Anda di halaman 1dari 12

STUDI KASUS

ASMA/PPOK
Kelompok 2
1. Suparman (
2. Dwi Indah Pratiwi (2343700064)
3. Suhartina Labas (2343700022)
4. Nabila Azhari Putri (2343700223)
5. Napa Sukmilawati (2343700185)
6. Dewa Yoga (
Seorang pasien pria berusia 60 tahun dengan tinggi badan 165 cm dan berat badan
75 kg dengan Scr 2,2 mg/dl, Na= 145 mEq/L, K= 5.0 mEq/L, Ca = 1.9 mmol/L,
Ureum = 50 mg/dl, HB= 11 mg/dl, Uric acid = 15 mg/L, Leukosit= 8000/mm3, PO2
=95%, SaO2 = 95%, PH darah= 7.38, HCO3 =22 mEq/L,
Riwayat Penyakit Sebelumnya ; PPOK sejak 1 tahun yang lalu, hipertensi
Riwayat Penyakit Sekarang : pasien sering sesak nafas
Riwayat Penyakit keluarga : Ayah meninggal karena stroke, Ibu
meninggal karena komplikasi Diabetes dan
Asam urat

Obat yang sedang digunakan ; Amlodipin 10 mg sekali sehari


Pemeriksaan Vital Sign
Tekanan Darah ; 150/90 mmHg
T (suhu) ; 37 C
Nadi ; 85/menit
Pernafasan ; 30/menit
Jelaskan pengobatan yang perlu diberikan ke pasien PPOK?

Terapi PPOK berdasarkan tipe PPOK yang diderita pasien:

Kategori A : Pasien yang peka sensitive dengan short acting


bronkodliator. Contoh : SABA/SAMA
Kategori B : Pasien yang persisten dengan short acting
bronkodilator. Contoh : LABA/LAMA
Kategori C & D : Pasien yang memerlukan kortikosteroid
inhalasi. Contoh : ICS+ LABA/LAMA
Apakah pasien perlu ditambah obat yang lain?
Dilihat dari hasil laboratorium menunjukan pasien komplikasi CKD
dengan nilai Scr yang tinggi menandakan adanya fungsi ginjal sehingga
terapi hipertensi tetap diberikan amlodipin Serta adanya penambahan obat
berupa kombinasi bronkodilator dan kortikosteroid untuk meningkatkan
FEVI atau memperbaiki variabel spirometri lainnya dengan mempengaruhi
tonus otot polos jalan napas dan memperbaiki aliran udara ekspirasi, yang
mencerminkan peleberan jalan napas dari pada perubahan elastisitas paru.
Contoh obat : Salbutamol, Teofilin.
Selain itu perlu penambahan kortikosteroid sebagai antiinflamsi lokal
pada saluran napas dan parankin paru. Pemberian kortikosteroid ini dapat
mengurangi lama perawatan, meningkatkan fungsi paru dan oksigenasi,
serta menurunkan angka kekambuhan. Contoh : Methylprednisolone.
Apakah perbedaan PPOK dan asma?
Asma adalah suatu kelainan berupa peradangan kronik saluran napas yang
menyebabkan penyempitan saluran napas (hiperaktivitas bronkus), sehingga
menyebabkan gejala, seperti mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk terutama
pada malam hari.
PPOK adalah Penyakit peradangan paru-paru yang telah berkembang dalam
jangka waktu yang panjang. Penyakit ini ditandai dengan adanya perlambatan aliran
udara karena pembengkakan dan penyempitan saluran pernapasan.
Pada asma blockade aliran udara terjadi sebagai akibat dari respon alergi
sementara PPOK terjadi akibat paparan zat-zat berbahya dalam waktu yang lama seperti
rokok, zat kimia beracun, asap kendaraan, polusi dll. Paparan zat berbahaya dalam
waktu yang lama tersebut akan mengaktifkan system perbaikan dan kerusakan jaringan
broncus yang pada akhirnya akan mengakibatkan bronchitis kronik atau efisema (Expert
Pharmacist ad 5. 2020-2021)
Bagaimana perbedaan pengobatan asma dan PPOK?
• Asma:
Berdasarkan pedoman GINA, terapi farmakologi asma dengan kortikosteroid inhalasi ICS
( Budesonide, fluticasone, mometasone, prednisone, dexametason) dengan terapi tambahan bila
perlu seperti agonist beta-2 kerja panjang (LABA) atau antagonis muskarinik kerja panjang
(LAMA).
• PPOK:
Sebagai diagnosis tunggal, mulai terapi simptomatik dengan bronkodilator (LABA dan/atau
LAMA) atau terapi kombinasi, tetapi tidak dengan ICS monoterapi. Macam – macam obat
bronkodilator:
a. Agonis b 2
Kerja utama agonis B2 adalah merelaksasi otot polos jalan napas dengan menstimulasi
reseptor adrenergik beta-2, yang meningkatkancAMP dan menghasilkan antagonisme
fungsional terhadap bronkokonstriksi.
b. Antikoligernik/Antagonis Muskarinik
Bekerja memblokade efek bronkokonstriktor asetilkolin pada reseptor muskarinik M3 yang
diekspresikan pada otot polos jalan napas
c. Derivate Xantine
Efek pasti obat golongan ini masih kontroversi, bisa bekerja sebagai penghambat
phosphodiesterase nonselektif, tetapi juga dilaporkan mempunyai efek bronkodilator yang
kemaknaannya masih diperdebatkan.
Jelaskan patofisiologi dan etiologi PPOK
Patofisiologi:
Penurunan FEV1 yang terjadi disebabkan
peradangan dan penyempitan saluran nafas perifer, sementara
transfer gas yang menurun disebabkan kerusakan parenkim yang
terjadi pada emfisema.

Etiologi:
a) Faktor genetic
b) Usia dan jenis kelamin
c) Pertumbuhan dan perkembangan paru.
d) Asap rokok
Penyebab utama PPOK adalah asap rokok, baik perokok aktif maupun pasif (menghirup asap
rokok) Asap rokok dapat menekan system pertahanan saluran napas, paralis pada silia dan
penurunan aktivitas makrofag alveoulus, dan produksi mukus yang berlebihan sehingga
terjadi obstruksi saluran napas.
e) Polusi udara
Berbagai macam debu, zat kimia, dan serta dalam lingkungan kerja mempunyai pengaruh
merugikan pada system pernapasan, selain itu hasil sampingan bahan bakar seperti minyak
tanah, batu bara, kayu bakar dan diesel dapat menjadi faktor resiko PPOK
f) Infeksi saluran napas bawah
Dari nilai lab diatas manakah yang
tidak normal?
Hasil pemeriksaan Normal Keterangan
Scr 2,2 mg/dl 0,7-1,3 mg/dl Tidak normal (gangguan
ginjal)
Na=145mEq/L 135-145 mEq/L Normal
K=5.0Emq/L 3,5-5,0 mEq/L Normal
Ca = 1.9 mmol/L 1,16-1,32 mmol/L Tidak normal
(Hiperkalsemia)
Ureum = 50 mg/dl 8-24 mg/dl Tidak normal (gangguan
ginjal)
HB = 11 mg/dl Laki-laki 14-17 g/dl Tidak normal (Anemia)
Uric acid = 15 mg/dl 2,5-8 mg/dl Tidak normal (asam urat
tinggi)
Leokosit = 8000/mm3 3200-10000/ mm³ Normal

PO2 = 95% >90% Normal


SaO2 = 95% 95% or greater Normal
PH darah = 7.38 7,38-7,44 Normal
HCO3 = 22 mEq/L 23-28 mEq/L Normal
Jelaskan konseling yang harus diberikan pada pasien
diatas!
Mengedukasi pasien tentang penyakit PPOK bahwa PPOK tidak dapat
disembuhkan namun dapat di control/dicegah agar tidak terjadi perburukan
dengan cara menghindari faktor resikonya seperti debu, asap rokok/ penghentian
merokok karena merupakan satu-satunya intervensi yang terbukti mempengaruhi
penurunan FEVI jangka panjang dan perkembangan COPD yang lambat. Serta
pengaturan pola gaya hidup yang sehat dengan berolahraga minimal 3x/ minggu
selama (-/+) 30 menit sebagai program rehabilitasi paru latihan pernapasan, serta
diet rendah karbohidrat pada pasien PPOK.
SOAP
Hasil pemeriksaan Normal Keterangan
Scr 2,2 mg/dl 0,7-1,3Objective
mg/dl Tidak normal (gangguan
ginjal)
Subject Na=145mEq/L 135-145 mEq/L Normal
K=5.0Emq/L 3,5-5,0 mEq/L Normal
Ca = 1.9 mmol/L 1,16-1,32 mmol/L Tidak normal
- Sesak Nafas. (Hiperkalsemia)
Ureum = 50 mg/dl 8-24 mg/dl Tidak normal (gangguan
ginjal)
HB = 11 mg/dl Laki-laki 14-17 g/dl Tidak normal (Anemia)
Uric acid = 15 mg/dl 2,5-8 mg/dl Tidak normal (asam urat
tinggi)
Leukosit = 8000/mm3 3200-10000/ mm³ Normal
PO2 = 95% >90% Normal
SaO2 = 95% 95% or greater Normal
PH darah = 7.38 7,38-7,44 Normal
HCO3 = 22 mEq/L 23-28 mEq/L Normal
SOAP
Assesment Planning
- Penggunaan salbutamol inhaler 100 mcg
3x3 puff
-Pemilihan terapi PPOK kategori A
- Pemberian obat Hipertensi yaitu
-Pengobatan hipertensi
Amlodipin 1x sehari (malam)
- Tambahan kombinasi kortikosteroid metil
prednisolon 4 mg 3x sehari
- Allopurinol 100 mg 1x sehari
- Vitamin B12 50 mg 1x sehari untuk anemia
(
Thank you!

Write a closing statement or call-to-action here.

Anda mungkin juga menyukai