Anda di halaman 1dari 3

Pengertian PKOD Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) merupakan

interpretasi hasil pemeriksaan Kadar Obat tertentu atas permintaan


dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau
atas usulan dari Apoteker kepada dokter.
Tujuan PKOD a. Mengetahui kadar obat dalam darah
b. Memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat
Data yang diperlukan  Nama Obat: Informasi lengkap tentang obat yang sedang
digunakan, termasuk nama generik dan merek (jika ada).
 Dosis: Dosis obat yang diberikan kepada pasien. Ini bisa dalam
bentuk miligram (mg), mikrogram (mcg), atau unit lain
tergantung pada obatnya.
 Jadwal Pemberian: Informasi tentang frekuensi pemberian obat,
seperti setiap berapa jam atau berapa kali sehari.
 Waktu Terakhir Pemberian Obat: Waktu terakhir pasien
menerima dosis obat sebelum pengambilan sampel darah.
 Tanggal Pengambilan Sampel Darah: Tanggal dan waktu kapan
sampel darah diambil untuk pemantauan obat.
 Hasil Pemeriksaan Laboratorium: Hasil dari analisis
laboratorium yang mengukur konsentrasi obat dalam darah
pasien. Biasanya, hasil ini dinyatakan dalam satuan tertentu
(seperti mikrogram per mililiter) dan dibandingkan dengan
rentang terapeutik yang direkomendasikan.
 Rentang Terapeutik: Rentang konsentrasi obat yang dianggap
efektif dan aman. Rentang ini dapat berbeda-beda untuk setiap
obat dan kondisi medis.
 Informasi Pasien: Data pasien seperti usia, berat badan, jenis
kelamin, riwayat medis, dan kondisi kesehatan yang mungkin
mempengaruhi penyerapan, distribusi, metabolisme, atau
eliminasi obat dari tubuh.
 Interaksi Obat: Informasi tentang obat-obat lain yang sedang
digunakan oleh pasien, karena beberapa obat dapat saling
berinteraksi dan memengaruhi konsentrasi dalam darah.
 Efek Samping atau Gejala Tidak Diinginkan: Catatan tentang
efek samping atau gejala yang dialami pasien yang mungkin
terkait dengan penggunaan obat.

Cara dan Tahapan Kegiatan 1. melakukan penilaian kebutuhan pasien yang membutuhkan
PKOD Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah (PKOD);
2. mendiskusikan kepada dokter untuk persetujuan melakukan
Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah (PKOD); dan
3. menganalisis hasil Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah
(PKOD) dan memberikan rekomendasi
Hasil yang Diperoleh 1. Konsentrasi Obat: Hasil pemantauan akan memberikan
informasi tentang seberapa tinggi atau rendahnya konsentrasi
obat dalam darah pasien. Ini penting karena konsentrasi obat
yang tepat dalam darah dapat mempengaruhi efektivitas
pengobatan.
2. Keberadaan Obat: Pemantauan dapat membantu memastikan
bahwa obat telah mencapai aliran darah pasien. Ini penting
untuk memastikan bahwa pasien menerima dosis obat yang
sesuai.
3. Efek Samping: Pemantauan obat dalam darah dapat membantu
mengidentifikasi apakah konsentrasi obat berada dalam kisaran
terapeutik yang aman atau jika terlalu tinggi, yang dapat
menyebabkan efek samping yang berbahaya.
4. Keefektifan Pengobatan: Dengan memantau konsentrasi obat
dalam darah, dokter dapat mengevaluasi seberapa efektif
pengobatan dalam mengendalikan penyakit atau kondisi medis
yang sedang diobati.
5. Penyesuaian Dosis: Hasil pemantauan dapat digunakan untuk
menentukan apakah perlu melakukan penyesuaian dosis obat.
Jika konsentrasi obat terlalu rendah, dosis mungkin perlu
ditingkatkan. Sebaliknya, jika terlalu tinggi, dosis mungkin
perlu dikurangi.
6. Pengelolaan Interaksi Obat: Pemantauan obat dalam darah juga
dapat membantu dalam pengelolaan interaksi obat. Ini dapat
membantu menghindari potensi interaksi yang berbahaya antara
obat-obatan yang berbeda.
7. Kepatuhan Pasien: Pemantauan obat dalam darah dapat
memberikan informasi tentang sejauh mana pasien patuh
terhadap rencana pengobatan mereka. Konsentrasi obat yang
rendah dalam darah bisa menjadi tanda bahwa pasien tidak
mengikuti resep dengan benar.
Contoh hasil pemantaun
dalam darah 1. Hitung Sel Darah Merah (Hemoglobin, Hematokrit, dan
Jumlah Sel Darah Merah):
 Hemoglobin (Hb): Menunjukkan jumlah protein
pembawa oksigen dalam darah.
 Hematokrit (Hct): Persentase volume sel darah merah
dalam darah.
 Jumlah Sel Darah Merah (RBC): Jumlah sel darah
merah dalam satu volume darah tertentu. Contoh hasil
normal: Hb: 14 g/dL, Hct: 42%, RBC: 5.0 x 10^6/uL.
2. Hitung Sel Darah Putih (Leukosit):
 Menunjukkan jumlah sel darah putih dalam darah.
Contoh hasil normal: 6,000/uL.
3. Jumlah Trombosit (Platelet):
 Menunjukkan jumlah sel darah yang membantu dalam
pembekuan darah. Contoh hasil normal: 150,000 -
450,000/uL.
4. Glukosa Darah:
 Menunjukkan kadar glukosa (gula) dalam darah. Contoh
hasil normal: Kurang dari 100 mg/dL saat puasa.
5. Kolesterol Total:
 Menunjukkan jumlah total kolesterol dalam darah.
Contoh hasil normal: Kurang dari 200 mg/dL.
6. Urea Darah (BUN) dan Kreatinin:
 Urea Nitrogen Darah (BUN) adalah indikator fungsi
ginjal.
 Kreatinin adalah produk buangan otot yang dihapus oleh
ginjal. Contoh hasil normal: BUN: 7-20 mg/dL,
Kreatinin: 0.6-1.2 mg/dL.
7. Enzim Hati (AST dan ALT):
 Aspartat Aminotransferase (AST) dan Alanin
Aminotransferase (ALT) adalah enzim hati yang dapat
menunjukkan kerusakan hati. Contoh hasil normal:
AST: 10-40 U/L, ALT: 7-56 U/L.
8. Bilirubin Total:
 Bilirubin adalah produk buangan yang dihasilkan saat
sel darah merah pecah. Contoh hasil normal: 0.2-1.2
mg/dL.
9. INR (International Normalized Ratio):
 INR adalah tes pembekuan darah yang digunakan untuk
mengukur respons terhadap pengobatan antikoagulan.
Contoh hasil normal: 1.0 (normal pembekuan darah).
10. Kadar Garam Elektrolit (Natrium, Kalium):
 Natrium dan kalium adalah elektrolit penting dalam
keseimbangan cairan dalam tubuh. Contoh hasil normal:
Natrium: 135-145 mEq/L, Kalium: 3.5-5.0 mEq/L.

Anda mungkin juga menyukai