Anda di halaman 1dari 4

II.

TINJAUAN PUSTAKA
Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau komponen
yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah
melalui proses pemisahan. Bagian terbesar dari penetuan secara analisis gravimetri meliputi
transformasi unsur atau radikal kesenyawaan murni stabil yang dapat segera diubah menjadi
bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Metode gravimetrik memakan waktu yang cukup
lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat
digunakan (Khopkar, 1990).
Analisis gravimetri merupakan salah satu bagian dari kimia analitik. Langkah
pengukuran pada cara gravimetri adalah pengukuran berat, analit secara fisik dipisahkan dari
semua komponen lainnya maupun dari pelarutnya. Pengendapan merupakan teknik yang secara
luas digunakan untuk memisahkan analit dari gangguan-gangguan (Underwood, 1981).
Menghitung persentasi dari berat suatu analit dalam analisis gravimetri digunakan rumus :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛 × 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑔𝑟𝑎𝑣𝑖𝑚𝑒𝑡𝑟𝑖
% 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡 = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Metode Gravimetri untuk analisis kuantitatif didasarkan pada stoikiometri reaksi
pengendapan, yang secara umum dinyatakan dengan persamaan:
𝑎𝐴 + 𝑝𝑃 → 𝐴𝑎 𝑃𝑝
“a” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan analit (A), “p” adalah koefisien reaksi setara dari
reaktan pengendap (P) dan AaPp adalah rumus molekul dari zat kimia hasil reaksi yang
tergolong sulit larut (mengendap) yang dapat ditentukan beratnya dengan tepat setelah proses
pencucian dan pengeringan. Penambahan reaktan pengendap P umumnya dilakukan secara
berlebih agar dicapai pengendapan yang sempurna (Ibnu, 2004).
Penetapan jumlah sampel metode gravimetri dilakukan melalui perhitungan berat
sehingga produk harus dalam bentuk padatan (solid). Pemisahan dapat dilakukan dengan cara :
 Pembentukkan endapan yg sukar larut, lalu endapan disaring, dicuci, dikeringkan atau
dipijar kemudian ditimbang.
 Penggunaan sifat volatilitas dan zat yang akan ditentukan diperoleh dengan cara
penyulingan. Hasil reaksi ditampung kemudian ditimbang atau berkurangnya berat
cuplikan karena penyulingan dapat diukur.
 Pengendapan logam yang murni pada katoda secara elektrolisis.
Syarat berikut ini harus dipenuhi agar metode gravvimetri berhasil :
 Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang tak
terendapkan secara analitis tak dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg atau kurang dalam
menetapkan penyusun utama dari suatu makro).
 Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan hendaknya murni
atau sangat hampir murni. Bila tidak, maka akan diperoleh hasil yang kurang akurat atau
galat.
 Endapan harus dapat diubah menjadi suatu senyawa dalam keadaan stoikiometrik
misalnya dengan cara pemijaran.

Selain itu, ada dua hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan suatu faktor gravimetri :
 Berat molekul (atau berat atom) analit berada pada pembilang, sedangkan berat zat yang
ditimbang pada pembagi.
 Banyaknya molekul atau atom yang muncul dalam pembilang dan pembagi haruslah
ekuivalen secara kimia.

Pemisahan hingga tercapainya endapan murni dilakukan dengan metode sebagai berikut:
 Mekanisme Pembentukan Endapan
Endapan dapat dibentuk ketika larutan sudah lewat jenuh. Tahap pembentukan
endapan adalah sebagai berikut:

Pembentukan
Pengelompokan Pertumbuhan Inti Partikel Endapan
Parikel yang
Ion Endapan yang Mikroskopik
Sangat kecil

Sifat koloid terpenting yg perlu diperhatikan :


o Kelarutan partikel ini lebih besar daripada partikel kasar
o Partikel ini bermuatan listrik
Makin halus partikel makin luas permukaan sehingga makin mudah melarut. Ion-
ion pada permukaan endapan menarik ion-ion yg berlawanan yg terdapat dlm larutan.
Misal pada pengendapan perak klorida dgn cara pemanbahan perak nitrat pada larutan
natrium klorida, ion klorida akan diserap oleh permukaan endapan dan akan mengendap
jika ditambah lagi ion perak.
 Suasana Pengendapan
Endapan untuk analisis gravimetrik harus murni, cukup kasar, mudah dicuci dan
disaring. Besar partikel endapan berbanding terbalik dgn keadaan lewat jenuh relatif
larutan selama terjadi pengendapan.
𝑄−𝑆
𝐿𝑒𝑤𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑢ℎ 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 =
𝑆
Dimana
Q = Konsentrasi molar pereaksi yang dicampurkan sebelum terjadi pengendapan
S = Kelarutan molar dari endapan
K = Konstanta
Kecepatan pengendapan akan bertambah jika keadaan lewat jenuh relatif bertambah.
𝑄−𝑆
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛 = 𝑘
𝑆
kecepatan pengendapan bergantung pada 2 proses yaitu nukleasi dan pertumbuhan
partikel. Kecepatan kedua proses ini bergantung pada keadaan lewat jenuh. Cara-cara
yang biasa dilakukan pada pengendapan :
o Pengendapan dilakukan dalam larutan encer
o Zat pengendapan ditambahkan perlahan-lahan sambil diaduk
o Pengendapan dilakukan dalam larutan panas
o Endapan di-digest kecuali jika ada kemungkinan terjadi postpresipitasi
o Endapan dicuci dengan larutan elektrolit encer untuk mencegah peptisasi
o Jika masih terjadi konpresipitasi endapan dilarutkan dengan suatu pelarut
kemudian diendapkan kembali (represipitasi)
 Kontaminasi Endapan
Endapan sering dikotori oleh ion atau zat lain yg terdapat dalam larutan untuk
gravimetrik kontaminasi harus dicegah sehingga tidak akan mempengaruhi berat
endapan. Gejala dimana endapan yang tidak larut dikotori oleh zat terlarut dari larutan
disebut kopresipitasi.
 Pengendapan dalam Larutan Homogen
Metode ini zat pengendap tidak ditambahkan langsung, tetapi terbentuk dalam
larutan dgn melalui reaksi kimia yang homogen. Kelebihan zat pengendap dibagian
tertentu dari larutan dpt dicegah. Keadaan lewat jenuh Q – S pada setiap saat akan
rendah, sehingga menghasilkan endapan kasar dan murni.
 Pencucian dan Penyaringan Endapan
Tujuan pencucian untuk menghilangkan larutan induk yg melekat dan pengotor yg
melarut. Pemilihan zat pencuci :
o Tidak mengandung garam yg tdk dpt menguap jika endapan dipijar.
o Zat pencuci dpt mengandung HCl, HNO3, garam ammonium, tetapi bukan
garam NaCl.
o Jika endapan ada kemungkinan dpt melarut dlm air

Gravimetri dapat digunakan untuk menentukan hampir semua anion dan kation anorganik
serta zat-zat netral seperti air, belerang dioksida, karbon dioksida, isodium, dan berbagai jenis
senyawa organik. Misalnya penentuan kadar laktosa dalam susu, salisilat dalam sediaan obat,
fenolftalein dalam obat pencahar, nikotina dalam pestisida, kolesterol dalam biji-bijian, dan
benzaldehida dalam buah-buahan tertentu.

DAFTAR PUSTAKA
Ibnu,Sodiq. 2004. Kimia Analitik. JICA : Malang
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press : Jakarta.
Underwood, A.L, dan Day, R.A., 1981, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai