Anda di halaman 1dari 6

PRAKTIKUM KE III

I. Judul : Pemeriksaan Aktivitas Enzim Kolinesterase


II. Tujuan : Mengetahui Kadar Enzim Kolinesterase pada kasus keracunan peptisida golongan
organofosfat
III. Dasar Teori :
Pestisida golongan organofosfat banyak digunakan karena sifat-sifatnya yang
menguntungkan. Cara kerja golongan ini selektif, tidak persisten dalam tanah, dan tidak
menyebabkan resistensi pada serangga. Bekerja sebagai racun kontak, racun perut, dan
juga racun pernafasan. Dengan takaran yang rendah sudah memberikan efek yang
memuaskan, selain kerjanya cepat dan mudah terurai. Kemudahan dalam penggunaannya di
lahan, juga menjadi alasan mendasar bagi para petani. Selain sebagai pengendali hama, juga
digunakan sebagai alternatif pengendali vektor penyakit malaria (Widiarti et al., 2003).
Meluasnya penggunaan insektisida dari golongan organofosfat dan karbamat, menjadi
masalah yang serius terutama kaitanya dengan kesehatan manusia. Penggunaan yang tidak
tepat dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan yang dapat bersifat sistemik,
mengingat yang menjadi sasaran kerusakan adalah enzim kolinesterase.
Gangguan akibat insektisida ini sering dialami oleh para petani, terutama yang dalam
penyemprotan insektisida tidak menggunakan masker atau penutup hidung. Selain itu
petugas fogging juga memiliki risiko terhadap keracunan insektisida Akan tetapi, tidak
menutup kemungkinan profesi lain yang juga berhubungan dengan insektisida dapat
mengalami gangguan kesehatan yang sama. Hal ini dapat disebabkan oleh tingkat
keracunan yang tinggi (Sudako et al., 2007).
Gangguan kesehatan yang mungkin terjadi akibat keracunan insektisida dapat dideteksi
lebih awal, untuk menghindari keracunan lebih lanjut. Salah satunya adalah melalui
pemeriksaan enzim kolinesterase (ChE) (Sudarko et al., 2007). Gejala keracunan
insektisida ditunjukan dengan penurunan jumlah enzim kolinesterase
IV. Metode : Enzimatis

V. Prinsip :
Enzim kolinesterase mengkatalisis reaksi hidrolisis butiriltiokolin menjadi tiokolin dan
asam butirat. Konsentrasi katalis (enzim) di hitung dari kecepatan penurunan
heksasianoferat (III), yang diukur pada panjang gelombang 405 nm.
Reaksi yang terjadi :
Butiriltiokolin + H2O Tiokolin + Asam butirat

2 Tiokolin + 2 OH +2 Heksasianoferat (III) Ditiobis (kolin) + 2 Haksasianoferat(II)


VI. Alat dan Bahan
Alat :
1. Fotometer 5010 v5+
2. Mikropipet 25 µL dan 1000 µL
3. White tip dan Blue tip
4. Tabung reaksi
5. Spuit 3cc
6. Torniket
7. Kapas Alkohol
8. Plester

Bahan :
1. Sampel : Serum atau plasma (EDTA atau heparin). Sampel serum stabil, 14 hari pada
temperature 2 – 8 ºC
2. Kit Cholinesterase (CHE), BioSystems®
Komposisi : Reagen A. Pyrofosfat, Heksasianoferat (III), pH 7,6
Reagen B. Butiriltiokolin

VII. Cara Kerja :


1. Preparasi Reagen : Pembuatan reagen kerja (WR)
Cara 1 : Tuangkan reagen B kedalam botol reagen A, homogenkan dengan perlahan
Cara 2 : Campurkan 4 mL reagen A + 1 mL reagen B, homogenkan
Reagen yang sudah tercampur, stabil selama 14 hari pada 2 – 8

2. Prosedur pemeriksaan :
Pipet WR sebanyak 1500 µL masukkan ke dalam tabung reaksi,
Pipet 25 µL sampel, campurkan ke dalam WR
Homogenkan dan ukur menggunakan fotometer pada panjang gelombang 405 nm pada
suhu 37 º

VIII. Interprestasi Hasil :


Laki-laki : 4620 – 11500 U/L
Perempuan : 3930 – 10800 U/L
IX. Hasil Pengamatan :
Nama : Eki Muharamah
Jenis Kelamin : Perempuan
Hasil :
Full Resep Setengah Resep
6008 u/l 12,152 u/l
8345 u/l 11,430 u/l

X. Pembahasan :
Peptisida merupakan salah satu substansi yang bersifat sangat neurotoksik. Keracunan
peptisida bagi tubuh berupa turunnya aktivitas cholinesterase dalam darah. Pemeriksaan
cholinesterase dapat dilakukan dengan memeriksa aktivitas cholinesterase darah.

Menurut Alsuhendra dan Ridawati (2013), peptisida tidak hanya membunuh organize
pengganggu tanaman saja, melainkan dapat pula membunuh organisme lainnya yang bukan
sasarannya seperti manusia. Hal ini, dikarenakan praktik penggunaan peptisida oleh petani
kurang atau bahkan tidak didasarkan pada pertimbangan ekologi dan kesehatan serta
peraturan mengenai penggunaan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah.

Menurut Djojomarto (2008), peptisida dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui
mulut, pernapasan, dan kulit. Kegiatan penyemprotan peptisida memiliki pengaruh cukup
kuat dengan menurunnya aktivitas cholinesterase darah. Selain itu, factor-faktor lain seperti
pengetahuan, status gizi, dosis peptisida, kelengkapan APD juga bias turut mempengaruhi
terjadinya keracunan peptisida.

Asetylcholinesterase (ChE) adalah enzim yang berfungsi menghidrolisis acetylcholine.


Active site dari cholinesterase terdiri dari 2 sub, yaitu esteratic site dan aniotik site.

Cholinesterase atau disebut enzim asetylcholinesterase adalah suatu enzim yang


terdapat didalam membran sel terminal syaraf kolinergik juga pada membran lainnya, seperti
dalam plasma darah, sel plasenta yang berfungsi sebagai katalis untuk menghidrolisis
acetylcholine menjadi choline dan acetat. Acetylcholine adalah suatu agen yang terdapat
dalam fraksi ujung syaraf dari sistem syaraf yang akan menghambat penyebaran impuls dari
neuron ke post ganglionik.

Cholinesterase disintesis didalam hati atau liver, terdapat dalam sinaps, plasma darah
dan sel darah merah. Sekurang- kurangnya ada 3 jenis cholinesterase utama, yaitu enzim
cholinesterase yang terdapat dalam sinaps, cholinesterase dalam plasma, dan cholinesterase
dalam sel darah merah. Cholinesterse sel darah merah merupakan enzim yang ditemukan
dalam sistem syaraf, sedangkan cholinesterase plasma diproduksi didalam hati.
Cholinesterase dalam darah umumnya digunakan sebagai parameter keracunan pestisida,
karena cara ini lebih mudah dibandingkan pengukuran cholinesterase dalam sinaps.

Pada saat mencampur serum dengan reagen, harus tercampur sempurna karena akan
mempengaruhi hasil pemeriksaan, namun pada saat melakukan homogen anatara serum dan
reagen tidak tercampur dengan baik sehingga menghasilkan gelembung pada sampel . Pada
saat sampel dilakukan pembacaan hasilnya pun menjadi tinggi palsu.

XI. Kesimpulan :
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa praktikan dapat
melakukan pemeriksaan Cholinesterase pada sampel Eki Muharamah dan didapatkan hasil
tinggi palsu karena tidak sempurna pada saat melakukan homogen sampel dengan reagen .
XII. Lampiran :

Anda mungkin juga menyukai