(Pasal 1), disebutkan bahwa pestisida adalah zat atau senyawa kimia, atau zat
perangsang tumbuh, bahan lain serta organisme renik, atau virus yang
digunakan untuk melakukan perlindungan bagi tanaman. Pestisida dapat
diartikan juga sebagai zat kimia jasad renik, virus atau bahan lain yang
digunakan untuk berbagai kebutuhan pertanian, antara lain mengendalikan
serta mencegah hama, memberantas atau membunuh rumput-rumputan,
mengatur pertumbuhan tanaman yang bertujuan agar tanaman mencapai
produktivitas maksimal.
Menurut data WHO ( dalam Priyanto, 2010), paling tidak ditemukan 20.000
orang meninggal karena keracunan pestisida dan sekitar 5.000 – 10.000
mengalami dampak yang sangat berbahaya seperti kanker, cacat, mandul dan
hepatitis dalam setiap tahunnya Salah satu cara untuk mengetahui keracunan
pestisida pada petani adalah dengan melakukan pemeriksaan kadar
cholinesterase dalam darah.
Gejala - gejala yang timbul yang berkaitan dengan keracunan pestisisda
sebagai berikut, kelelahan, lemah berlebihan, kulit terasa terbakar keringatan
berlebihan, perubahan warna pada kulit, penglihatan menjadi kabur biji mata
mengecil dan membesar, mual, muntah, diare, perut kejang atau sakit perut,
kesulitan bernafas, dada terasa sakit dan lain-lainnya.
Enzim kolinesterase adalah suatu enzim yang terdapat pada cairan seluluer
yang fungsinya untuk menghentikan aksi dari pada acetylcholine dengan jalan
menghidrolisis menjadi colin dan asam asetat. Acetylcholine adalah pengantar
saraf atau impuls yang berada pada seluruh sistem saraf pusat (SSP), saraf
otonom (simpetik dan parasimatik) dan sistem saraf somatik (Marisa dan
Pratuna, 2018).
Asetilkolin disimpan dalam kantung yang disebut vesikel. Ada tiga bentuk
asetilkolin, yaitu bentuk bebas, bentuk cadangan belum siap pakai, dan bentuk
siap pakai. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses sintesis dan/atau
pelepasan asetilkolin antara lain kalsium, magnesium, nutrisi, oksigenisasi,
suhu, analgetik lokal, dan antibiotik golongan aminoglikosida.
Terminologi kolinergik merujuk kepada efek neurotransmiter asetilkolin yang
berlawanan dengan efek adrenergik noradrenalin (norepinefrin). Asetilkolin
merupakan neurotransmitter untuk semua sistem saraf parasimpatis (ganglion
parasimpatis dan sel efektor), sebagian sistem saraf simpatis (ganglion
simpatis, medula adrenal, dan kelenjar keringat), beberapa neuron susunan
saraf pusat (SSP) dan saraf somatik yang menyarafi otot skelet.
Cholinesterase adalah suatu bentuk dari katalis bilogik di dalam jaringan tubuh
yang berperan untuk menjaga agar otot-otot, kelenjar-kelenjadan sel-sel syaraf
bekerja secara terorganisir dan harmonis. Apabila terjadi penurunan aktivitas
enzim cholinesterase secara cepat sampai pada tingkat yang rendah, maka
berdampak pada bergeraknya serat-serat otot secara sadar dengan gerakan
halus maupun kasar. Sehingga petani dapat mengeluarkan air mata akibat
mata yang teriritasi serta mengalami gerakan otot yang lebih lambat dan lemah
(Saputra dkk,2020)
kadar enzim Cholinesterase untuk laki-laki 4620 u/l dan perempuan 3990 u/l.
Untuk perempuan, bila kadarnya dibawah angka tersebut hal itu menunjukkan
bahwa petani tersebut menderita keracunan pestisida. Penurunan aktivitas
enzim ini dapat menyebabkan gangguan sistem saraf, keracunan dan dapat
berakibat fatal.
Gejala keracunan organofosfat akan timbul dalam waktu 6-12 jam setelah
paparan. Gejalanya bervariasi, dari yang ringan hingga kematian. Gejala awal
adalah ruam dan iritasi pada kulit, mual/rasa penuh di perut, muntah, lemas,
sakit kepala, dan gangguan penglihatan. Gejala lanjutan, seperti keluar ludah
berlebihan, keluar lendir dari hidung (terutama pada keracunan melalui
hidung), berkemih berlebihan dan diare, keringat berlebihan, air mata
berlebihan, kelemahan yang disertai sesak napas, dan akhirnya kelumpuhan
otot rangka, sukar berbicara, hilangnya refleks, kejang, dan koma.
Adanya beberapa kandungan zat aktif pestisida yang masuk ke dalam tubuh
dapat mengganggu proses penguraian asetilkolin atau bahkan tidak dapat
berlangsung. Kolinesterase yang seharusnya menguraikan asetilkolin akan
berikatan dengan zat aktif yang terkandung dalam beberapa jenis pestisida
berupa organofosfat. Ketika kolinesterase berikatan dengan organofosfat,
asetilkolin tidak dapat diuraikan sehingga terjadi penumpukan asetilkolin.
Penumpukan asetilkolin dalam peredaran darah manusia dapat menimbulkan
gerakan yang tidak teratur dan tidak harmonis, bisa lebih cepat atau lebih
lambat. Pergerakan ini akan berdampak pada gerakan pembuluh darah yang
dapat menghasilkan tekanan darah menjadi rendah (hipotensi) atau tekanan
darah tinggi (hipertensi) (Anam et al., 2014).
Cholinesterase (CHE) adalah salah satu jenis enzym yang dihasilkan oleh sel
darah merah, ujung-ujung syaraf, otak, paru, dan limpa. Pemeriksan CHE
bermanfaat untuk mengidentifikasi paparan oleh karena organofosfat atau
insektisida karbamat. Di labortorium prosedur pemeriksaan sampel darah yang
di tambahakan larutan indikator bromtymol blue dan larutan subsrat
acetylcholine perclorate, kemudian diberikan beberapa menit sesuai dengan
waktu pengukuran.