Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


a. Dapat menjabarkan perubahan farmakokinetik pada kondisi gangguan
fungsi ginjal.
b. Dapat menjabarkan prinsip penyesuaian dosis pada kondisi gangguan
fungsi ginjal sebagai tahapan therapeutic drug monitoring.
c. Dapat menjabarkan tahapan pelaksanaan therapeutic drug monitoring
pada kondisi gangguan fungsi ginjal.
d. menghitung perkiraan penyesuaian dosis obat untuk pasien dengan
gangguan fungsi hati sebagai tahapan therapeutic drug monitoring
1.2 Dasar Teori
Penyakit Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengeluarkan sisa
metabolisme serta tidak mampu menjalankan fungsi regulasinya. Gagal ginjal
dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik.
Gagal ginjal akut adalah penurunan fungsi ginjal yang terjadi dengan cepat akibat
kerusakan ginjal (biasanya terjadi dalam beberapa hari atau beberapa minggu),
sedangkan gagal ginjal kronik (PGK) merupakan perkembangan gagal ginjal
yang progresif dan lambat (biasanya berlangsung beberapa tahun) (Wilson,
2015).
Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam
keadaan sakit kronik dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa
hari hingga beber apa minggu) atau pasien dengan penyakit gagal ginjal stadium
terminal (End Stage Renal Disease / ESRD) yang membutuhkan terapi jangka
panjang atau terapi permanen (Smletzer & Bare, 2013).
Hemodialisis dilakukan untuk mengeluarkan zat- zat toksik, seperti ureum
dan kreatinin, serta mengeluarkan kelebihan cairan. Namun dalam proses
hemodialisis juga membuang zat- zat gizi yang masih diperlukan tubuh,
diantaranya protein, glukosa, dan vitamin larut air. Kehilangan zat – zat gizi ini

1
2

apabila tidak ditanggulangi dengan benar dapat menyebabkan gangguan status


gizi. Asupan makan pasien gagal ginjal kronik biasanya rendah, hal ini
dikarenakan menurunnya nafsu makan, timbulnya rasa mual dan diikuti oleh
muntah, yang dapat berpengaruh terhadap penurunan berat badan penderita. The
National Kidney Foundation Kidney Disease Outcomes Quality Initiative
(NKFK/DOQI) merekomendasikan pemberian asupan tinggi protein untuk
pasien dialisis. Namun, bahan makanan yang tinggi protein merupakan sumber
fosfor yang tinggi. Kadar serum fosfor yang melebihi 5,5 mg/dL dapat
meningkatkan mortalitas kardiovaskuler (Rachmawati, 2014)
Pemantauan kadar obat/ therapeutic drugs monitoring (TDM) merupakan
cabang ilmu kimia klinik dan farmakokinetik yang berkaitan dengan optimalisasi
efek obat serta penyesuaian dosis obat secara individu dengan cara mengukur
konsentrasi obat dalam cairan tubuh (Hazarika 2015). Sampel yang umum
digunakan adalah serum atau plasma darah dari pasien (Basalingappa et al.
2014).
BAB II
RANGKUMAN KEGIATAN PRAKTIKUM

3
BAB III
HASIL RANCANGAN TDM DAN TUGAS JURNAL

PORTOFOLIO PRAKTIKUM THERAPEUTIC DRUG MONITORING


Nama : Zahra Agustina
NPM : 066120128
Judul Artikel :β-lactam antibiotic concentrations during
continuous renal replacement therapy.

Konsentrasi antibiotik β-laktam selama terapi


penggantian ginjal berkelanjutan
Nama Obat yang di : β-laktam
TDM
Latar Belakang/Alasan : Penggunaan antibiotik β-laktam dosis standar
dilakukannya TDM
selama terapi penggantian ginjal berkelanjutan
berdasarkan informasi
dari artikel (CRRT) dapat mengakibatkan konsentrasi
serum tidak mencukupi. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengevaluasi kecukupan
regimen obat yang tidak disesuaikan (yaitu,
serupa dengan yang digunakan pada pasien
dengan fungsi ginjal normal) pada pasien yang
diobati dengan CRRT dan pengaruh intensitas
CRRT terhadap pembersihan obat.
Metode TDM
a. Karakteristik : Data hasil median
subyek/pasien
Usia, tahun: 59 (51 hingga 67)
yang terlibat
Pria/wanita, n : 33/17
Berat badan, kg : 75 (68 hingga 85)
Indeks massa tubuh, kg/m2 : 26.3 (23.9 hingga
27.9)

4
5

PPOK/asma, (%) : 8 (16)


Kardiopati, n (%) : 19 (38)
Diabetes melitus, n (%) : 17 (34)
sCr > 2 mg/dL, n (%) : 13 (26)
Sirosis hati, n (%) : 18 (36)
Kanker, n (%) : 7 (14)
Agen imunosupresif, n (%) : 20 (40)
Transplantasi organ, n (%) : 17 (30)
b. Metode sampling :-
darah
c. Waktu sampling : Konsentrasi antibiotik β-laktam ditentukan dua
darah
sampel darah (3 mL) diambil selama antibiotik
fase eliminasi: 2 jam (T2) setelah obat 30 menit
infus dan satu lagi sesaat sebelum pemberian
dosis berikutnya (T0).
d. Lamanya : Penilaian kadar obat (TDM) masing-masing
sampling darah
dalam waktu 48 jam sejak dimulainya antibiotik
atau setelahnya.
e. Volume darah : 3 mL
yang diambil
f. Regimen dosis : Diberikan dengan dosis biasa (CEF = 2 g setiap
obat yang di TDM
8 jam; TZP = 4 g setiap 6 jam; MEM = 1 g setiap
8 jam)
g. Rentang : Terapi dengan antibiotik β-laktam spektrum
terapeutik obat
luas (ceftazidime atau cefepime (CEF),
piperacillin/tazobactam (TZP) atau meropenem
(MEM)).
6

Metode Analisis Darah : Konsentrasi obat serum diukur dua kali selama
fase eliminasi dengan kromatografi cair kinerja
tinggi (HPLC-UV).
Dianalisis menggunakan kromatografi cair
kinerja tinggi yang dihubungkan dengan
spektrofotometri UV (HPLC-UV).
Hasil
a. Kadar obat di : Kadar obat didalam darah yang dianalisis
dalam darah
masuk kedalam rentang terapeutiknya spektrum
setelah dianalisis
(jika ada, luas. Sehingga rentang terapeutik termasuk
lampirkan kurva
kedalam rentang terapeutik spektrum luas dan
kadar obat
terhadap waktu). karna antibiotik berspektrum luas (broad
Jelaskan pula
spektrum), yaitu antibiotik yang dapat
apakah kadar
obat di dalam menghambat atau membunuh bakteri dari
darah yang di
golongan gram positif maupun negative dan β-
analisis masuk ke
dalam rentang laktam umumnya bersifat bakterisid, dan
terapeutiknya
sebagian besar efektif terhadap organisme Gram
atau tidak.
positif maupun Gram negatif.
b. Interpretasi hasil : Pada pasien sepsis yang menjalani CRRT, dosis
antibiotik b-laktam yang sama dengan yang
diberikan pada pasien dengan fungsi ginjal
normal mencapai tingkat obat di atas ambang
batas target pada 90% sampel. Namun demikian,
53% sampel dikaitkan dengan tingkat obat yang
sangat tinggi dan rejimen obat harian mungkin
perlu disesuaikan.
7

c. Hasil lainnya : lebih dari 50% sampel dalam penelitian kami


yang
menunjukkan konsentrasi obat yang. Akumulasi
berhubungan
dengan TDM atau obat dan konsentrasi antibiotik B-laktam yang
kadar obat di
berlebihan dapat menyebabkan efek samping,
dalam plasma
(misalnya terkait termasuk toksisitas neurologis halusinasi,
ESO atau Adverse
kebingungan, dan kejang .
Drug reaction,
atau Clinical
Outcome)
Kesimpulan hasil TDM : Selama CRRT, regimen antibiotik B-laktam
obat tersebut (Anda
serupa dengan yang direkomendasikan untuk
dapat menjelaskan dari
sisi perlu atau tidaknya pasien dengan fungsi ginjal normal harus
penyesuaian dosis).
diberikan untuk menghindari kekurangan dosis
sebagai terapi empiris. Namun, akumulasi obat
terjadi dengan cepat dan dosis harian harus
dikurangi dengan cepat, terutama pada kasus
bakteri yang sangat rentan. Mengingat
variabilitas yang luas dalam parameter PK obat
pada populasi pasien ini, TDM dapat
dipertimbangkan untuk menyesuaikan rejimen
obat. Resep obat juga harus memperhitungkan
intensitas CRRT.

Pada kasus ini perlu dilakukan TDM dan


penyesuaian dosis karna pada dosis standar
berpotensi tidak tercapainya terapeutik obat
namun dalam dosis tinggi 50% sampel
mengalami efek samping dari konsentasi obat
yang tinggi maka perlu dilakukan penyesuaian
obat pada setiap pasien

Anda mungkin juga menyukai