Fisik pada Pasien dengan Atrial Fibrilasi Paroksismal dan Persisten: Sebuah Studi Acak • Tujuan: Untuk menilai pengaruh program rehabilitasi jantung terhadap kualitas hidup dan kapasitas fisik pada pasien dengan Atrial Fibrilasi. • Metode: Dilakukan randomisasi pada pasien-pasien dengan atrial fibrilasi paroksismal atau persisten, dan pasien-pasien tersebut dikelompokkan menjadi 2 grup, yaitu grup intervensi yang diberikan program rehabilitasi 12 minggu dengan edukasi dan latihan fisik, dan grup kontrol yang diberikan perawatan standar. Pada baseline, setelah 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan, partisipan melengkapi 5 kuesioner Quality of Life (Quality of Life in patients with Atrial Fibrillations (AF- QoL-18), Atrial Fibrillation Effect on QualiTy of Life (AFEQT), Patient Health Questionnaire (PHQ-9), Generalised Anxiety Disorder Assessment (GAD-7) dan EuroQol 5D (EQ-5D)) dan melakukan tes latihan fisik.Dilakukan analisis perbedaan nilai mean antar group, dengan analysis of variance (ANOVA). • Hasil: Lima puluh delapan pasien (rentang usia 43-78 tahun, 31% perempuan) diikutsertakan dalam studi. Pada grup intervensi, bilai AF-QoL-18 meningkat dari 48,4 (Standar Deviasi (SD) 22,8) pada baseline menjadi 68,0 (SD 15,2) pada 6 bulan dibanding dengan grup kontrol (51,6 (SD 22,3) pada baseline dan 59,2 (SD 27,3) pada 6 bulan). Setelah 12 bulan, tidak terdapat perbedaan. Pola yang sama dijumpai pada kuesioner-kuesioner yang lain. Kapasitas latihan maksimum meningkat pada grup intervensi dari 176 W (SD 48) pada baseline menjadi 190 W (SD 55) pada 6 bulan. Tidak terdapat perubahan kapasitas latihan maksimum pada grup kontrol. • Kesimpulan: Edukasi dan latihan fisik dapat memberikan efek manfaat jangka pendek (tetapi tidak untuk jangka panjang) pada kualitas hisup dan kapasitas latihan pada pasien dengan atrial fibrilasi. Critical Appraisal Apakah hasil dari studi ini valid? Patient • Pasien dengan Atrial Fibrilasi paroksismal atau persisten yang dirawat di Departemen Kardiologi, Aalborg University Hospital antara 6 Juni 2012 dan 4 April 2013, dan memebri informed consent. • Kriteria inklusi: • Usia > 18 tahun • Dirawat di Departemen Kardiologi, Aalborg University Hospital, dengan diagnosis AF paroksismal atau persisten yang didokumentasikan dengan EKG atau >30 AF yang terekam dengan monitoring jangka panjang. • Partisispan menerima informasi lisan dan tertulis sebelum memberi informed consent. • Kriteria eksklusi: • Pasien yang memenuhi syarat rehabilitasi jantung oleh karena kondisi jantung yang lain (CHF atau CHD) • AF yang disebabkan oleh kondisi reversibel • Gagal Jantung NYHA klas III-IV atau Left Ventricular Ejection Fraction <40% • Penyakit katup jantung • Pasien yang dirawat dengan radiofrequemcy ablation • Pasien dengan kondisi yang menurut dokter terlalu parah (fisik ataupun mental) Intervention • Intervensi yang diberikan adalah program rehabilitasi yang meliputi edukasi dan latihan fisik. • Sesi grup dengan seorang dokter, seorang perawat, seorang ahli gizi atau seorang psikolog, dijadwalkan satu kali seminggu untuk 8 minggu pertama. Edukasi yang diberikan meliputi informasi mengenai patofisiologi, faktor risiko, terapi, diet, dan mekanisme coping pada kondisi AF. • Program latihan fisik dilakukan dengan sesi berdurasi 1 jam sebanyak 2 kali seminggu selama 12 minggu dan disupervisi oleh cardiac rehabilitation physiotherapist. Tiap sesi training terdiri dari minimal 30 menit aktivitas aerobik yang mencapai > 70% kapasitas latihan maksimal yang diperkirakan dari maximum cycle ergometer test dengan monitoring EKG dan dinilai dengan Skala Borg dan interval training dengan elemen-elemen latihan penguatan. Comparison • Pada grup pembanding dilakukan standard follow up care. Outcomes • Outcome yang dinilai adalah Quality of Life, dan Maximum Exercise Capacity. 1a. Was the assignment of patients to treatments randomised? • Yes 1b. Where the groups similar at the start of the trial? • Yes • Tidak ada perbedaan yang bermakna pada karakteristik baseline dari partisipan di grup intervensi dan grup kontrol (tidak ada nilai p-valu < 0,05 pada perbedaan karakteristik baseline) 2a. Aside from the allocated treatment, were groups treated equally? • Yes • Semua partisipan baik di grup kontrol maupun intervensi mendapat terapi medis optimal sesuai guideline terkini. 2b. Were all patients who entered the trial accounted for? • Loss to follow-up tidak lebih dari 20%. 3. Were measures objective or were the patients and clinicians kept “blind” to which treatment was being received?
Yes. Pengukuran outcome dilakukan dengan tools yang telah terstandarisasi dan dilakukan binding. What were the results? How large was the treatment effect?
• Pada kuesioner Quality of Life, terdapat tren peningkatan Quality of Life
pada kuesioner 6 bulan dibandingkan dengan baseline, dengan peningkatan yang lebih tinggi pada grup intervensi dibandingkan grup kontrol. • Maximum exercise capacity meningkat pada grup intervensi dari 176 W pada baseline menjadi 190 W pada 6 bulan. Tidak terdapat peningkatan maximum exercise capacity pada grup kontrol. Will the result help me in caring for my patients? Is the treatment feasible in my setting? • Yes Will the potential benefits of the treatment outweigh the potential harms of treatment of my patient? • Yes
Keluaran Klinis Jangka Panjang Pada Penggunaan Losartan Pada Pasien Dengan Sindrom Marfan Follow-Up Dari Studi Multisenter Randomized Controlled Trial COMPARE