DISUSUN OLEH
Axcel Hongky Tondolambung 2143700316
Hatimah 2143700367
Hendy Herliandi 2143700319
Disusun oleh:
Axcel Hongky Tondolambung 2143700316
Hatimah 2143700367
Hendy Herliandi 2143700319
Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
ii
PROFESI APOTEKER
SURAT PERNYATAAN
1. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah asli dan belum pernah
diajukan mendapatkan gelar akademik Apoteker, baik di Universitas 17
Agustus 1945 Jakarta maupun di Universitas lain.
2. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini murni gagasan, rumusan dan
penilaian tim penyusun, tanpa bantuan pihak lain, kecuali tim
pembimbing.
3. Dalam Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker tidak terdapat karya atau
pendapat yang telah ditulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan
dalam naskah dengan disebutkan dan atau dipublikasikan orang lain,
kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam
naskah dengan disebutkan nama pengarang serta dicantumkan dalam
pustaka.
iii
iv
Tim Penulis
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena atas izin dan
karunia-Nya pelaksanaan kegiatan dan Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Apotek Kimia Farma 282 Ks Tubun ini dapat terlaksana dengan baik
dan lancar terhitung dari tanggal 03 – 30 Agustus 2022. Penulisan laporan Praktik
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini merupakan salah satu persyaratan pada
program pendidikan Apoteker mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
Saya sepenuhnya menyadari bahwa keberhasilan dari pelaksanaan dan
penyelesaian laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia
Farma 282 Ks Tubun ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak,
oleh karenanya dengan segenap kerendahan hati penyusun ingin mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
iv
v
Tim Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN......................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................ix
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................10
1.1. Latar Belakang...............................................................................................10
1.2. Tujuan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA).........................................12
1.3. Manfaat Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA).......................................12
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................13
2.1. Pengertian Apotek..........................................................................................13
2.2. Aspek Standar Usaha Apotek........................................................................13
2.2.1. Persyaratan Pendirian Apotek..............................................................13
2.2.2. Perizinan Pendirian Apotek...................................................................15
2.3. Aspek Pengelolaan Apotek............................................................................24
2.3.1. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lainnya...24
2.4. Aspek Pelayanan Farmasi Klinik..................................................................62
2.4.1. Pengkajian dan Pelayanan Resep..........................................................63
2.4.2. Dispensing...............................................................................................64
2.4.3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)..........................................................65
2.3.4. Konseling.................................................................................................66
2.3.5. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)..................68
2.4.6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)...........................................................69
2.4.7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO).............................................70
2.5. Aspek Sumber Daya Kefarmasian di Apotek...............................................71
2.5.1. Sumber Daya Manusia...........................................................................71
2.5.2. Sarana dan Prasarana............................................................................73
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS.............................................................................75
3.1. PT. Kimia Farma Apotek..............................................................................75
3.2. Visi dan misi PT. Kimia Farma Apotek........................................................75
3.2.1. Visi...........................................................................................................75
vi
vii
3.2.2. Misi..........................................................................................................75
3.3. Apotek Kimia Farma 282 Ks Tubun.............................................................76
3.3.1. Lokasi......................................................................................................76
3.3.2. Sarana dan Prasana...............................................................................76
3.4. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma 282 Ks Tubun.........................77
3.5. Kegiatan Operasional.....................................................................................78
BAB 4 HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN..................................79
4.1. Hasil.................................................................................................................79
4.2. Pembahasan....................................................................................................80
4.2.1. Pengelolaan Obat....................................................................................80
4.2.2. Pengelolaan Resep..................................................................................87
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN................................................................95
6.1. Kesimpulan.....................................................................................................95
6.2. Saran...............................................................................................................95
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................96
LAMPIRAN GAMBAR......................................................................................98
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
10
11
TINJAUAN PUSTAKA
13
14
a. Lokasi
Untuk lokasi Apotek, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota akan
mengatur persebaran Apotek di wilayahnya masing-masing dengan
memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan
kefarmasian.
b. Bangunan
Untuk bangunan Apotek juga harus memiliki persyaratan, yaitu:
1) Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan,
kenyamanan, dan kemudahan dalam pemberian pelayanan
kepada pasien serta perlindungan dan keselamatan bagi semua
orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang lanjut
usia.
2) Bangunan Apotek harus bersifat permanen.
3) Bangunan bersifat permanen sebagaimana dimaksud merupakan
bagian dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen,
rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan yang
sejenis
c. Sarana, Prasarana dan Peralatan
Untuk pendirian Apotek harus memiliki sarana ruangan yang
berfungsi sebagai berikut:
1) Penerimaan Resep
2) Pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara
terbatas)
3) Penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
4) Konseling
5) Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
6) Arsip.
Sedangkan untuk prasarana yang dimiliki Apotek harus
memiliki persyaratan, yaitu:
1) Instalasi air bersih
2) Instalasi listrik
3) Sistem tata udara
15
c. Pelayanan
1) Pelayanan Kefarmasian di Apotek diselenggarakan dalam
rangka menjamin ketersediaan dan akses masyarakat terhadap
Obat, sediaan farmasi lain, Alat Kesehatan dan BMHP yang
aman, bermutu dan bermanfaat, dengan tujuan mencapai patient
outcome dan menjamin patient safety.
2) Apotek menyelenggarakan pelayanan kefarmasian berupa:
a) Pengelolaan Obat
b) Pelayanan farmasi klinis.
3) Apotek juga dapat memberikan Pelayanan Kefarmasian berupa
pengelolaan dan pelayanan sediaan farmasi lain, Alat Kesehatan
dan BMHP dan komoditi lain.
4) Apotek dapat memberikan Pelayanan Kefarmasian secara
elektronik (Telefarmasi) dan pengantaran obat.
5) Dalam melakukan pelayanan Telefarmasi secara jejaring,
Apotek harus bermitra dengan Penyelenggara Sistem Elektronik
Farmasi (PSEF) dalam penggunaan sistem elektronik berupa
retail online atau marketplace pada fitur khusus kefarmasian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
6) Pelayanan Kefarmasian di Apotek dilakukan berdasarkan
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek yang ditetapkan oleh
Menteri.
20
d. Persyaratan Produk/Proses/Jasa
1) Persyaratan produk yang dihasilkan oleh pelaku usaha meliputi:
a) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP dan komoditi
lain yang diserahkan terjamin keamanan, mutu dan
khasiat/manfaatnya.
b) Alat Kesehatan yang dikelola sebagaimana yang tercantum
dalam peraturan yang ditetapkan oleh Menteri.
c) Apotek dapat menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan
dan BMHP kepada pasien melalui: a) Pelayanan resep. b)
Pelayanan swamedikasi, hanya untuk obat bebas terbatas,
obat bebas, sediaan farmasi lain, Alat Kesehatan dan BMHP
yang berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan
dapat diserahkan oleh Apoteker tanpa resep dokter.
d) Penyerahan kepada pasien disertai dengan pemberian
pelayanan farmasi klinis dalam rangka mencapai patient
outcome dan menjamin patient safety.
e) Pelayanan farmasi secara elektronik (telefarmasi) dapat
dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP
kecuali narkotika dan psikotropika, sediaan injeksi dan
implan KB.
f) Apotek dapat menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan BMHP kepada Apotek lain, puskesmas, Instalasi Farmasi
Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, dalam kondisi:
- Terjadi kelangkaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
BMHP di fasilitas distribusi
- Terjadi kekosongan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
BMHP di fasilitas pelayanan kesehatan.
- Jumlah yang dapat disalurkan pada saat terjadi kelangkaan
dan/atau kekosongan paling banyak 1 (satu) Resep.
21
1) Penilaian Kesesuaian
a) Apotek termasuk risiko Tinggi, pelaku usaha harus memiliki
NIB, Sertifikat Standar dan izin usaha.
b) Penilaian kesesuaian Apotek dilakukan Pemerintah Daerah
sesuai dengan kewenangan.
c) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur
persebaran Apotek di wilayahnya dengan memperhatikan
kebutuhan dan akses masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan kefarmasian, serta memperhatikan rasio antara
persebaran jumlah Apotek dibanding dengan jumlah
penduduk.
d) Penilaian Kesesuaian Apotek dilakukan oleh Tim yang
melibatkan:
- Unit pelayanan perizinan berusaha kabupaten/kota.
- Dinas kesehatan kabupaten/kota.
- Dapat melibatkan organisasi profesi.
e) Mekanisme Penilaian Kesesuaian Apotek dilakukan dengan
cara:
- Pengecekan administrasi, dapat dilakukan melalui sistem
elektronik.
- Pengecekan lapangan, dilakukan melalui
kunjungan/verifikasi lapangan dan/atau secara virtual.
f) Sertifikat Standar Apotek dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setelah hasil penilaian kesesuaian sebagai
persetujuan untuk mengeluarkan Izin Apotek.
g) Sertifikat Standar Apotek digunakan sebagai dasar bagi Unit
Pelayanan Perizinan Berusaha Kabupaten/Kota untuk
menyampaikan notifikasi pada Sistem OSS untuk
mengeluarkan Izin Apotek.
2) Pengawasan
a) Pengawasan dimaksudkan untuk review penyelenggaraan
pelayanan kefarmasian di Apotek.
23
2.3.1.1. Perencanaan
Perencanaann sediaan farmasi, alat kesehatan dan
BMHP merupakan tahap awal untuk menetapkan jenis
serta jumlah sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
yang sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2019 tentang
Petunjuk Teknik Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Apotek tujuan perencanaan yaitu:
1. Mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah sediaan
farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang mendekati
kebutuhan.
2. Meningkatkan penggunaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan BMHP secara rasional.
3. Menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan BMHP.
4. Menjamin stok sediaan farmasi, alat kesehatan dan
BMHP tidak berlebih.
5. Efisiensi biaya.
6. Memberikan dukungan data bagi estimasi pengadaan,
penyimpanan dan biaya distribusi sediaan farmasi, alat
kesehatan dan BMHP.
26
a. Metode Konsumsi
Metode konsumsi didasarkan pada data konsumsi
sediaan farmasi. Metode ini sering dijadikan perkiraan
yang paling tepat dalam perencanaan sediaan farmasi.
Klinik yang sudah mapan menggunakan metode
konsumsi. Metode konsumsi menggunakan data dari
konsumsi periode sebelumnya dengan penyesuaian
yang dibutuhkan.
Perhitungan dengan metode konsumsi didasarkan
atas analisa data konsumsi sediaan farmasi periode
sebelumnya ditambah stok penyangga (buffer stock),
stok waktu tunggu (lead time) dan memperhatikan sisa
stok.
Buffer stock dapat mempertimbangkan
kemungkinan perubahan pola penyakit dan kenaikan
jumlah kunjungan (misal: adanya Kejadian Luar Biasa).
Jumlah buffer stock bervariasi antara 10% sampai 20%
dari kebutuhan atau tergantung kebijakan Klinik.
27
b. Metode Morbiditas
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan
obat berdasarkan pola penyakit. Metode morbiditas
memperkirakan keperluan obat s/d obat tertentu
tersebut berdasarkan dari jumlah, kejadian penyakit dan
mempertimbangkan pola standar pengobatan untuk
penyakit tertentu.
Pada prakteknya, penggunaan metode morbiditas
untuk penyusunan rencana kebutuhan obat di Apotek
jarang diterapkan karena keterbatasan data terkait pola
penyakit.
Faktor yang perlu diperhatikan adalah
perkembangan pola penyakit dan lead time. Langkah-
langkah dalam metode morbiditas:
1) Mengumpulkan data yang diperlukan.
Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan
metode morbiditas:
a) Perkiraan jumlah populasi.
Komposisi demografi dari populasi yang akan
diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin untuk
umur antara:
1. 0 s.d. 4 tahun
2. 4 s.d. 14 tahun
3. 15 s.d. 44 tahun
4. >45 tahun
5. Atau ditetapkan berdasarkan kelompok dewasa
(> 12 tahun) dan anak (1 s/d 12 tahun).
b) Pola morbiditas penyakit
1. Jenis penyakit pertahun untuk seluruh populasi
pada kelompok umur yang ada.
29
2) Analisis VEN
Berdasarkan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2019 tentang Petunjuk Teknik Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek salah satu cara
untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana sediaan
farmasi yang terbatas dengan mengelompokkan sediaan
farmasi berdasarkan manfaat tiap jenis sediaan farmasi
terhadap kesehatan. Semua jenis sediaan farmasi yang
tercantum dalam daftar sediaan farmasi dikelompokkan
kedalam tiga kelompok berikut:
a) Kelompok V (Vital)
Adalah kelompok sediaan farmasi yang mampu
menyelamatkan jiwa (life saving). Contoh: obat
shock anafilaksis
b) Kelompok E (Essensial)
Adalah kelompok sediaan farmasi yang bekerja
pada sumber penyebab penyakit dan paling
dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan. Contoh:
1. Sediaan farmasi untuk pelayanan kesehatan
pokok (contoh: antidiabetes, analgesik,
antikonvulsi)
2. Sediaan farmasi untuk mengatasi penyakit
penyebab kematian terbesar.
c) Kelompok N (Non Esensial)
Merupakan sediaan farmasi penunjang yaitu sediaan
farmasi yang kerjanya ringan dan biasa
33
A B C
Metode gabungan ini V VA VB VC digunakan
untuk melakukan pengurangan E EA EB EC sediaan
N NA NB NC
farmasi. Mekanismenya adalah:
34
3.3.1.1. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk
merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan
disetujui, melalui pembelian. Untuk menjamin kualitas
pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi,
35
1. Pemesanan
Pengadaan sediaan farmasi dilaksanakan
berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani
Apoteker pemegang SIA dengan mencantumkan nomor
SIPA sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1. Surat
pesanan dibuat sekurang-kurangnya rangkap 2 (dua)
serta tidak dibenarkan dalam bentuk faksimili dan
fotokopi. Satu rangkap surat pesanan diserahkan
kepada distributor dan 1 (satu) rangkap sebagai arsip.
Apabila Surat Pesanan tidak bisa dilayani baik sebagian
atau seluruhnya, maka Apotek harus meminta surat
penolakan pesanan dari pemasok. Surat Pesanan
Narkotika hanya dapat diperoleh dari PT Kimia Farma
Trading and Distribution, Surat Pesanan Narkotika
memiliki 4 rangkap, Surat Pesanan Psikotropika
memiliki 3 rangkap dan Surat Pesanan Prekursor
memiliki 2 rangkap.
2. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu
penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima. Penerimaan dan
pemeriksaan merupakan salah satu kegiatan pengadaan
agar obat yang diterima sesuai dengan jenis, jumlah dan
mutunya berdasarkan Faktur Pembelian dan/atau Surat
Pengiriman Barang yang sah. Penerimaan sediaan
farmasi di Apotek harus dilakukan oleh Apoteker. Bila
Apoteker berhalangan hadir, penerimaan sediaan
farmasi dapat didelegasikan kepada Tenaga
Kefarmasian yang ditunjuk oleh Apoteker Pemegang
SIA. Pendelegasian dilengkapi dengan Surat
39
4.3.1.1. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan
memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi
yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu
sediaan farmasi. Tujuan penyimpanan adalah untuk
memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari
penggunaan yang tidak bertanggungjawab, menjaga
ketersediaan, serta memudahkan pencarian dan
pengawasan.
a. Psikotropika
Pengertian psikotropika menurut Permenkes
Nomor 2 Tahun 2021, psiktropika adalah zat/bahan
baku atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan
narkotika, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal
dan perilaku. Dalam Permenkes Nomor 2 Tahun
2021 tentang “Penetapan dan Perubahan
Penggolongan Psikotropika” ini disebutkan
psikotropika dibagi menjadi 4 golongan.
1) Golongan I
Golongan I merupakan psikotropika yang hanya
dapat untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: Deskloroketamin,
Flubromazolam, Flualprazolam, dan 2F-
Deskloroketamin.
2) Golongan II
Golongan II merupakan psikotropika yang
berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan
dalam terapi atau ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat sehingga mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh: Amineptina,
Metilfenidat, Sekobarbitalm Etilfenidat,
Etizolam, dan Diclazepam.
3) Golongan III
50
propane
8. Norehedrine
9. 1-phenyl-2-propanone
10. Piperonal
11. PotassiumPermanganate
12. Pseudoephedrine
13. Safrole
Obat mengandung prekursor farmasi yang
disimpan di tempat yang aman berdasarkan analisis
risiko masing-masing Apotek. Apabila memiliki
obat yang mengandung prekursor farmasi yang
disimpan tidak dalam wadah asli, maka wadah harus
dilengkapi dengan identitas obat meliputi nama,
jumlah, bentuk dan kekuatan sediaan, isi dan jenis
kemasan, nomor batch, tanggal kadaluwarsa, dan
nama produsen. Memisahkan dan menyimpan obat
dengan aman obat mengandung prekursor farmasi
yang rusak, kadaluwarsa, dan izin edar dibatalkan
sebelum dimusnahkan atau dikembalikan kepada
Industri Farmasi atau PBF. Melakukan stock
opname secara berkala sekurang-kurangnya 6 bulan
sekali. Melakukan investigasi adanya selisih stok
dengan fisik saat stock opname dan
mendokumenkan hasil investigasi.
c. Obat-Obat Tertentu
Menurut BPOM No. 28 Tahun 2018 Obat-
Obat Tertentu yang sering disalahgunakan yang
selanjutnya disebut Obat-Obat Tertentu adalah obat
yang bekerja di sistem susunan syaraf pusat
selain Narkotika dan Psikotropika yang pada
penggunaan di atas dosis terapi dapat
53
1. Pengendalian Ketersediaan
Pengendalian ketersediaan dilakukan untuk meliat
apakah terjadi kekosongan atau kekurangan sediaan
farmasi di apotek yang terjadi karena beberapa faktor
yaitu::
a. Perencanaan yang kurang tepat
b. Perubahan kebijakan pemerintah (misalnya
perubahan e-katalog, sehingga sediaan farmasi yang
sudah direncanakan tahun sebelumnya tidak masuk
dalam katalog sediaan farmasi yang baru
c. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh
apoteker untuk mencegah/mengatasi kekurangan
atau kekosongan sediaan farmasi:
1) Melakukan analisa perencanaan sebelum
pemesanan/pembelian sediaan farmasi.
2) Mengganti obat merek dagang dengan obat
generik yang sama komponen aktifnya atau obat
merek dagang lain atas persetujuan dokter
dan/atau pasien.
58
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
2) Duplikasi pengobatan.
3) Alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD).
4) Kontraindikasi.
5) Interaksi obat.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian
maka Apoteker harus menghubungi dokter penulis Resep. Pelayanan
resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, penyiapan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai termasuk
peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian
informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya
pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat atau medication
error.
2.1.2. Dispensing
Dispensing yaitu kegiatan untuk menyiapkan, menyerahkan dan
memberikan informasi obat yang akan diserahkan kepada pasien.
Dispensing dilakukan setelah kajian administratid, farmasetik dan
klinik telah memenuhi persyaratan. terdiri dari penyiapan, penyerahan
dan pemberian informasi Obat. Setelah melakukan pengkajian resep
dilakukan hal sebagai berikut:
1) Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep yaitu
menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep,
mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal ke daluwarsa dan keadaan fisik
obat.
2) Melakukan peracikan obat bila diperlukan
3) Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a) Etiket warna putih untuk obat dalam atau oral.
b) Etiket warna biru untuk obat luar dan suntik.
c) Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk
suspensi atau emulsi.
4) Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk
obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari
66
2.1.1. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three prime
questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu
dilanjutkan dengan metode Health Belief Model.
- Diazepam - Indometasin
70
- Flurazepam - Cyclandelate
- Pentobarbital - Methocarbamol
- Amitriptilin - Trimethobenzamide
- Isoxuprine - Phenylbutazon
- Cyclobenzaprine - Chlorpropamide
- Orpenadrine - Propoxyphene
- Chlordiapoxide - Pentazosine
- Meprobamate - Dipyridamole
- Secobarbital - Carisoprodol
d) dengan 6 (enam) macam diagnosis atau lebih
a. Persyaratan administrasi
1) Memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang
terakreditasi.
2) Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA).
3) Memiliki sertifikat kompetensi yang masih berlaku.
4) Memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)
b. Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda
pengenal.
c. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan/Continuing Professional
Development (CPD) dan mampu memberikan pelatihan yang
berkesinambungan.
d. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan
pengembangan diri, baik melalui pelatihan, seminar, workshop,
pendidikan berkelanjutan atau mandiri.
e. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan
perundang undangan, sumpah Apoteker, standar profesi (standar
pendidikan, standar pelayanan, standar kompetensi dan kode etik)
yang berlaku.
Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian seorang apoteker
harus menjalankan peran yaitu:
a. Pemberi layanan
Apoteker sebagai pemberi pelayanan harus berinteraksi dengan
pasien. Apoteker harus mengintegrasikan pelayanannya pada
sistem pelayanan kesehatan secara berkesinambungan.
b. Pengambil keputusan
Apoteker harus mempunyai kemampuan dalam mengambil
keputusan dengan menggunakan seluruh sumber daya yang ada
secara efektif dan efisien.
c. Komunikator
Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan pasien maupun
profesi kesehatan lainnya sehubungan dengan terapi pasien. Oleh
karena itu harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik.
74
d. Pemimpin
Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi
pemimpin. Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian
mengambil keputusan yang empati dan efektif, serta kemampuan
mengkomunikasikan dan mengelola hasil keputusan.
e. Pengelola
Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik,
anggaran dan informasi secara efektif. Apoteker harus mengikuti
kemajuan teknologi informasi dan bersedia berbagi informasi
tentang Obat dan hal-hal lain yang berhubungan dengan Obat.
f. Pembelajar seumur hidup
Apoteker harus terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan profesi melalui pendidikan berkelanjutan (Continuing
Professional Development/CPD)
g. Peneliti
Apoteker harus selalu menerapkan prinsip/kaidah ilmiah dalam
mengumpulkan informasi Sediaan Farmasi dan Pelayanan
Kefarmasian dan memanfaatkannya dalam pengembangan dan
pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian.
TINJAUAN KHUSUS
2.5.2. Misi
Menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan melalui :
77
78
pada ketentuan yang telah ditetapkan oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
Namun, masing-masing apotek memiliki kewenangan dalam menyesuaikan
struktur organisasi apoteknya sesuai dengan kondisi dan sarana prasarana
yang dimilikinya. Apotek Kimia Farma 282 Ks Tubun terdiri dari 1 orang
sebagai Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA) merangkap sebagai
Pharmacy Manager. Tugas dari seorang Pharmacy Manager adalah
merencanakan (Planning), mengorganisasi (organizing), menggerakkan
(actuating), dan mengontrol (controlling) terhadap 5M yaitu Man (Sumber
Daya Manusia), Material (Bahan-bahan yang diperlukan), Method (Metode
atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan), Money (uang yang
diperlukan untuk mencapai tujuan), dan Market (pasaran atau tempat
membangun usaha). APA dalam tugasnya dibantu oleh 2 orang Apoteker
Pendamping, 2 orang Tenaga Teknis Kefarmasian.
2.8. Kegiatan Operasional
2.9. Hasil
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan di Apotek
Kimia Farma 282 Ks Tubun yang beralamat di Jl. K.S. Tubun No.83,
RT.4/RW.5, Slipi, Kec. Palmerah, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus
Ibu kota Jakarta. Pada tanggal 04 – 31 Juli 2022 dan dilakukan pada
shift pagi dan siang hari. Shift pagi di mulai pukul 07.00 - 14.00 WIB,
Shift siang di mulai pukul 14.00 – 21.00 WIB. Selama kegiatan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) berlangsung banyak kegiatan yang
dilakukan oleh mahasiswa calon apoteker di Apotek Kimia Farma 282
Ks Tubun.
Kegiatan awal yakni berdiskusi dengan pembimbing lapangan
kemudian melakukan perkenalan dengan pegawai Apotek Kimia Farma
282 KS Tubun. Kemudian mengamati tata letak penyimpanan obat serta
produk-produk swalayan agar memudahkan pencarian saat ada pasien
atau pelanggan yang kebingungan mencari kebutuhannya. Berikutnya
mengamati proses pelayanan resep maupun non resep dan membantu
menyiapkan obat. Serta membantu karyawan apotek untuk mengisi rak
swalayan yang kosong dan memisahkan produk yang expired date
sudah dekat.
Dalam pelayanan resep juga proses yang dilakukan selama
PKPA di Apotek Kimia Farma 282 KS Tubun yakni saat menerima
resep, kemudian dilakukan skrining terlebih dahulu untuk memastikan
bahwa resep itu asli kemudian melihat ketersediaan obat. Setelah
melihat ketersediaan, obat yang tertera dalam resep langsung disiapkan
dengan menuliskan etiket dan memberikan pelayanan informasi obat
kepada pasien serta melakukan swamedikasi kepada pasien. Jika ada
obat yang belum di berikan maka akan dituliskan salinan resep. Apabila
ada obat yang tidak tersedia maka akan dilihat disistem untuk apotek
81
82
yang masih memiliki stock obat yang dibutuhkan atau yang tertera
dalam resep.
Kegiatan selanjutnya ketika barang datang, akan dilakukan
pengecekan terlebih dahulu antara faktur dengan data PO (pre order)
kemudian melakukan pengecekan nama, jumlah dan expired date obat
atau produk yang datang apakah sesuai dengan faktur. Kemudian
barang akan diletakan dan disusun sesuai rak baik dalam rak obat
maupun rak swalayan, jika penuh maka akan diletakan di gudang yang
tersedia.
Seringkali dilakukan diskusi terkait resep racikan dengan
pembimbing lapangan yakni apoteker penanggung jawab maupun
apoteker pendamping jika terdapat resep racikan kemudian resep itu
disiapkan dan diberikan kepada pasien dengan memberikan informasi
pelayanan obat terkait penggunaan obat sesuai resep. Kadangkala jika
ditemukan kasus resep akan didiskusikan juga dengan pembimbing
lapangan yakni apoteker penanggung jawab. Saat jadwal spreading dari
BM, akan dilaksanakan kegiatan penyisihan obat atau produk yang akan
diberikan kepada apotek kimia farma lainnya sesuai dengan data yang
diberikan oleh BM. Pembimbing lapangan juga memberikan tugas
yakni dalam meningkatkan pelayanan di Apotek Kimia Farma 282 KS
Tubun maka dilakukan wawancara terhadap setiap pasien yang datang
dengan beberapa pertanyaan terkait kualitas pelayanan kefarmasian di
apotek.
2.10. Pembahasan
2.10.1. Pengelolaan Obat
4.1.1.1. Perencanaan
Apotek Kimia Farma 282 Ks Tubun melakukan
perencanaan dengan menggunakan metode kombinasi,
yaitu kombinasi dari metode konsumsi dan
epidemiologi. Perencanaan obat dengan metode
konsumsi dan epidemiologi yakni dalam menentukan
83
4.1.1.2. Pengadaan
Pengadaan obat yang di lakukan Apotek Kimia
Farma 282 KS Tubun tidak langsung melalui Pedagang
Besar Farmasi melainkan melalui bagian pengadaan
yaitu Bisnis Manager (BM) Jakarta. Kota Jakarta
memiliki 3 BM dan Apotek Kimia Farma 282 KS
Tubun dibawahi BM Jaya 1.
Dalam sistem pengadaan di Apotek Kimia
Farma 282 KS Tubun terbagi menjadi dua yakni
autospreading dan pemesanan langsung ke pbf melalui
BM (bisnis manager). Pengadaan barang akan
dilakukan setiap 2 kali dalam sebulan pada minggu
pertama yaitu dengan autospreading. Autospreading
merupakan metode pengadaan antar kimia farma dalam
lingkup satu BM jaya 1. obat atau produk apotek yang
bersifat dead stock (pasif) dan over stock, kemudian
obat atau produk tersebut akan dikirim ke Apotek
Kimia Farma lainnya agar bisa terjual. Apotek Kimia
Farma 282 KS Tubun akan mendapatkan data dari BM
untuk produk yang akan diberikan pada setiap Apotek
Kimia Farma lainnya.
Pengadaan khusus narkotika dan psikotropika
mempunyai prosedur yang sama seperti pengadaan obat
regular tetapi dilakukan pengisian pada blanko SP
narkotika dan psikotropika. Selanjutnya, SP yang telah
diisi ditanda tangani oleh APA lalu dikirimkan ke PBF
bersangkutan. Surat golongan narkotika terdiri dari 4
rangkap yang ditanda tangani oleh apoteker
penanggung jawab dengan mencantumkan nama, SIK,
SIPA, alamat, dan stempel apotek. Setiap lembar SP
hanya digunakan untuk satu jenis obat narkotika. SP
Obat psikotropika terdiri dari 3 rangkap tiap lembar
86
2.11. Kesimpulan
Berdasarkan dari kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
yang dilaksanakan di Apotek Kimia Farma 282 Ks Tubun periode 03 - 30
Agustus 2022 dapat diberikan beberapa kesimpulan yaitu, sebagai berikut:
2.12. Saran
1. Diharapkan melengkapi dan memperbaharui harga pada setiap produk
digondola. Hal tersebut akan membantu konsumen dalam mengetahui
harga produk dan tidak perlu bertanya lagi kekasir, serta membantu
pasien dalam memutuskan alternatif produk yang akan dipilih
berdasarkan harga dan manfaat produk.
2. Diharapkan kimia farma dapat bekerjasama dengan dokter agar omset
kimia farma lebih baik lagi.
97
DAFTAR PUSTAKA
98
99
100
101