan lumpur dan keperluan lainnya.
b. Permukaan lubang pemeriksaan harus ditempatkan 0,10 m diatas permukaan laut.
c. Lubang pemeriksaan yang berbentuk empat persegi ukurannya = (0,40 x 0,40) m2.
Tangki septic dengan 2 ruang atau lebih untuk kenaikkan efisiensi pengolahan, maka
tangki septic dapat dibuat menjadi 2 bagian (2 ruang) atau lebih, dengan ukuran panjang
tangki ruang pertama adalah 2/3 bagian, sedang ynag kedua 1/3 bagian.
Jarak
Jarak dari tangki septik atau bidang resapan ke suatu unit tertentu dapat dipergunakan
ketentuan-ketentuan seperti terlihat pada tabel berikut :
Kotak distribusi
Tangki septic yang mempunyai bidang resapan lebih dari satu jalur perlu dilengkapi
dengan kotak distribusi dan harus dibuat dari pasangan kedap air.