2, Oktober 2015
Abstrak-Tandan Kosong Kelapa Sawit merupakan limbah padat hasil produksi Crude Palm Oil (CPO).
Setiap 1(satu) ton tandan buah segar dihasilkan 23% limbah padat. Limbah padat ini dapat di konversi
menjadi bahan bakar pengganti minyak yaitu briket. Briket bioarang adalah bahan bakar padat yang
dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar yang berasal dari fosil seperti
minyak dan gas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu pirolisis terhadap yield
bioarang yang dihasilkan dan mengetahui pengaruh konsentrasi perekat kanji (5% w/w, 10% w/w, 15%
w/w) terhadap karakteristik briket hasil penelitian (kadar air, volatile matter, kadar abu, fixed carbon,
nilai kalor dan laju pembakaran). Penelitian dilakukan dengan metode pirolisis yaitu proses pembakaran
bahan baku dalam reaktor pirolisis dengan menggunakan suhu yang tinggi dan tanpa atau dengan sedikit
oksigen. Pirolisis dilakukan selama 2,5 jam dengan variasi suhu yaitu 350C, 400C, 450C dan 500C.
Arang yang dihasilkan dicampur dengan perekat sesuai variasi dan dicetak menjadi briket. Briket
kemudian dianalisa kadar air, kadar abu, kadar karbon, kadar zat terbang, nilai kalor dan laju
pembakaran. Briket dengan yield tertinggi terdapat pada suhu 350C sebesar 51,53% dan yield terendah
pada suhu 500C sebesar 26,03%. Briket hasil penelitian ini telah memenuhi standar mutu briket sebagai
bahan bakar dilihat dari nilai kalor. Komposisi optimal antara perekat kanji dan arang TKKS hasil
pirolisis yaitu pada 5%:95% yang menghasilkan nilai kalor terbesar yaitu 6748,15kal/g.
Abstract-Palm Oil Empty Fruit Bunches are solid waste from Crude Palm Oil (CPO industry). For 1 ton
of fresh fruit bunches produced 23% of solid waste. This solid waste can be converted into alternative
energy that called briquettes. Briquettes are solid fuel that can be used as an alternative fuel replacement
for fossil fuels such as oil and gas. This study aims to determine the effect of temperature on the yield
generated briquettes and the effect of stach adhesive concentration (5, 10 and 15% wt) to briquettes
characteristics (moisture content, volatile matter, ash content, fixed carbon, calorific value and the rate
of combustion). In this reseacrh, two kilograms of palm oil empty fruit bunches was burned using
pyrolisis reactor at different temperatur (350, 400, 450 and 5000C) for 2.5 hour. Charcoal produced was
mixed with an adhesive in accordance variations and molded into briquettes. Briquettes then analyzed the
water content, ash content, carbon content, volatile matter content, heating value and rate of combustion.
The maximum yield of briquettes which was obtained in this research is 51.53% at temperature 3500C
and the lowest yield at temperature of 500 C by 26.03%. Briquettes results of this study have met the
quality standards of fuel briquettes as seen from the heating value. Optimal adhesive composition
between starch and charcoal TKKS is 5%: 95% that generates highest calorific value about 6748.15kal/
g.
16
Konversi, Volume 4 No. 2, Oktober 2015
PENDAHULUAN
Perkembangan industri kelapa sawit di Berikut merupakan karakteristik dari Tandan
Kalimantan Selatan semakin pesat, terutama Kosong Kelapa Sawit awal sebelum proses
pengolahan minyak kelapa sawit/crude palm oil pirolisis (Ristianingsih,2014).
(CPO). Luas areal tanaman kelapa sawit tahun
2012 di Kalimantan Selatan seluas 366.847 Ha Tabel 2. Karakteristik Tandan Kosong Kelapa Sawit
(Badan Pusat Statiska Kal-Sel, 2011). Hal ini dapat No Parameter Hasil (%)
meningkatkan pendapatan daerah namun juga 1 Kadar Air 12,5933
menimbulkan pencemaran lingkungan berupa 2 Kadar Volatile Matter 65,3763
limbah hasil produksi CPO. Komposisi limbah 3 Kadar Abu 4,1307
4 Kadar Fixed Carbon 17,899
yang dihasilkan pada pengolahan CPO berupa 5 Nilai Kalor 3794,855
limbah cair dan limbah padat. Limbah cair berupa
tumpahan crude palm oil dan limbah CPO parit. Penggunaan bahan bakar briket dapat
Limbah padat berupa tandan buah kosong, serat mengurangi penggunaan kayu bakar dan
perasan buah, bungkil inti sawit, cangkang, solid penggunaan BBM. Pemanfaatan briket sebagai
dan limbah lain. Setiap pengolahan 1 ton TBS bahan bakar dapat menghemat waktu dan biaya
akan dihasilkan TKKS sebanyak 22 23% TKKS karena briket mempunyai nilai kalor yang relatif
atau sebanyak 220 230 kg TKKS, 670 kg limbah tinggi (Stanley, 2012). Di daerah Kalimantan
cair, 120 kg serat mesocarp, 70 kg cangkang, dan Selatan sendiri limbah padat bahan TKKS
30 kg kernel. Jumlah limbah TKKS seluruh melimpah dan mudah diperoleh, sehingga
Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan mencapai berpotensi untuk mengembangkan briket menjadi
18.2 juta ton (Utomo, 2001). Limbah padat industri bahan bakar alternatif.
kelapa sawit ini berpotensi mencemari tanah, Pirolisis adalah sebuah proses dekomposisi
lingkungan dan belum dimanfaatkan secara material oleh suhu. Proses pirolisis dimulai pada
optimal. Padahal limbah padat ini masih dapat suhu tinggi dan tanpa kehadiran O2. Produk cair
dijadikan sebagai sumber energi terbarukan yang menguap mengandung tar dan polymatic
(Ardila, 2014). hydrocarbon. Produk pirolisis umumnya terdiri
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dari tiga jenis , yaitu gas (H2, CO, CO2, H2O dan
merupakan salah satu limbah industri minyak sawit CH4), tar (pyrolitic oil), dan arang (Ramadhan dan
yang jumlahnya cukup banyak dan sampai saat ini Ali, 2010). Umpan pada proses pirolisis dapat
belum dimanfaatkan secara optimal. Setiap 1 berupa material bahan alam tumbuhan atau dikenal
hektar kebun kelapa sawit akan menghasilkan sebagai biomassa, atau berupa polimer. Dengan
sekitar 1,5 ton TKKS (Mulia, 2007). Dengan proses pirolisis, biomassa dan polimer akan
banyaknya jumlah limbah TKKS yang dihasilkan mengalami pemutusan ikatan membentuk molekul-
dari pabrik kelapa sawit ini, pemanfaatan TKKS molekul dengan ukuran dan stuktur yang lebih
sebagai sumber energi yang renewable berupa ringkas. Pirolisis biomassa secara umum
briket arang, membantu di dalam pelestarian merupakan dekomposisi bahan organik
lingkungan. TKKS merupakan biomassa menghasilkan bahan padat berupa arang aktif, gas
lignoselulosa. Tujuan pemanfaatan TKKS sebagai dan uap serta aerosol. Gas yang dapat
arang ini perlu diproses lebih lanjut untuk dikondensasikan sebagai bahan cair dan stabil pada
menaikkan densitasnya serta memberikan bentuk temperatur kamar merupakan senyawa
yang beraturan. Selain itu energi panas dari TKKS hidrokarbon yang dikenal sebagai biofuel atau
sebesar 18.795kJ/kg sangat potensial digunakan biooil. (Fatimah, 2004). Faktor-faktor atau kondisi
sebagai sumber energi alternatif (Mulia, 2007). yang mempengaruhi proses pirolisis adalah waktu,
Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai bahan suhu, ukuran partikel dan berat partikel
organik pembuatan arang memiliki suatu (Ramadhan dan Ali, 2010).
karakteristik dasar berupa sifat fisika dan kimia. Arang adalah suatu padatan berpori yang
Sifat kimia dari TKKS dapat dilihat pada tabel 1 mengandung 85-95% karbon dihasilkan dari
berikut: (Purnama dkk, 2012) bahan-bahan yang mengandung karbon dengan
pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan
Tabel 1. Komposisi Kimia Tandan Kosong Kelapa Sawit berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi
No Komponen Kimia
Komposisi kebocoran udara di dalam ruangan pemanasan
(% berat ) sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut
1 Lignin 15 - 17 hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Arang
2 Selulosa 36 - 42
3 Hemiselulosa 25 - 27 lebih baik dibandingkan dengan kayu bakar sebab
4 Abu 0,7 - 6 nilai bakar dari arang serta densitas arang lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kayu bakar.
17
Konversi, Volume 4 No. 2, Oktober 2015
Arang dapat disimpan lama, ringkas dan ringan. sinar matahri hingga kering, setelah kering di
Beberapa parameter kualitas briket mempengaruhi karbonisasi di dalam reaktor pirolisis dengan
pemanfaatannya dapat dilihat dari kandungan air, variasi suhu 350C, 400C, 450C dan 500C
kandungan abu, kandungan zat terbang (Volatile selama waktu 2 jam 30 menit. Arang yang di dapat
matter) dan nilai Kalor (Purnama dkk, 2012). dari hasil pirolisis kemudian di ayak menggunakan
Perekat diperlukan dalam pembuatan briket siever dengan ukuran 250 mesh untuk
bioarang. Hal ini karena sifat alami bubuk arang menyeragamkan ukuran arang sebelum dicampur
yang cenderung saling memisah. Dengan bantuan perekat. Untuk mendapatkan lem kanji, tepung
bahan perekat atau lem, butir-butir arang dapat kanji dilarutkan dengan air dengan rasio
disatukan dan dibentuk sesuai kebutuhan. pencampuran 1:8 dengan air. Setelah tercampur,
Pemilihan jenis perekat sangat berpengaruh larutan dididihkan sampai kental, warnanya
terhadap kualitas bioarang. Hal ini disebabkan menjadi hampir bening dan didapat adonan yang
perekat akan mempengaruhi kalor pada saat menjadi lem kanji. Arang hasil pirolisis dicampur
pembakaran (Muzi dan Mulasari, 2014). Terdapat dengan perekat sesuai dengan variasi perekat yang
beberapa jenis bahan baku yang umum dipakai akan digunakan dalam pembuatan briket yaitu
sebagai pengikat untuk pembuatan briket, yaitu: 95%:5% ; 90%:10% dan 85%:15%. Untuk setiap
a. Perekat anorganik variasi suhu yang dilakukan akan dicampur dengan
Pengikat anorganik dapat menjaga ketahanan 95% arang : 5% perekat kanji ; 90% arang : 10%
briket selama proses pembakaran sehingga dasar perekat kanji ; dan 85% arang : 15% perekat kanji.
permeabilitas bahan bakar tidak terganggu. Contoh Arang yang telah tercampur dengan perekat sesuai
dari pengikat anorganik antara lain semen, dengan variasi selanjutnya dicetak dengan alat
lempung, natrium. pencetak briket. Briket yang dihasilkan dilakukan
b. Perekat organik uji yield, Kadar Air (SNI 06-3730-1995), Kadar
Pengikat organik menghasilkan abu yang Abu (SNI 06-3730-1995), Kadar Zat Terbang (SNI
relatif sedikit setelah pembakaran briket dan No. 01-6235-2000), Kadar Fixed Carbon dan Nilai
umumnya merupakan bahan perekat yang efektif. Kalor.
Contoh dari pengikat organik di antaranya kanji,
tar, aspal, amilum, molase dan parafin (Sulistyanto HASIL DAN PEMBAHASAN
2006). Penelitian ini dilakukan dengan
memvariasikan suhu pirolisis dan penambahan
METODOLOGI PENELITIAN campuran perekat. Variasi tersebut dilakukan
Bahan Penelitian dengan harapan mendapatkan kondisi operasi yang
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini optimum produk hasil pirolisis. Selain itu, dengan
adalah tandan kosong kelapa sawit, tepung kanji, memvariasikan suhu dan jenis campuran perekat
dan air. yang digunakan dapat mengetahui karakteristik
dari briket hasil penelitian.
Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini Pengaruh Suhu Terhadap Yield Arang
adalah reaktor pirolisis sebagai alat pengarangan, Suhu memberikan pengaruh terhadap
korek api,ayakan 250 mesh, gelas arloji, gelas komposisi produk hasil pirolisis. Semakin tinggi
ukur, gelas bekker, kompor listrik, oven, neraca suhu pirolisis maka akan diperoleh produk arang
analitik, pengaduk, sudip dan stopwatch. yang semakin menurun. Pengaruh suhu terhadap
hasil pirolisis dilihat padat Tabel 3 berikut:
YIELD
SUHU UMPAN HASIL
ARANG
Char:309,2gr
350 600 51,53%
Tar :161,6 gr
Char:254,3gr
400 600 Tar :186,67gr 42,39%
Char :184,4gr
450 600 Tar : 239,5 gr 30,74%
Gambar 1. Reaktor Pirolisis
Char :156,2gr
500 600 Tar :286,01gr 26,03%
Prosedur Penelitian
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) yang
telah diperkecil ukurannya dikeringkan di bawah
18
Konversi, Volume 4 No. 2, Oktober 2015
Dari tabel 3 diperoleh penurunan nilai Yield kadar abu yang dihasilkan maka kualitas briket
seiring dengan kenaikan suhu pirolisis dari 350C- akan semakin rendah. Abu yang terkandung dalam
500C, nilai yield arangtertinggiyang dihasilkan bahan bakar padat adalah mineral yang tidak dapat
sebesar 51,53% pada suhu 350C dan nilai yield terbakar setelah proses pembakaran dan reaksi
arang terendah sebesar 26,03% pada suhu 500C. reaksi yang menyertainya selesai. Hasil penelitian
Semakin tinggi suhu pemanasan maka zatzat briket TKKS hasil pirolisis untuk parameter kadar
yang terkandung dalam TKKS akan abu disajikan pada Gambar 3 dibawah ini
terdekomposisi menjadi sedikit arang (char), liquid
(tar) dan gas (Sukiran dkk, 2011).
berbeda-beda untuk setiap bahan karena Dari Gambar 5 diketahui bahwa nilai kadar
dipengaruhi oleh zat-zat mudah menguap yang karbon terendah sebesar 26,85% terdapat pada
terkandung dari bahan tersebut. Hasil penelitian komposisi 85% arang TKKS dan 15% perekat
untuk parameter kadar volatil pada briket TKKS kanji pada suhu 400C. Sedangkan nilai terbesar
dilihat pada Gambar 4 dibawah ini. terdapat pada suhu 500C dengan komposisi 90%
arang TKKS dan 10% perekat kanji dengan nilai
sebesar 54,96%. Hal ini dikarenakan kadar karbon
dipengaruhi oleh kadar volatile matter dan kadar
abu. Menurut Usman, (2007), bahwa semakin
tinggi kadar zat terbang maka semakin rendah
kadar karbon, dan begitu pula sebaliknya.
Demikian juga bila dengan kadar abu tinggi maka
semakin rendah kadar karbonnya.
Gambar 4. Hubungan antara Variasi Suhu dengan Kadar Analisa Nilai Kalor
Volatile Matter. Nilai kalor sangat menentukan kualitas briket
yang dihasilkan. Semakin tinggi nilai kalornya
Dari Gambar 4 diketahui bahwa kadar analisa maka semakin tinggi juga kualitas briket yang
zat terbang terendah sebesar 23,2% terdapat pada dihasilkan. Nilai kalor perlu diketahui untuk
komposisi 95% arang TKKS dan 5% perekat kanji mengetahui nilai panas pembakaran yang dapat
pada suhu 500C. Sedangkan nilai analisa zat dihasilkan oleh briket sebagai bahan bakar. Hasil
terbang tertinggi sebesar 46,3% pada komposisi penelitian untuk parameter nilai kalor briket TKKS
85% arang TKKS dan 15% perekat kanji pada dilihat pada Gambar 6 dibawah ini.
suhu 400C. Tingginya kadar zat terbang yang
terdapat pada briket hasil penelitian ini
dipengaruhi oleh kadar air. Kadar air yang tinggi
akan menghasilkan nilai zat terbang yang tinggi
pula. Kandungan kadar zat terbang yang tinggi
didalam briket akan menyebabkan asap yang lebih
banyak pada saat dinyalakan. Didapatkan juga
informasi bahwa tingginya kadar zat terbang
banyak dipengaruhi oleh komponen kimia dari
arang seperti adanya zat pengotor dari bahan baku
arang (Usman,2007). Proses pengeringan bahan
bakau yang tidak homogen juga mempengaruhi.
Gambar 6. Hubungan antara Variasi Suhu dengan Nilai
Analisa Kadar Fixed Carbon Kalor
Kadar karbon terikat atau fixed carbon
menunjukkan banyaknya kandungan unsur karbon Dari Gambar 6 diketahui bahwa nilai kalor
yang tertambat dalam briket dan memiliki terendah sebesar 5.569,35kal/g terdapat pada
pengaruh terhadap zat menguap dan suhu komposisi 90% arang TKKS dan 10% perekat
karbonisasi. Semakin tinggi kadar fixed carbon kanji pada suhu 350C . Sedangkan nilai tertinggi
maka semakin rendah kadar zat menguap sebesar 6.748,15 kal/g terdapat pada komposisi
(Sudiyani dkk, 1999). Hasil penelitian briket 95% arang TKKS dan 5% tepung kanji pada
TKKS untuk parameter kadar karbon dilihat pada 500C. Hal ini dikarenakan pada komposisi ini
Gambar 5 dibawah ini : jumlah arang TKKS di dalam campuran lebih
banyak dibandingkan dengan perekat kanji, yang
berarti bahwa kandungan karbon terikat briket
semakin tinggi pula. Semakin tinggi suhu pirolisis
maka nilai kalor akan semakin tinggi hal ini
dipengaruhi oleh tingginya kandungan karbon
terikat pada briket arang. Hal ini disebabkan di
dalam proses pembakaran membutuhkan karbon
yang akan bereaksi dengan oksigen untuk
menghasilkan kalor. Pendapat ini didukung juga
oleh pernyataan Sudrajat (1983) yang menyatakan
Gambar 5. Hubungan antara Variasi Suhu dengan Kadar bahwa tinggi rendahnya nilai kalor briket arang
Fixed Carbon
20
Konversi, Volume 4 No. 2, Oktober 2015
dipengaruhi oleh kadar karbon terikat briket arang Perbandingan nilai briket arang TKKS dengan
(Purnama dkk, 2012). standarisasi briket arang buatan Indonesia di
tunjukkan pada Tabel 4.
Analisa Laju Pembakaran
Kecepatan pembakaran merupakan Tabel 4. Perbandingan Nilai Briket Arang TKKS dengan
berkurangnya bobot per satuan menit selama Standarisasi Briket Arang Buatan Indonesia
pembakaran. Pengurangan bobot semakin cepat
memberikan kecepatan yang besar. Semakin besar SNI no.
Sifat arang briket Briket arang
1/6235/2000
kecepatan pembakaran, maka briket akan menyala TKKS
semakin singkat. Nilai kecepatan pembakaran
diperoleh dari berat kering briket dibagi dengan Kadar air (%) 8 3,89-13,89
waktu pembakaran briket sampai habis menjadi Kadar zat
abu. Hasil analisa kecepatan pembakaran dapat 15 23,2-46,3
volatil (%)
dilihat pada Gambar 7 dibawah ini.
Kadar abu (%) 8 12,96-17,86
5569,35-
Nilai Kalor (kal/g) Min 5000
6748,15