INTERNAL (GANGGUAN
Grup D HATI)
Anggota Kelompok :
• Ega Ariyaningtiyas I1C021047
• Arina Nur Fadzillah I1C021051
• Dizha Armavea Muchid I1C021055
• Putri Apriliasari I1C021057
• Kania Wulan Utari I1C021059
• Aulia Rahmayati Fiadi I1C021063
• Aisy Prita Syafina I1C021097
IBRUVICA/ IBRUTINIB
Indikasi :
• Gangguan neoplastik sel B
• Penyakit autoimun
Pendahuluan • Mantle cell lymphoma (MCL)
• Leukimia limfoma kronis
Mekanisme Aksi :
Ibrutinib merupakan golongan Tec Kinase yang secara
selektif menghambat Bruton’s tyrosine kinase (BTK).
BTK adalah molekul pensinyalan reseptor antigen sel-B
yang mengatur mekanisme proliferasi, diferensiasi,
apoptosis, dan migrasi sel B. Obat ini menghambat
aktivitas enzimatik BTK dan proliferasi sel B ganas.
(Merck Mannuals, 2023; Jong, et.al., 2016)
GANGGUAN HATI PENELITIAN
Ibrutinib dimetabolisme di hati oleh sitokrom
Metabolisme obat dipengaruhi oleh aliran
P450 dan terikat oleh protein plasma. Metabolit
darah hati, pengikatan protein, tingkat
aktif, dihydrodiol PCI-45227, memiliki
penyerapan obat oleh hepatosit, dan kapasitas
penghambatan terhadap BTK 15 kali lebih rendah
fungsional hepatosit. Penyakit hati dapat
daripada ibrutinib. Ibrutinib memiliki klirens yang
menunda laju eliminasi obat dari plasma dan sangat rendah yaitu 0,003 L/jam. Metabolisme dan
menyebabkan perpanjangan waktu paruh dan eliminasi obat ini dapat terganggu oleh pasien
akumulasi obat. Penurunan fungsi hepar dengan gangguan hati. Penelitian dilakukan untuk
dapat menurunkan keseragaman aktivitas dan mengevaluasi efek dari berbagai tingkat
metabolisme obat (Kallend, et. al., 2022). kerusakan hati pada paparan ibrunitib dan
metabolit dihidropidinnya (Jong, et.al., 2016).
Bahan & Metode
Populasi Studi
Dewasa (18-75 tahun), BMI 18-40 kg/m2, BB 50 kg
• Peserta tanpa riwayat medis
• Peserta dengan gangguan hati METODE ANALITIS
Gangguan hati ringan, Sampel plasma dianalisis menggunakan kromatografi cair tervalidasi yang
sedang, atau berat
dipadukan dengan metode spektrometri massa tandem (LC-MS/MS).
Desain Studi dan Pengobatan
• Fase skrining
• Fase pengobatan label terbuka
• Fase akhir studi Metode diadaptasi dan
• Fase tindak lanjut divalidasi ulang
Semua subjek menerima 140 mg ibrutinib sebagai dosis oral tunggal setelah
puasa semalam minimal 10 jam.
Pengumpulan Sampel Metode yang diadaptasi digunakan untuk kuantifikasi PCI-45227. Kisaran
• Sampel darah (2 mL) dikumpulkan pada predosis, 0.5, 1.0, 1.5, 2.0, 3.0, 4.0, 6.0, 16, kuantifikasi adalah 0,100–25,0 ng/mL.
24, 36, 48, 72 dan 96 jam pasca dosis dan pada akhir penelitian (hari ke-5/penarikan
dini) selama setiap periode pengobatan.
• Pada hari 1, sampel darah (6 mL) juga dikumpulkan, predosis, untuk penentuan
pengikatan protein plasma ibrutinib. Sampel didinginkan dengan sentrifugasi (15
menit pada 1300G) dan plasma yang diperoleh disimpan di - 70 C.
Analisis Farmakokinetik Penilaian Keamanan
Analisis PK Analisis Keamanan Analisis statistik dilakukan pada estimasi parameter PK yang
ditransformasi log menggunakan model analisis varians (ANOVA).
Rasio rata-rata geometrik (GMR) dan interval kepercayaan 90%
terkait AUC dan C maks dikategorikan menjadi :
Peserta yang menyelesaikan dan Peserta yang menerima • Ringan
memiliki penilaian PK yang obat studi • Sedang
memadai serta dapat menghitung • Gangguan hati berat versus fungsi hati normal
parameter PK nonkompartemen dari
ibrutinib.
Kelompok Partisipan
Konsentrasi plasma ibrutinib dan PCI-45227 pada setiap titik
waktu, parameter PK, dan pengikatan protein plasma dirangkum
dalam mean, median, standar deviasi, nilai minimum, nilai
maksimum, dan koefisien variasi (CV).
Penentuan Ukuran Sampel
Tmaks dari ibrutinib hampir serupa antara pasien gangguan hati dan pasien kelompok kontrol (tabel 2). Pada tabel 2, dibandingkan waktu paruh (t1/2) pada
masing-masing kelompok, dengan rincian, yaitu kelompok kontrol (9,4 jam) ; kelompok gangguan hati ringan (8,8 jam) ; kelompok gangguan hati sedang
(10,6 jam) ; dan kelompok gangguan hati berat (10,2 jam).
Tabel 2
HASIL; Farmakokinetika
Ibrutinib
Berdasarkan GMR, terjadi 5,2 ; 8,8 ; dan 7 kali lipat peningkatan plasma Cmaks pada masing-masing pasien dengan gangguan ringan, sedang, dan berat,
dibandingkan dengan kelompok kontrol, dengan variabilitas antar pasien 87,8-153,9% pada kelompok gangguan hati (tabel 3).
Peningkatan AUC∞ 2,7 ; 8,0 ; dan 9,5 kali lipat diamati pada masing-masing pasien dengan gangguan ringan, sedang, dan berat, dengan variabilitas antar
pasien 31,6%-180,8% pada kelompok gangguan hati (tabel 3), ditunjukkan menjadi klirens (CL/F) yang lebih rendah pada pasien dengan gangguan fungsi
hati.
Setelah disesuaikan dengan pengikatan protein, peningkatan Cmaks (5,7 ; 9,9 ; dan 9,7 kali lipat) dan AUC∞ (4,4 ; 9,6 ; dan 13,1 kali lipat) dari ibrutinib
yang tidak terikat diamati pada gangguan hati ringan, sedang, dan berat, kemudian masing-masing dibandingkan dengan pasien fungsi hati normal. Sampel
urin dianalisis dan hasilnya sesuai dengan data yang diperoleh dalam studi.
Tabel 3
Tabel 3
HASIL; Ikatan Protein, Hubungan Patofisiologi dan Paparan, Adverse
Event
Tabel 4
Ikatan Protein
Terjadi penurunan konsentrasi albumin dan α1-asam
glikoprotein (AAG) sebagai fungsi pada pasien gangguan
hati dibersamai dengan peningkatan fraksi ibrutiib non-
bonding.