Anda di halaman 1dari 17

PROTOKOL UJI BIOEKIVALENSI ISOSORBID MONONITRAT

(Untuk Memenuhi Mata Kuliah Praktikum Biofarmasi dan Farmakokinetika)

Disusun Oleh :

Virgiana Rahmawati (10060311150)

Cinderi Maura Restu (10060312009)

Yuli Ernawati (10060312021)

Novita Nuraina (10060312049)

Mira Dwinita (10060312173)

Kelompok : 5D

Dosen Pembimbing : Fitrianti Darusman, M.Si,.Apt.

LABORATORIUM FARMASI UNIT E


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2017
BAB 1

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Sekarang ini banyak obat yang beredar di pasaran yang mengandung zat

aktif berupa zat kimia baru. Zat kimia baru ini memerlukan penilaian mengenai

efikasi, keamanan dan mutu secara lengkap. Zat ini dapat dipatenkan oleh pabrik

penemunya dan dinamakan obat inovator. Selain obat inovator, ada obat copy

yang hanya dibutuhkan standar mutu berupa bioekivalensi dengan produk obat

inovator sebagai produk pembanding. Setiap obat inovator, ada masa paten. Untuk

obat copy jika ingin dipatenkan, harus menunggu masa paten dari obat inovator

habis masa patennya.

Studi bioekivalensi membandingkan profil kadar sediaan obat uji (obat

copy) terhadap sediaan obat pembanding (obat inovator) dalam sampel darah atau

urin pada subyek manusia yang diberikan dalam dosis, rute pemberian dan bentuk

sediaan yang sama dan diteliti dengan kondisi eksperimental yang sama. Contoh

zat aktif yang perlu dilakukan uji bioekivalensi adalah isosorbid mononitrat. Zat

ini termasuk golongan senyawa obat yang memiliki efek farmakologi terhadap

angina pektoris dengan mekanisme kerja pelebaran pembuluh darah (vasodilator).

II. Tujuan Pengujian

Tujuan dari pengujian bioekivalensi sediaan isosorbid mononitrat adalah

untuk membandingkan hasil uji bioekivalensi dari dua sdiaan tablet isosorbid
mononitrat sustained release dengan menggunakan plethysmographys pulse

digital pada sukarelawan yang sehat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Monografi

- Rumus Kimia : C6H9O6

- Bobot Molekul : 191,14

- Titik Leleh : 88-93’C

- Kelarutan : Larut dalam air, Sedikit larut dalam alkohol.

- Kegunaan : Sebagai zat aktif

II. Farmakologi

Indikasi : Profilaksis angina pada gagal jantung kongestif.

Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap nitrat, hipotensi, dan

hipofolemia, kardiopati, obstruktif, hipertrofik, stenosis aorta, perikarditis,

konstriktif, stenosis mitral, anemia berat, trauma kepala, pendarahan otak,

dan glaukoma sudut sempit.

Dosis dan aturan pakai : Dosis awal 20 mg, 2-3 kali sehari atau 40 mg, 2

kali sehari (10 mg 2 kali sehari pada pasien yang belum pernah menerima

nitrat sebelumnya) atau bila perlu sampai 120 mg sehari dalam dosis

terbagi).
Efek samping : Sakit kepala berdenyut, muka merah, takikardia (dapat

terjadi bradikardi paradoksial).

Resiko khusus : Pada ibu hamil menyebabkan faktor resiko C. Pada ibu

menyusui menyebabkan ekskresi pada air susu secara tidak ketahui. Pada

gagal ginjal, pemberian obat dapat memperparah kerusakan ginjal karena

obat selain diekskresi melalui feses juga diekskresi melalui urin. Akan

tetapi, perubahan dosis obat tidak dibutuhkan pada pasien usia lanjut yang

mengalami gangguan fungsi ginjal. Pada kelainan hati, obat dapat

memperparah kerusakan hati karena obat di metabolisme di hati.

Mekanisme Kerja :

Ketika metabolisme obat pertama kali melepaskan ion nitrit (NO2-).

Didalam sel ion NO2- diubah menjadi nitrat oksida (NO) yang akan

mengaktivasi guanilat siklase yang menyebabkan peningkatan konsentrasi

guanosin monofosfat siklik (cGMP) intraseluler pada sel otot polos

vaskular. Isosorbide mononitrat dapat menurunkan kerja jantung melalui

efek dilatasi pembuluh darah sistermik. Vasodilatasi menyebabkan

penurunan resistensi perifer sehingga tegangan dinding ventrikel ketika

sistole berkurang. Akibatnya kerja jantung dan aliran oksigen menjadi

berkurang.

III. Farmakokinetik

Fase Absorpsi

 Proses biovailabilitas terjadi dengan cepat di jalur gastro intestinal, tidak

mengalami metabolisme first pass effect. Untuk tablet konvensional,


terjadi absorbsi sebesar 100%. Sedangkan untuk sediaan lepas lambat

terjadi absorbsi sebesar 77-80%.

 Efek anti angina

- sediaan oral : Menghasilkan onset 1 jam, durasi 5-7 jam.

- sediaan lepas lambat : Menghasilkan onset 1 jam, durasi 12 jam.

 Efek Hemodinamik

- Sediaan oral : Menghasilkan onset 10-30 menit, durasi kurang

lebih 6 jam.

- Sediaan lepas lambat : Menghasilkan onset 20-30 menit, durasi kurang

lebih 6 jam.

 Konsentrasi Plasma :

Pada sediaan isosorbide mononitrat tablet konvensional memiliki puncak

0,5-1 jam.

Pada sediaan isosorbide mononitrat tablet lepas lambat memiliki puncak 3-

4,5 jam.

Fase Distribusi

Didistribusikan ke jaringan dan cairan tubuh manusia. Pada Ikatan

Protein Plasma Terjadi sebesar 4-5%.

Fase Eliminasi

 Metabolisme terjadi dihati, tapi tidak melewati metabolisme first pass

effect.

 Rute Eliminasi, Isosorbide mononitrat dieksresikan melalui urin dan

waktu paruh sebesar 5 jam.


BAB III

DESAIN PENGUJIAN

Desain pengujian dilakukan dengan menggunakan subjek uji yang sehat

dan subjek uji yang terkena angina pektoris. Hal tersebut dipilih untuk menilai

bioekivalensi antara dua formulasi isosorbid mononitrat sustained release dan juga

untuk melihat dua formulasi isosorbid monohidrat yang dipengaruhi oleh AUC.

Penelitian ini dilakukan dengan cara pemberian dosis tunggal. Pada peneliti dan

sukarelawan mengetahui obat yang akan diberikan. Obat diberikan secara acak

dengan metode menyilang dua arah. Metode tersebut dipilih untuk menghilangkan

variasi biologi antar sukarelawan, karena sukarelawan menjadi kontrolnya sendiri.

Sehingga dapat memperkecil jumlah subjek yang digunakan. Metode menyilang

dua arah dilakukan untuk membandingkan dua produk obat dimana dua periode

untuk pemberian dua produk obat pada setiap subjek. Pemberian obat diberikan
secara acak agar efek urutan atau efek waktu dapat seimbang. Subjek diberikan

dosis sebanyak 40 mg. Kedua perlakuan tersebut terdapat periode washout.

Washout dilakukan paling sedikit 72 jam. Alsan pemilihan waktu tersebut karena

buku pandauan yang dikeluarkanoleh BPOM. Dimana waktu washout dapat

ditentukan dari lima kali waktu paruh terminal obat. Sebelum pemberian obat,

subjek dipuasakan selama semalam. Subjek tidak diperbolehkan mengkonsumsi

minuman yang mengandung kafein.

BAB IV

SUBJEK UJI

I. Kriteria Inklusi

Sukarelawan berjenis kelamin laki-laki, dengan rata-rata umur 23

tahun, rata-rata berat 56 kg dan rata-rata tinggi sekitar 167 cm.

II. Kriteria Eklusi

Untuk sukarelawan yang memiliki DBP < 60 mmHg maka

sukarelawan tidak bisa mengikuti penelitian.

III. Prakondisi

Sukarelawan dipuasakan semalam sebelum pemberian obat.

Sukarelawan tidak boleh mengkonsumsi minuman yang mengandung

kafein selama masa penelitian.


BAB V

CARA PENGUJIAN

20 sukarelawan pria diukur tekanan darah (BP) dan denyut jantungnya

(HR), Jika nilai DBP kurang dari 60 maka sukarelawan tidak diikutsertakan dalam

masa penelitian.

Pada masa penelitian, sukarelawan dipuasakan semalam, kemudian setiap

sukarelawan diberi 1 tablet isosorbide mononitrat (ISMN) dengan dosis sebesar

40 mg untuk formulasi standar atau 1 tablet isosorbide mononitrat (ISMN) dengan

dosis 40 mg untuk formulasi uji.


Pemberian dilakukan secara acak dan sukarelawan yang telah meminum

obat tidak diperkenankan meminum minuman yang mengandung cafein selama

masa penelitian.

Pengukuran farmakodinamik dilakukan dengan mengukur tekanan darah

oleh L&T Minimon 7133A BP.

Pengukuran Finger Pulse Curve dilakukan dengan menggunakan

photoelectric tranducer (L&T Micromon 7142) ke distal phalync pada jari

telunjuk yang kanan. Pulse curve yang diperoleh dengan menggunakan BPL

cardiart 108 T direkam pada kecepatan 50mm/detik. Selama fase ekspirasi

minimal 20 gelombang pulse tercatat pada berbagai interval waktu. Rasio b/a

diambil sebagai variabel untuk mempelajari efek farmakodinamik pada darah

yang mengandung nitrat.

Efek puncak (Emax) dan waktu untuk mencapai efek puncak (tmax)

dicatat dari masing-masing sukarelawan. AUC pada kurva efek-waktu dihitung.

Mean Residence Time (MRT) dihitung, rasio antara AUMC (Area bawah dari

waktu efek dan waktu) dan AUC (Area Under Curve)


BAB VI

SAMPEL UJI DAN WAKTU SAMPLING

Sampel uji yang digunakan adalah darah. Isosorbid monohidrat bekerja

dengan menurunkan kerja jantung melalui efek dilatasi pembuluh darah sistermik.

Karena isosorbide monohidrat masuk ke dalam aliran darah oleh karena itu

sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah darah.

Sukarelawan diberikan secara acak 40 mg isosorbide mononitrat standar

dengan 40 mg isosorbide mononitrat uji. Parameter farmakodinamik direkam pada

posisi terlentang sebelum dan setelah jam 0,5 ; 1 ; 1,5 ; 2 ; 2,5 ; 3 ; 4 ; 5 ; 6 ; 8 ; 10


; 12 ; 16 ; 20 dan 24 jam setelah pemberian obat. Sukarelawan yang crossed over

untuk formulasi selanjutnya dilihat efek samping dan dicatat dalam bentuk catatan

khusus.

BAB VII

SENYAWA YANG AKAN DITENTUKAN DAN METODA

ANALISIS

I. Senyawa yang akan Ditentukan

Senyawa yang akan ditentukan pada penelitian ini adalah isosorbid

monohidrat.

II. Metode Analisis


Dua formulasi isosorbid monohidrat lepas lambat ditentukan

dengan menggunakan metode DGP (Digital Pulse Plethysmography).

DGP (Digital Pulse Plethysmography) adalah instrumen untuk

mengukur perubahan volume darah dalam suatu organ tubuh atau

seluruh tubuh, umumnya digunakan untuk mengukur volume paru-

paru terutama FRC (Functional Residual Capacity), FRC merupakan

volume udara yang ada di paru-paru setelah proses pembuangan

normal. Plethysmography merupakan instrument yang bekerja

menggunakan sensor optik. Sensor terdiri dari tranduser, yaitu suatu

alat yang dapat mengubah suatu bentuk energi yang lain untuk tujuan

tertentu termasuk untuk pengukuran (Rizki, et al, 2013).

Prinsip kerja didasarkan pada mode tranmisi yaitu sumber

cahaya (LED) dipasang berhadapan dengan photoiodida, photoiodida

mendeteksi perubahan cahaya yang dipancarkan oleh LED akibat

penyerapan oleh organ ( Darah, kulit, daging atau otot) secara

langsung . dan Mode refleksi yaitu sumber cahaya (LED) dan

photoiodida dipasang berjajar. Sinyal yang dideteksi adalah sinyal

pantulan.
BAB VIII

PENGOLAHAN DATA DAN PERHITUNGAN

Dari sampel uji yang digunakan pada penelitian ini didapat data sebagai

berikut :

Daerah bawah kurva (AUC) konsentrasi plasma terhadap waktu dimulai

dari ) sampai tak hingga (AUC ͚ ) ditentukan dengan menjumlahkan area dari

waktu ) sampai waktu pengukuran konsentrasi terakhir, dihitung dengan

menggunakan metode konvensional trapesium dan log trapesium serta daerah


ekstrapolasi. Daerah ekstrapolasi ditentukan dengan membagi konsentrasi terakhir

dengan nilai kemiringan fase log linear.

AUC ͚ = AUCt +

AUC 0 -°° = AUC 0-t + AUC t - °°

AUC 0-t = 𝐶𝑛−1 + 𝐶𝑛


(tn – tn-1)
2

𝐶𝑡𝑛
AUC t-°° = 𝐾𝑒𝑙

BAB IX

ANALISIS STATISTIK DAN INTERPRETASI DATA.

Nilai yang didapat dihitung standar deviasinya. Semua nilai parameter

farmakokinetik di uji dengan ANOVA dengan p = 0,05. Kriteria bioekivalen,

untuk produk uji dan produk pembanding dikatakan bioekivalen jika :

Rasio nilai rata-rata geometrik (AUC)T/(AUC)R* = 1.00 dengan 90% CL

= 80-125%. Untuk obat-obat dengan indeks terapi yang sempit, interval ini
mungkin perlu dipersempit (90-111%). Interval yang lebih lebar mungkin dapat

diterima jika didasari pertimbangan klinik yang jelas.

BAB X

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM). 2004.

Pedoman Uji Bioekivalensi. Cetakan I. Badan Pengawas Obat dan Makanan :

Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM) . 2006.

Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta.


Hakim, L.2002. Farmakokinetik Konsep Dasar Untuk Pengembangan Obat,

Kalkulasi regimen Dosis, Pengendalian Mutu Obat dan Toksikokinetik. Bursa

Ilmu. Fakultas Farmasi, Universitas Gaah Mada : Yogyakarta.

ISO. Volume 46. 2011-2012. Ikatan Apoteker Indonesia. Jakarta.

Michael.,J.,Neal.2006. At a Glance Farmakologi Medis Edisi V. Penerbit

Erlangga. PT.Gelora Aksara Pratama : Jakarta.

Katzung.2012.Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika : Jakarta.

MIMS Indonesia. 2014-2015. Petunjuk Konsultasi, Edisi 15. MIMS Pharmacy

Guide : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai