Anda di halaman 1dari 14

Judul Percobaan : Penentuan Kadar Kalium secara Spektrofotometer Emisi

Atom (AES)

Tanggal : 01-11-23

Nama Asisten : Siti O Sativa

I. Tujuan :
a. menentukan kadar kalium dalam sampel tawas hasil sintesis
II. Teori Dasar
Spektrofotometri adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan
spektrofotometer. Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan
fotometer.Spektofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi secara relatif
jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang
tertentu, dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
diabsorpsi. Spektroskopi emisi merupakan spektroskopi atom dengan menggunakan sumber
eksitasi selain nyala api seperti busur listrik atau bunga api. Belakangan ini sumber eksitasi
yang sering digunakan adalah plasma argon. Metode ini bersifat spesifik dan peka. Metode
memerlukan persiapan sampel yang minimum, seperti sampel dapat langsung diletakkan pada
sumber eksitasi. Gangguan unsur-unsur lain pada temperatur eksitasi lebih tinggi, namun
semuanya tidak berarti. Karena pada saat yang sama dapat diambil spektrum dari dua unsur
atau lebih. Keterbatasannya adalah perekaman yang dilakukan pada kertas fotografi, yang
perlu dicetak dan diinterprestasi. Intensitas radiasi tidak selalu reprodusibel dan kesalahan
relatif melebihi 1-2% (Khopkar, 1990).
Sumber eksitasi sangat berpengaruh terhadap bentuk dan intensitas emisi. Selain
menyediakan energi yang cukup untuk menguapkan sampel, sumber juga menyebabkan
eksitasi elektronik partikel-partiekl elementer dalam gas. Garis spektrum kejadiannnya yang
terakhir inilah berguna untuk analisis spektroskopi emisi. Molekul tereksitasi pada fase gas
mengemisi spektrum, yaitu akibat transisi dari suatu energi tereksitasi (E 2) ke suatu tingkat
energi yang lebih rendah (E1) dengan pemancaran (emisi) foton dengan energi
Pada masing-masing tingkat elektronik suatu molekul, terdapat sejumlah subtingkat
vibrasi, rotasi dengan energi yang berbeda, sehingga radiasi molekul tereksitasi meliputi
sejumlah frekuensi yang terkumpul dalam pita-pita; masing-masing pita sesuai dengan suatu
transisi dari suatu tingkat tereksitasi ke tingkat energi elektronik lain yang lebih rendah.
Sedangkan atom tereksitasi atau ion monoatom pada fase gas mengemisikan spektrum garis.
Pada spektrum suatu spesies monoatomik tidak dijumpai struktur halus (fine structure)
vibrasi dan rotasi, sehingga spektrum emisi merupakan suatu deret frekuensi individual
myang sesuai dengan transisi antara berbagai tingkat energi elektronik. Suatu garis spektrum
mempunyai ketebalan spesifik. Spektrum emisi, absorpsi atau pendar-fluor partikel atom
terdiri dari garis-garis sempit tertentu tempatnya yang berasal dari transisi elektronik elektron
terluar (Khopkar, 1990).
Pengukuran dengan spektroskopi emisi dapat dimungkinkan karena masing-masing
atom mempunyai tingkat energi tertentu yang sesuai dengan posisi elektron. Pada keadaan
normal, elektron-elektron ini berada pada tingkat dasar dengan energi terendah. Penambahan
energi baik secara termal maupun elektrikal, menyebabkan satu atau lebih elektron diletakkan
pada tingkat energi lebih tinggi, menjauh dari inti. Elektron tereksitasi ternyata lebih suka
kembali ke tingkat dasar dan pada proses ini kelebihan energi dipancarkan dalam bentuk
energi radiasi foton. Jika energi eksitasinya semakin besar, maka energi emisinya juga
semakin besar. Absorpsi sendiri (self absorpsion) kadangkala menurunkan intensitas emisi.
(Khopkar, 1990)
Interaksi materi dengan berbagai energi seperti energi panas, energi radiasi, energi
kimia, dan energi listrik selalu memberikan sifat-sifat yang karakteristik untuk setiap unsur
(atau persenyawaan), dan besarnya perubahan yang terjadi biasanya sebanding dengan
jumlah unsur atau persenyawaan yang terdapat di dalamnya. Di dalam kimia analisis yang
mendasarkan pada proses interaksi itu antara lain cara analisis spektrofotometri atom yang
bisa berupa cara emisi dan absorbsi (serapan) (Sudjadi, 2007).
Pada cara emisi, interaksi dengan enegi menyebabkan eksitasi atom yang mana
keadaan ini tidak berlangsung lama dan akan kembali ke tingkat semula dengan melepaskan
sebagian atau akan kembali ke tingkat semula dengan melepaskan sebagian atau seluruh
energi eksitasinya dalam bentuk radiasi. Frekuensi radiasi yang dipancarkan bersifat
karakteristik untuk setiap unsur dan intensitasnya sebanding dengan jumlah atom yang
tereksitasi dan yang mengalami proses deeksitasi. Pemberian energi dalam bentuk nyala
merupakan salah satu cara untuk eksitasi atom ke tingkat yang lebih tinggi. Cara tersebut
dikenal dengan nama spektrofotometri emisi nyala. (Sudjadi, 2007).
III.Alat dan Bahan
Alat Bahan
Spektrofotometer Emisi Atom (SEA) Larutan standar induk kalium 100 ppm
Neraca Aqua dm
Labu takar 250 ml dan 100 mL Sampel tawas
Pipet ukur 10 mL Larutan HNO3 2 M

IV. Cara Kerja


Bagian 1: Penyiapan larutan standar K untuk kurva standar
(a) Disiapkan 5 labu takar 100 mL.
(b) Dipipet berturut-turut larutan standar baku kalium 100 ppm sebanyak
1,0; 2,0; 3,0; 4,0; dan 5,0 mL ke dalam masing-masing labu takar.
(c) Ditambahkan 5 mL larutan HNO3 2,0 M.
(d) Diencerkan dengan air bebas mineral hingga tanda batas.

Bagian 2: Pembuatan kurva emisi

(a) Digunakan larutan 3,0 ppm untuk membuat spektrum emisi


(b) Diukur intensitas larutan tersebut di sekitar panjang gelombang 760 nm.
(c) Ditentukan panjang gelombang pengukuran.

Bagian 3: Pembuatan kurva kalibrasi

(a) Diukur intensitas masing-masing larutan sebanyak 3x pembacaan.


Diambil nilai rata- ratanya
(b) Dibuat kurva kalibrasi antara I dan konsentrasi.

Bagian 4: Penyiapan dan pengukuran larutan sampel


(a) Ditimbang 0,3 g sampel tawas, larutkan dan dimasukkan ke dalam labu takar 250
mL.
(b) Ditambahkan 5 mL larutan HNO3 2,0 M.
(c) Ditandabataskan dengan aqua dm.
(d) Dipipet 2,0 dan 3,0 mL larutan sampel ke dalam 2 labu takar 100 mL.
Ditandabataskan dengan aqua dm
(e) Diukur emisi larutan larutan tersebut.
(f) Diplotkan intensitas larutan sampel pada kurva kalibrasi di atas, dan
Ditentukan konsentrasi kalium dalam larutan sampel yang diukur dan
dalam sampel awal.
(g) Dihitung kadar (%) kalium dalam sampel
(h) Dibandingkan kadar kalium(%) hasil percobaan dengan perhitungan teoritis.
V. DATA PENGAMATAN

 Bagian 1 : Penyiapan larutan reagen


a. Larutan standar kalium 100 ppm.
Volume larutan = 50 mL
Volume pengenceran = 50 mL
Warna larutan : bening

b. Larutan asam nitrat 2,0M

Bagian 2 : Penyiapan larutan standar Cr untuk kurva standar

a. Penambahan larutan standar sebanyak 0, 1,0 ; 2,0 ; 3,0, 4,0; dan 5,0 mL terhadap 5
labu takar 100 mL.
b. Lalu masing-masing ditambahkan HNO3 dan diencerkan sampai tanda batas,
warna larutan bening tidak berwarna.

Bagian 3 : Penyiapan larutan Sampel

a. Massa padatan sampel = 0,3 g


b. Volume larutan = 250 mL
c. Larutan dipipet = 2 mL dan 3 mL
d. Volume pengenceran = 100 mL (10 × )

Konsentrasi (ppm) Absorbansi


1 0,1854
2 0,5161
3 0,7135
4 0,8852
5 1,0164
Sampel 1 0,3965
Sampel 2 0,5458
VI. PENGOLAHAN DATA

Kurva Standar
1.2

1 f(x) = 0.20315 x + 0.05387


R² = 0.967322298341096
0.8
Intensitas

0.6

0.4

0.2

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Konsentrasi (ppm)

Perhitungan :

Bagian 1 : Larutan reagen


a. Pembuatan larutan standar kromium 100 ppm dalam 50 mL
100 ppm K = 100 μg/mL × 50 mL
= 5000 μg
= 0,005 g
Massa K2SO4 = MrK2SO4 × 5 mg
2 × Ar K
= 174 g/mol × 0,005 g
78 g/mol
= 0,01115 g
Untuk membuat larutan induk 100 ppm K dari K 2SO4 dalam labu 50 mL,
maka ditimbang sebanyak 0,01115 g K2SO4 kemudian dimasukkan ke dalam
labu 50 mL lalu diencerkan sampai tanda batas.
Bagian 2 : Larutan Standar untuk Kurva Kalibrasi
a. Konsentrasi larutan K = 0 ppm
b. Konsentarsi larutan K = (1 mL x 100 ppm)/100 mL = 1 ppm
c. Konsentarsi larutan K = (2 mL x 100 ppm)/100 mL = 2 ppm
d. Konsentarsi larutan K = (3 mL x 100 ppm)/100 mL = 3 ppm
e. Konsentarsi larutan K = (4 mL x 100 ppm)/100 mL = 4 ppm
f. Konsentarsi larutan K = (5 mL x 100 ppm)/100 mL = 5 ppm
Bagian 3 : Larutan Sampel
a. Konsentrasi sampel secara teoritis ;
Massa sampel yang ditimbang = 0,3 g
Mr sampel KAl(SO4)2.12H2O = 474 g /mol, Ar Cr = 39 g/mol
Massa K secara teoritis :
Massa K = Ar K × massa sampel
Mr K2SO4
= 39 g/mol ×0,3g
474 g/mol
= 0,02468 g
= 24,68 mg
%K = Ar K × 100%
Mr K2SO4
= 39 g/mol × 100%
174 g /mol
= 22 %

Konsentrasi K secara teoritis (2 mL dan 3 mL)

Konsentarsi larutan K = (2 mL x 100 ppm)/100 mL = 2 ppm


Konsentarsi larutan K = (3 mL x 100 ppm)/100 mL = 3 ppm
b. Kadar K berdasarkan percobaan;
Berdasarkan kurva kalibrasi larutan standar , dengan persamaan garis lurus
y = 0.2032x + 0.0539
R² = 0.967
dimana A = nilai absorban dan x = konsentarasi dalam ppm. Diperoleh
absorbansi sampel 1= 0,3954 absorbansi; sampel 2= 0,5444 maka :
0,3954 = 0.2032x + 0.0539

0.2032x = 0,3415

x = 1,6 ppm

Konsentrasi K = 1,6 ppm

% galat = |konsentrasi secarakonsentrasi


teoritis−konsentrasi percobaan
teoritis |×100 %
= | |×100 %
2 ppm−1 , 6 ppm
2 ppm

= 20 %

Absorbansi sampel 2 = 0,5444

0,5444 = 0.2032x + 0.0539

0.2032x = 0,4905

x = 2,41 ppm

% galat = |konsentrasi secarakonsentrasi


teoritis−konsentrasi percobaan
teoritis |×100 %
= | |×100 %
3 ppm−2 , 4 ppm
3 ppm

= 20 %
VII. PEMBAHASAN

Gambar 7.1 Larutan standar Kalium (1, 2, 3, 4, 5)ppm

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar K dalam sampel dengan


menggunakan instrumen spektrofotometer emisi atom. Spektrofotometri emisi atom (AES)
adalah salah satu teknik spektrofotometri tertua. Spektrofotometri yang berarti melihat
spektrum dapat dianggap sebagai ilmu tentang interaksi antara radiasi dan materi.
Spektrokimia adalah cabang spektrofotometri di mana pengukuran radiasi digunakan untuk
penentuan komposisi bahan. Dalam spektrofotometri emisi atom, spektrum atom dipancarkan
oleh sampel digunakan untuk penentuan komposisi unsur yang kualitatif atau kuantitatif.
Prinsip dari spektrofotometer emisi atom adalah pengukuran energi yang dipancarkan sebuah
atom netral (biasanya cahaya atau panas) saat melakukan emisi atau kembalinya elektron ke
ground state setelah atom tersebut mengalami eksitasi elektron dari tingkat energi rendah ke
tingkat energi yang lebih tinggi. Tereksitasinya sebuah atom disebabkan oleh pemanasan oleh
sumber nyala pada spektrofotometer emisi atom. Pada saat atom mengalami emisi, terdapat
energi berlebih dari proses eksitasi, energi berlebih tersebut dipancarkan saat emisi.
Energi yang dipancarkan biasanya merupakan sinar dengan panjang gelombang
tertentu. Panjang gelombang sinar ini spesifik, berbeda-beda untuk setiap atomnya dan
memiliki intensitas yang besarnya sebanding dengan banyaknya atom dalam nyala, juga
sebanding dengan konsentrasi atom yang ada dalam larutan. Oleh karena itu spektrofotometer
emisi atom dapat digunakan untuk penentuan konsentrasi sebuah unsur/atom dalam sampel.
Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan terlebih dahulu membuat kurva kalibrasi standar
dari unsur yang akan dicari konsentrasinya. Kurva kalibrasi dihasilkan dari pengaluran
konsentrasi standar unsur dengan absorbansi hasil pengukuran standar unsur tersebut. Dari
kurva kalibrasi akan diperoleh persamaan y=mx+c dengan y adalah absorbansi dan x adalah
konsentrasi yang kemudian nilai absorbansi sampel di substitusi kedalam y agar diperoleh
konsentrasi x.

Gambar 7.2 Spektrofotometer Emisi Atom

Spektrofotometer emisi atom memiliki komponen penting untuk melakukan analisis. Secara
umum, komponen spektroskopi emisi atom adalah:
1 Sumber Cahaya
2 Sistem Atomisasi
2.1 Atomisasi menggunakan pembakar
2.2 Atomisasi Tanpa Nyala (Memakai tungku grafit)
3 Sistem Optik
4 Detektor
5 Sistem Pembacaan
Secara khusus, komponen spektroskopi emisi atom adalah:
 Sample input : tempat analit dimasukan
 Gas input : tempat masuk dan pengaturan bahan bakar dan gas
bakar
 Flame Generator : nyala dari bahan bakar dan gas bakar, tempat terjadinya
atomisasi dan eksitasi
 Grating mirror : pemisahan panjang gelomabang
 Monochromator : penyaring panjang gelombang, dipilih panjang
gelombang yang spesifik dari atom analit
 Detector : menerima dan mendeteksi satu panjang gelombang
yang spesifik dari monokromator
 Alat elektronik : mengolah informasi dari detektor menjadi data

Setiap alat spektrometri atom akan mencakup dua komponen utama sistem introduksi
sampeldan sumber (source) atomisasi. Untuk kebanyakan instrument sumber atomisasi ini
adalah nyata dan sampel diintroduksikan dalam bentuk larutan. Sampel masuk ke nyala
dalam bentuk aerosol. Aerosol biasanya dihasilkan oleh Nebulizer (pengabut) yang
dihubungkan ke nyala oleh ruang penyemprot (chamber spray). Pada percobaan ini
ditentukan kandungan Kalium dalam sampel air dengan metode AES. Instrumen alat yang
digunakan untuk spektrofotometri emisi atom adalah fotometer nyala. Nyala merupakan
sumber yang memiliki energi paling rendah dan mengeksitasi paling sedikit unsur (hanya
sekitar 50 unsur logam).
Oleh karena itu, zat yang bisa diukur dengan menggunakan spektrofotometri emisi
atom adalah unsur-unsur dari logam alkali dan logam alkali tanah. Hal ini dikarenakan oleh
energi atomisasi dan energi eksitasi yang dibutuhkan tidak terlalu tinggi. Bila energi yang
diberikan terlalu tinggi maka dikhawatirkan atom yang akan dianalisis terionisasi. Hal ini
dapat dicegah dengan penambahan atom dengan energi ionisasi yang lebih rendah (lebih
mudah terionisasi) dari energi ionisasi analit. Unsur-unsur yang dapat diukur atau dianalisis
dengan metode AES adalah unsur logam alkali dan logam alkali tanah dengan titik didih
disekitar ±2500℃ . Spektrofotometri emisi atom (AES) sangat mudah dipengaruhi oleh
temperatur dimana semakin tinggi temperatur maka akan semakin banyak elektron yang
tereksitasi sehingga mengganggu pengukuran intensitas. Semakin banyak elektron yang
tereksitasi, maka energi emisi yang dipancarkan saat kembali ke keadaan dasar akan semakin
besar sehingga tidak sesuai dengan konsentrasi zat yang dianalisis. Saat percobaan dilakukan,
sebelum memasukan larutan standar K terlebih dahulu spektrofotometer emisi atom di set
agar pengukuran sesuai dengan unsur yang akan dianalisis. Setelah itu lampu katoda yang ada
di dalam alat diputar sesuai unsur yang di analisis. Lampu akan menyala, kemudian diset agar
tidak menyala. Hal ini dilakukan karena percobaan hanya dilakukan untuk menganalisis
larutan dengan spektrofotometer emisi atom, sementara instrumen yang digunakan
dilaboratorium adalah alat yang multifungsi. Instrumen tersebut dapat melakukan analisis
atau pengukuran dengan spektrofotometer serapan atom dan/atau spektrofotometer emisi
atom.
Umumnya, nyala dalam spektrometer emisi atom mengubah sampel padat atau cair
menjadi keadaan uap. Ini juga menguraikan sampel menjadi molekul atau atom yang lebih
sederhana. Api dalam spektroskopi emisi atom akhirnya membangkitkan elektron ke tingkat
energi yang lebih tinggi. Elektron ini kembali ke keadaan dasar dengan emisi radiasi. Pada
pendispersian, air atau pelarut diuapkan dan garam kering dibiarkan dalam nyala api. Pada
pemanasan lebih lanjut pada suhu yang lebih tinggi, garam kering diuapkan dan molekul
terdisosiasi menjadi atom netral yang bertanggung jawab atas fenomena emisi. Uap atom
logam netral tereksitasi oleh energi panas api. Unsur tertentu memancarkan spektrum
karakteristik dengan panjang gelombang tertentu. Biasanya, spektrum garis diperoleh dari
atom atau ion sedangkan molekul memberikan spektrum pita. Spektroskopi emisi nyala atau
fotometri api melibatkan eksitasi dengan membawa sampel gas ke dalam nyala api atau
menyemprotkan sampel ke dalam nyala api atau langsung dimasukkan dengan menggunakan
loop kecil kawat platinum.
Radiasi dari api memasuki perangkat pendispersi untuk mengisolasi wilayah spektrum
yang diinginkan. Setiap elemen memancarkan cahaya dengan panjang gelombang
karakteristik. Ini dapat disebarkan oleh kisi atau prisma dan dideteksi oleh spektrometer.
Instrumentasi keseluruhan spektroskopi nyala atom mirip dengan metode spektrometri
lainnya seperti spektroskopi serapan atom. Fotometer nyala berisi pengatur tekanan dan
pengukur aliran, alat penyemprot, pembakar, sistem optik, detektor fotosensitif, dan
perekaman output.
Gambar 7.3 Skema kerja Atomic Emission Spectrophotometer

a Regulator tekanan dan flowmeter digunakan untuk penyesuaian tekanan dan aliran
gas yang tepat.
b Alat penyemprot digunakan untuk memasukkan sampel cair ke dalam nyala api
dengan laju yang stabil dan dapat direproduksi.
c Gliserin dapat digunakan sebagai pelarut. Pembakar harus menghasilkan nyala api
yang stabil. Pembakar cocok untuk bekerja pada suhu rendah. Biasanya digunakan
kisi-kisi logam dalam di sepanjang mulut kompor untuk mencegah nyala api
menyerang balik.
d Sistem optik pada spektroskopi serapan atom nyala berfungsi sebagai pengumpul dan
monokromator cahaya. Ini difokuskan pada detektor fotosensitif. Monokromator
dapat mengisolasi karakteristik radiasi elektromagnetik. Celah yang baik dengan
bukaan sempit diperlukan.
e Detektor fotosensitif tidak berguna karena responsnya tidak dapat diperkuat.
Digunakan fotometer api filter dalam instrumentasi spektroskopi emisi atom api.
f Amplifier dapat memperkuat sinyal untuk meningkatkan output.

Plasma digabungkan secara induktif dalam spektroskopi emisi atom untuk produksi
atom atau ion yang tereksitasi. Atom atau ion dari unsur tertentu ini memancarkan radiasi
dengan panjang gelombang tertentu. Oleh karena itu, dgunakan spektroskopi emisi atom
plasma yang digabungkan secara induktif (ICP-AES) untuk analisis sampel yang lebih baik.
 Plasma yang digabungkan secara induktif (ICP)
Plasma yang digabungkan secara induktif mengandung fraksi elektron dan ion positif
yang luar biasa. Dapat menghantarkan listrik dan dipengaruhi oleh medan magnet. Mereka
terdiri dari gas yang sangat energik dan terionisasi yang dihasilkan dari gas mulia seperti
argon. Mereka berguna tidak hanya untuk disosiasi atom tetapi juga untuk eksitasi dan
ionisasi untuk memberikan spektrum emisi atom dan ionik. Plasma berpasangan induktif
(ICP) yang didukung argon paling umum digunakan untuk menggunakan spektroskopi emisi
atom.

Pada dasarnya, AAS dan AES hanya berbeda pada sumber sinar yang digunakan.
Namun ada juga perbedaan dalam pengukurannya yaitu sesuatu yang diukur oleh kedua
spektrofotometer tersebut. Pada SSA yang diukur pada analisis adalah serapan enegi oleh
unsur netral yang diberikan oleh sumber sinar. Sementara yang diukur pada SEA adalah
intensitas dari atom yang beremisi saat kembali ke keadaan ground state setelah tereksitasi
akibat dari pemberian sumber sinar.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dan hasil yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa: Kadar tembaga dalam sampel yang didapatkan dari hasil percobaan yaitu
sebesar yaitu sebesar 1,6 ppm dan 2,4 ppm dengan persentase kesalahan (galat) sebesar
20%..

IX. DAFTAR PUSTAKA

Khopkar. (1990).Konsep Dasar Kimia Analitik , 275-283. Jakarta: UI-Press


Sudjadi. (2007). Kimia Farmasi Analisis, 298-299. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai