Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar apoteker (apt)
Program Studi Profesi Apoteker
DISUSUN OLEH
YOULAN NIESA 2143700277
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
pada Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
ii
PROFESI APOTEKER
SURAT PERNYATAAN
1. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah asli dan belum pernah
diajukan mendapatkan gelar akademik Apoteker, baik di Universitas 17
Agustus 1945 Jakarta maupun di Universitas lain.
2. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini murni gagasan, rumusan dan
penilaian tim penyusun, tanpa bantuan pihak lain, kecuali tim
pembimbing.
3. Dalam Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker tidak terdapat karya atau
pendapat yang telah ditulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan
dalam naskah dengan disebutkan dan atau dipublikasikan orang lain,
kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam
naskah dengan disebutkan nama pengarang serta dicantumkan dalam
pustaka.
Youlan Niesa
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena atas izin dan
karunia-Nya pelaksanaan kegiatan dan Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Apotek Kimia Farma 399 Kebon Bawang ini dapat terlaksana dengan
baik dan lancar terhitung dari tanggal 04 - 31 Juli 2022. Penulisan laporan Praktik
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini merupakan salah satu persyaratan pada
program pendidikan Apoteker mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
Saya sepenuhnya menyadari bahwa keberhasilan dari pelaksanaan dan
penyelesaian laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia
Farma 0399 Kebon Bawang ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai
pihak, oleh karenanya dengan segenap kerendahan hati penyusun ingin
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
iv
v
Youlan Niesa
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
10
11
TINJAUAN PUSTAKA
13
14
a. Lokasi
Untuk lokasi Apotek, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota akan
mengatur persebaran Apotek di wilayahnya masing-masing dengan
memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan
kefarmasian.
b. Bangunan
Untuk bangunan Apotek juga harus memiliki persyaratan, yaitu:
1) Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan,
kenyamanan, dan kemudahan dalam pemberian pelayanan
kepada pasien serta perlindungan dan keselamatan bagi semua
orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang lanjut
usia.
2) Bangunan Apotek harus bersifat permanen.
3) Bangunan bersifat permanen sebagaimana dimaksud merupakan
bagian dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen,
rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan yang
sejenis
c. Sarana, Prasarana dan Peralatan
Untuk pendirian Apotek harus memiliki sarana ruangan yang
berfungsi sebagai berikut:
1) Penerimaan Resep
2) Pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara
terbatas)
3) Penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
4) Konseling
5) Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
6) Arsip.
Sedangkan untuk prasarana yang dimiliki Apotek harus
memiliki persyaratan, yaitu:
1) Instalasi air bersih
2) Instalasi listrik
3) Sistem tata udara
15
d) Pelaporan terakhir.
c. Pelayanan
1) Pelayanan Kefarmasian di Apotek diselenggarakan dalam
rangka menjamin ketersediaan dan akses masyarakat terhadap
Obat, sediaan farmasi lain, Alat Kesehatan dan BMHP yang
aman, bermutu dan bermanfaat, dengan tujuan mencapai patient
outcome dan menjamin patient safety.
2) Apotek menyelenggarakan pelayanan kefarmasian berupa:
a) Pengelolaan Obat
b) Pelayanan farmasi klinis.
3) Apotek juga dapat memberikan Pelayanan Kefarmasian berupa
pengelolaan dan pelayanan sediaan farmasi lain, Alat Kesehatan
dan BMHP dan komoditi lain.
4) Apotek dapat memberikan Pelayanan Kefarmasian secara
elektronik (Telefarmasi) dan pengantaran obat.
5) Dalam melakukan pelayanan Telefarmasi secara jejaring,
Apotek harus bermitra dengan Penyelenggara Sistem Elektronik
Farmasi (PSEF) dalam penggunaan sistem elektronik berupa
retail online atau marketplace pada fitur khusus kefarmasian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
20
d. Persyaratan Produk/Proses/Jasa
1) Persyaratan produk yang dihasilkan oleh pelaku usaha meliputi:
a) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP dan komoditi
lain yang diserahkan terjamin keamanan, mutu dan
khasiat/manfaatnya.
b) Alat Kesehatan yang dikelola sebagaimana yang tercantum
dalam peraturan yang ditetapkan oleh Menteri.
c) Apotek dapat menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan
dan BMHP kepada pasien melalui: a) Pelayanan resep. b)
Pelayanan swamedikasi, hanya untuk obat bebas terbatas,
obat bebas, sediaan farmasi lain, Alat Kesehatan dan BMHP
yang berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan
dapat diserahkan oleh Apoteker tanpa resep dokter.
d) Penyerahan kepada pasien disertai dengan pemberian
pelayanan farmasi klinis dalam rangka mencapai patient
outcome dan menjamin patient safety.
e) Pelayanan farmasi secara elektronik (telefarmasi) dapat
dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP
kecuali narkotika dan psikotropika, sediaan injeksi dan
implan KB.
f) Apotek dapat menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan BMHP kepada Apotek lain, puskesmas, Instalasi Farmasi
Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, dalam kondisi:
- Terjadi kelangkaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
BMHP di fasilitas distribusi
- Terjadi kekosongan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
BMHP di fasilitas pelayanan kesehatan.
21
2) Pengawasan
a) Pengawasan dimaksudkan untuk review penyelenggaraan
pelayanan kefarmasian di Apotek.
b) Pengawasan dilakukan sejak Izin Apotek diperoleh.
c) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota termasuk Puskesmas
melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Apotek,
sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
d) Dalam melakukan pengawasan, dapat mengikutsertakan
Kementerian/Lembaga terkait, organisasi profesi, dan sektor
terkait.
e) Pengawasan dilakukan melalui:
- Pengecekan langsung lapangan secara rutin maksimal
sebanyak 1 (satu) kali dalam setahun.
- Pengecekan langsung lapangan secara insidental jika ada
indikasi pelanggaran berdasarkan pengaduan masyarakat.
- Pelaporan pelaku usaha.
- Pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap
penyelenggaraan pelayanan kefarmasian.
f) Dalam rangka pengawasan, penanggung jawab Apotek wajib
untuk:
- Melakukan Registrasi Apotek paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah mendapatkan Izin Apotek
- Menyampaikan self assessment penyelenggaraan Apotek 1
(satu) kali dalam setahun
- Menyampaikan Laporan pelayanan kefarmasian setiap
bulan
- Menyampaikan Laporan pemasukan dan
penyerahan/penggunaan narkotika dan psikotropika setiap
bulan
- Laporan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
24
2.3.1.1. Perencanaan
Perencanaann sediaan farmasi, alat kesehatan dan
BMHP merupakan tahap awal untuk menetapkan jenis
serta jumlah sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
yang sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2019 tentang
Petunjuk Teknik Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Apotek tujuan perencanaan yaitu:
5. Efisiensi biaya.
a. Metode Konsumsi
Metode konsumsi didasarkan pada data konsumsi
sediaan farmasi. Metode ini sering dijadikan perkiraan
yang paling tepat dalam perencanaan sediaan farmasi.
Klinik yang sudah mapan menggunakan metode
konsumsi. Metode konsumsi menggunakan data dari
konsumsi periode sebelumnya dengan penyesuaian
yang dibutuhkan.
Perhitungan dengan metode konsumsi didasarkan
atas analisa data konsumsi sediaan farmasi periode
sebelumnya ditambah stok penyangga (buffer stock),
stok waktu tunggu (lead time) dan memperhatikan sisa
stok.
27
Keterangan:
A = Rencana Pengadaan
B = Pemakaian rata-rata per bulan
C = Buffer stock (tergantung dengan kelompok Pareto)
D = Lead time stock
E = Sisa stok
b. Metode Morbiditas
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan
obat berdasarkan pola penyakit. Metode morbiditas
memperkirakan keperluan obat s/d obat tertentu
tersebut berdasarkan dari jumlah, kejadian penyakit dan
mempertimbangkan pola standar pengobatan untuk
penyakit tertentu.
Pada prakteknya, penggunaan metode morbiditas
untuk penyusunan rencana kebutuhan obat di Apotek
jarang diterapkan karena keterbatasan data terkait pola
penyakit.
Faktor yang perlu diperhatikan adalah
perkembangan pola penyakit dan lead time. Langkah-
langkah dalam metode morbiditas:
1) Mengumpulkan data yang diperlukan.
Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan
metode morbiditas:
a) Perkiraan jumlah populasi.
Komposisi demografi dari populasi yang akan
diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin untuk
umur antara:
1. 0 s.d. 4 tahun
2. 4 s.d. 14 tahun
3. 15 s.d. 44 tahun
4. >45 tahun
29
A B C
34
V VA VB VC
E EA EB EC
N NA NB NC
2.3.1.2. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk
merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan
disetujui, melalui pembelian. Untuk menjamin kualitas
pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi,
alat kesehatan dan BMHP harus melalui jalur resmi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengadaan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP di apotek
dilaksanakan dengan pembelian. Pembelian merupakan
suatu metode penting untuk mencapai keseimbangan yang
tepat antara mutu dan harga. Apabila ada dua atau lebih
pemasok, Apoteker harus mendasarkan pada kriteria
berikut: mutu produk (kualitas produk terjamin ada
NIE/Nomor Izin Edar), reputasi produsen (distributor
berizin dengan penanggungjawab Apoteker dan mampu
memenuhi jumlah pesanan), harga, berbagai syarat,
ketepatan waktu pengiriman (lead time cepat), mutu
pelayanan pemasok, dapat dipercaya, kebijakan tentang
barang yang dikembalikan, dan pengemasan. Pengadaan
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Pemesanan
Pengadaan sediaan farmasi dilaksanakan
berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani
Apoteker pemegang SIA dengan mencantumkan nomor
SIPA sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1. Surat
pesanan dibuat sekurang-kurangnya rangkap 2 (dua)
serta tidak dibenarkan dalam bentuk faksimili dan
fotokopi. Satu rangkap surat pesanan diserahkan
kepada distributor dan 1 (satu) rangkap sebagai arsip.
Apabila Surat Pesanan tidak bisa dilayani baik sebagian
atau seluruhnya, maka Apotek harus meminta surat
penolakan pesanan dari pemasok. Surat Pesanan
Narkotika hanya dapat diperoleh dari PT Kimia Farma
Trading and Distribution, Surat Pesanan Narkotika
memiliki 4 rangkap, Surat Pesanan Psikotropika
memiliki 3 rangkap dan Surat Pesanan Prekursor
memiliki 2 rangkap.
2. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu
penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima. Penerimaan dan
pemeriksaan merupakan salah satu kegiatan pengadaan
agar obat yang diterima sesuai dengan jenis, jumlah dan
mutunya berdasarkan Faktur Pembelian dan/atau Surat
Pengiriman Barang yang sah. Penerimaan sediaan
farmasi di Apotek harus dilakukan oleh Apoteker. Bila
Apoteker berhalangan hadir, penerimaan sediaan
farmasi dapat didelegasikan kepada Tenaga
Kefarmasian yang ditunjuk oleh Apoteker Pemegang
SIA. Pendelegasian dilengkapi dengan Surat
39
2.3.1.3. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan
memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi
yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu
sediaan farmasi. Tujuan penyimpanan adalah untuk
memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari
penggunaan yang tidak bertanggungjawab, menjaga
ketersediaan, serta memudahkan pencarian dan
pengawasan.
a. Psikotropika
Pengertian psikotropika menurut Permenkes
Nomor 2 Tahun 2021, psiktropika adalah zat/bahan
baku atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan
narkotika, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal
dan perilaku. Dalam Permenkes Nomor 2 Tahun
2021 tentang “Penetapan dan Perubahan
Penggolongan Psikotropika” ini disebutkan
psikotropika dibagi menjadi 4 golongan.
1) Golongan I
Golongan I merupakan psikotropika yang hanya
dapat untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: Deskloroketamin,
Flubromazolam, Flualprazolam, dan 2F-
Deskloroketamin.
2) Golongan II
Golongan II merupakan psikotropika yang
berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan
dalam terapi atau ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat sehingga mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh: Amineptina,
50
3) Golongan III
Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat
dan banyak digunakan dalam terapi atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang yang mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: Amobarbital, Butalbital,
Glutetimida, Katina, Pentazosina, Pentobarbital,
dan Siklobarbital.
4) Golongan IV
Golongan IV adalah psikotropika berkhasiat
pengobatan dan sangat luas digunakan dalam
terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh: Diazepam,
Estazolam, Klobazam, Alprazolam, Barbutal,
Lorazepam, dan lain-lain.
ketone
4. Ergometrine Phenylacetic
acid
5. Isosafrole Piperidine
6. Lysergic acid Sulphuric acid
7. 3,4-methylenedioxyphenyl- Toluene
2-propane
8. Norehedrine
9. 1-phenyl-2-propanone
10. Piperonal
11. PotassiumPermanganate
12. Pseudoephedrine
13. Safrole
Obat mengandung prekursor farmasi yang
disimpan di tempat yang aman berdasarkan analisis
risiko masing-masing Apotek. Apabila memiliki
obat yang mengandung prekursor farmasi yang
disimpan tidak dalam wadah asli, maka wadah harus
dilengkapi dengan identitas obat meliputi nama,
jumlah, bentuk dan kekuatan sediaan, isi dan jenis
kemasan, nomor batch, tanggal kadaluwarsa, dan
nama produsen. Memisahkan dan menyimpan obat
dengan aman obat mengandung prekursor farmasi
yang rusak, kadaluwarsa, dan izin edar dibatalkan
sebelum dimusnahkan atau dikembalikan kepada
Industri Farmasi atau PBF. Melakukan stock
opname secara berkala sekurang-kurangnya 6 bulan
sekali. Melakukan investigasi adanya selisih stok
dengan fisik saat stock opname dan
mendokumenkan hasil investigasi.
c. Obat-Obat Tertentu
53
4. Obat Narkotika
Tempat penyimpanan Narkotika harus mampu
menjaga keamanan, khasiat dan mutu serta dilarang
digunakan untuk menyimpan barang selain Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor Farmasi. Apotek harus
memiliki tempat penyimpanan Narkotika berupa lemari
khusus dan berada dalam penguasaan Apoteker. Lemari
khusus penyimpanan Narkotika harus mempunyai 2
(dua) buah kunci yang berbeda, satu kunci dipegang
oleh Apoteker dan satu kunci lainnya dipegang oleh
pegawai lain yang dikuasakan. Apabila Apoteker
berhalangan hadir dapat menguasakan kunci kepada
pegawai lain.
Narkotika adalah obat yang biasa mempengaruhi
keadaan psikis seseorang. Untuk mengelolanya
54
1) Narkotika Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi
yang sangat tinggi menimbulkan ketergantungan.
55
2.3.1.5. Pengendalian
Menurut Permenkes Nomor 73 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, pengendalian
dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui
pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan
dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan,
kedaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan.
Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu
stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok
sekurang-kurangnya memuat nama sediaan farmasi,
tanggal kedaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah
pengeluaran dan sisa persediaan.Pengendalian persediaan
adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya
sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan
program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan sediaan farmasi di
apotek.
1. Pengendalian Ketersediaan
Pengendalian ketersediaan dilakukan untuk meliat
apakah terjadi kekosongan atau kekurangan sediaan
farmasi di apotek yang terjadi karena beberapa faktor
yaitu::
a. Perencanaan yang kurang tepat
b. Perubahan kebijakan pemerintah (misalnya
perubahan e-katalog, sehingga sediaan farmasi yang
58
2. Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan
pendataan kegiatan administrasi sediaan farmasi, tenaga
dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada
pihak yang berkepentingan.
Tabel 2.3 Laporan yang dibuat Apotek
No. Jenis Laporan Kegunaan
1. Narkotik Untuk audit POM dan
keperluan perencanaan
2. Psikotropik Untuk audit POM dan
keperluan perencanaan
Banyak tugas/fungsi penanganan informasi dalam
pengendalian perbekalan farmasi (misalnya,
pengumpulan, perekaman, penyimpanan, penemuan
kembali, meringkas, mengirimkan dan informasi
penggunaan sediaan farmasi) dapat dilakukan lebih
efisien dengan komputer daripada sistem manual.
64
2.4.2. Dispensing
Dispensing yaitu kegiatan untuk menyiapkan, menyerahkan dan
memberikan informasi obat yang akan diserahkan kepada pasien.
Dispensing dilakukan setelah kajian administratid, farmasetik dan
klinik telah memenuhi persyaratan. terdiri dari penyiapan, penyerahan
dan pemberian informasi Obat. Setelah melakukan pengkajian resep
dilakukan hal sebagai berikut:
1) Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep yaitu
menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep,
mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal ke daluwarsa dan keadaan fisik
obat.
2) Melakukan peracikan obat bila diperlukan
3) Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a) Etiket warna putih untuk obat dalam atau oral.
b) Etiket warna biru untuk obat luar dan suntik.
c) Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk
suspensi atau emulsi.
4) Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk
obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari
penggunaan yang salah. Setelah menyiapkan obat dilakukan hal
sebagai berikut:
a) Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada
etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat atau
kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep.
b) Memanggil nama dan nomor tunggu pasien.
c) Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien.
67
2.3.4. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three prime
69
- Orpenadrine - Propoxyphene
- Chlordiapoxide - Pentazosine
- Meprobamate - Dipyridamole
- Secobarbital - Carisoprodol
d) dengan 6 (enam) macam diagnosis atau lebih
a. Persyaratan administrasi
1) Memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang
terakreditasi.
2) Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA).
74
TINJAUAN KHUSUS
77
78
.
Gambar 3.1 Logo PT. Kimia Farma Apotek
Budaya perusahaan yang dilakukan di setiap Apotek Kimia Farma
adalah AKHLAK yang merupakan singkatan dari kata-kata sebagai berikut
beserta maksudnya:
Gambar 3.3 Struktur Organisasi di Apotek Kimia Farma 399 Kebon Bawang
Pada saat ini saya diberikan kesempatan untuk Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma 399 Kebon Bawang yang dilaksanakan
mulai tanggal 4 – 31 Juli 2022. Selama proses PKPA mendapatkan gambaran
secara langsung di lapangan mulai dari pengelolaan apotek yang meliputi
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pelaporan, dan aspek usaha yang ada di
Apotek Kimia Farma 399 Kebon Bawang Pengalaman dan wawasan merupakan
pembekalan bagi calon sarjana farmasi muda dalam meneruskan pendidikan
profesi Apoteker. Apotek Kimia Farma 399 Kebon Bawang terletak di Jl. Bugis
No.25, RT.1/RW.11, Kebon Bawang, Kec. Tanjung Priok, Kota Jakarta Utara,
Daerah Khsus Ibukota Jakarta, 14320 dengan lokasi yang sangat strategis karena
berada di tepi jalan Kebon Bawang. Dimana arus lalu lintasnya yang ramai
dilewati oleh pengguna jalan. Apotek Kimia Farma 399 Kebon Bawang juga
berdekatan dengan Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Priok.
Apotek Kimia Farma 399 Kebon Bawang memiliki sumber daya manusia,
yang masing-masing memiliki tugas dan tanggung jawabnya dalam menjalankan
Apotek, diantaranya:
1. Apoteker Pengelola Apotek (APA)
Apoteker Pengelola Apotek (APA) di Apotek Kimia Farma 399 Kebon
Bawang memenuhi syarat sesuai dengan undang-undang yang berlaku yaitu
memiliki surat izin praktek dan mengucap sumpah Apoteker. APA sebagai
manajer pelayanan bertanggung jawab secara langsung. APA yang bekerja di
Apotek Kimia Farma 399 Kebon Bawang memiliki tugas dan tanggung jawab,
sebagai berikut:
83
84
2. Apoteker Pendamping
Tugas dari Apoteker Pendamping, yaitu:
a. Memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan swamedikasi kepada
pasien dan tenaga kesehatan kemudian mengisi form swamedikasi dan PIO.
b. Melakukan pengawasan layanan kefarmasian.
c. Merapikan dan mengarsipkan resep.
d. Melakukan pelaporan dan pencatatan setoran setiap hari.
d. Memelihara buku harga dan kalkulasi harga obat yang akan dijual sesuai
dengan kebijaksanaan harga yang telah ditentukan.
e. Membina serta memberi petunjuk soal teknis farmasi kepada bawahannya
terutama dalam pemberian informasi kepada pasien.
f. Mengatur dan mengawasi data-data administrasi untuk penyusunan laporan
manajerial dan pertanggungjawabannya.
g. Mempertimbangkan saran-saran yang diterima dari bawahannya serta
meneruskan atau mengajukan saran-saran untuk perbaikan pelayanan
kemajuan Apotek kepada APA.
h. Mengusulkan untuk menambah pegawai baru, penempatan, kenaikan
pangkat atau golongan atau jabatan, peremajaan bagi karyawan bawahannya
kepada APA.
i. Mengatur dan mengawasi pengamanan uang hasil penjualan tunai setiap
hari.
j. Memeriksa kembali resep-resep yang telah dikerjakan dan laporan-laporan
obat yang harus ditandatangani oleh APA (narkotika dan psikotropika).
4.1.2. Pengadaan
Pengadaan obat merupakan suatu proses penyediaan obat dan alat
kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di Apotek.
Pengadaan obat dilakukan dengan cara pembelian. Tujuan dari
dilakukannya pengadaan, yaitu:
a. Memperoleh obat yang dibutuhkan dengan harga yang layak, mutu
baik, pengiriman obat terjamin tepat waktu, proses berjalan lancar
tidak memerlukan waktu dan tenaga yang berlebihan.
b. Untuk tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai
kebutuhan yang mutunya terjamin serta dapat diperoleh pada saat
diperlukan.
Berikut beberapa macam cara pengadaan, yaitu:
1) Pemesanan Narkotika
Pemesanan narkotika dilakukan dengan cara menggunakan
surat pemesanan yang berbeda dengan surat pemesanan obat-obat
lain. Blanko surat pemesanan narkotika didapatkan langsung dari
PBF Kimia Farma. Satu blangko surat pemesanan narkotik hanya
berlaku untuk satu jenis obat narkotik saja yang dimana model
blanko pemesanannya khusus. Surat pemesanan obat narkotika
ditujukan untuk PBF Kimia Farma. Hal ini karena hanya PBF
88
2) Pemesanan Psikotropika
Pemesanan obat-obat psikotropika juga menggunakan surat
pemesanan khusus psikotropika, namun untuk satu blangko surat
pemesanan obat psikotropika dapat memesan beberapa obat
psikotropika. Surat pemesanan ini ditandatangani oleh Apoteker
Pengelola Apotek (APA). Surat pemesanan psikotropika terdiri dari
3 rangkap, yaitu rangkap pertama diberikan kepada PBF (asli),
rangkap kedua diserahkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dan rangkap ketiga disimpan sebagai arsip
Apotek.
4) E-Purchasing
Pengadaan obat di Apotek Kimia Farma 399 Kebon Bawang
dengan cara E-Purchasing berdasarkan E-Catalogue. E-Purchasing
89
5) Konsinyasi
Apotek Kimia Farma 399 Kebon Bawang melakukan
pengadaan dengan menerapkan metode konsinyasi. Metode
konsinyasi dilakukan dengan cara menerima barang titipan seperti
alat kesehatan, multivitamin dan suplemen kesehatan. Barang
konsinyasi dilakukan pengentrian faktur jika barang sudah terjual.
Jika barang tersebut belum terjual maka hanya dilakukan
pengentrian penerimaan barang di komputer saja.
Dalam pengadaan ada beberapa strategi yang dilakukan,
diantaranya yaitu:
a. Pengadaan secara kolektif yaitu pembelian secara bersamaan.
b. Spekulatif jika kemungkinan adanya kenaikan harga atau bonus
dan diskon-diskon khusus pada periode pengadaan selajutnya.
c. Pengadaan berdasarkan sistem min-max.
90
BM APOTEK DISTRIBUTOR
Gambar 4.1 Alur Pengadaan di Apotek Kimia Farma 399 Kebon Bawang
Keterangan:
92
4.1.3. Penerimaan
Penerimaan perbekalan farmasi merupakan kegiatan untuk
menerima sediaan farmasi yang telah diadakan. Penerimaan barang di
Apotek Kimia Farma 399 Kebon Bawang harus dilakukan sebagai
berikut:
1. Adanya bukti dropping berwarna putih.
2. Barang dari PBF disertai faktur barang.
Barang yang datang ke Apotek harus dilakukan pengecekkan
terlebih dahulu terhadap kesesuaian antara faktur, SP, dan barang
yang datang. Pemeriksaan meliputi nama barang/obat, jumlah,
kekuatan sediaan obat, expired date, nomor batch, kondisi fisik
93
4.1.4. Penyimpanan
Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma 399 Kebon Bawang
disusun berdasarkan golongan obat, bentuk sediaan, farmakologi, suhu
penyimpanan alfabetis dan obat kategori khusus. Penataan
menggunakan sistem First In First Out (FIFO), First Expired First
Out (FEFO) metode ini bertujuan agar barang yang mendekati
Expired date dan barang yang terlebih dahulu masuk yang terlebih
dulu dijual dan setiap item obat memiliki kartu stoknya tersendiri
dimana kartu stok ini berguna untuk mengetahui barang masuk dan
sisa stok obat yang masih ada. Obat-obat di Apotek Kimia Farma 399
Kebon Bawang disusun berdasarkan:
1. Golongan obat, misalnya: obat bebas akan disimpan di swalayan,
obat keras, obat narkotik dan psikotropik akan disimpan di Apotek,
dan lain-lain.
2. Bentuk sediaan obat disusun berdasarkan bentuk sediaan obat
seperti sirup, tablet dan salep.
3. Kelas terapi, misalnya: obat-obat analgetik, kolestrol, DM, saluran
cerna, hormon dan lain-lain.
94
4.1.5. Distribusi
Pendistribusian obat di Apotek Kimia Farma 399 Kebon
Bawang yaitu pelayanan obat dengan resep dokter, obat-obat tanpa
resep Dokter/UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri) dan obat-obat
bebas, baik tunai maupun kredit.
1. Pelayanan obat bebas
Pelayanan obat bebas di Apotek Kimia Farma 399 Kebon
Bawang yaitu pasien yang datang dan dilayani langsung oleh
petugas pelayanan dan kasir di swalayan serta konsultasi pemilihan
obat dilayani baik oleh Apoteker/TTK. Pelayanan menggunakan
95
Skrinning resep
Simpan data
Perubahan resep
Ya Tidak
Konfirmasi dokter
Konfirmasi pasien
Skrinning resep
98
Penyiapan obat
4.1.6. Pengendalian
Pengendalian obat di Apotek Kimia Farma 399 Kebon Bawang
yaitu mengawasi agar pengelolaan barang dapat dilaksanakan secara
efisien. Pengendalian persediaan perbekalan farmasi berperan penting
dalam upaya memperkirakan jumlah persediaan yang tepat, dengan
jumlah yang tidak terlalu besar dan terlalu kecil dibandingkan dengan
jumlah atau permintaan yang ada. Namun, karena banyaknya jenis
barang dengan nilai investasi yang berbeda maka diperlukan suatu
sistem untuk mengendalikannya. Dengan demikian, bahwa
pengendalian persediaan barang merupakan nilai yang sangat besar.
Makin besar persediaan yang disimpan maka akan semakin besar
opportunity cost nya dan jika persediaannya kecil, dikhawatirkan
sewaktu-waktu akan terjadi kekosongan perbekalan farmasi.
Pengendalian persediaan obat yang ada di Apotek Kimia Farma 399
Kebon Bawang yaitu sebagai berikut:
99
1. Stock Opname
Stock opname dilakukan untuk mengecek jumlah barang (fisik)
dengan pendataan di komputer, menjamin kualitas, kuantitas, dan
terhindar dari kerusakan dan kedaluwarsa. Berdasarkan hasil
observasi, stock opname merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mencocokan kondisi fisik barang stock yang ada di komputer dan
dengan bukti pembukuan atau dokumen sumber (penerimaan
permintaan, pengeluaran dan pemeriksaan barang) sehingga bisa
diketahui kualitas, kuantitas dan waktu kedaluwarsa dari barang
tersebut. Stock opname dilakukan setiap 3 bulan sekali.
2. Sistem Forecasting
Sistem forecasting merupakan pendokumentasian/pencatatan
mengenai pemesanan obat ke supplier. Sistem ini digunakan untuk
mencatat barang atau obat yang harus dipesan untuk memenuhi
kebutuhan ketersediaan barang atau obat. Sistem ini bekerja dengan
secara otomatis langsung di komputer pada saat ada transaksi.
Fungsi sistem ini untuk mengecek barang dan stok barang,
menghindari kelupaan pemesaan kembali barang.
3. Uji Petik
Uji petik yaitu kegiatan pemeriksaan ketersediaan perbekalan
farmasi dan alat kesehatan dengan membandingkan stok yang
tersedia di Apotek dan yang ada di POS agar mengetahui ada atau
tidak adanya selisih antara dua data yang ada.
4. Kartu Stok
Kartu stok yaitu kartu laporan persediaan barang atau
ringkasan pergerakan persediaan dan sisa saldo. Laporan ini berisi
informasi dari pergerakan yang mencakup saldo awal,
penerimaan stok, penerbitan stok, dan saldo akhir. Adanya
transaksi penjualan obat biasanya dilakukan pencatatan kartu stok
guna mengetahui isi saldo stok awal dan akhir sehingga
mempermudah untuk mengetahui jejak penjualan obat jika terjadi
selisih antara stok dengan saldo yang ada di kartu.
100
4.2.3. Peracikan
Untuk peracikan tentunya harus terjamin kebersihan sebelum
dan sesudah peracikan. Ruangan peracikan harus selalu bersih dan
ditata sedemikan rupa supaya hasil peracikan tidak terkontaminasi
oleh debu dan bakteri. Penataan yang baik akan memudahkan bagian
peracikan untuk mengerjakan resep. Apabila Apotek Kimia Farma
399 Kebon Bawang menerima resep, setelah resep diskrinning,
kemudian alur pengerjaan selanjutnya yaitu sebagai berikut:
1. Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik.
2. Peracikan obat.
3. Pemberian etiket warna putih untuk penggunaan oral atau dalam
dan etiket warna biru untuk pemakaian luar.
4. Memasukkan obat kedalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk
obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan pengguna yang
salah. Setelah obat sudah disiapkan maka obat tersebut siap untuk
diserahkan ke pasien, namun sebelum obat diserahkan kepada
pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali mengenai penulisan
nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah
obat. Hal ini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang
rasional oleh pasien.
105
4.2.4. Etiket
Jenis etiket yang harus tersedia yaitu etiket putih untuk
pemakaian obat dalam dan etiket biru untuk pemakaian luar. Dalam
pembuatan etiket tentunya memuat nama apotek, nama apoteker
pengelola apotek beserta SIP dan alamat serta nomor telpon Apoteker.
Dalam etiket memuat tanggal penulisan etiket, nama pasien, cara
pemakian obat, jenis obat yang diberikan dan nama obat serta khasiat
dari obat tersebut.
4.2.11. Swamedikasi
Swamedikasi Apotek Kimia Farma 399 Kebon Bawang
menggunakan metode WWHAM (Who, What, How, Action,
Medication) yaitu menanyakan siapa yang sakit, apa gejala atau
keluhannya, berapa lama gejala tersebut dirasakan, tindakan apa yang
telah dilakukan, dah obat apa yang sedang dan atau telah digunakan.
Berdasarkan metode tersebut, Apoteker kemudian memilihkan obat-
obatan yang sesuai dengan keluhan pasien tersebut. Setelah pasien
setuju menyelesaikan pembayarannya obat disiapkan, kemudian
diserahkan.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
yang dilaksanakan di Apotek Kimia Farma 399 Kebon Bawang periode 4 –
31 Juni 2022 dapat diberikan beberapa kesimpulan yaitu, sebagai berikut:
5.2. Saran
1. Diharapkan adanya peningkatan terhadap komunikasi, informasi dan
edukasi obat kepada pasien guna menghindari terjadinya kesalahan
dalam penggunaan obat.
2. Diharapkan pemberian label LASA dan High Alert diberikan secara
keseluruhan dan lengkap pada obat-obatan yang memang perlu diberikan
kedua label tersebut. Baik pada penyimpanan obat di area pelayanan
ataupun area gudang. Agar resiko kesalahan penyerahan obat dapat
dihindari semaksimal mungkin.
3. Diharapkan adanya tambahan perluasan area gudang, diharapkan juga
ada tambahan fasilitas untuk ruang khusus konseling. Karena hingga saat
ini, ruang farmasi Apotek Kimia Farma 399 Kebon Bawang belum
memiliki ruang konseling. Padahal ruang konseling merupakan salah satu
aspek pendukung pelayanan kefarmasian.
111
112
113
114
115
116
ADMINISTRATIF
Nama Dokter Ada
SIP Dokter Ada
Alamat Dokter Ada
Tanggal Penulisan Resep Ada
Tanda Tangan/Paraf Penulisan Resep Ada
Nama Pasien Ada
Alamat Pasien Ada
Umur Pasien Tidak ada
Berat Badan Pasien Tidak ada
129
130
FARMASETIK
Bentuk Sediaan Tidak ada
Dosis Obat Ada
Stabilitas Stabil
Inkompabilitas Tidak ada
Cara Pemberian Lengkap
Lama Pemberian Tidak ada
KLINIS
Alergi Tidak ada
Kesesuaian :
Glimepirid Durasi :
1x sehari 1 tablet sebelum makan
Dosis :
2 mg
Jumlah Obat :
30 tablet
Komposisi :
Glimepirid 1 mg, 2 mg, 3 mg, 4 mg
Indikasi :
Diabetes Mellitus tipe 2
Dosis Harian :
1-8 mg/hari (diberikan 1x sehari)
Dosis Maksimal :
8 mg/hari. Diberikan sebelum makan
Kontra Indikasi :
Gangguan fungsi hati, gagal ginjal,
(K.I) porfiria, ketoasidosis, kehamilan dan
menyusui
Interaksi Obat : Meningkatkan resiko hipoglikemik
(I.O) jika diberikan bersama dengan
insulin, alkohol, fenformin,
sulphonamide, salisilat dosis besar,
phenylbutazone, oksifenbutazon,
probenecid, dikumarol,
chloramphenicol, penghambat MAO,
guanetidin, anabolik steroid,
fenfluramin, dan klofibrat.
Efek Samping : Hipoglikemia, peningkatan berat
(E.S) badan, mual, muntah, diare,
konstipasi, gangguan fungsi hati
(cholestatic jaundice, hepatitis, gagal
fungi hati), reaksi hipersensitivitas,
gangguan darah (leukopenia,
trombositopenia, agranulositosis,
pansitopenia, anemia hemolitik, dan
anemia aplastik)
131