Disusun oleh:
Disusun Oleh :
Pembimbing Fakultas
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
mengetahui :
Ketua Progra m Studi Profesi Apoteker
Univ. 17 Agustus 1945 Jakarta
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkah, rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan dan laporan
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Alam yang berlokasi di Jalan
Letnan Jaimas No.8, Palembang periode 25-19 Oktober 2021. Laporan PKPA ini
disusun sebagai salah satu syarat persyaratan yang harus dipenuhi untuk
memperoleh gelar Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945
Jakarta dengan harapan agar calon Apoteker mendapat gambaran secara jelas
mengenai peran dan tugas Apoteker di Apotek sebagai salah satu tempat
pengabdian profesi Apoteker.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya untuk yang telah meluangkan waktu, pikiran
dan tenaga dalam memberikan memberikan bimbingan, dukungan dan saran
selama pelaksanaan PKPA dan penyusunan laporan ini. Pada kesempatan ini,
tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu apt. Yelfi Anwar, M. Farm selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
17Agustus 1945 Jakarta.
2. Ibu apt. Nuzul Fajriani, M.Sc iselaku Ketua Program Studi ProfesiApoteker
Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
3. Ibu apt. Dra Lilih Riniwasih K, M.Farm selaku Dosen pembimbing di Universitas
17 Agustus 1945 Jakarta yang telah memberikan bimbingan,arahan dan
perhatiannya kepada kami selama penulisan laporan ini.
4. Ibu apt. Karua Idoosty, S.Si., Selaku Pembimbing Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Apotek Alam yang selalu memberikan bantuan dan
bimbingan.
5. Kepada orang tua dan keluarga tercinta yang senantiasa memberikan
bantuan berupa pengorbanan materi, semangat, serta doa kepada penulis.
6. Seluruh staf Apotek Alam yang telah turut membantu dan membimbing
kami dalam pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA).
Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat
banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu penulis
menerima segala kritik dan saran untuk perbaikan dikemudian hari. Ilmu dan
pengalaman yang telah di peroleh penulis selama menjalani Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Apotek Alam ini dapat berguna bagi calon Apoteker sebagai
bekal untuk terjun ke masyarakat dalam rangka pengabdian profesi serta
kepustakaan di Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
Penulis
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data-Data Jumlah Lembar Resep dan Jumlah R/ Per 25 oktober– 19
november 2021 Apotek Alam Palembang ............................................. 62
Tabel 2. Logo Apotek Alam Palembang Data-Data Jumlah Resep Racikan dan
Formula ................................................................................................ 62
ix
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan didefinisikan sebagai hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia. Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis termasuk di dalamnya mendapat pelayanan kesehatan. Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam rangka melakukan upaya
kesehatan terasebut perlu didukung dengan sumber daya kesehatan, khususnya
tenaga kesehatan yang memadai baik dari segi kualitas, kuantitas maupun
pembayaran. Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009,
salah satu sumber daya di bidang kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan.
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh apoteker. Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang
dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung
dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien. Apotek berperan penting dalam mendukung upaya pemerintahan untuk
menyediakan pelayanan kesehatan yang memadai dan terjangkau bagi masyarakat
(Permenkes No 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasiaan di
Apotek).
Pekerjaan kefarmasian meliputi pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat
atas resep dokter, informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pekerjaan
kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan, kemanusiaan,
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
a = biaya tetap
c = Harga jual persatuan
x = Jumlah produk yang dijual
b = Biaya variabel per satuan
Jadi perhitungan Break Even Point (impas) dalam unit atau satuan produk
yang dijual (Purwanti, 2013:247) sebagai berikut:
BEP (unit) = Biaya Tetap/Contribution Margin Tertimbang
yang memiliki SIA (Surat Izin Apotek), boleh memiliki paling banyak 2 SIPA di
fasilitas pelayanan kefarmasian lain.
2.3.2 Lokasi dan Kelengkapan Apotek
a. Lokasi
Menurut peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran Apotek di wilayahnya dengan
memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kefarmasian.
Lokasi Apotek harus memenuhi Persyaratan kesehatan lingkungan Apotek dapat
didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan dan komoditi lainnya
di luar sediaan farmasi. Selain itu juga mempertimbangkan segi penyebaran dan
pemerataan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, dan kemampuan daya beli
penduduk di sekitar lokasi Apotek, dan keamanan (Kemenkes RI, 2017).
b. Bangunan dan Kelengkapan
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Bangunan
Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan kemudahan dalam
pemberian pelayanan kepada pasien termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan
orang lanjut usia. Selain itu, apotek harus mempunyai luas yang cukup dan
memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan
tugas dan fungsi apotek, serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang
farmasi. Bangunan apotek harus bersifat permanen dan merupakan bagian
dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah kantor,
rumah susun, dan bangunan yang sejenis (Kemenkes RI, 2017). Selain itu
bangunan apotek harus dilengkapi dengan:
1) Sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang baik, alat
pemadam kebakaran yang befungsi baik, ventilasi dan sistem sanitasi yang
baik dan memenuhi syarat higienis, serta papan nama.
2) Penerangan yang cukup sehingga dapat menjamin pelaksanaan tugas dan
fungsi apotek.
3) Mempunyai alat pemadam kebakaran minimal dua buah yang masih
berfungsi dengan baik.
4) Ventilasi dan sistem sanitasi yang memenuhi persyaratan hygiene lainnya.
18
5) Papan nama terdiri atas papan nama Apotek yang memuat paling sedikit
informasi mengenai nama apotek, nomor SIA, dan alamat, serta papan
nama praktik apoteker yang memuat paling sedikit informasi mengenai
nama apoteker, nomor SIPA, dan jadwal praktik apoteker. Papan nama
harus dipasang di dinding bagian depan bangunan atau dipancangkan di
tepi jalan, secara jelas dan mudah terbaca. Selain itu, jadwal praktik
apoteker harus berbeda dengan jadwal praktik apoteker yang bersangkutan
di fasilitas kefarmasian lain. (Kemenkes RI Nomor 9, 2017).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 9 Tahun 2017 tentang
apotek, sarana dan prasarana apotek ditujukan untuk menjamin mutu sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta kelancaran praktik
pelayanan kefarmasian, sarana dan prasarana di apotek terdiri atas:
1) Area Penerimaan Resep
Area ini ditempatkan di bagian paling depan sehingga mudah terlihat oleh
pasien. Sekurang kurangnya terdiri atas counter penerimaan resep serta
satu set komputer untuk melakukan pekerjaan administrasi.
2) Ruang Pelayanan Resep dan Peracikan
Ruang pelayanan resep dan peracikan meliputi rak obat dan meja
peracikan. Sekurang-kurangnya tersedia peralatan peracikan, timbangan
obat, air minum (mineral) untuk pengencer, sendok obat, bahan pengemas
obat, lemari pendingin, termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket,
dan label obat. ruangan dapat dilengkapi dengan pendingin ruangan.
3) Area Penyerahan Obat
Area penyerahan obat berupa counter penyerahan obat yang dapat
digabungkan atau bersebelahan dengan counter penerimaan resep.
4) Ruang Konseling
Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi
konseling, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku
catatan konseling dan formulir catatan pengobatan pasien.
5) Ruang Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai (BMHP).
19
Psikotropika
1. Golongan 1
Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini memiliki potensi yang
tinggi menyebabkan kecanduan. Selain itu, zat tersebut juga termasukdalam
obat-obatan terlarang yang penyalahgunaannya bisa dikenai sanksi hukum.
22
Jenis obat ini juga bukan untuk pengobatan, melainkan untuk tujuan
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Contohnya adalah
deskloroketamin dan semua isomer serta semua bentuk stereo kimianya, dan
2f-deskloroketamin.
2. Golongan 2
Psikotropika golongan ini juga memiliki risiko ketergantungan yang cukup
tinggi. Biasanya obat-obatan golongan ini ditujukan untuk menyembuhkan
berbagai penyakit. Penggunaannya harus sesuai dengan resep dokter agar
tidak memberikan efek kecanduan. Contohnya adalah Amineptina,
Etizolam, Diclazepam, dan Etilfenidat.
3. Golongan 3
Golongan 3 memberikan efek kecanduan yang terhitung sedang, akantetapi
ia tetap harus sesuai dengan resep dokter. Jika dipakai dengan dosis
berlebih, kerja sistem juga menurun secara drastis. Contohnya adalah
Amobarbital, Butalbital, Flunitrazepam, dan Glutetimida.
4. Golongan 4
Golongan 4 memiliki risiko kecanduan yang kecil dibandingkan dengan
yang lain. Namun, tetap saja jika pemakaiannya tidak mendapat pengawasan
dokter maka ia bisa menimbulkan efek samping yang berbahaya, bahkan
kematian. Penyalahgunaan obat-obatan pada golongan 4 terbilang cukup
tinggi. Contohnya adalah Allobarbital, Alprazolam, Aminoreks, Barbital,
Benzfetamina, dan Diazepam.
d. Narkotika
Narkotika adalah zat atau Obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilang rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat menimbulkan ketergantungan.
23
1. Narkotika Golongan I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,
serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: Opium mentah, tanaman koka, daun koka, kokain mentah, heroina,
metamfetamina, dan tanaman ganja.
2. Narkotika Golongan II
Narkotika golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Ekgonina, Morfin Metobromida,
dan Morfina.
3. Narkotika Golongan III
Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Etilmorfina,
Kodeina, Polkodina, dan Propiram.
2.4 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotik
2.4.1 Pengelolaan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
a. Pengelolaan Narkotika Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3
Tahun 2015 Meliputi:
1. Pengadaan Obat Narkotika
Pengadaan obat Narkotika adalah suatu proses dimana untuk menyediakan
obat Narkotika yang dibutuhkan di unit pelayanan kesehatan. Tujuan pengadaan
obat Narkotika adalah tersedianya obat narkotika dengan jenis dan jumlah yang
24
cukup sesuai kebutuhan dengan mutu yang terjamin serta dapat diperoleh saat
dibutuhkan. Apotek hendaknya membuat membuat pengadaan kebutuhan obat
Narkotika. Pengadaan obat Narkotika wajib dilengkapi dengan Surat Pesanan
(SP). Menurut Badan POM RI (2018) bahwa surat pesanan obat Narkotika ke PBF
(Pedagang Besar Farmasi) terdiri atas:
a) Surat pesanan menggunakan sistem elektronik
- Mencantumkan nama sarana sesuai izin (disertai nomor izin) dan alamat
lengkap (termasuk nomor telepon/faksimili bila ada) dan stempel sarana.
- Mencantumkan nama fasilitas distribusi pemasok beserta alamat lengkap.
- Mencantumkan nama, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah (dalam bentuk
angka dan huruf) dan isi kemasan (kemasan penyaluran terkecil atau tidak
dalam bentuk eceran) dari obat yang dipesan.
- Menberikan nomor urut, nama kota, dan tanggal dengan penulisan yang
jelas.
- Surat pesanan narkotika dibuat terpisah dari surat pesanan untuk obat lain.
b) Surat pesanan dibuat secara manual
- Asli dan dibuat sekurang-kurangnya rangkap 3.
- Ditandatangani oleh apoteker/tenaga teknis kefarmasian penanggung
jawab, dilengkapi dengan nama jelas, dan nomor Surat Izin Praktik
Apoteker (SIPA).
- Dicantumkan nama sarana sesuai izin (disertai nomor izin) dan alamat
lengkap (termasuk nomor telepon/faksimili bila ada) dan stempel sarana.
- Dicantumkan nama, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah (dalam bentuk
angka dan huruf) dan isi kemasan (kemasan penyaluran terkecil atau tidak
dalam bentuk eceran) dari obat yang dipesan.
- Surat pesanan narkotika dibuat terpisah dari surat pesanan untuk obat lain.
2. Penerimaan Narkotika
Penerimaan narkotika dari PBF harus diterima oleh APA atau dilakukan
dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut
setelah sebelumnya dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat
diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang
25
dipesan.
3. Penyimpanan Obat Narkotika
Harus disimpan secara khusus untuk menjamin mutu dan keamanan dalam
penyimpanan. Syarat-syarat penyimpanan narkotika yaitu:
a. Terbuat dari bahan yang kuat.
b. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yangberbeda.
c. Harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang untuk apotek.
d. Menggunakan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO).
e. Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk apotek,
instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, instalasi farmasi klinik, dan
lembaga ilmu pengetahuan.
f. Kunci lemari khusus dikuasai oleh apoteker penanggung jawab atau apoteker
yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
4. Pendistribusian Obat Narkotika
Pendistribusian obat adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
pengeluaran dan pengiriman obat, tepat jenis dan jumlahnya dari gudang obat
secara merata dan teratur untuk memenuhi pesanan dan permintaan di unit-unit
pelayanan kesehatan. Penyerahan obat narkotika kepada pasien dilakukan
berdasarkan resep dokter dan merupakan resep asli
5. Dokumentasi
Meliputi dokumen pengadaan yaitu berupa surat pesanan ke PBF dan
faktur penjualan dari PBF, dokumen penyalur yaitu resep dokter dan dokumen
pemusnahan jika ada dilakukannya pemusnahan obat Narkotika
6. Pencatatan dan Pelaporan Obat Narkotika
Setiap apotek wajib membuat, menyampaikan, menyimpan laporan
berkala obat narkotika setiap bulannya dan paling lambat dilaporkan pada tanggal
10 dari setiap bulannya. Laporan bulanan dikirim oleh pihak apotek kepada
Dinkes Prov/Kab/Kota tembusan Kepada Kepala Balai setempat.
7. Pemusnahan Obat Narkotika
26
2. Penyimpanan
Obat yang mengandung prekursor farmasi di apotek harus disimpan
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Obat mengandung prekursor farmasi disimpan di tempat yang aman
berdasarkan analisis risiko masing-masing apotek.
b. Apabila memiliki obat mengandung prekursor farmasi yang disimpan tidak
dalam wadah asli, maka wadah harus dilengkapi dengan identitas obat
meliputi nama, jumlah, bentuk dan kekuatan sediaan, isi danjenis kemasan,
nomor batch, tanggal kadaluwarsa, dan nama produsen.
c. Memisahkan dan menyimpan dengan aman obat mengandung Prekursor
Farmasi yang Rusak, Kadaluwarsa, dan Izin edar dibatalkan sebelum
dimusnahkan atau dikembalikan kepada Industri Farmasi/PBF.
d. Melakukan stock opname secara berkala sekurang-kurangnya 6 (enam)
bulan sekali.
e. Melakukan investigasi adanya selisih stok dengan fisik saat stock opname
f. dan mendokumentasikan hasil investigasi.
3. Penyerahan
a. Penyerahan obat mengandung prekursor farmasi harus memperhatikan
kewajaran jumlah yang diserahkan sesuai kebutuhan terapi.
b. Penyerahan obat mengandung prekursor farmasi diluar kewajaran harus
dilakukan oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotek atau Apoteker
Pendamping.
c. Pendamping setelah dilakukan screening terhadap permintaan obat.
d. Hal-hal yang harus diwaspadai dalam melayani pembelian obat
mengandung prekursor farmasi:
- Pembelian dalam jumlah besar misalnya oleh Medical
Representative/Sales dari industri farmasi atau PBF.
- Pembelian secara berulang-ulang dengan frekuensi yang tidak wajar.
4. Pemusnahan
Pemusnahan prekursor farmasi atau obat yang mengandung prekursor
farmasi di apotek dilakukan dengan ketentuan sebagi berikut:
29
merupakan obat yang telah habis masa patennya, sehinggadapat diproduksi oleh
semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar royalti. Ada dua jenis obat
generik yaitu obat generik bermerek dagang dan obat generik berlogo yang
dipasarkan dengan merek kandungan zat aktifnya.
2.4.5 Perpajakan
Berdasarkan kelompoknya pajak ada beberapa macam dan semuanya harus
dibayar oleh apotek meliputi:
1. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya berada pada
pemerintah daerah baik tingkat provinsi maupun kabupaten. Pajak daerah
ditentukan oleh masing-masing daerah, dan macam pajak yang harus dibayar
adalah:
2. Pajak Reklame atau Iklan
Pajak reklame adalah pajak yang dikenakan terhadap pemasangan papan
nama apotek di luar atau di dalam lingkungan apotek. Pajak tergantung lokasi dan
besar papan nama apotek. Jika nama apotek ditulis atau disertakan di dalam papan
nama suatu perusahaan tertentu, pajak reklame akan ditanggung oleh perusahaan
tersebut.
a) Surat Keterangan Ijin Tempat Usaha
b) Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) (UU R. I, 2000).
3. Pajak Pusat
Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat. Pajak pusat
meliputi:
a. Pajak Tidak Langsung
Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya bisa dilimpahkan
pada pihak lain:
1) Bea Materai untuk kwitansi lebih dari Rp 250.000,00 dikenakan biaya
materai
2) Pajak Pertambahan Nilai (PPN), merupakan pajak tak langsung yang
dikenakan pada setiap pembelian berapa pun jumlah rupiah yang
dibelanjakan. Besarnya pajak yang harus dibayar sebesar 10% dari jumlah
pembelian. Misalnya untuk setiap pembelian obat khususnya untuk PBF
yang PKP (Pengusaha Kena Pajak) maka dikenai PPN sebesar 10%.
b. Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak
42
43
44
memiliki “bisa” yang dapat menjadi racun maupun obat dan gelas menunjukan
bahwa efek yang dihasilkan tersebut, bergantung pada dosinya.
3.3 Lokasi Apotek Alam Palembang
Apotek Alam Palembang terletak di Jalan Letnan Jaimas No. 8
Palembang. Apotek ini cukup strategis karena terletak dipinggir Jalan dan pusat
perbelanjaan kota Palembang, selain itu Apotek ini juga menyediakan pratik
dokter umum untuk memudahkan pasien yang ingin berobat. Sehingga
memberikan keuntungan terhadap apotek yaitu dekat kepada calon pembeli yang
dapat meningkatkan omset apotek.
3.4 Tata Ruang Apotek Alam Palembang
Apotek Alam terdiri dari 1 lantai dan di lengkapi dengan tempat parkir.
Adapun ruangan yang terdapat pada Apotek Alam adalah tempat pelayanan
kefarmasian yang terdapat ruang konseling apoteker, ruang tunggu pasien, tempat
penerimaan resep dan penyerahan obat, ruang peracikan dan ruang administrasi.
Terdapat juga barang over the counter di dekat ruang tunggu sehingga
memudahkan konsumen untuk melihat, memilih, dan membeli obat obat bebas
serta kebutuhan kesehatan lainnya dan praktik dokter umum. Serta memiliki
perlengkapan CCTV dan kipas angin yang berfungsi sebagai fasilitas keamanan
dan kenyamanan.
Ruang tunggu terdapat didepan pintu masuk apotek. Ruangan ini
dilengkapi dengan tempat duduk dan televisi. Tempat penerimaan dan penyerahan
obat, tempat ini di batasi etalase yang tingginya sebatas dada yang membatasi
ruang dalam apotek dengan pasien. Ruang konseling apoteker yang terdapat di
sebelah tempat penyerahan obat, pada ruang ini dilengkapi dengan 1 set meja dan
kursi.
Tempat penyiapan obat terletak di bagian belakang tempat penerimaan
resep dan penyerahan obat yang dibatasi oleh dinding dan pintu. Penyimpanan
obat di Apotek Alam bedasarkan alphabet dan bentuk sedian sedangkan untuk
obat narkotika dan psikotropika diletakkan di lemari yang khusus memiliki pintu
gandadan dengan double kunci. Terdapat pula lemari es untuk menyimpan obat-
obat seperti suppositoria dan ovula selanjutnya terdapat meja untuk menyiapkan
45
obat dan membuat etiket sebelum di serahkan kepada pasien. Selain itu di meja ini
jugadilakukan peracikan, pencampuran dan pengemasan obat sesuai dengan resep
dokter. Terdapat juga ruang lainnya yang terdiri dari toilet yang terletak di
belakang ruang penyiapan obat, gudang, dan tempat praktik dokter.
3.5 Struktur Organisasi
Bagian
Keuangan
harga yang lebih tinggi di luar jam kerja biasa, dalam arti harga tetap sama
disegala jam dan waktu operasional.
b. Keaslian Obat
Apotek Alam berkomitmen untuk menyediakan obat hanya dari sumber-
sumber dengan prosedur resmi, sehingga keaslian obat lebih terjamin.
c. Melayani Masyarakat
Apotek Alam Palembang berkomitmen dengan semaksimal mungkin
memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat di sekitar lokasi gerai.
3.7 Tugas dan Tanggung Jawab Personil Apotek Alam Palembang
3.7.1 Apoteker Pengelola Apotek
Apoteker Pengelola Apotek (APA) bertanggung jawab terhadap seluruh
kegiatan apotek dan mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut:
1. Bertanggung jawab atas kelancaran jalannya usaha apotek.
2. Memimpin dan menentukan kebijakan seluruh kegiatan teknis kefarmasian.
3. Memberikan pelayanan informasi tentang perbekalan farmasi kepada
konsumen, dokter, serta masyarakat yang membutuhkan.
4. Membuat dan menyusun laporan narkotika dan psikotropika.
5. Memberikan petunjuk tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
pelayanan kefarmasian kepada asisten apoteker, kasir, bagian umum, dan
bagian keuangan.
6. Menyerahkan dan memberi informasi obat dengan resep dokter
7. Memberikan konseling obat pada pasien/ konsumen yang membutuhkan.
8. Menyusun rencana dan melakukan kegiatan-kegiatan atau program kerja
untuk pengembangan apotek serta membuat strategi sehingga program kerja
yang telah ditetapkan terlaksana dengan baik dengan hasil yang optimal
sesuai dengan tujuan organisasi.
3.7.2 Tenaga Teknis Kefarmasian
Tenaga Teknis Kefarmasian bertanggung jawab pada Apoteker Pengelola
Apotek atas pekerjaan teknis kefarmasian. Tugas dan tanggung jawabnya sebagai
berikut:
1. Menyediakan dan menyiapkan obat atau perbekalan farmasi sesuai resep.
47
3.7.5 Keuangan
Keuangan bertanggung jawab atas penerimaan uang, pengeluaran uang,
perencanaan keuangan, faktur pajak dan surat-surat berharga. Tugas dan tanggung
jawab bagian keuangan adalah:
1. Menerima uang hasil penjualan setiap hari dengan bukti setoran dari kasir.
2. Menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang dengan persetujuan PSA.
3. Menyiapkan keperluan uang tunai
4. Melakukan pembukuan keuangan
3.8 Kegiatan Apotek
Kegiatan Apotik Alam Palembang berdasarkan fungsinya dapat
dikelompokan menjadi dua bagian yaitu kegiatan teknis kefarmasian yang
meliputi kegiatan pengadaan, penyimpanan, pelayanan; dan kegiatan non teknis
kefarmasian meliputi kegiatan administrasi keuangan, personalia dan urusan
dalam.
a. Kegiatan Teknis Kefarmasian
Kegiatan ini berhubung dengan pengelolaan pembekalan farmasi, obat,
bahan obat, obat asli Indonesia, kosmetik, dan alat kesehatan. Kegiatan teknis
kefarmasian meliputi:
1. Pengadaan Barang
Pengadaan barang di apotek dilakukan oleh petugas pembelian. Pembelian
atau pemesanan barang dilakukan setiap hari kecuali hari minggu yang dilakukan
oleh tenaga teknis kefarmasian berdasarkan informasi persediaan barang dari stok
yang ada di komputer, informasi dari bagian operasional yang berupa buku
defekta yaitu daftar kekosongan barang atau obat, dan kebutuhan atau barang pada
saat itu. Barang yang diadakan berasal dari pembelian dari PBFresmi yang telah
ditunjuk dimana pembelian dilakukan secara tunai, kredit, dan barang titipan
(konsinyasi). Dimana kegiatan pengadaan barang meliputi:
a) Perencanaan dilakukan berdasarkan stok persediaan barang sesuai dengan
defekta yang ada di order list (jenis dan jumlah barang yang dibutuhkan).
b) Melakukan negosiasi mengenai harga, diskon, masa tenggang, dan
pembayaran (tunai atau kredit) dan melaksanakan pembelian.
49
c) Membuat surat pesanan (SP) ke supplier melalui fax, telepon atau diambil
oleh salesman dari distributor resmi
d) Barang yang dipesan bermutu baik dan memenuhi syarat.
2. Penyimpanan Barang
Penyimpanan perbekalan farmasi di Apotik Alam Palembang terdiri dari
penyimpanan barang ruang operasional dan ruang penjualan bebas. Penyimpanan
perbekalan farmasi di ruang operasional digunakan sebagai tempat menerima dan
menyalurkan barang atau sebagai stok barang yang tersedia dalam jumlah cukup
dan setiap barang yang masuk dicatat dalam kartu stok. Perbekalan farmasi yang
disimpan diruang operasional terdiri dari jenis obat keras, narkotika dan
psikotropika, namun untuk obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam
lemari khusus yang berlainan dan untuk obat-obatan yang mendekati Expired
Date disimpan di rak khusus untuk memudahkan pengambilan yang akan dijual
pertama kali dan untuk memudahkan jika nanti akan di musnahkan.
3. Pengelolaan Narkotika
Pengelolaan narkotika di Apotik Alam Palembang meliputi kegiatan sebagai
berikut:
a. Pemesanan Narkotika
Bagian pembelian Apotek memesan kepada PBF Kimia Farma. Pembelian
dilakukan dengan surat pemesanan narkotika khusus yang dibuat oleh
Pedagang Besar Kimia Farma. Surat pemesanan narkotik terdiri dari empat
rangkap dan hanya dapat memesan satu jenis narkotika untuk satu surat
pesanan, dimana pembelian harus ditandatangani oleh APA dengan
mencantumkan nama jelas, nomor SIPA, dan stempel Apotek.
b. Penyimpanan Narkotika
Penyimpanan narkotika dalam lemari khusus yang terbuat dari kayu yang
terpisah dari obat lain dan terkunci. Lemari Narkotika terdiri dari dua pintu
yang masing-masing dengan kunci yang berlainan.
c. Pelayanan Resep Narkotika
Apotek hanya melayani resep asli dari dokter yang menuliskan obat atau
salinan resep yang berasal dari Apotik Alam Palembang sendiri untuk
50
narkotika yang sama sekali belum dilayani atau baru dilayani sebagian, serta
mencantumkan nama pasien, alamat pasien, dan nomor telepon.
d. Pelaporan Narkotika
Laporan pemakaian narkotika dibuat setiap bulan dan memakai SIPNAP.
Laporan harus ditanda tangani oleh APA, dibuat rangkap tiga ditujukan
4. Pengelolaan Narkotika
Pengelolaan narkotika di Apotik Alam Palembang meliputi kegiatan sebagai
berikut:
a. Pemesanan Narkotika
Bagian pembelian Apotek memesan kepada PBF Kimia Farma. Pembelian
dilakukan dengan surat pemesanan narkotika khusus yang dibuat oleh
Pedagang Besar Kimia Farma. Surat pemesanan narkotik terdiri dari empat
rangkap dan hanya dapat memesan satu jenis narkotika untuk satu surat
pesanan, dimana pembelian harus ditandatangani oleh APA dengan
mencantumkan nama jelas, nomor SIPA, dan stempel Apotek.
b. Penyimpanan Narkotika
Penyimpanan narkotika dalam lemari khusus yang terbuat dari kayu yang
terpisah dari obat lain dan terkunci. Lemari Narkotika terdiri dari dua pintu
yang masing-masing dengan kunci yang berlainan.
c. Pelayanan Resep Narkotika
Apotek hanya melayani resep asli dari dokter yang menuliskan obat atau
salinan resep yang berasal dari Apotik Alam Palembang sendiri untuk
narkotika yang sama sekali belum dilayani atau baru dilayani sebagian, serta
mencantumkan nama pasien, alamat pasien, dan nomor telepon.
d. Pelaporan Narkotika
Laporan pemakaian narkotika dibuat setiap bulan dan memakai SIPNAP. Laporan harus
ditanda tangani oleh APA, dibuat rangkap tigaditujukan.
51
5. Pengelolaan Narkotika
Pengelolaan narkotika di Apotik Alam Palembang meliputi kegiatan sebagai
berikut:
a. Pemesanan Narkotika
Bagian pembelian apotek memesan kepada PBF Kimia Farma. Pembelian
dilakukan dengan surat pemesanan narkotika khusus yang dibuat oleh
Pedagang Besar Kimia Farma. Surat pemesanan narkotik terdiri dari empat
rangkap dan hanya dapat memesan satu jenis narkotika untuk satu surat
pesanan dimana pembelian harus ditandatangani oleh APA dengan
mencantumkan nama jelas, nomor SIPA, dan stempel apotek.
b. Penyimpanan Narkotika
Penyimpanan narkotika dalam lemari khusus yang terbuat dari kayu yang
terpisah dari obat lain dan terkunci. Lemari narkotika terdiri dari dua pintu
yang masing-masing dengan kunci yang berlainan.
c. Pelayanan Resep Narkotika
Apotek hanya melayani resep asli dari dokter yang menuliskan obat atau
salinan resep yang berasal dari Apotik Alam Palembang sendiri untuk
narkotika yang sama sekali belum dilayani atau baru dilayani sebagian, serta
mencantumkan nama pasien, alamat pasien, dan nomor telepon.
d. Pelaporan Narkotika
Laporan pemakaian narkotika dibuat setiap bulan dan memakai SIPNAP.
Laporan harus ditanda tangani oleh APA, dibuat rangkap tiga ditujukan
kepada kepala Dinas Kesehatan Palembang Sumatera Selatan dengan
tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Palembang dan Balai POM serta
untuk arsip apotik Alam Palembang. Laporan ini selain dikirim secara
langsung ke BPOM juga bisa dikirim lewat online.
e. Pemusnahan Narkotika
Belum pernah dilakukan pemusnahan narkotika, dikarenakan apotik alam
dalam pemesanan obat golongan narkotik dalam jumlah sedikit, dan pasti
habis terpakai. Pada apotik alam sendiri obat gol narkotik hanya tersedia
kodein.
52
6. Pengelolaan Psikotropika
Pengelolaan psikotropika di Apotik Alam Palembang meliputi kegiatan
sebagai berikut:
a. Pemesanan Psikotropika
Pemesanan psikotropika dilakukan dengan menggunakan surat pesanan
psikotropika yang boleh berisi lebih dari satu jenis psikotropika. Surat
pesanan dibuat rangkap tiga yang masing-masing di serahkan ke PBF yang
bersangkutan 1 lembar dan sebagai arsip di apotek.
b. Penyimpanan Psikotropika.
Penyimpanan obat psikotropika dilakukan di tempat terpisah dari sediaan
lain dengan menggunakan lemari khusus obat psikotropika.
c. Pelayanan Psikotropika.
Pelayanan obat psikotropika dilakukan berdasarkan resep dokter atau
salinan resep bila obat belum diambil atau baru diambil sebagian.
d. Pelaporan Psikotropika.
Laporan penggunaan psikotropika dikirimkan kepada Kepala Suku Dinas
Kesehatan Jakarta dan Balai POM setiap bulan laporan psikotropika
memuat nama apotek, nama obat, nama distributor, jumlah penerimaan,
jumlah pengeluaran, tujuan pemakaian, dan stok akhir. Laporan ditanda
tangani oleh APA dilengkapi dengan nama dan nomor SIPA,dan arsip
Apotek kepada kepala Dinas Kesehatan Palembang Sumatera Selatan
dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Palembang dan Balai
POM serta untuk arsip apotik Alam Palembang. Laporan ini selain dikirim
secara langsung ke BPOM juga bisa dikirim lewat online.
e. Pemusnahan Narkotika
Belum pernah dilakukan pemusnahan narkotika, dikarenakan apotik alam
dalam pemesanan obat golongan narkotik dalam jumlah sedikit, dan pasti
habis terpakai. Pada apotik alam sendiri obat gol narkotik hanya tersedia
kodein.
53
7. Pengelolaan Psikotropika
Pengelolaan psikotropika di Apotik Alam Palembang meliputi kegiatan
sebagai berikut:
a. Pemesanan Psikotropika
Pemesanan psikotropika dilakukan dengan menggunakan surat pesanan
psikotropika yang boleh berisi lebih dari satu jenis psikotropika. Surat
pesanan dibuat rangkap tiga yang masing-masing diserahkan ke PBF yang
bersangkutan 1 lembar dan sebagai arsip di apotek.
b. Penyimpanan Psikotropika
Penyimpanan obat psikotropika dilakukan di tempat terpisah dari sediaan
lain dengan menggunakan lemari khusus obat psikotropika.
c. Pelayanan Psikotropika
Pelayanan obat psikotropika dilakukan berdasarkan resep dokter atau
salinan resep bila obat belum diambil atau baru diambil sebagian.
d. Pelaporan Psikotropika
Laporan penggunaan psikotropika dikirimkan kepada Kepala Suku Dinas
Kesehatan Jakarta dan Balai POM setiap bulan laporan psikotropika
memuat nama apotek, nama obat, nama distributor, jumlah penerimaan,
jumlah pengeluaran, tujuan pemakaian, dan stok akhir. Laporan ditanda
tangani oleh APA dilengkapi dengan nama dan nomor SIPA,dan arsip
Apotek kepada kepala Dinas Kesehatan Palembang Sumatera Selatan
dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Palembang dan Balai
POM serta untuk arsip apotik Alam Palembang. Laporan ini selain dikirim
secara langsung ke BPOM juga bisa dikirim lewat online.
e. Pemusnahan Psikotropika
Belum pernah dilakukan pemusnahan psikotropika, dikarenakan apotik alam
dalam pemesanan obat golongan narkotik dalam jumlah sedikit, dan pasti
habis terpakai.
54
BAB IV
PEMBAHASAN
Apotek Alam merupakan apotek yang dikelola atas dasar kerjasama antara
apt. Karua Idoosty, S,Si, selaku Apoteker Pengelola Apotek (APA) dengan H.
Kemas Ahmad Chaidir, S.E selaku Pemilik Sarana Apotek (PSA). Apotek sebagai
tempat pengabdian apoteker yang memiliki peranan sosial dalam hal pelayanan
kefarmasian yang erat kaitannya dengan tanggung jawab moral dan etika profesi.
Hal ini sesuai dengan program pemerintah bahwa apotek bergerak dalam usaha
menyediakan pelayanan kesehatan yang memadai dan terjangkau bagi masyarakat
dan berkewajiban untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan
farmasi yang bermutu baik. Disisi lain apotek dituntut untuk mendapatkan
keuntungan demi menjaga tetap berlangsungnya pelayanan kefarmasian. Selain itu
apotek merupakan suatu bisnis ritel yang posisinya berada diantara pemasok
kepada konsumen. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan tentang pengelolaan
apotik secara profesional agar banyak peran tersebut dapat berjalan dengan baik
dan imbang.
Dimasa pandemik Covid-19, Apotek Alam tetap melakukan pelayanan dan
pekerjaan kefarmasian dengan menerapkan secara ketat protokol kesehatan, yaitu
dengan menyediakan air bersih dan sabun untuk cuci tangan, menyediakan hand
sanitizer, melakukan pengecekan suhu tubuh sebelum pengunjung masuk kedalam
apotek, di dalam apotek pengunjung juga diterapkan untuk menjaga jarak antara
pengunjung yang satu dengan yang lain.
4.1 Lokasi dan Tata Ruang Apotek
Apotek Alam berdiri pada tahun 1992 yang terletak di Jalan Letnan Jaimas
No. 8 Palembang. Apotek Alam terletak cukup strategis karena terletak dipinggir
Jalan dan pusat perbelanjaan kota Palembang. Apotek Alam memiliki reklame
sehigga masyarakat mudah untuk menemukanya.
Tata ruang di apotek alam sangat baik dan tesusun sistemik. Sistem
pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya juga tersusun baik
dan sistemik. Desain tata letak ruang Apotek Alam secara umum sudah sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 tahun 2016
59
berdasarkan konsumsi, jadi memantau obat apa saja yang banyak keluar pada
periode sebelumnya dan menentukan obat apa yang akan dibeli pada periode
sekarang. Metode perencanaan yang dilakukan oleh apotik alam yang terakhir
yaitu Just In Time atau dengan kata lain jika apotik alam sedang butuh barulah
melakukan pemesaan atau pembelian. Metode ini dipilih terutama untuk obat yang
jarang laku, harganya mahal, atau ada pelanggan yang memesan dan keluarnya
sedikit.
4.3.2 Pengadaan
Pengecekan barang di Apotek Alam Bekasi dilakukan setiap hari melalui
system manual saat pergantian shift ke shift berikutnya oleh asisten apoteker.
Pengadaan dilakukan dengan cara pemesanan melalui peginputan jumlah barang
yang akan dipesan dan data barang yang dipesan lalu pemesanan dilakukan oleh
apoteker ke PBF. Pemesanan obat golongan narkotika, psikotropika dan prekursor
dilakukan dengan pemesanan secara langsung ke PBF oleh apoteker.Pengadaan
obat narkotika dilakukan dengan pemesanan tertulis melalui surat pesanan
narkotika kepada Pedagang Besar farmasi (PBF).
Sistem pengiriman barang oleh ke masing-masing apotek mengacu pada
sistem informasi yang dilakukan sesuai surat pesanan permintaan apotek untuk
melihat stok dari masing-masing barang yang ada di apotek. Barang dari
distributor langsung di antar ke apotek yang bersangkutan setelah itu baru
diantarkan kembali ke apotek dan di dropping. Pada saat dropping barang, petugas
penerima barang bertanggung jawab dalam mencocokkan barang yang diterima
dengan faktur, dan bila telah sesuai maka akan ditandatangani oleh petugas
penerima barang.
Petugas penerima barang memeriksa kesesuaian barang yang diterima
dengan jumlah dan spesifikasi yang dipesan, keadaan fisik, dan tanggal
kadaluwarsa. Barang yang telah diterima kemudian disimpan sesuai ketentuan
penyimpanan barang masing-masing.
4.3.3 Penerimaan
Barang yang diterima dari distributor diperiksa oleh petugas asisten
apoteker atau apoteker yang bertanggung jawab di bagian penerimaan.
61
f. Pada kolom web form dapat dipilih produk obat sesuai dengan persediaan
yang ada di apotek kemudian dicentang pada masing-masing obatnya.
Dipilih web form dengan tujuan apabila terjadi kesalahan pengisian dapat
dilihat pada data review dan dapat diperbaiki lagi sebelum dikirim ke
BPOM pusat di Jakarta.
g. Jika produk sudah dipilih langsung muncul pada review sesuai obat yang
sudah dipilih. Jika ada transaksi maka ditulis ada transaksi, tetapi jika tidak
ada diisi tidak ada transaksi. Jumlah obat keluar dan sisa diisi sesuai
dengan catatan buku pencatatan narkotika dan psikotropika.
h. Setelah selesai memilih obat kemudian disimpan. Tahap ini dilakukan
pengecekan data review untuk memastikan sediaan dan jumlah sudah
benar. Apabila yakin ingin mengirimkan laporan, langsung klik kirim.
Laporan otomatis terkirim pada e-mail apotek Alam Palembang.
4.3.8 Pelayanan
Petugas yang bekerja di bagian pelayanan/penjualan telah melayani
dengan baik, diawali dengan senyuman, sapaan, tawaran bantuan, konseling, up
selling serta diakhiri ucapan terima kasih sebagai penutup dan juga tidak lupa
membagikan kartu nama Apotek Alam dengan tujuan membangun hubungan
dengan masyarakat dalam memberikan pelayanan informasi obat. Selain itu,
petugas juga menunjukkan sikap santun dan informatif dengan selalu berbicara
dengan bahasa yang baik dan jelas. Petugas selalu tanggap dan cepat menangani
keluhan serta membantu mengatasi kesulitan konsumen. Waktu tunggu pelayanan
di Apotek Alam belum berjalan, tapi menurut WHO pelayanan untuk resep
racikan 45 menit dan untuk resep non-racikan 15 menit.
Berdasarkan Lampiran 12, jumlah rata-rata lembar resep yang terdapat di
Apotek Alam Palembang pada tanggal 03 Mei–31 Mei 2021 sebanyak 3 lembar.
Untuk jumlah rata-rata R/ yang di dapatkan sebanyak 11 item. Setiap lembar resep
tersebut terdiri dari 1–4 macam R/ dan terdiri dari berbagai bentuk sediaan seperti
tablet, kapsul, salep, krim, sirup, suspensi, dan suppositoria.
65
memanggil nama dan nomor tunggu pasien, memeriksa ulang identitas dan
alamat pasien dan menyerahkan obat kepada pasien disertai pemberian
informasi obat.
Harga jual yang dapat dilihat dari harga yang tertera pada faktur. HNA atau
Harga Netto potek, yaitu harga setelah ppn. Harga jual di apotek
menerapkan pengambilan keuntungan penjualan obat tanpa resep sebesar 15
untuk obat resep dokter sebesar 25% ditambah uang resep untuk obat jadi
sebesar 2.000 per-resep dan racikan sebesar 4.000 per resep.
Berdasarkan hasil pengamatan, Apotik Alam Palembang sudah melakukan
dispensing sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotik.
Setelah tahap pengkajian resep selesai, obat disiapkan oleh apoteker atau
TTK sesuai dengan permintaan resep. Tahapan dispensing obat di Apotik
Alam yaitu menyiapkan obat, meracik obat, memberi etiket, dan
memasukkan obat ke dalam wadah kemudian diserahkan kepada pasien
disertai pemberian informasi obat. Pada sediaan racikan, jumlah obat
diperiksa kembali oleh apoteker sebelum dilakukan peracikan. Informasi
yang diperiksa meliputi penulisan nama pasien, etiket yang diberikan (etiket
putih untuk sediaan oral dan etiket biru untuk sediaan obat luar), nama obat,
kadaluwarsa obat, keadaan fisik obat, aturan pakai, jumlah, dan kekuatan
sediaan obat. Penyerahan obat dilakukan apoteker atau TTK kepada pasien
dengan melakukan konfirmasi identitas pasien terlebih dahulu kemudian
pasien diberikan penjelasan mengenai penggunaan obat yang baik dan
benar.
Pasien yang menebus resep di Apotik Alam kebanyakkan pasien umum.
Pasien umum membayar obat-obat yang terdapat di resep melalui cash atau
tunai. Proses dispensing pada pasien tunai yaitu obat pada resep akan
dihargai terlebih dahulu kemudian pasien membayar tunai dengan total
harga tersebut. Pasien dapat menebus setengah dari resep yang diberikan
(kecuali antibiotik) dan memberikan copy resep atau mengganti obat dengan
obat generik. Proses penyiapan obat non racikan maksimal 15 menit dan
67
karunia sehat dapat dilihat pada lampiran 19. Kriteria pasien/keluarga pasien
yang perlu diberi konseling yaitu (Menkes RI, 2016):
1) Pasien dengan kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati
dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui).
2) Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM,
AIDS, epilepsi).
3) Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus
4) Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit
5) Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa obat untuk indikasi
penyakit yang sama.
6) Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Kegiatan konseling di Apotik Alam secara langsung dilakukan di ruang
konseling yang telah tersedia bersifat privasi. Konseling dilakukan atas
permintaan pasien atau inisiatif Apoteker dalam menjalankan peran farmasi
klinisnya. Selain itu, pasien juga secara tidak langsung akan berkonsultasi
saat berswamedikasi dan saat penyerahan obat. Konseling akan dimulai oleh
Apoteker pada pasien yang mendapatkan terapi indeks terapi sempit, bentuk
sediaan atau cara penggunaan yang khusus seperti inhaler, suppositoria, dan
insulin. Selain tidak tersedianya ruang khusus konseling, alat peraga
ataupun gambar hendaknya tersedia juga alat peraga atau gambar guna
memudahkan pemahaman pasien saat diberikan konseling.
4.3.10 Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)
Apotek Alam belum memiliki program pelayanan kefarmasian di rumah
dapat disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya kurangnya ketersediaan
waktu dari apoteker dan TTK.
4.3.11 Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan terapi obat bertujuan untuk memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi Obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan
efikasi dan meminimalkan efek samping. Pada praktiknya, apotik Alam
Palembang belum melakukan pemantauan terapi obat.
70
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
72
DAFTAR PUSTAKA
73
74
LAMPIRAN
Lampiran 1. Apotek Alam Palembang
75
76
76
77
77
78
(a)
(b)
Keterangan:
(a) : Narkotika
(b) : Psikotropika
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
Data-Data Jumlah Lembar Resep dan Jumlah R/ Per 25-19 November 2021
Tanggal Jumlah Lembar Resep Jumlah R/
03/05/2021 3 8
04/05/2021 4 13
05/05/2021 3 7
06/05/2021 2 8
07/05/2021 4 11
10/05/2021 2 5
11/05/2021 4 16
17/05/2021 4 20
18/05/2021 3 7
19/05/2021 5 5
20/05/2021 6 4
21/05/2021 1 6
24/05/2021 1 3
25/05/2021 1 2
27/05/2021 3 15
28/05/2021 2 13
31/05/2021 3 8
Rata-rata Resep 3 12
84
85
Lampiran 13. Foto Bersama
86