Keluaran Klinis Jangka Panjang Pada Penggunaan Losartan Pada Pasien Dengan Sindrom Marfan Follow-Up Dari Studi Multisenter Randomized Controlled Trial COMPARE
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan27 halaman
hjhjhjhjh
Judul Asli
Keluaran klinis jangka panjang pada penggunaan Losartan pada pasien dengan Sindrom Marfan follow-up dari studi multisenter Randomized Controlled Trial COMPARE
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan27 halaman
Keluaran Klinis Jangka Panjang Pada Penggunaan Losartan Pada Pasien Dengan Sindrom Marfan Follow-Up Dari Studi Multisenter Randomized Controlled Trial COMPARE
follow-up dari studi multisenter Randomized Controlled Trial COMPARE Isi Makalah • Tujuan: Studi COMPARE menunjukkan efek benefisial yang bermakna dari terapi Losartan selama 3 tahun pada aortic root dilatation rate pada orang dewasa dengan Sindrom Marfan. Akan tetapi, tidak didapatkan hasil yang signifikan pada clinical endpoints, kemungkinan disebabkan oleh pendeknya periode follow-up. Tujuan dari studi ini adalah untuk menginvestigasi keluaran klinis jangka panjang setelah terapi Losartan. • Metode dan Hasil Pada studi COMPARE, pasien dewasa dengan Sindrom Marfan (n= 233) secara random dialokasikan ke dalam grup Losartan yang mendapat terapi Losartan, di samping terapi reguler mereka (beta blocker pada 71% pasien), dan grup kontrol yang hanya mendapat terapi reguler. Setelah periode studi COMPARE selama 3 tahun, subjek studi dapat meilih untuk melanjutkan pengobatan Losartan ataupun tidak melanjutkan. Pada periode follow-up dengan median selama 8 tahun, 75 pasien melanjutkan pengobatan Losartan, sedangkan 78 pasien yang pada awalnya dialokasikan pada grup kontrol, tidak pernah menggunakan losartan. • Tidak terdapat perbedaan pada karakteristik baseline di antara kedua grup, kecuali usia pada saat inklusi (losartan 34 (interquartile range, IQR 26-43) tahun, kontrol 41 (IQR 30-52) tahun; p= 0,031), dan penggunaan beta-blocker (losartan 81%, control 64%; p= 0,022). Mutasi patologis FBN1 terdapat pada 76% pasien dan 58% pasien berjenis kelamin laki-laki. Clinical endpoints, didefinisikan sebagai all-cause mortality, diseksi/ruptur aorta, elective aortic root replacement, reoperasi, dan vascular graft implantation beyond the aortic root, dibandingkan di antara kedua gup. Composite endpoint per pasien juga dianalisis. Lima kematian, 14 diseksi aorta, 23 aortic root replacement, 3 reoperasi, dan 3 vascular graft implantation beyond the aortic root, terjadi selama periode follow-up. Grup pasien yang mendapat Losartan pada periode follow up mengalami kejadian yang lebih sedikit dibandingkan grup kontrol (kematian: 0 vs 5, p= 0,014); diseksi aorta: 3 vs 11, p= 0,013; elective aortic root replacement: 10 vs. 13, p= 0,264; reoperasi: 1 vs 2, p= 0,463; vascular graft implantations beyond the aortic root 0 vs. 3, p= 0,071; dan composite endpoint: 14 vs. 26, p= 0,019). Hasil serupa didapatkan dengan analisis multivariate yang disesuaikan umur dan penggunaan beta-blocker. • Kesimpulan: Hasil-hasil tersebut menunjukkan manfaat klinis terapi kombinasi losartan dan beta blocker pada pasien Sindrom Marfan. Diskusi Patient • COMPARE trial mengikutsertakan pasien-pasien dari 4 Rumah Sakit Akademik di Belanda dengan klinik spesialistik Sindrom Marfan (Aacdemic Medical Center, Amsterdam; Radbound University Medical Center, Nijmegen; University Medical Center Groningen, Groningen; dan Leiden University Medical Center, Leiden) pada tahun 2008 dan 2009. • Kriteria inklusi: • usia > 18 tahun • Didiagnosis dengan Sindrom Marfan dengan Kriteria Ghent 1996. • Kriteria eksklusi: • Intoleransi terhadap ACE inhibitor dan/atau ARB • Sedang menggunakan ACE inhibitor dan/atau ARB • Diameter aorta > 50mm • Riwayat diseksi aorta • Adanya lebih dari satu vascular prosthesis Intervention • Pada studi COMPARE, dilakukan randomisasi pasien dengan perbandingan 1:1 menjadi grup pasien yang mendapat losartan di samping pengobatan rutin (71% pasien mendapat Beta blocker sebagai obat rutin) vs grup pasien yang hanya mendapat pengobatan rutin. • Pasien pada grup losartan mendapat dosis inisial 50mg per hari, dosis dinaikkan dua kali lipat setelah 14 hari. Setelah itu, bila keadaan pasien menoleransi, pasien dilanjutkan diberi losartan 100mg per hari. Periode follow-up awal adalah 3 tahun. • Pada studi ini, dilakukan studi retrospektif pada pasien-pasien yang diikutsertakan pada studi COMPARE. • Setelah studi COMPARE selama 3 tahun, pengobatan dikembalikan kepada dokter dan pasien. • Dari 233 pasien yang awalnya diikutsertakan dalam randomisasi studi COMPARE, 220 pasien dapat ditelusur dan dianalisis setelah periode follow-up median selama 8 tahun. Pada grup losartan post- COMPARE (terdiri dari 96 pasien), 14 pasien berhenti menggunakan losartan, 7 pasien menggunakan losartan secara intermiten, dan 75 menggunakan losartan dan diikutsertakan pada analisis utama.
Pada grup kontrol post-
COMPARE (terdiri dari 124 pasien), 43 pasien kemudian memulai terapi dengan losartan, 3 pasien kemudian menggunakan losartan secara intermiten, dan 78 pasien tidak pernah menggunakan losartan dan diikutsertakan dalam analisis utama. Comparison • Pada studi COMPARE, grup kontrol tidak mendapat losartan, hanya mendapat pengobatan rutin. • Pada grup kontrol post-COMPARE (terdiri dari 124 pasien), 43 pasien kemudian memulai terapi dengan losartan, 3 pasien kemudian menggunakan losartan secara intermiten, dan 78 pasien tidak pernah menggunakan losartan dan diikutsertakan dalam analisis utama. Outcomes • Primary clinical endpoints: • All-cause mortality • Elective aortic root replacement • reoperation • Implantation of vascular grafts beyond the aortic root • One patient-specific composite endpoint: Each individual pastient with multiple primary endpoints could reach only one composite endpoint Analisa Makalah 1a. Was the assignment of patients to treatments randomised? • Yes 1b. Where the groups similar at the start of the trial? • Yes • Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara grup losartan dan grup kontrol pada karakteristik baseline: jenis kelamin, mutasi FBN1, Native Aortic Root, dan Aortic dimension by MRI. • Perbedaan yang bermakna pada karakteristik baseline hanya pada usia (p-value 0,031), dan penggunaan beta- blocker (p-value 0,002). 2a. Aside from the allocated treatment, were groups treated equally? • Yes • Semua partisipan baik di grup kontrol maupun intervensi mendapat terapi reguler. 2b. Were all patients who entered the trial accounted for? • Loss to follow-up tidak lebih dari 20%. 3. Were measures objective or were the patients and clinicians kept “blind” to which treatment was being received? • No. Pada studi COMPARE, tidak dilakukan blinding (randomized open-label). • Tidak disebutkan blinding pada studi retrospektif follow-up studi COMPARE untuk menilai clinical endpoints. What were the results? • All-cause mortality tidak terjadi pada pasien grup losartan vs 5 pada pasien grup kontrol (HR 0,01, p=0,014) • Cardiovascular mortality juga berbeda antara grup losartan vs grup kontrol (HR 0,09, p= 0,0033) • Diseksi aorta terjadi pada 3 pasien grup losartan vs 11 pasien pada grup kontrol (HR 0,23, p= 0,013) • Pada 97 pasien dengan native aortic root pada randomisasi, 23 (20%) menjalani aortic replacement pada follow-up, 10 (20%) pasien grup losartan vs 13 (28%) pasien grup kontrol (HR 0,63, p=0,264) • Reoperasi (n=3) terjadi lebih sering pada grup kontrol (n=2) dibandingkan grup losartan (n=1) (HR 0,42, p=0,463) • Vascular grafts beyond the aortic root juga terjadi lebih sering pada grup kontrol (n=3) dibandingkan grup losartan (n=0) (HR 0,42, p=0,071) • Terapi losartan juga menghasilkan penurunan composite endpoint (HR 0,47, p= 0,019). • Pada analisis statistik pada clinical endpoints yang disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, MAP, penggunaan beta blocker, dan native aortic root, didapatkan kejadian diseksi aorta dan all-cause mortality yang secara bermakna lebih rendah pada grup losartan dibandingkan dengan grup kontrol. How large was the treatment effect? • All-cause mortality tidak terjadi pada pasien grup losartan vs 5 pada pasien grup kontrol (HR 0,01) • Cardiovascular mortality juga berbeda antara grup losartan vs grup kontrol (HR 0,09) • Diseksi aorta terjadi pada 3 pasien grup losartan vs 11 pasien pada grup kontrol (HR 0,23) • Pada 97 pasien dengan native aortic root pada randomisasi, 23 (20%) menjalani aortic replacement pada follow-up, 10 (20%) pasien grup losartan vs 13 (28%) pasien grup kontrol (HR 0,63) • Reoperasi (n=3) terjadi lebih sering pada grup kontrol (n=2) dibandingkan grup losartan (n=1) (HR 0,42) • Vascular grafts beyond the aortic root juga terjadi lebih sering pada grup kontrol (n=3) dibandingkan grup losartan (n=0) (HR 0,42) • Terapi losartan juga menghasilkan penurunan composite endpoint (HR 0,47). How precise was the estimate of the treatment effect? • Cardiovascular mortality terjadi lebih rendah pada grup losartan vs grup kontrol (HR 0,09, 95% CI 0,00-0,86) • Diseksi aorta terjadi pada 3 pasien grup losartan vs 11 pasien pada grup kontrol (HR 0,23, 95% CI 0,06-0,81) • Terapi losartan juga menghasilkan penurunan composite endpoint (HR 0,47, 95% CI 0,24-0,90). Will the result help me in caring for my patients? Is the treatment feasible in my setting? • Yes Will the potential benefits of the treatment outweigh the potential harms of treatment of my patient? • Yes
Critical Appraisal Differential Effect On Mortality of The Timing of Initiation of Renal Replacement Therapy According To The Criteria Used To Diagnose Acute Kidney Injury: An IDEAL-ICU Substudy
Deferasirox, Deferiprone and Desferrioxamine Treatment in Thalassemia Major Patients: Cardiac Iron and Function Comparison Determined by Quantitative Magnetic Resonance Imaging