Anda di halaman 1dari 123

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


DI APOTEK ROXY BIAK JAKARTA PUSAT
PERIODE 14 SEPTEMBER 2020 – 10 OKTOBER 2020

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


Memperoleh Gelar Apoteker (Apt)
Program Studi Profesi Apoteker

Disusun oleh :

 AGNES EMMA FERNANDEZ 1943700392


 LINGGA HARLIM 1943700245
 JACKY KAREL SIMBOH 1943700246
 RYSKI RAHMAWATY LAHMUDIN 1943700295

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DI APOTEK ROXY BIAK JAKARTA PUSAT
PERIODE 14 SEPTEMBER 2020 – 10 OKTOBER 2020

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


Memenuhi Gelar Apoteker (Apt)
Program Studi Profesi Apoteker

Disusun oleh :

 AGNES EMMA FERNANDEZ 1943700392


 LINGGA HARLIM 1943700245
 JACKY KAREL SIMBOH 1943700246
 RYSKI RAHMAWATY LAHMUDIN 1943700295

Telah disetujui oleh :

Pembimbing Fakultas Pembimbing PKPA


Universitas 17 Agustus 1945 Apotek Roxy Biak

(Piter, M.Farm., Apt) (Apt, Viki Saputra, S. Farm)

Ketua Program Studi Ilmu Farmasi

(Apt, Diah Ramadhani, M.Si)

ii
PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

1. Laporan praktek kerja profesi apoteker ini adalah asli dan belum pernah
diajukan untuk mendapatkan gelar akademik apoteker, baik di universitas
17 Agustus 1945 Jakarta maupun di universitas lain.

2. Laporan praktek kerja profesi Apoteker ini murni gagasan , rumusan, dan
penilaian penyusunan , tanpa bantuan pihak lain, kecuali tim pembimbing.

3. Dalam laporan praktek kerja profesi Apoteker tidak terdapat karya atau
pendapat yang telah ditulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam
naskah dengan disebutkan dan atau dipublikasikan orang lain, kecuali
secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah
dengan disebutkan nama pengarang serta dicantumkan dalam daftar
pustaka

4. Pernyataan ini penulis buat dengan sesungguhnya, apabila dikemudian


hari terdapat penyimapangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
makan penyusun bersedia menerima sanksi akademik serta sanksi lainnya
sesuai peraturan perundang-undangan dan norma akademik yang berlaku
di Universitas 17 Agustus Jakarta.

Jakarta, Oktober 2020


Yang membuat

Penulis

iii
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya yang selalu memberikan kesempatan
kepada Penulis untuk dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Apotek Roxy Biak Jakarta Pusat sejak tanggal 14 September – 10
Oktober 2020 dengan baik.
Laporan ini merupakan suatu syarat guna memperoleh gelar Apoteker pada
Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta. Selama menjalani PKPA
di Apotek Roxy Biak, kami telah banyak mendapatkan informasi, pengetahuan
dan bimbingan. Selama punyusunan laporan PKPA ini banyak hambatan yang
terjadi, namun dengan bantuan dan bimbingan baik berupa saran maupun
dorongan moril dari berbagai pihak laporan ini dapat terselesaikan. Penghargaan
dan ucapan terima kasih yang tulus Penulis sampaikan kepada :
1. Ibu Dr. Diana Laila Ramatillah, M.Farm., Apt. selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
2. Ibu Diah Rahmadani, M.Farm., Apt selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
3. Bapak Piter, M.Farm., Apt. selaku Dosen pembimbing di Universitas
17 Agustus 1945 Jakarta yang telah memberikan bimbingan, arahan dan
perhatiannya kepada kami selama penulisan laporan ini.
4. Ibu Rabima, M.Farm., Apt selaku Koordinator kegiatan PKPA
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta yang telah memberikan bimbingan,
arahan dan perhatiannya kepada kami selama penulisan laporan ini.
5. Bapak Sugeng Hariyono Selaku Pembimbing Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Apotek Roxy Biak Jakarta Pusat, yang selalu
memberikan bantuan dan bimbingan.
6. Bapak Viki Saputra, S.Farm., Apt Selaku Pembimbing Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Roxy Biak Jakarta Pusat, yang
selalu memberikan bantuan dan bimbingan.

iv
7. Seluruh staf dan karyawan Apotek Roxy Biak Jakarta yang telah turut
membantu dan membimbing kami dalam pelaksanaan Praktek Kerja
Profesi Apoteker.
8. Seluruh staf pengajar dan karyawan Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta atas ilmu dan bantuan
yang diberikan selama ini.
9. Kedua orang tua, adik-adik dan seluruh keluarga yang penulis sayangi
yang banyak memberikan nasihat dan dukungan baik doa, moril
maupun materil selama menyelesaikan studi dan pelaksanaan Praktek
Kerja Profesi Apoteker.
10. Teman satu tim Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Roxy Biak
dan rekan-rekan mahasiswa Program Profesi Apoteker Universitas 17
Agustus 1945 Jakarta angkatan XLII dan seluruh pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
pelaksanaan PKPA dan penulisan laporan ini serta banyak membantu
dalam memberikan bimbingan, perhatian dan kerjasama yang baik.

Penulis sangat menyadari bahwa laporan PKPA ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan laporan PKPA ini. Semoga ilmu dan
pengalaman yang telah diperoleh selama PKPA di Apotek Roxy Biak ini dapat
berguna sebagai bekal untuk terjun ke masyarakat dalam rangka pengabdian
profesi dan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
dalam dunia farmasi khususnya dan masyarakat pada umumnya juga bermanfaat
bagi yang membacanya.

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................... 4
1.3 Manfaat ................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN UMUM ......................................................................... 6


2.1 Gambaran Umum Apotek....................................................................... 6
2.2 Aspek Usaha............................................................................................ 17
2.3 Aspek Sarana dan Prasarana................................................................... 20
2.4 Aspek Asuhan Kefarmasian.................................................................... 51

BAB III TINJAUAN KHUSUS .................................................................... 55


3.1 Apotek Roxy........................................................................................... 55
3.2 Apotek Roxy Biak................................................................................... 63

BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 75


4.1 Desain Apotek......................................................................................... 76
4.2 Pengelolaan Sediaan Farmasi.................................................................. 77
4.3 Sumber Daya Manusia (SDM) Apotek................................................... 82
4.4 Pelayanan Kefarmasian........................................................................... 82
4.5 Analisa SWOT........................................................................................ 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 86


5.1 Kesimpulan.............................................................................................. 86
5.2 Saran........................................................................................................ 87
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 89
LAMPIRAN.................................................................................................... 90
TUGAS KHUSUS........................................................................................... 113

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Penandaan Obat Bebas...................................................................... 35


Gambar 2.2. Penandaan Obat Bebas Terbatas..................................................... ..36
Gambar 2.3. Penandaan Peringatan Obat Bebas Terbatas..................................... 36
Gambar 2.4. Penandaan Obat Keras...................................................................... 37
Gambar 2.5. Penandaan Obat Narkotika................................................................37
Gambar 2.6. Penandaan Jamu................................................................................ 49
Gambar 2.7. Penandaan Obat Herbal Terstandar...................................................50
Gambar 2.8. Penandaan Fitofarmaka..................................................................... 50
Gambar 2.9. Penandaan Obat Generik...................................................................51
Gambar 3.1. Logo Apotek Roxy............................................................................ 55

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Daftar Departemen Obat di Apotek Roxy Biak.................................... 79


Tabel 4.2. Tabel Analisa SWOT ........................................................................... 84

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto Apotek Roxy (Biak)


Lampiran 2. Area Parkir
Lampiran 3. Papan Nama Apotek dan Praktek Apoteker
Lampiran 4. Ruang ‘Front Office’ dan Kasir
Lampiran 5. Barang Swalayan
Lampiran 6. Ruang Tunggu
Lampiran 7. Toilet
Lampiran 8. Ruang Konseling di Meeting Room (Lantai 2)
Lampiran 9. Loker Karyawan (Lantai 2)
Lampiran 10. Ruang Apoteker, Asisten Apoteker dan Administrasi
Lampiran 11. Rak Obat
Lampiran 12. Lemari Narkotika dan Psikotropika
Lampiran 13. Lemari Prekursor dan OOT
Lampiran 14. Lemari Pendingin (Kulkas)
Lampiran 15. Pengukuran Suhu dan Kelembaban Ruangan Penyimpanan Obat
Lampiran 16. Ruang Racik
Lampiran 17. Surat Izin Apotek (SIA)
Lampiran 18. Sertifikat ISO 9001:2015
Lampiran 19. Struktur Organisasi
Lampiran 20. Peraturan Pemerintah dan SOP Apotek
Lampiran 21. Visi dan Misi
Lampiran 22. Etiket Obat (Komputer)
Lampiran 23. Stok Obat (Komputer)
Lampiran 24. Surat Pemesanan Barang
Lampiran 25. Surat Penolakan Pesanan
Lampiran 26. Rincian Barang Masuk dari Pusat Distribusi
Lampiran 27. Transfer Barang Antar Cabang di Apotek Rox
Lampiran 28. Resep Dokter (Intern Apotek Roxy)
Lampiran 29. Kwitansi Apotek

ix
x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur


kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Peraturan tentang Kesehatan
diatur dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 pasal 4 yang
berbunyi “Setiap orang berhak atas kesehatan”. Sehat sebagai hak hidup
manusia yang merupakan hak dasar yang tidak bisa diganggu gugat dalam
keadaan apapun. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Hal ini menunjukkan bahwa
kesehatan merupakan suatu kebutuhan dasar untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat sesuai cita-cita bangsa Indonesia dengan
menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu,
terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan,pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh
pemerintah dan/atau masyarakat(1).
Upaya kesehatan yang dilakukan perlu didukung pula oleh fasilitas
pelayanan kesehatan yang memadai. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah
suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif
yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Yang termasuk dalam fasilitas pelayanan kefarmasian adalah Apotek,
instalasi farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, dan toko obat.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73 tahun
2016, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

1
kefarmasian oleh Apoteker. Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi 2
(dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (mulai dari
perencanaan sampai pelaporan) dan pelayanan farmasi klinik yang meliputi
Pengkajian Resep; dispensing; Pelayanan Informasi Obat (PIO); Konseling;
Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care); Pemantauan
Terapi Obat (PTO); dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO). Kegiatan
tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana dan prasarana(5).
Pengelolaan Apotek secara resmi dipimpin oleh Apoteker Pengelola
Apotek (APA). Seorang APA bertanggung jawab dalam pelayanan
kefarmasian kepada masyarakat, terutama peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan melalui pengelolaan dan pemberian informasi penggunaan obat
secara tepat, aman, dan rasional. Dalam menjalankan profesinya melalui
pengelolaan Apotek, seorang Apoteker harus memiliki pengetahuan tentang
manajemen yang baik. Pelayanan kefarmasian semakin berkembang
berdasarkan kewenangan pada peraturan perundang-undangan. Pelayanan
kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus
kepada Pengelolaan Obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan
komprehensif meliputi pelayanan obat dan pelayanan farmasi klinik yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien(2).
Peran Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung
dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah pemberian
informasi obat dan konseling kepada pasien yang membutuhkan. Apoteker
harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan
pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan dan
mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi masalah terkait obat (drug
related problems), masalah farmakoekonomi, dan farmasi sosial (socio
pharmacoeconomy). Untuk menghindari hal tersebut, Apoteker harus
menjalankan praktik sesuai standar pelayanan. Apoteker juga harus mampu
berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi

2
untuk mendukung penggunaan obat yang rasional. Dalam melakukan
praktik tersebut, Apoteker juga dituntut untuk melakukan monitoring
penggunaan obat, melakukan evaluasi serta mendokumentasikan segala
aktivitas kegiatannya. Untuk melaksanakan semua kegiatan itu, diperlukan
Standar Pelayanan Kefarmasian. Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, di bidang kefarmasian telah terjadi pergeseran
orientasi Pelayanan Kefarmasian dari pengelolaan obat sebagai komoditi
kepada pelayanan yang komprehensif (pharmaceutical care) dalam
pengertian tidak saja sebagai pengelola obat namun dalam pengertian yang
lebih luas mencakup pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung
penggunaan obat yang benar dan rasional, monitoring penggunaan obat
untuk mengetahui tujuan akhir, serta kemungkinan terjadinya kesalahan
pengobatan(5).
Menyadari akan pentingnya peran dan tanggung jawab dari seorang
Apoteker, maka sebagai seorang Apoteker harus memiliki bekal ilmu
pengetahuan, dan keterampilan yang cukup dibidang kefarmasian baik
dalam teori maupun prakteknya. Melalui Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Apotek inilah gambaran nyata pembekalan, dan pengalaman
dapat diperoleh bagi para calon Apoteker. Sehingga dimasa mendatang
peran aktif Apoteker dapat dirasakan oleh masyarakat sebagai seorang
Penanggung Jawab Apotek yang berhubungan langsung dengan masyarakat.
Guna menghasilkan sumber daya yang berkualitas dan mempunyai
kompetensi yang memadai, maka Program Profesi Apoteker
menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek yang
dilaksanakan mulai tanggal 14 September sampai 10 Oktober 2020. Melalui
kegiatan ini diharapkan mahasiswa yang merupakan calon Apoteker dapat
mendapatkan ilmu dan menjalankan perannya sebagai Apoteker.

3
1.2 TUJUAN

Tujuan dari kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang


diselenggarakan oleh Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 bekerja
sama dengan Apotek Roxy adalah :
1. Memahami peran dan fungsi Apoteker dalam pelayanan kefarmasian di
Apotek.
2. Mempelajari tata cara pengelolaan dan pelayanan apotek yang baik
melalui pengamatan langsung kegiatan yang dilakukan selama PKPA di
Apotek.
3. Mempelajari aspek manajemen di Apotek.
4. Menambah pengetahuan lebih banyak tentang ruang lingkup dan tata
kerja kefarmasian di Apotek Roxy Biak, sehingga dapat menjadi
pengalaman yang berharga dalam melaksanakan tanggung jawab
profesinya kelak, khususnya pada Apotek.
5. Mempelajari tata cara berkomunikasi yang baik dengan pasien terutama
saat memberikan informasi obat, edukasi, dan konseling mengenai terapi
suatu penyakit.
6. Mengetahui gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan
kefarmasian di Apotek.
7. Mengaplikasikan teori yang didapat pada saat kuliah untuk
mempersiapkan memasuki dunia kerja.

1.3 MANFAAT

Manfaat dilakukannya Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Roxy Biak


adalah :
1. Mengetahui, memahami peran, fungsi dan tanggung jawab Apoteker
dalam mengelola Apotek.
2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di
Apotek.
3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di Apotek.

4
4. Meningkatkan kemampuan Apoteker dalam berinteraksi dan
berkolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya dalam melakukan
pelayanan kefarmasian.

5
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 GAMBARAN UMUM APOTEK


2.1.1 Definisi Apotek
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktik kefarmasian oleh Apoteker berdasarkan PMK No. 73 tahun 2016
atas perubahan PMK No. 35 tahun 2016. Standar Pelayanan Kefarmasian
adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga
kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pelayanan
Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bertujuan untuk:
a. Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di Apotek;
b. Memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kefarmasian di Apotek; dan
c. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam
memberikan pelayanan kefarmasian di Apotek (4).

2.1.2 Tugas dan Fungsi Apotek


Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus
pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang
berfokus pada pasien yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien. Peran Apoteker diharapkan dapat menyeimbangkan
antara aspek klinis dan aspek ekonomi demi kepentingan pasien.
Berdasarkan pasal 16 Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 tahun 2017,
Apotek menyelenggarakan fungsi:
a. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai; dan
b. Pelayanan farmasi klinik, termasuk di komunitas.

6
Menurut PP No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian,
Permenkes No. 9 Tahun 2017 Tentang Apotek, dan Permenkes No. 73
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, tugas
dan fungsi Apotek adalah:
a. Tempat dilakukan praktik kefarmasian seorang Apoteker yang
telah mengucapkan sumpah jabatan;
b. Sarana pelayanan farmasi klinik langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien;
c. Sarana pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan
pelaporan

2.1.3 Landasan Hukum Apotek


Apotek merupakan satu diantara sarana pelayanan kesehatan
masyarakat yang diatur dalam :
a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
b. Undang-undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
c. Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
d. Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian
e. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 31 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889 Tahun
2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian.
f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 tahun 2017 tentang
Perubahan Penggolongan Narkotika
g. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2017 tentang
Perubahan Penggolongan Psikotropika
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 tahun 2016 tentang

7
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
i. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 9 Tahun 2017 tentang
Apotek
j. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 40 Tahun 2013 tentang Pedoman Pengelolaan
Prekursor Farmasi dan Obat Mengandung Prekursor Farmasi.
k. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015 tentang
Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi
l. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengelolaan
Obat-Obat Tertentu Yang Sering Disalahgunakan.

2.1.4 Tata Cara Pemberian Izin Apotek


Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 9 tahun 2017 tentang Apotik pasal 5, tata cara
pemberian izin Apotek adalah sebagai berikut :
a. Untuk memperoleh SIA, Apoteker harus mengajukan
permohonan tertulis kepada Pemerintah Daerah Kabupaten atau
Kota.
b. Permohonan sebagaimana dimaksud harus ditandatangani oleh
Apoteker disertai dengan kelengkapan dokumen administratif
meliputi :
1) Fotocopy STRA dengan menunjukan STRA asli;
2) Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP);
3) Fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker;
4) Fotocopy peta lokasi dan denah bangunan; dan
5) Daftar prasarana, sarana, dan peralatan.
c. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima
permohonan dan dinyatakan telah memenuhi kelengkapan
dokumen administratif, Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota

8
menugaskan tim pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan
setempat terhadap kesiapan Apotek.
d. Tim pemeriksa harus melibatkan unsur dinas kesehatan
kabupaten / kota yang terdiri atas :
1) Tenaga kefarmasian; dan
2) Tenaga lainnya yang menangani bidang sarana dan
prasarana.
e. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak tim
pemeriksa ditugaskan, tim pemeriksa harus melaporkan hasil
pemeriksaan setempat yang dilengkapi Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) kepada Pemerintah Daerah Kabupaten atau
Kota.
f. Paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja sejak
Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota menerima laporan dan
dinyatakan memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah
Kabupaten / Kota menerbitkan SIA dengan tembusan kepada
Direktur Jendral, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala
Balai POM, Kepala Dinas Kesehatan Kabpaten / Kota, dan
Organisasi Profesi.
g. Dalam hal hasil pemeriksaan jika dinyatakan masih belum
memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota
harus mengeluarkan surat penundaan paling lama dalam waktu
12 (dua belas) hari kerja.
h. Terhadap permohonan yang dinyatakan belum memenuhi
persyaratan, pemohon dapat melengkapi persyaratan paling
lambat dalam waktu 1 (satu) bulan sejak surat penundaan
diterima.
i. Apabila pemohon tidak dapat memenuhi kelengkapan
persyaratan, maka Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota
mengeluarkan Surat Penolakan.
j. Apabila Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota dalam

9
menerbitkan SIA melebihi jangka waktu, Apoteker pemohon
dapat menyelenggarakan Apotek dengan menggunakan BAP
sebagai pengganti SIA.

Khusus di DKI Jakarta untuk pengurusan izin Apotek melalui


PTSP, berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 7
Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Nomor 57
Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 12 tahun
2013 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yaitu :
a. Surat Permohonan
Surat permohonan yang didalamnya terdapat pernyataan
kebenaran dan keabsahan dokumen dan data di atas kertas
bermaterai Rp. 6.000.
b. Identitas Pemohon
Identitas Pemohon WNI : Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu
Keluarga (KK), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), atau WNA:
KITAS / Visa, Paspor.
c. Jika yang mengajukan izin adalah Badan Hukum
1) Akta pendirian (Kantor Pusat dan Kantor Cabang, jika ada)
dan SK Pengesehan yang dikeluarkan oleh :
a) Kemenkunham, jika PT dan Yayasan
b) Kementrian Koperasi, jika Koperasi
c) Pengadilan Negeri, jika CV
2) Akta Perubahan SK dan SK Perubahan yang dikeluarkan
oleh Kemenkumham, jika Akta Pendirian mengalami
perubahan
3) NPWP Badan Hukum
d. Jika dikuasakan
1) Surat kuasa di atas kertas bermaterai Rp. 6.000
2) KTP orang yang diberi kuasa
e. Izin Gangguan (ITU UUG atau HO) (fotokopi) kecuali usaha

10
mikro atau kecil
f. Dokumen Lingkungan (fotocopy)
g. Izin Praktik Apoteker (SIPA) penanggung jawab
h. Surat pernyataan pemohon diatas kertas bermetrai Rp. 6.000
1) Bahwa APA tidak bekerja sebagai APA di tempat lain dan
tidak bekerja pada bidang farmasi lain
2) Tidak akan melakukan penjualan narkotika dan OKT
tertentu tanpa resep dokter
3) Akan melaporkan pengelolaan obat narkotika/
psikotropika
i. Akta notaris perjanjian kerjasama APA dan Pemilik Sarana
Apotek (PSA).
j. Surat keterangan dari pimpinan, jika PNS atau TNI atau POLRI
yang aktif.
k. Proposal teknis yang dilengkapi dengan :
1) Peta lokasi dan denah bangunan
2) Struktur organisasi dan tata kerja atau tata laksana (dalam
bentuk organogram)
3) Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan
4) Rencana jadwal buka apotek
5) Daftar peralatan peracikan obat
6) Daftar buku wajib peraturan perundang-undangan di
bidang farmasi.
l. Jika tanah atau bangunan disewa :
1) Perjanjian sewa-menhyewa tanah atau bangunan
2) Surat pernyataan di atas kertas bermeterai Rp. 6.000 dari
pemilik tanah/bangunan yang menyatakan tidak keberatan
tanah/bangunannya digunakan
3) KTP pemilik tanah atau bangunan (fotokopi)

11
2.1.5 Perizinan Apotek
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 9 tahun 2017
tentang Apotek, Apotek dapat didirikan oleh Apoteker dengan modal
sendiri dan/atau modal dari pemilik modal baik perorangan maupun
perusahaan. Namun, pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan
sepenuhnya oleh Apoteker yang bersangkutan apabila pendirian suatu
Apotek bekerja sama dengan pemilik modal. Sebelum suatu Apotek
dapat beroperasi, seorang Apoteker harus memiliki Surat Izin Apotek
(SIA) yang berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang apabila
masih memenuhi persyaratan. Apoteker harus mengajukan
permohonan tertulis untuk memperoleh SIA melalui Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kabupaten/Kota apabila perizinan
dilakukan diluar wilayah DKI Jakarta atau PTSP Kecamatan apabila
perizinan dilakukan di wilayah DKI Jakarta. Permohonan harus
ditandatangani oleh Apoteker disertai kelengkapan dokumen meliputi
1. Fotokopi SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker), dapat
menggunakan SIPA kesatu, kedua atau ketiga;
2. Fotokopi KTP Apoteker
3. Surat Pernyataan bahwa Apoteker Penanggung Jawab Apotek
(APA) tidak merangkap/bekerja di Apotek lain/ Industri lain dan
sanggup bekerja sebagai APA di Apotek dimaksud;
4. Fotokopi perjanjian kerjasama antara APA dan Pemilik Sarana
Apotek (PSA) di depan Notaris;
5. Surat pernyataan PSA bahwa tidak pernah terlibat pelanggaran
perundang-undangan dibidang Farmasi;
6. Peta Lokasi dan Denah Bangunan Apotek;
7. Status Bangunan dan kaitannya dengan PSA (Hak
Milik/Sewa/Kotrak);
8. Daftar Asisten Apoteker dilampiri Fotokopi Ijasah dan STRTTK;
9. Surat izin Atasan untuk APA yang bekerja sebagai PNS/BUMN;
10. Surat Izin Tempat Usaha (SITU).

12
Paling lama dalam waktu 6 hari kerja sejak menerima
permohonan dan dinyatakan telah memenuhi kelengkapan dokumen
administratif, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menugaskan tim
pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan
Apotek. Tim pemeriksa harus melibatkan unsur dinas kesehatan
kabupaten/kota yang terdiri atas tenaga kefarmasian dan tenaga
lainnya yang menangani bidang sarana dan prasarana. Paling lama
dalam waktu 6 hari kerja sejak tim pemeriksa ditugaskan, tim
pemeriksa harus melaporkan hasil pemeriksaan setempat yang
dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota. Paling lama dalam waktu 12 hari kerja sejak
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerima laporan dan dinyatakan
memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
menerbitkan SIA dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Bila hasil pemeriksaan oleh tim pemeriksa dinyatakan masih
belum memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
harus mengeluarkan surat penundaan paling lama dalam waktu 12 hari
kerja. Pemohon dapat melengkapi persyaratan paling lambat dalam
waktu 1 bulan sejak surat penundaan diterima. Apabila pemohon tidak
dapat memenuhi kelengkapan persyaratan, maka Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota mengeluarkan Surat Penolakan. Apabila Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dalam menerbitkan SIA melebihi jangka
waktu (12 hari kerja), Apoteker pemohon dapat menyelenggarakan
Apotek dengan menggunakan BAP sebagai pengganti SIA.
Pemerintah daerah menerbitkan SIA bersamaan dengan penerbitan
SIPA untuk Apoteker pemegang SIA. Oleh sebab itu, masa berlaku
SIA mengikuti masa berlaku SIPA. Setiap perubahan alamat di lokasi
yang sama atau perubahan alamat dan pindah lokasi, perubahan
Apoteker pemegang SIA, atau nama Apotek harus dilakukan
perubahan izin mengikuti ketentuan seperti pengajuan SIA untuk

13
pertama kalinya. Namun, untuk Apotek yang melakukan perubahan
alamat di lokasi yang sama atau perubahan nama Apotek tidak perlu
dilakukan pemeriksaan setempat oleh tim pemeriksa.
Untuk memperoleh SIPA sesuai dengan PP RI No. 51 Tahun
2009 tentang Tenaga Kefarmasian, seoarang Apoteker harus memiliki
Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). STRA ini dapat diperoleh
jika seorang Apoteker memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Memiliki Ijazah Apoteker.
2. Memiliki Sertifikat Kompetensi Apoteker.
3. Surat pernyataan telah mengucapkan sumpah dan janji apoteker.
4. Surat sehat fisik dan mental dari dokter yang mempunyai surat
izin praktek.
5. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan etika profesi.

Perubahan Izin Apotek


1) Setiap perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan
alamat dan pindah lokasi, perubahan Apoteker pemegang SIA, atau
nama Apotek harus dilakukan perubahan izin.
2) Apotek yang melakukan perubahan alamat di lokasi yang sama
atau perubahan alamat dan pindah lokasi, perubahan Apoteker
pemegang SIA, atau nama Apotek, wajib mengajukan permohonan
perubahan izin kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
3) Terhadap Apotek yang melakukan perubahan alamat di lokasi yang
sama atau perubahan nama Apotek tidak perlu dilakukan
pemeriksaan setempat oleh tim pemeriksa.
4) Mengikuti tata cara permohonan perubahan izin bagi Apotek yang
melakukan perubahan alamat dan pindah lokasi atau perubahan
Apoteker pemegang SIA.

2.1.6 Pendirian Apotek


Seorang Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal

14
sendiri dan/atau modal dari pemilik modal baik perorangan maupun
perusahaan. Dalam hal Apoteker yang mendirikan Apotek
bekerjasama dengan pemilik modal maka pekerjaan kefarmasian harus
tetap dilakukan sepenuhnya oleh Apoteker yang bersangkutan.
Pendirian Apotek harus memenuhi persyaratan, meliputi:
a. Lokasi;
b. Bangunan;
c. Sarana, prasarana, dan peralatan; dan
d. Ketenagaan(4).

2.1.7 Pencabutan Izin Apotek


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 9 tahun 2017
tentang Apotek, pencabutan SIA dilakukan :
a. Pencabutan SIA sebagaimana dimaksud dilakukan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota berdasarkan:
1) Hasil pengawasan; dan/atau
2) Rekomendasi Kepala Balai POM.
b. Pelaksanaan pencabutan SIA dilakukan setelah dikeluarkan
teguran tertulis berturut turut sebanyak 3 (tiga) kali dengan
tenggang waktu masing-masing 1 (satu) bulan dengan
menggunakan Formulir 8.
1) Dalam hal Apotek melakukan pelanggaran berat yang
membahayakan jiwa, SIA dapat dicabut tanpa peringatan
terlebih dahulu.
2) Keputusan Pencabutan SIA oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota disampaikan langsung kepada Apoteker
dengan tembusan kepada Direktur Jenderal, kepala dinas
kesehatan provinsi, dan Kepala Badan dengan menggunakan
Formulir 9.
3) Dalam hal SIA dicabut oleh dinas kesehatan kabupaten/kota,
ditembuskan juga kepada dinas kabupaten/kota.

15
2.1.8 Penyelenggaraan
Apotek menyelenggarakan fungsi:
a. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai; dan
b. Pelayanan farmasi klinik, termasuk di komunitas.
Apotek hanya dalam menyerahkan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai kepada:
1) Apotek lainnya;
2) Puskesmas;
3) Instalasi Farmasi Rumah Sakit;
4) Instalasi Farmasi Klinik;
5) Dokter;
6) Bidan praktik mandiri;
7) Pasien; dan
8) Masyarakat(4).
Apotek wajib memasang papan nama yang terdiri atas:
a. Papan nama Apotek, yang memuat paling sedikit informasi
mengenai nama Apotek, nomor SIA, dan alamat; dan
b. Papan nama Praktik Apoteker, yang memuat paling sedikit
informasi mengenai nama Apoteker, nomor SIPA, dan jadwal
praktik Apoteker. Papan nama harus dipasang di dinding
bagian depan bangunan atau dipancangkan di tepi jalan, secara
jelas dan mudah terbaca. Jadwal Praktik Apoteker harus
berbeda dengan jadwal praktik Apoteker yang bersangkutan di
fasilitas kefarmasian lain.

Setiap Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian harus bekerja


sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional, standar
pelayanan, etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan
kepentingan pasien. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di
Apotek harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan

16
dan bahan medis habis pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan
terjangkau (4).

2.2 ASPEK USAHA


2.2.1 Permodalan dan BEP
Menurut Permenkes RI No. 9 Tahun 2017 Apoteker dapat
mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan atau modal dari pemilik
modal baik perorangan maupun perusahaan. Dalam hal Apoteker yang
mendirikan Apotek bekerjasama dengan pemilik modal maka
pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh
Apoteker yang bersangkutan.
a. Pengertian Break Even Point (BEP)
Menurut Supriyono Break Even Point atau sering disebut
dengan impas atau pulang pokok merupakan suatu keadaan
perusahaan dimana besarnya jumlah total penghasilan sama dengan
jumlah total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau rugi
labanya sama dengan nol.
Sedangkan Harahap (2007) berpendapat bahwa, Break Even
Point berarti suatu keadaan di mana perusahaan tidak mengalami
laba dan juga tidak mengalami rugi, artinya seluruh biaya itu dapat
ditutupi oleh penghasilan penjualan. Beberapa pernyataan dari para
ahli dapat disimpulkan bahwa break even point atau impas
merupakan suatu keadaan yang dialami oleh perusahaan dimana
tidak mendapatkan penghasilan setelah perusahaan tersebut
mengeluarkan biaya-biaya yang digunakan untuk memenuhi
kegiatan produksi, dengan kata lain jumlah total pendapatan sama
dengan jumlah total biaya.
b. Kegunaan Analisis Break Even Point (BEP)
Menurut Kasmir (2010) terdapat beberapa manfaat di dalam
analisis break even point (BEP) bagi manajemen perusahaan,
diantaranya yaitu :

17
1) Mendesain spesifikasi produk
2) Menentukan harga jual persatuan
3) Menentukan target penjualan dan penjualan minimal
4) Memaksimalkan jumlah produksi dan penjualan
5) Merencanakan laba yang diinginkan serta tujuan lainnya.
c. Keterbatasan Analisis Break Even Point (BEP)
Ada beberapa keterbatasan yang perlu untuk diketahui dalam
analisis break even point menurut Keown, dkk (2010) adalah
sebagai berkut:
1) Hubungan biaya, volume, laba diasumsikan meningkat secara
linear.
2) Kurva total pendapatan (kurva penjualan) diasumsikan
meningkat secara linear sesuai dengan volume output.
3) Diasumsikan perpaduan antara produksi dan penjualan relatif
tetap.
4) Diagram break even dan perhitungan break even merupakan
bentuk analisis statis.

2.2.1 Strategi Pengembangan Apotek


Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘strategos’ atau
‘strategus’ (stratos = tentara atau militer, dan ag = memimpin) yang
berarti seni berperang. Definisi strategi adalah ilmu perencanaan dan
pengarahan sumber daya untuk operasi secara besar-besaran, melansir
kekuatan pada posisi siap yang paling menguntungkan sebelum
melakukan penyerangan terhadap lawan. Secara umum dapat
didefinisikan bahwa strategi adalah rencana tentang serangkaian
manuver, yang mencakup seluruh elemen yang kasat mata maupun tak
kasat mata, untuk menjamin keberhasilan mencapai tujuan (Hutabarat
dan Huseini, 2006).
Strategi didefinisikan sebagai sebuah tindakan yang bersifat
senantiasa meningkat (incremental) dan terus menerus, serta

18
dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan
oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir
selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa
yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan
perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core
competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam
bisnis yang dilakukan (Hamel dan Prahalad, 1997).
Tujuan manajemen strategi adalah untuk mengeksploitasi dan
menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa mendatang.
Secara umum manfaat yang diperoleh perusahaan dalam menerapkan
manajemen strategi adalah sebagai berikut (Hutabarat dan Huseini,
2006):
a. Meningkatkan kinerja perusahaan, baik dalam hal profitabilitas
maupun keberhasilan lainnya.
b. Memperbaiki proses manajemen dan partisipasi di dalam
organisasi.
c. Memperbaiki pengambilan keputusan.
d. Memperbaiki sikap, disiplin dan motivasi individu di dalam
organisasi.
e. Memperbaiki antisipasi dan kepedulian terhadap masa depan dan
peluang yang terjadi

Tahapan proses tersebut dijelaskan sebagai berikut :


a. Tahap Input (Input Stage)
Pada tahap ini proses yang dilakukan adalah meringkas informasi
dasar yang dibutuhkan dalam merumuskan strategi. Pada tahap ini
menggunakan alat analisis IFE dan EFE. Matriks IFE (evaluasi
faktor internal) adalah alat yang digunakan untuk mengevaluasi
lingkungan internal perusahaan dan untuk mengungkapkan
kekuatan serta kelemahannya, sedangkan Matriks EFE (evaluasi
faktor eksternal) adalah alat yang digunakan untuk menguji

19
lingkunan eksternal perusahaan dan untuk mengidentifikasi
peluang dan ancaman yang ada.
b. Tahap Pencocokan (Matching Stage)
Tahap pencocokan menggunakan alat analisis matriks SWOT
(Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats). Alat ini bersandar
pada informasi yang diturunkan dari tahap input untuk
mencocokkan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan
kelemahan internal.
c. Tahap Keputusan (Decision Stage)
Tahap keputusan menggunakan alat analisis Quantitative Strategic
Planning Matrix (QSPM). Alat analisis ini secara obyektif
mengindikasikan alternatif strategi mana yang terbaik.

2.2.2 Kewirausahaan
Kewirausahaan menurut Suryana dan Bayu (2010) adalah
kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan
sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses atau peluang
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berfikir
kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang.

2.3 ASPEK SARANA DAN PRASARANA


2.3.1 Sumber Daya Manusia
Semua Apoteker yang akan melaksanakan praktek
kefarmasian harus memiliki sertifikat kompetensi Apoteker.
Sertifikat kompetensi profesi Apoteker berlaku selama 5 (lima)
tahun dan dapat dilakukan sertifikasi ulang setelah habis masa
berlakunya. Calon Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi
harus mengikuti Uji Kompetensi Apoteker Indonesia (UKAI)
sebelum dapat diberikan sertifikat kompetensi Apoteker. (Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

20
Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis
Kefarmasian (TTK) dan/atau tenaga administrasi dalam
pengelolaan Apotek. Apoteker wajib memiliki surat izin praktek
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan berupa
Surat Izin Praktek Apotek (SIPA)(4). Sebelum memperoleh SIPA,
Apoteker harus memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 31 tahun 2016
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Nomor 889 tahun 2011
tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian, STRA diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang
telah diregistrasi. Menteri akan mendelegasikan pemberian STRA
kepada Komite Farmasi Nasional (KFN). Masa berlaku STRA
selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang selama
memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki ijazah Apoteker;
b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi;
c. Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji
Apoteker;
d. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter
yang memiliki surat izin praktek; dan
e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika profesi.

Pengurusan SIPA dilakukan di Penyelenggara Pelayanan


Terpadu Satu Pintu Kabupaten/Kota tempat Apoteker akan
melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian. Permohonan SIPA harus
melampirkan:
a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN;
b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat
keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian;

21
c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi; dan
d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x
4 sebanyak 2 (dua) lembar.

Apoteker yang bekerja di fasilitas pelayanan kefarmasian


dapat memiliki paling banyak 3 SIPA untuk fasilitas pelayanan
kefarmasian, sementara Apoteker yang memiliki SIA (Surat Izin
Apotek), boleh memiliki paling banyak 2 SIPA di fasilitas
pelayanan kefarmasian lain.

2.3.2 Sarana Dan Prasarana


a. Lokasi
Jarak antara Apotek tidak dipersyaratkan, namun
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur penyebaran
Apotek di wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat
dalam mendapatkan pelayanan kefarmasian. Lokasi Apotek harus
memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan. Apotek dapat
didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan dan
komoditi lainnya diluar sediaan farmasi(4). Selain itu juga
mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan
kesehatan, jumlah penduduk, dan kemampuan daya beli
penduduk di sekitar lokasi Apotek, dan keamanan. Bangunan
Apotek harus dapat memberikan keamanan, kenyamanan, dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien termasuk
penyandang cacat, anak – anak dan orang lanjut usia.
Selain itu, Apotek harus mempunyai luas yang cukup dan
memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin
kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Apotek, serta
memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Apotek
sekurang-kurangnya harus memiliki ruang penerimaan resep,
ruang pelayanan resep dan peracikan maupun produksi sediaan

22
secara terbatas, ruang penyerahan sediaan farmasi dan alat
kesehatan; ruang konseling, ruang penyimpanan sediaan farmasi
dan alat kesehatan, dan ruang arsip(4).
b. Bangunan dan Kelengkapan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 9 Tahun
2017 tentang Apotek, bangunan Apotek harus memiliki fungsi
keamanan kenyamanan, dan kemudahan dalam pemberian
pelayanan kepada pasien serta perlindungan dan keselamatan bagi
semua orang termasuk penyadang cacat, anak-anak, dan orang
lanjut usia, harus bersifat permanen. Bangunan Apotek juga harus
bersifat permanen dan merupakan bagian dan/atau terpisah dari
pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah
susun, dan bangunan yang sejenis.dan untuk sarana dan prasarana
Apotek ditujukan untuk menjamin mutu sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta kelancaran praktek
pelayanan kefarmasian. Sarana dan Prasarana di Apotek :
a. Area Penerimaan Resep
Area ini ditempatkan di bagian paling depan sehingga
mudah terlihat oleh pasien. Sekurang kurangnya terdiri atas
counter penerimaan resep serta satu set komputer untuk
melakukan pekerjaan administrasi.
b. Ruang Pelayanan Resep dan Peracikan
Ruang pelayanan resep dan peracikan meliputi rak obat
dan meja peracikan. Sekurang-kurangnya tersedia peralatan
peracikan, timbangan obat, air minum (mineral) untuk
pengencer, sendok obat, bahan pengemas obat, lemari
pendingin, termometer ruangan, blanko salinan Resep, etiket,
dan label obat. Ruangan dapat dilengkapi dengan pendingin
ruangan.
c. Area Penyerahan Obat
Area penyerahan obat berupa counter penyerahan obat

23
yang dapat digabungkan atau bersebelahan dengan counter
penerimaan resep.
d. Ruang Konseling
Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set
meja dan kursi konseling, buku-buku referensi, leaflet, poster,
alat bantu konseling, buku catatan konseling dan formulir
catatan pengobatan pasien.
e. Ruang Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai (BMHP).
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi
sanitasi, temperatur, kelembaban, serta ventilasi untuk
menjamin mutu produk dan keamanan petugas. Ruang
penyimpanan harus dilengkapi dengan lemari obat, pendingin
ruangan (AC), lemari pendingin, alat pengukur suhu dan
catatan suhu.
f. Ruang Arsip
Digunakan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan
dengan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai, catatan pelayanan kefarmasian seperti
catatan konseling maupun catatan pengobatan pasien dalam
jangka waktu tertentu.

Selain itu Bangunan Apotek harus dilengkapi dengan:


1. Sumber air yang memenuhi persyaratan kesehatan.
2. Penerangan yang cukup sehingga dapat menjamin pelaksanaan
tugas dan fungsi apotek.
3. Alat pemadam kebakaran minimal dua buah yang masih
berfungsi dengan baik.
4. Ventilasi dan sistem sanitasi yang memenuhi persyaratan
hygiene lainnya.
5. Papan nama Apotek, yang memuat nama Apotek, nama APA,

24
nomor Surat Izin Apotek (SIA), jam praktek APA, alamat dan
nomor telepon Apotek (bila ada).

c. Perlengkapan Apotek
Perlengkapan yang wajib dimiliki oleh apotek adalah :
1. Alat pembuatan, pengelolaan, peracikan obat, seperti:
timbangan, mortir, stemper, gelas piala, dan sebagainya.
2. Wadah untuk bahan pengemas dan bahan pembungkus seperti:
etiket, wadah pengemas dan pembungkus penyerahan obat.
3. Perlengkapan dan tempat penyimpanan perbekalan farmasi
seperti lemari dan rak untuk penyimpanan oabt, lemari
pendingin, lemari untuk penyimpanan narkotik dan
psikotropika.
4. Alat administrasi seperti blanko pemesanan obat, kartu stok
obat, faktur, nota penjualan, salinan resep, alat tulis dan
sebagainya.
5. Pustaka, seperti Farmakope edisi terbaru dan kumpulan
peraturan perundang-undangan serta buku-buku penunjang lain
yang berhubungan dengan apotek.

2.3.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan kesehatan Lainnya


Pelayanan kefarmasian di Apotek meliputi 2 (dua) kegiatan,
yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan
farmasi klinik. Kedua kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber
daya manusia, sarana dan prasarana yang memadai.

a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan


Medis Habis Pakai
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan

25
perundang-undangan yang berlaku, meliputi:
1) Perencanaan
Perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai dilakukan dengan mengamati pola
penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
2) Pengadaan
Pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan agar kualitas terjamin.
3) Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan
dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik
yang diterima.
4) Penyimpanan
a) Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari
pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dipindahkan
pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya
kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada
wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama
obat, nomor batch, dan tanggal kadaluarsa.
b) Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang
sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
c) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan
bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara
alfabetis.
d) Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expired
First Out) dan FIFO (First In First Out).
5) Pemusnahan
a) Obat kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai
dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat
kadaluarsa atau rusak yang mengandung narkotika dan

26
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota. Pemusnahan obat selain
narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki
surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan
dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
b) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima)
tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan
oleh Apoteker, disaksikan oleh sekurang-kurangnya
petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan resep dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas
kesehatan kabupaten/kota.
6) Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan
jumlah persediaan sesuai dengan kebutuhan pelayanan, melalui
pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan
pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluarsa,
kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian
persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara
manual atau elektronik. Kartu stok sekurang- kurangnya
memuat nama obat, tanggal kadaluarsa, jumlah pemasukan,
jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
7) Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai,
meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu
stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan
lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal.

27
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk
kebutuhan menajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan
laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang
dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan meliputi pelaporan narkotika,
psikotropika dan pelaporan lainnya.

b. Pelayanan Farmasi Klinik


Pelayanan farmasi klinik di apotek merupakan bagian dari
pelayanan kefarmasian yang langsung dan bertanggungjawab
kepada pasien berkaitan dengan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Pelayanan farmasi klinik meliputi:
1. Pengkajian Resep
Kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian
farmasetik dan pertimbangan klinis.
a) Kajian administratif meliputi:
• Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;
• Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat,
nomor telepon, paraf, dan;
• Tanggal penulisan resep.
b) Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
• Bentuk dan kekuatan sediaan;
• Stabilitas; dan
• Kompatibilitas (ketercampuran obat).
c) Pertimbangan klinis meliputi:
• Ketepatan indikasi dan dosis obat;
• Aturan, cara pakai dan lama penggunaan obat;
• Duplikasi dan/atau polifarmasi;
• Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping

28
obat, manifestasi klinis lain);
• Kontra indikasi dan Interaksi.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil
pengkajian, maka Apoteker harus menghubungi dokter
penulis resep.
2. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian
informasi obat. Setelah melakukan pengkajian resep maka
dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep
• Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep;
• Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluarsa dan
keadaan fisik obat.
b) Melakukan peracikan obat bila diperlukan
c) Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
• Warna putih untuk obat dalam/oral;
• Warna biru untuk obat luar dan suntik;
• Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk
suspensi atau emulsi.
d) Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah
untuk obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan
menghindari penggunaan yang salah.
e) Setelah penyiapan obat selesai, dilakukan sebagai berikut:
• Pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada
etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat
(kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep);
• Memanggil nama atau nomor tunggu pasien;
• Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;
• Menyerahkan obat yang disertai dengan pemberian
informasi obat;

29
• Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal
yang terkait dengan obat antara lain manfaat obat, makanan
dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek
samping obat, cara penyimpanan obat dan lain-lain;
• Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan
dengan cara yang baik, mengingat pasien dalam kondisi
tidak sehat mungkin emosinya tidak stabil;
• Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya;
• Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf
oleh Apoteker (apabila diperlukan); dan
• Apoteker membuat catatan pengobatan pasien.
Apoteker di Apotek juga dapat melayani obat non resep
atau pelayanan swamedikasi. Apoteker harus memberikan
edukasi kepada pasien yang memerlukan obat non resep
untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat bebas atau
bebas terbatas yang sesuai dengan kondisi pasien.
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai
obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan
bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada
profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.
Informasi mengenai obat termasuk obat resep, obat bebas
dan herbal yang meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi
khusus, rute dan metode pemberian, farmakokinetik,
farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, kesamaan
penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping,
interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia
dari obat, dan lain-lain. Kegiatan Pelayanan Informasi Obat
(PIO) antara lain:

30
• Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan
• Membuat dan menyebarkan buletin / brosur / leaflet,
pemberdayaan masyarakat (penyuluhan);
• Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;
• Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada
mahasiswa farmasi yang sedang praktik profesi;
• Melakukan penelitian penggunaan obat;
• Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;
• Melakukan program jaminan mutu.
Pelayanan Informasi Obat (PIO) harus didokumentasikan untuk
membantu penelusuran kembali dalam waktu yang relatif
singkat. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi
PIO adalah:
• Topik pertanyaan;
• Tanggal dan waktu Pelayanan Informasi Obat (PIO)
diberikan;
• Metode PIO (lisan, tertulis, lewat telepon);
• Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi
lain seperti riwayat alergi, apakah pasien sedang
hamil/menyusui, data laboratorium);
• Uraian pertanyaan;
• Jawaban pertanyaan;
• Referensi; dan
• Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, lewat telepon);
• Data apoteker yang memberikan PIO.
4. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker
dengan pasien/keluarga pasien untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi
perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan
masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling,

31
Apoteker menggunakan metode three prime questions. Apabila
tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan
dengan metode Health Belief Model. Apoteker harus melakukan
verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami
obat yang digunakan. Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu
diberikan konseling adalah:
a) Pasien dengan kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan
fungsi hati dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui);
b) Pasien dengan terapi jangka panjang/ penyakit kronis
(misalnya TBC, Diabetes Mellitus, AIDS, epilepsi);
c) Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus
(misal: penggunaan kortikosteroid dengan tappering
down/off);
d) Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi
sempit (misal: digoksin, fenitoin, teofilin);
e) Pasien dengan polifarmasi, dimana pasien menerima
beberapa obat untuk indikasi penyakit yang sama. Dalam
kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu obat
untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan
satu jenis obat; dan
f) Pasien dengan tingkat kepatuhan yang rendah.
Kegiatan Tahapan Konseling :
• Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien;
• Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui
Three Prime Questions, yaitu:
 ”Apa yang disampaikan dokter tentang obat anda ?”
 ”Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian
obat anda ?”
 ”Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang
diharapkan setelah anda menerima terapi obat tersebut ?”
• Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan

32
kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan
obat.
• Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan
masalah penggunaan obat.
• Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman
pasien.
• Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta
tanda tangan pasien sebagai bukti bahwa pasien memahami
informasi yang diberikan dalam konseling.
5. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (pharmaceutical home care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat
melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan
rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan
pengobatan penyakit kronis lainnya.
Jenis pelayanan kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan
oleh apoteker, meliputi:
a) Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang
berhubungan dengan pengobatan.
b) Identifikasi kepatuhan pasien.
c) Pendampingan pengelolaan obat dan/atau alat kesehatan di
rumah, misalnya cara pemakaian obat asma, penyimpanan
insulin.
d) Konsultasi masalah obat atau kesehatan secara umum.
e) Monitoring pelaksanaan, efektivitas dan keamanan
penggunaan obat berdasarkan catatan pengobatan pasien.
f) Dokumentasi pelaksanaan pelayanan kefarmasian di rumah.
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang
pasien mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau
dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek
samping.

33
Kriteria pasien untuk PTO adalah:
a) Anak-anak, lanjut usia serta ibu hamil dan menyusui.
b) Menerima obat lebih dari lima jenis.
c) Adanya multidiagnosis.
d) Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
e) Menerima obat dengan indeks terapi sempit.
f) Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi
obat yang merugikan.
Kegiatan PTO meliputi:
• Memilih pasien yang memenuhi kriteria;
• Mengambil data yang dibutuhkan, yaitu riwayat pengobatan
pasien yang terdiri dari riwayat penyakit, riwayat penggunaan
obat dan riwayat alergi, melalui wawancara dengan pasien
atau keluarga pasien atau tenaga kesehatan lain;
• Melakukan identifikasi masalah terkait obat, masalah tersebut
antara lain adanya indikasi tetapi tidak diterapi, pemberian
obat tanpa indikasi, pemilihan obat yang tidak tepat, dosis
terlalu tinggi, dosis terlalu rendah, terjadinya reaksi obat yang
tidak diinginkan atau terjadinya interaksi obat;
• Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien
dan menentukan apakah masalah tersebut sudah atau
berpotensi akan terjadi;
• Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang
berisi rencana pemantauan dengan tujuan memastikan
pencapaian efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak
dikehendaki;
• Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang
telah dibuat oleh apoteker harus dikomunikasikan dengan
tenaga kesehatan terkait untuk mengoptimalkan tujuan terapi;
• Melakukan dokumentasi pelaksanaan pemantauan terapi obat.

34
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap
obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada
dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi
fisiologis. Kegiatan MESO meliputi:
• Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko
tinggi mengalami efek samping obat;
• Mengisi formulir MESO;
• Melaporkan ke pusat monitoring efek samping obat.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam MESO yaitu:
a) Kerjasama dengan tim kesehatan lain.
b) Ketersediaan formulir MESO (3).

c. Sediaan Farmasi
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional
dan kosmetika. Berdasarkan penggolongannya, obat dapat dibagi
menajdi beberapa jenis, diantaranya :
1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan
dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan
etiket ditandai dengan lingkaran hijau dengan garis tepi
berwarna hitam yang dapat dilihat dengan lebih jelas pada
Gambar 2. 1. (7).

Gambar 2. 1. Penandaan Obat Bebas

35
2. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk
obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep
dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada
kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru
dengan garis tepi berwarna hitam, obat bebas terbatas disertai
dengan peringatan P. No.1 sampai P. No. 6 (7)
. Tanda khusus
obat bebas terbatas beserta penandaan peringatannya dapat
dilihat pada Gambar II. 2. dan Gambar 2. 3.

Gambar 2. 2. Penandaan Obat Bebas Terbatas

Gambar 2. 3. Penandaan Peringatan Obat Bebas Terbatas

3. Obat Keras
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek
dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket
adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi
berwarna hitam(8). Tanda khusus dapat dilihat pada Gambar 2. 4.

36
Gambar 2. 4. Penandaan Obat Keras

4. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan(9). Penandaan obat narkotika dapat
dilihat pada Gambar 2. 5.

Gambar 2. 5. Penandaan Obat Narkotika

Narkotika sangat diperlukan untuk pengobatan dan


pelayanan kesehatan serta pengembangan ilmu pengetahuan,
namun narkotika juga dapat menimbulkan ketergantungan yang
sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan
pengawasan yang ketat dan seksama. Oleh karena itu untuk
meningkatkan upaya mencegah dan memberantas
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, maka diadakan
pengawasan terhadap penggunaan narkotika yang meliputi
pembelian, penyimpanan, penjualan, administrasi serta
penyampaian laporannya.
Untuk mempermudah pengawasan tersebut maka
Pemerintah menetapkan PT. Kimia Farma sebagai satu-satunya

37
perusahaan yang diizinkan untuk memproduksi, mengimpor dan
mendistribusikan narkotika di Indonesia. Pengelolaan narkotika
meliputi kegiatan:
a) Pemesanan Narkotika
Pemesanan narkotika hanya dapat dilakukan oleh
Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma. Pesanan
narkotika bagi apotek ditandatangani oleh APA dengan
menggunakan surat pesanan rangkap empat, dimana 1 (satu)u
surat pesanan narkotika hanya dapat digunakan untuk 1 (satu)
jenis narkotika yang dilengkapi dengan nomor SIPA apoteker
dan stempel apotek.
b) Penyaluran Narkotika
Menurut Permenkes Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2015 pasal 19 ayat 2, Apotek hanya dapat
menyerahkan narkotika kepada: (12)
a. Apotek lainnya;
b. Puskesmas;
c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit;
d. Instalasi Farmasi Klinik;
e. Dokter; dan
f. Pasien
c) Penyimpanan Narkotika
Apotek harus memiliki lemari khusus untuk
menyimpan narkotika. Lemari khusus tersebut harus
memenuhi persyaratan berikut: (12)
a. Terbuat dari bahan yang kuat;
b. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah
kunci yang berbeda;
c. Harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang,
untuk Instalasi Farmasi Pemerintah;
d. Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh

38
umum, untuk Apotek, Instalsi Farmasi Rumah Sakit,
Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik, dan Lembaga Ilmu
Pengetahuan; dan
e. Kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung
jawab/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang
dikuasakan.
d) Pelayanan Resep Mengandung Narkotika
Apotek hanya melayani pembelian narkotika
berdasarkan resep dokter dengan ketentuan berdasarkan surat
edaran balai POM No. 336/EE/SE/1977 antara lain
dinyatakan:
a. Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung
narkotika, walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian
atau belum dilayani sama sekali.
b. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau
belum dilayani sama sekali. Apotek boleh membuat
salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh
dilayani oleh apotek yang menyimpan resep aslinya.
c. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak
boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak
boleh menambah tulisan iter pada resep-resep yang
mengandung narkotika.
e) Pencatatan dan Pelaporan Narkotika
Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik,
Lembaga Ilmu Pengetahuan, dan dokter praktik perorangan
wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan
pemasukan dan penyerahan/penggunaan narkotika dan
psikotropika, setiap bulan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepala Balai setempat.
Pencatatan mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran
narkotika paling sedikit terdiri atas : (12)

39
a. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan narkotika,
b. Jumlah persediaan;
c. Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan
d. Jumlah yang diterima;
e. Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran/
penyerahan;
f. Jumlah yang disalurkan/diserahkan;
g. Nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau
penyaluran/penyerahan dan Paraf atau identitas petugas
yang ditunjuk.
h. Laporan harus ditandatangani oleh APAk dengan
mencantumkan SIK, SIA, nama jelas dan stempel
Apotek. Pelaporan paling sedikit terdiri atas:
 Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika,
Psikotropika, dan/atau Prekusor Farmasi;
 Jumlah persediaan awal dan akhir bulan;
 Jumlah yang diterima; dan
 Jumlah yang diserahkan.
Laporan narkotika tersebut dibuat setiap bulannya dan harus
dikirim selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.
5. Obat Psikotropika
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotik yang bersifat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku .Untuk
(10)
Psikotropika penandaan yang
dipergunakan sama dengan penandaan untuk obat keras, hal
ini karena sebelum diundangkannya UU RI No. 5 tahun 1997
tentang Psikotropika, maka obat-obat psikotropika termasuk
obat keras, hanya saja karena efeknya dapat mengakibatkan
sidroma ketergantungan sehingga dulu disebut Obat Keras

40
Tertentu.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 1997 tentang Psikotropika, psikotropika adalah zat
atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang
bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektid pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.
Psikotropika dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu:
a. Psikotropika golongan I, yaitu psikotropika yang hanya
dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
b. Psikotropika golongan II, yaitu psikotropika yang
berkhasiat pengobatan, digunakan dalam terapi dan atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
c. Psikotropika golongan III, yaitu psikotropika yang
berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
d. Psikotropika golongan IV, yaitu psikotropika yang
berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan untuk
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan (10).
Kegiatan-kegiatan pengelolaan psikotropika meliputi:
a) Pemesanan Psikotropika
Tata cara pemesanan obat-obat psikotropika hampir
sama dengan pemesanan obat narkotika, yakni dengan
surat pemesanan yang sudah ditandatangani oleh APA,
yang dikirim ke PBF, pemesanan psikotropika juga

41
memerlukan surat pesanan khusus. Satu lember surat
pesanan psikotropika dapat terdiri dari lebih dari satu jenis
obat psikotropika.
b) Penyimpanan Psikotropika
Psikotropika yang berada di apotek wajib disimpan
secara khusus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan RI No.3 Tahun 2015, berupa
lemari khusus. Adapun tata cara penyimpanan
psikotropika harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Terbuat dari bahan yang kuat;
b. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai dua buah
kunci yang berbeda;
c. Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh
umum;
d. Kunci lemari khusus dikuasai oleh apoteker
penanggung jawab atau apoteker yang ditunjuk dan
pegawai lain yang dikuasakan.
c) Penyerahan Psikotropika
Penyerahan obat golongan psikotropika oleh apotek
hanya dapat diberikan kepada apotek lainnya, rumah sakit,
puskesmas, balai pengobatan, dokter dan kepada pasien
bila disertai dengan resep dokter.
d) Pelaporan Psikotropika
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.3
Tahun 2015, apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit
(IFRS), instalasi farmasi klinik, lembaga ilmu
pengetahuan dan dokter praktik perorangan wajib
membuat, menyimpan dan menyampaikan laporan
pemasukan dan penyerahan/penggunaan narkotika dan
psikotropika setiap bulan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepala Balai POM

42
setempat.
Pelaporan psikotropika paling sedikit terdiri dari:
a. Nama, bentuk sediaan dan kekuatan psikotropika;
b. Jumlah persediaan awal dan akhir bulan;
c. Jumlah yang diterima;
d. Jumlah yang diserahkan.
Laporan dapat menggunakan sistem pelaporan narkotika
dan psikotropika secara elektronik, dan disampaikan
paling lambat setiap tanggal 10 bulan berikutnya.
e) Pemusnahan Psikotropika
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.3
Tahun 2015, pemusnahan psikotropika hanya dilakukan
dalam hal:
1) Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan
yang berlaku dan/atau tidak dapat diolah kembali;
2) Telah kadaluarsa;
3) Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada
pelayanan kesehatan dan/atau untuk pengembangan
ilmu pengetahuan, termasuk sisa penggunaan;
4) Dibatalkan izin edarnya; atau
5) Berhubungan dengan tindak pidana.
Pemusnahan psikotropika dilaksanakan oleh industri
farmasi, PBF, instalasi farmasi pemerintah, apotek,
IFRS, instalasi farmasi klinik, lembaga ilmu
pengetahuan, dokter atau toko obat. Pemusnahan
psikotropika dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Penanggung jawab apotek menyampaikan surat
pemberitahuan dan permohonan saksi kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai
Besar/Balai POM setempat;
2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai

43
Besar/Balai POM setempat menetapkan petugas di
lingkungannya menjadi saksi pemusnahan sesuai
dengan surat permohonan sebagai saksi;
3) Penanggung jawab apotek yang melaksanakan
pemusnahan psikotropika harus membuat berita
acara pemusnahan yang paling sedikit memuat:
a) Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan;
b) Tempat pemusnahan;
c) Nama penanggung jawab apotek;
d) Nama petugas kesehatan yang menjadi saksi dan
saksi lain badan/sarana tersebut;
e) Nama dan jumlah psikotropika;
f) Cara pemusnahan;
g) Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi.
Berita acara pemusnahan dibuat dalam rangkap tiga
dan tembusannya disampaikan kepada Direktur
Jenderal dan Kepala Badan/Kepala Balai POM.
a) Pemusnahan disaksikan oleh petugas yang telah
ditetapkan;
b) Psikotropika dalam bentuk bahan baku, produk
antara dan produk ruahan harus dilakukan
sampling untuk kepentingan pengujian oleh
petugas yang berwenang sebelum dilakukan
pemusnahan.
c) Psikotropika dalam bentuk obat jadi harus
dilakukan pemastian kebenaran secara
organoleptis oleh saksi sebelum dilakukan
pemusnahan(12).
6. Prekursor
Pengelolaan prekursor farmasi terdapat dalam
Peraturan Pemerintah nomor 44 tahun 2010, Peraturan

44
Kepala BPOM nomor 40 tahun 2013 dan Peraturan
Pemerintah nomor 3 tahun 2015. Prekursor Farmasi adalah
zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan
proses produksi industri farmasi atau produk antara, produk
ruahan, dan produk jadi Narkotika dan Psikotropika.
Prekursor digolongkan menjadi 2, yaitu Prekursor gol. I
seperti Potassium Permanganat, 1-Fenil 2- Propanon, Asam
Asetat Anhidrat, Asam Asetil Antranilat, Isosafrol, 3,4-
Metilendioksifenil 2-Propanon, Piperonalm Safrol, Efedrin,
Pseudoefedrin, Fenil Propanol Amin Hidroklorida,
Ergometrin dan Asam Lisergat, serta Prekursor gol. II
seperti Asam Hidroklorida, Asam Sulfat, Toluen, Dietil
Eter, Aseton, Metil Etil Keton, Asam Fenil Asetat, Asam
Antranilat dan Piperidin. Prekursor dalam penggolongan I
merupakan bahan awal dan pelarut yang sering digunakan
dan diawasi lebih ketat dibandingkan Prekursor dalam
penggolongan II.
Pengelolaan Prekursor diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI nomor 3 tahun 2015 tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan,Prekursor Farmasi, pengelolaan
Prekursor meliputi:
a. Pemesanan
Penyaluran Prekursor Farmasi di Apotek hanya
dapat dilakukan berdasarkan surat pesanan. Surat pesanan
Prekursor hanya dapat berlaku untuk Prekursor Farmasi.
Surat pesanan prekursor dibuat rangkap 2.
b. Penyimpanan
Tempat penyimpanan Prekursor Farmasi di fasilitas
pelayanan kefarmasian termasuk Apotek harus mampu
menjaga keamanan, khasiat, dan mutu Prekursor Farmasi.

45
Untuk Prekursor Farmasi harus disimpan dalam bentuk
Obat jadi di tempat penyimpanan Obat yang aman
berdasarkan analisis risiko.
c. Pemusnahan
Pemusnahan Prekursor Farmasi hanya dapat
dilakukan dalam hal diproduksi tanpa memenuhi standar
dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat diolah
kembali, telah kadaluarsa, tidak memenuhi syarat untuk
digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk sisa
penggunaan, dibatalkan izin edarnya, atau berhubungan
dengan tindak pidana.
Pemusnahan Prekursor Farmasi harus dilakukan dengan
tidak mencemari lingkungan dan tidak membahayakan
kesehatan masyarakat. Pemusnahan dilakukan dengan
tahapan yaitu penanggung jawab Apotek menyampaikan
surat pemberitahuan dan permohonan saksi kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai Besar Badan
Pengawas Obat dan Makanan setempat serta harus
membuat Berita Acara Pemusnahan yang paling sedikit
memuat hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan,
tempat pemusnahan, nama penanggung jawab fasilitas
produksi /fasilitas distribusi / fasilitas pelayanan
kefarmasian/pimpinan lembaga/dokter praktek perorangan,
nama petugas kesehatan yang menjadi saksi dan saksi lain
badan/sarana tersebut, nama dan jumlah
d. Pencatatan dan Pelaporan
Apotek wajib membuat pencatatan mengenai
pemasukan dan pengeluaran Prekursor Farmasi. Pencatatan
paling sedikit terdiri atas:

46
1. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Prekursor
Farmasi.
2. Jumlah persediaan
3. Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan.
4. Jumlah yang diterima.
5. Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan
penyaluran/penyerahan.
6. Jumlah yang disalurkan/diserahkan.
7. Nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau
penyaluran/penyerahan.
8. Paraf atau identitas petugas yang ditunjuk.
Pencatatan yang dilakukan harus sesuai dengan
dokumen penerimaan dan dokumen penyaluran. Seluruh
dokumen pencatatan, dokumen penerimaan, dokumen
penyaluran, dan/atau dokumen penyerahan termasuk surat
pesanan Prekursor Farmasi wajib disimpan secara terpisah
paling singkat 3 (tiga) tahun.
7. OOT
Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan
No. 28 tahun 2018 Obat-Obat Tertentu yang Sering
disalahgunakan yang selanjutnya disingkat dengan OOT
adalah obat yang bekerja di sistem susunan syaraf pusat
selain Narkotika dan Psikotropika, yang pada penggunaan
di atas dosis terapi dapat menyebabkan ketergantungan dan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Bahan Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan yang
selanjutnya disebut dengan Bahan Obat adalah bahan yang
berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan
standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi pembuatan
obat-obat tertentu termasuk baku pembanding. Obat-obat

47
tertentu hanya dapat digunakan untuk kepentigan pelayanan
kesehatan dan ilmu pengetahuan.
Kriteria Obat-Obat Tertentu terdiri atas obat atau bahan
obat yang mengandung: Tramadol, Triheksifenidil,
Klorpromazin, Amitriptilin, Haloperidol, Dekstrometorfan
Pengelolaan Obat-Obat Tertentu meliputi kegiatan
pengadaan, penyimpanan, pembuatan, penyaluran,
penyerahan, penanganan obat kembalian, penarikan kembali
obat (recall), pemusnahan, dan pencatatan dan pelaporan.
Obat-obat tertentu merupakan obat keras dan tidak
dapat dikelola apotek, falisilitas pelayanan kefarmasian
dilarang menyerahka Obat-Obat Tertentu yang mengandung
Dekstrometorfan secara langsung kepada anak berusia di
bawah 18 tahun dan apabila ada keraguan usia anak maka
petugas/pegawai fasilitas pelayanan kesehatan kefarmasian
dapat meminta identitas anak yang mencantumkan tanggal
lahir.
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian dalam melakukan
kegiatan penyerahan Obat-Obat Tertentu harus
memperhatikan:
a. Kewajaran jumlah obat yang akan diserahkan; dan
b. Frekuensi penyerahan obat kepada pasien yang sama.
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian wajib mengarsipkan
secara terpisah seluruh dokumen yang berhubungan dengan
pengelolaan Obat-Obat Tertentu. Obat-Obat Tertentu wajib
diserahkan sesuai dengan resep atau salinan resep. Resep
atau salinan resep harus ditulis oleh dokter.
Petugas/pegawai harus mencatat nama, alamat, dan nomor
telepon yang bisa dihubungi dari pihak yang mengambil
obat(13).

48
8. Obat Tradisional
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan
yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut
yang secara turuntemurun telah digunakan untuk
pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat.
Penggolongan Obat Tradisional Menurut Keputusan
KPBOM Nomor HK. 00.05.4.2411 tahun 2004 tentang
Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat
Bahan Alam Indonesia, yaitu sebagai berikut:
a. Jamu
Jamu adalah ramuan dari, bahan hewan, bahan
mineral, bahan galenik atau campuran bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman. Jamu sebagai warisan budaya
bangsa harus tetap dilestarikan dengan fokus utama pada
aspek mutu dan keamanannya. Penandaan obat jamu dapat
dilihat pada Gambar 2. 6

Gambar 2.6 Penandaan Jamu.

b. Obat Herbal Terstandar


Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan
alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara
ilmiah dengan uji praklinis, dan bahan bakunya telah
terstandarisasi. Obat herbal terstandar merupakan obat

49
tradisional yang biasanya disajikan dalam bentuk ekstrak.
Penandaan obat herbal terstandar dapat dilihat pada Gambar
2. 7

Gambar 2.7 Penandaan Obat Herbal Terstandar.

c. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang
telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah
dengan uji praklinis dengan hewan percobaan dan telah
melalui uji klinis pada manusia serta bahan baku
produknya telah distandarisasi. Penandaan obat
fitofarmaka dapat dilihat pada Gambar 2. 8

Gambar 2.8 Penandaan Fitofarmaka.


9. Obat Generik
Obat generik adalah obat dengan nama resmi
International Non Propietary Names (INN) yang ditetapkan
dalam Farmakope Indonesia untuk zat khasiat yang
dikandungnya. Ada dua jenis obat generik, yaitu obat generik
bermerek dagang dan obat generik berlogo yang dipasarkan
dengan merek kandungan zat aktifnya. Kewajiban
menuliskan resep dan atau menggunakan obat generik pada
fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah berdasarkan

50
peraturan tersebut(11). Penandaan obat generik dapat dilihat
pada Gambar 2. 9

Gambar 2.9 Penandaan obat generik

2.4 Aspek Asuhan Kefarmasian (Pharmaceutical Care)


2.4.1 Konseling Promosi Dan Edukasi
a. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker
dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi
perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan menyelesaikan
masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling,
Apoteker menggunakan three prime questions. Apabila tingkat
kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan
metode Health Belief Model. Apoteker harus melakukan
verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami
Obat yang digunakan. Kriteria pasien/keluarga pasien yang
perlu diberi konseling:
- Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati
dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui).
- Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB,
DM, AIDS, epilepsi).
- Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus
(penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off).
- Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, teofilin).
- Pasien dengan polifarmasi.

51
- Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
b. Promosi
Pomosi adalah strategi mengenai bagaimana Apotek dapat
dikenal oleh konsumen atau masyarakat luas. Beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk promosi apotek yaitu Advertising
(Iklan) melalui brosur, spanduk, poster, iklan dimajalah atau
koran, pemasangan papan nama atau neon box serta promosi
harga dengan personal selling yaitu penjualan langsung kepada
konsumen dengan menawarkan produk dengan harga promosi
tertentu.
c. Edukasi
Edukasi merupakan suatu kegiatan untuk mendidik pasien
dengan tujuan meningkatkan pengetahuan pasien terhadap
penyakit yang diderita, sehingga pasien mampu mengendalikan
penyakitnya dan mengurangi pengobatan di rumah sakit.
Pelayanan yang terpusat pada pasien tergantung pada
kemampuan apoteker mengembangkan hubungan yang
dipercaya, mengajak dalam pertukaran informasi yang terbuka,
melibatkan pasien dalam proses pengembalian keputusan yang
berkaitan dengan pengobatan, serta untuk meningkatkan
kepuasan kerja, sebagai tambahan servis untuk menarik
konsumen, meningkatkan daya saing dan meningkatkan
pendapatan apotek.

2.4.2 Pengobatan Sendiri (Self Medication)


Pengobatan sendiri atau Swamedikasi adalah kegiatan
pengobatan diri sendiri oleh masyarakat terhadap penyakit yang
umum diderita, dengan menggunakan Obat-Obatan yang dijual
bebas di pasaran atau Obat keras yang bisa didapat tanpa Resep
Dokter dan diserahkan oleh Apoteker di Apotek. Peran dan
tanggung jawab Apoteker sebagai profesional dalam pelayanan

52
swamedikasi diantaranya adalah:
a. Memberikan nasehat dan informasi yang benar, cukup dan
objektif tentang swamedikasi dan semua produk yang tersedia
untuk swamedikasi.
b. Merekomendasikan kepada pasien agar segera mencari nasehat
medis yang diperlukan, apabila dipertimbangkan swamedikasi
tidak mencukupi.
c. Memberikan laporan kepada lembaga pemerintah yang
berwenang, dan untuk menginformasikan kepada produsen Obat
yang bersangkutan, mengenai efek tak dikehendaki (adverse
reaction) yang terjadi pada pasien yang menggunakan Obat
tersebut dalam swamedikasi.
d. Mendorong anggota masyarakat agar memperlakukan obat
sebagai produk khusus yang harus dipergunakan dan disimpan
secara hati-hati, dan tidak boleh dipergunakan tanpa indikasi
yang jelas.
Kriteria Obat yang dapat diserahkan tanpa Resep Dokter adalah:
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil,
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
b. Pengobatan sendiri dengan Obat dimaksud tidak memberikan
risiko pada kelanjutan penyakit.
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.
d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya
tinggi di Indonesia.
e. Memiliki rasio khasiat dan keamanan yang dapat dipertanggung
jawabkan untuk pengobatan sendiri.
Untuk mewujudkan asuhan kefarmasian (Pharmaceutical care)
dalam pelayanan swamedikasi digunakan metode WWHAM. Hal
ini dilakukan untuk memberikan pemilihan obat yang tepat dalam
rangka penyembuhan, pencegahan penyakit, pemulihan, maupun

53
untuk peningkatan kesehatan pasien. Metode WWHAM terdiri dari
:
(8)

a. Who is it for ? (Siapa Yang Sakit)


b. What are the symptoms ? (Apa Gejalanya)
c. How long have the symptoms ? ( Sudah Berapa Lama Gejala
Diderita)
d. Action taken so far ? (Tindakan Yang Sudah Dilakukan)
e. Medication being taken ? (Obat Yang Sudah Digunakan)

2.4.3 Pelayanan Residensial (Home Care)


Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat
melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah,
khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan
penyakit kronis lainnya. Jenis pelayanan kefarmasian di rumah
yang dapat dilakukan oleh Apoteker, meliputi:
a. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan
dengan pengobatan.
b. Identifikasi kepatuhan pasien.
c. Pendampingan pengelolaan obat dan atau alat kesehatan
dirumah, misalnya cara pemakaian obat asma, penyimpanan
insulin.
d. Konsultasi masalah obat atau kesehatan secara umum.
e. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan.
f. Dokumentasi pelaksanaan pelayanan kefarmasian di rumah.

54
BAB III
TINJAUAN KHUSUS

3.1 Apotek Roxy


3.1.1 Sejarah

Apotek Roxy Group berdiri sejak tahun 1954 dengan jumlah karyawan
620 karyawan yang berkantor pusat di Jl. Biak No. 39 Jakarta Pusat dan
dipimpin oleh direktur utama yang sekaligus pemilik yaitu bapak Thomas
Hosean Ciovanlee telah memiliki 37 Apotek Roxy yang berada di wilayah
Jadetabek (Jakarta, Depok, Tanggerang, Bekasi) dan akan ada penambahan 1
(satu) cabang baru di Pisangan.
Apotek Roxy merupakan salah satu tempat dilakukannya pelayanan
kefarmasian serta penyaluran sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai. Berdasarkan PP No.51 tahun 2009 dijelaskan pelayanan
kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Dalam melakukan
pelayanan kefarmasian apoteker berkewajiban memberikan informasi yang
benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan
terkini. Informasi obat pada pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis
(aturan pakai) dan mewaspadai efek samping obat. Oleh karena itu, apoteker
harus berinteraksi langsung dengan pasien dalam informasi pengguanaan obat.
Apotek Roxy Group merupakan apotek pertama di Indonesia yang
menerapkan standart ISO 9001:2015 dan merupakan apotek milik Perorangan
yang mempunyai peran besar dalam upaya meningkatkan kesehatan
masyarakat luas, yaitu dalam pengadaan obat yang bermutu, berkhasiat, aman,
dan rasional. Apotek Roxy berdiri pada tahun 1954 sampai sekarang dan
pelayanannya ada yang 24 jam. Apotek Roxy telah tersebar menjadi 37 outlet

55
di seluruh Jadetabek pada tahun 2019 yang dibagi menjadi 3 wilayah yaitu
wilayah Pusat dan Tangerang, Timur dan Bekasi, Selatan.

3.1.2 Visi dan Misi Apotek Roxy


a. Visi
Apotek Roxy sebagai pilihan utama dari masyarakat
b. Misi
1. Berada pada lokasi strategis
2. Gedung yang bersih, rapi dan nyaman
3. Selalu teliti, cepat/tanggap, murah, lengkap
4. Menciptakan dan memenuhi kebutuhan konsumen
5. Penguasaan produk knowledge

3.1.3 Struktur Organisasi Apotek Roxy


Apotek Roxy dipimpin oleh seorang Presiden Direktur yang
membawahi HRD dan GA Manager, Bussines Development Manager,
Tax manager, Accounting manager, Finance manager dan IT Manager.
HRD dan GA manager membawahi personel dan Compensasion
manager, recrutmen and Development Supervisor, Bullding Supervisor,
ME Supervisor, Director Logistic Manager, Warehouse Supervisor dan
Purchase Supervisor.

3.1.4 Tugas dan Wewenang


A. President Director
1. Mengangkat Management Representative sebagai coordinator
dalam proses implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2015
2. Menyediakan fasilitas infrastruktur (prasarana) dan sumber daya
penunjang terhadap proses implementasi ISO 9001:2015
3. Melakukan proses identifikasi terhadap ketidaksesuaian dalam
penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015

56
4. Melakukan proses pertemuan manajemen (Management Review
Meeting) yang berkatan dengan proses penerapan dan
implementasi dari system Manajemen Mutu ISO 9001:2015
5. Menetapkan Kebijakan Mutu, serta visi dan misi perusahaan
6. Melakukan proses pengembangan terhadap sumber daya
manusia yang memiliki fungsi dan peran dalam pengembangan
sistem manajemen mutu ISO 9001:2015
7. Melakukan proses review dan verifikasi terhadap efektifitas
tindakan perbaikan dan pencegahan yang diambil berkaitan
dengan penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
B. Managemen Representative
1. Melakukan fungsi koordinasi dan penerapan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2015
2. Melakukan proses evaluasi terhadap proses implementasi
system manajemen mutu
3. Memastikan adanya penerapan pada level dan fungsi yang
sesuai dalam persyaratan system manajemen mutu ISO
9001:2015
4. Memastikan proses yang dibutuhkan dalam proses penerapan
dari sistem manajemen mutu ISO 9001:2015
5. Melaporkan pada Top Management berkaitan dengan performa
dari implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
6. Memastikan adanya proses sosialisasi dan kesadaran terhadap
persyaratan pelanggan terhadap seluruh organisasi.
C. Purchasing Director
1. Menetapkan prosedur dan tata cara terhadap proses pembelian
maupun penunjukan pihak ketiga dalam pelaksanaan proses di
dalam internal perusahaan maupun kegiatan lain di luar
perusahaan yang membawa brand dari Apotek Roxy.

57
2. Menetapkan tata cara dan metode dari proses evaluasi dari
pihak ketiga yang berkaitan dengan pelaksaan pekerjaan yang
dipersyaratkan oleh perusahaan
3. Melakukan proses komunikasi terhadap supplier berkaitan
dengan pesyaratan produk yang akan dibeli, serta persyaratan
lain yang berkaitan dengan penerapan Sistem Manajemen Mutu
ISO 9001:2015
4. Melakukan proses penetapan terhadap tindakan perbaikan dan
pencegahan yang dibutuhkan dalam penerapan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2015
5. Melakukan proses verifikasi dan audit supplier (apabila
diperlukan) dalam kegiatan seleksi dan evaluasi supplier
termasuk di dalamnya adalah tindak lanjut dan penanganan
terhadap ketidaksesuaian yang diidentifikasi.
D. HRD & GA Manajer
1. Memastikan proses pemeliharaan terhadap infrastruktur yang
berkaitan dengan persyaratan pelanggan
2. Melakukan proses komunikasi internal di dalam perusahaan
yang berkaitan dengan pengembangan dari kompetensi sumber
daya manusia yang berwenang dalam pengembangan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2015
3. Melakukan proses analisis kebutuhan sumber daya manusia
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam organisasi
dan pelanggan.
4. Menetapkan metode evaluasi performa karyawan bersama –
sama dengan manjemen berkaitan dengan persyaratan
kompetensi yang ditetapkan oleh organisasi, regulasi, maupun
oleh pelanggan.
5. Menetapkan program pengembangan karyawan, termasuk
didalamnya adalah pembentukan program pelatihan terhadap
karyawan berkaitan dengan penerapan Sistem Manajemen

58
Mutu ISO 9001:2015 persyaratan dan kebutuhan pelanggan
serta persyaratan lainnya yang ditetapkan dalam regulasi.
6. Melakukan proses penerimaan karyawan dan analisis terhadap
kebutuhan karyawan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
oleh organisasi
7. Melakukan proses komunikasi eksternal berkaitan dengan
proses penanganan regulasi yang berkaitan dengan ketenaga
kerjaan, perijinan, maupun kebutuhan lainnya sesuai dengan
wewenang yang ditetapkan oleh perusahaan.
8. Melakukan proses identifikasi kesesuaian terhadap status dan
kondisi infrastruktur untuk menganalisis potensi terhadap
kondisi ketidaksesuaian pada pelanggan, regulasi maupun
persyaratan lain yang ditetapkan dalam regulasi.
E. Bussines Development Manager
1. Menetapkan karakterisitik dari proses dan jasa yang berkaitan
dengan persyaratan pelanggan maupun organisasi
2. Memastikan adanya sistem pengendalian terhadap realisasi
proses penyediaan jasa dan produk seperti yang ditetapkan
dalam persyaratan pelanggan
3. Melakukan proses pengembangan terhadap kebutuhan
pelanggan termasuk didalamnya adalah penetapan tindakan dan
perbaikan dan pencegahan yang berkaitan dengan persyaratan
pelanggan.
4. Melakukan fungsi koordinasi dalam pengembangan proses
operasional apotek, termasuk didalamnya adalah pengembangan
dari sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 dan persyaratan
pelanggan.
5. Membuat laporan dan evaluasi terhadap fungsi dan performa
dari operasional termasuk di dalamnya adalah proses
pengembangan terhadap kompetensi sumber daya manusia.

59
6. Memastikan adanya monitoring yang efektif terhadap proses
operasional seperti yang dipersyaratkan dalam regulasi, sistem
manajemen mutu ISO 900:2015, maupun persyaratan yang
ditetapkan oleh pelanggan
7. Bersama- sama dengan Management Representative melakukan
proses verifikasi terhadap tindakan perbaikan dan pencegahan
yang ditetapkan dalam regulasi, persyaratan pelanggan, dan
sistem manajemen mutu ISO 9001:2015.
8. Menetapkan proses pengembangan desain yang dibutuhkan
dalam proses pengembangan persyaratan pelanggan, sistem
manajemen mutu ISO 9001:2015 maupun regulasi.
9. Melakukan proses analisis terhadap perhitungan harga jual
produk (Bersama-sama dengan Top Management)

F. Supervisior Ahli Retail


1.Menetapkan forecast marketing berdasarkan hasil dari analisis
pencapaian dari proses penjualan sebelumnya
2.Melakukan proses terhadap kegiatan riset dan pengembangan
terhadap karakteristik pelanggan, persyaratan yang dibutuhkan
pelanggan serta kepuasan pelanggan.
3.Menetapkan proses identifikasi terhadap persyaratan pelanggan
4.Melakukan fungsi koordinasi dalam melakukan proses
penanganan customer complaint
5.Menetapkan tindakan perbaikan dan pencegahan yang berkaitan
dengan penanganan komplain pelanggan serta hasil evaluasi
terhadap identifikasi kesesuain persyaratan pelanggan
6.Memiliki fungsi koordinator pelaksana dalam kegiatan
operasional yang berkaitan dengan proses promosi, program
sales dan marketing, serta penetapan persyaratan lainnya.
7.Melakukan program marketing, promosi maupun proses lain
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh pelanggan dan
organisasi

60
8.Melakukan proses pendokumentasian dan pencatatan terhadap
kegiatan operasional yang ditetapkanpleh organisasi berkaitan
dengan persyaratan regulasi, pelanggan maupun kebutuhan
lainnya yang ditetapkan oleh organisasi.
9.Menetapkan program kerjasama dengan supplier berkaitan
dengan program promosi maupun pengembangan bisnis lainnya.
G. Logistic Manager
1. Memastikan adanya sisten dokumentasi yang berkaitan dengan
proses penanganan termasuk didalamnya adalah proses
pendistribusian dari produk apotek pusat maupun cabang
apotek lainnya
2. Menetapkan prosedur penerimaan, pengendalian , maupun
pengeluaran terhadap produk.
3. Melakukan proses pemeriksaan dan evaluasi terhadap status
stock berkaitan dengan proses penyimpanan produk
4. Menetapkan tindakan perbaikan dan pencegahan yang
berkaitan dengan kondisi pengendalian dari status stock
produk, termasuk di dalalamnya adalah proses retur dari
produk yang ada.
5. Melakukan proses identifikasi terhadap ketidaksesuain selama
proses penerimaan produk,penyimpanan produk maupun
proses pengeluaran produk
6. Menetapkan standar terhadap tata cara pengendalian stock
sesuai dengan regulasi yang ditetapkan dalam persyaratan
sistem manajemen mutu ISO 9001:2015, Good Distribution
Practice maupun status regulasi lain yang ditetapkan
H. Arsitek
1. Menetapkan pengembangan desain dan lay out sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan oleh organisasi maupun pelanggan
2. Mengidentifikasi potensi pengubahan berkaitan dengan
pengembangan desain dan lay out

61
3. Membuat perencanaan terhadap proses pengembangan desaim
dan lay out yang ada
I. Junior Product Manager
1. Menetapkan program pengembangan terhadap produk desain
termasuk di dalamnya adalah penetapan material, desain proses
maupun perencanaan terhadap proses distribusi dari produk
tersebut
2. Menetapkan standar operasional termasuk budget yang
ditetapkan berkaitan dengan proses operasional tersebut
3. Mengalokasikan sumber daya manusia yang kompeten
terhadap proses pengembangan dari produk serta kegiatan
operasional yang berkaitan dengan proses produksi
4. Mengidentifikasi persyaratan pelanggan, perijinan maupun
persyaratan yang telah ditetapkan oleh organisasi
5. Melakukan analisis terhadap karakteristik material termasuk di
dalamnya analisis uji terhadap desain yang dihasilkan
6. Bersama dengan supervisior ahli marketing melakukan proses
validasi dan verifikasi terhadap pengembangan desain maupun
produk desain yang sudah beredar di pasaran.
J. Operasional Manager
Memantau dan bertanggung jawab atas operasional di semua
Apotek Roxy dan dibagi menjadi :
1. Manager Operasional - Obat Dalam
2. Manager Operasional - Obat OTC (Over The Counter)
Operasional Manager membawahi 3 (tiga) Area Manager yaitu
1. Area Manager - Pusat dan Tangerang
Membawahi Manager Apotek cabang Biak, Mangga Besar,
Tanjung Duren, Keamanan, Pademangan, Tekuk Gong,
Cileduk, Mauk, Hasyim Ashari, Jati Baru, Pondok Cabe,
Beringin, Tanah Pasir, Mendut.
2. Area Manager - Timur dan Bekasi

62
Membawahi Manager Apotek cabang Kramat Jati, Galaxy,
Klender, Condet, Jatikramat, Mekar Sari, Jakasampurna, Rawa
Kalong, Pahlawan, Perwira, Seroja, Ujung Harapan, Kebalen,
Kaliabang, Babelan, Pondok Ungu
3. Area Manager - Selatan
Membawahi Manager Apotek cabang Jagakarsa, Depok,
Pondok Labu, Poltangan, Cinangka, Sawangan, Pamulang,
Pitara

3.1.5 Budaya Apotek Roxy


Apotek Roxy group hadir dengan konsep interior dan eksterior
baru, yang secara total mencerminkan budaya perusahaan yang baru.
Pembenahan secara terus menerus dipastikan dilakukan pada seluruh
cabang Apotek Roxy Group. Realisasi dari proses perbaikan ditunjang
oleh pengembangan desain terhadap produk baru, seperti penyedian
kelengkapan terhadap obat-obatan. Budaya Apotek Roxy yaitu
kejujuran, ketelitian, knowledge, kecepatan, kebersihan, kerapian,
keindahan, kenyamanan, kelengkapan, keramahan, keadilan, kreativitas.

3.1.6 Kebijakan Mutu Perusahaan


Pihak Manajemen Apotek Roxy group memastikan tersedianya
proses implementasi ISO 9001:2015 yang berkesinambungan dan
menghasilkan perbaikan secara terus - menerus.

3.2 Apotek Roxy Biak


Apotek Roxy Biak merupakan apotek pertama dan merupakan pusat
dari Apotek Roxy yang dikelola oleh Apotek Roxy Group mulai dari
manajemen sampai dengan pelayanan farmasinya. Pusat distribusi Apotek
Roxy yaitu PBF PT. Kreanova Pharmaret yang terletak di Apotek Roxy
cabang hasyim di lantai 2 dan 3, sedangkan manajerialnya terletak di Apotek
Roxy cabang Biak. Lokasi Apotek Roxy Biak memiliki lokasi yang cukup
strategis, terletak ditepi jalan alternatif yang ramai, berdekatan dengan sarana-

63
sarana kesehatan lain seperti praktek dokter, klinik dan rumah sakit, selain itu
dekat dengan perumahan warga, pertokoan, perkantoran, apartemen,
swalayan serta banyak dilalui oleh kendaraan umum. Penataan apotek sudah
baik karena mempunyai ruangan yang cukup luas dalam melakukan kegiatan
kefarmasian. Daya tarik tersendiri dari Apotek Roxy bagi pasien adalah
keragaman obat yang dimiliki terutama banyaknya obat generik yang tersedia
dengan harga yang cukup murah, selain itu adanya konsultasi dokter secara
gratis yang disediakan oleh apotek serta pelayanan pengantaran obat langsung
ke pasien. Ruang tunggu yang nyaman dilengkapi dengan TV dan full AC
merupakan daya tarik dari Apotek Roxy. Bangunan Apotek Roxy memiliki
ciri khas yaitu adanya logo Apotek Roxy berwarna kuning yang membuat
apotek mudah dikenali sehingga dapat menarik pelanggan, terutama bagi
yang telah mengenal reputasi Apotek Roxy. Bagian depan Apotek Roxy
berupa kaca tembus pandang sehingga terlihat dari luar. Apotek Roxy juga
memberikan kenyamanan bagi karyawan yang bekerja di Apotek Roxy
dengan memberikan seragam kerja dan tempat tinggal.
Apotek Roxy di Jl. Biak Jakarta Pusat melakukan kegiatan pelayanan
selama 24 jam, kegiatan pelayanan farmasi sudah berjalan dengan baik.
Tugas jaga pegawai dibagi menjadi 3 shift, yakni shift 1 mulai pukul 07.00-
14.30 WIB, shift 2 mulai pukul 14.30 – 22.00 WIB, shift 3 mulai pukul
22.00 – 07.00 WIB. Tenaga kefarmasian di Apotek Roxy Biak terdiri dari
Manager Apotek, Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping dan
asisten apoteker memiliki SIKTTK, STRTTK, dan Sertifikat Kompetensi.
Hal ini sesuai dengan Permenkes RI Nomor 73 Tahun 2016 bahwa Pelayanan
Kefarmasian di Apotek diselenggarakan oleh Apoteker, dapat dibantu oleh
Apoteker pendamping dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki surat
Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik atau Surat Izin Kerja. Pelaksanaan
kegiatan kefarmsian 24 jam di Apotek Roxy Biak terdiri dari 1 (satu) Apotek
Manager, 1 (satu) Apoteker Pengelola Apotek, 1 (satu) Apoteker
Pendamping, 11 (sebelas) Asisten Apoteker, 6 (enam) Kasir, 6 (enam ) Juru
Racik , 1 (satu) Administrasi, 2 (dua) office Boy, 3 (tiga) Satpam, 1 (satu)

64
orang Dokter, dan beberapa SPG yang dipekerjakan dari pabrik obat.

3.2.1 Sarana dan Prasarana


A. Lokasi :
Lokasi Apotek Roxy yang terletak di Jl. Biak No.39 Jakarta
Pusat mudah dijangkau karena terletak persis di pinggir jalan,
memudahkan orang untuk melihat posisi Apotek karena terdapat
papan petunjuk Apotek, serta Apotek ini disuplai olah tenaga listrik
yang memadai dan memiliki daya listrik cadangan sendiri.
B. Fasilitas :
1. Terdapat ruang tunggu dan kursi yang nyaman dan santai
2. Terdapat televisi
3. Memiliki keranjang sampah yang besar dan tertutup.
4. Tatanan kasir yang terorganisasi seperti kasir swalayan dan kasir
resep yang terpisah satu sama lain, sehingga ini dapat
memperlancar dan mempercepat proses pelayanan
5. Terdapat kamar kecil atau toilet yang dapat dipergunakan oleh
pasien.
6. Ruangan apotek yang luas
7. Peralatan dan obat-obatan yang tertata rapi.
8. Terdapatnya AC central sehingga membuat ruangan Apotek
sejuk
9. Terdapatnya washtafel, lemari pendingin, CCTV, Rak Obat,
Meja dan Kursi, Brangkas, Komputer dan perlengkapannya.

3.2.2 Strategi Pengembangan Apotek Roxy Biak


Strategi pemasaran yang dilakukan oleh apotek adalah analisis
AIDA (Attention, Interest, Desire, Action). Analisis AIDA merupakan
suatu rangkaian proses dimulai dari menarik perhatian calon pembeli
hingga pembeli memutuskan untuk membeli di Apotek Roxy Biak :

65
1. Attention
Strategi ini merupakan upaya Apotek untuk dapat menarik perhatian
pengunjung/konsumen, yang dapat dilakukan dengan:
a) Membuat desain eksterior Apotek semenarik mungkin, seperti
membuat papan nama yang besar dan memasang neon box agar
mudah terlihat oleh orang yang lewat.
b) Mendesain bangunan agar terlihat menarik dan juga
memperhatikan kondisi ekonomi di lingkungan tempat pendirian
Apotek.
c) Menggunakan kaca transparan pada sisi depan apotek agar
desain interior dapat terlihat dari luar.
2. Interest
Strategi ini bertujuan untuk menimbulkan keinginan
pengunjung untuk masuk ke dalam Apotek, yang dapat dilakukan
dengan cara menyusun barang fast moving berupa obat bebas
maupun barang kebutuhan harian lain beserta harganya yang
dipajang di ruang tunggu (Swalayan) agar dapat langsung terlihat
dan menarik pengunjung saat memasuki apotek. Selain itu, barang
disusun dengan menarik berdasarkan bentuk sediaan. Ruang tunggu
juga dibuat nyaman dan bersih sehingga meningkatkan interest.
3. Desire
Langkah selanjutnya setelah pengunjung masuk ke dalam
apotek adalah menimbulkan keinginan mereka untuk membeli obat.
Upaya yang dilakukan adalah melayani pengunjung dengan ramah,
cepat tanggap sesuai keinginan pelanggan, meningkatkan
kelengkapan obat, dan memberikan harga yang bersaing.
4. Action
Pelayanan yang diberikan antara lain dengan menunjukkan
kecepatan pelayanan dan pemberian informasi yang diperlukan, dan
promosi produk-produk tertentu juga dilakukan oleh beberapa SPG
wanita yang ditugaskan bekerja di Apotek Roxy.

66
3.2.3 Sumber Daya Manusia Apotek Roxy Biak
Setiap bagian operasional mempuyai tugas dan fungsinya masing–
masing, antara lain :
1. Apoteker Pengelolah Apotek (APA), Bertugas sebagai
penangungjawab utama atas kegiatan dalam Apotek, memberikan
masukan/usulan secara rutin kepada Apoteker manager agar kegiatan
usaha Apotek dapat berkembang.
2. Apotek Manager, Bertugas dan bertangung jawab terhadap
kelancaran proses operasional, memberikan pengawasaan dan
control operasional, dan juga sebagai penghubung antara karyawan
dan HRD (Human Resources Departement) pusat.
3. Apoteker Pendamping, Bertugas menggantikan Apoteker pada saat
Apoteker penanggungjawab sedang tidak berada ditempat.Bertugas
memberi penjelasan detail tentang jenis / fungsi obat kepada pasien
yang bertanya.
4. Admin, Bertugas membuat laporan rekapitulasi keuangan penjualan
dan pembelian obat dan alat kesehatan serta barang swalayan baik
harian maupun bulanan.
5. Asisten Apoteker, Bertugas mengerjakan resep dari dokter, meliputi
pengambilan obat, memberi aturan minum (etiket obat), dan
melakukan cross check (nama obat dan jenis obat) antara resep
dengan kesesuaian harga yang diinput oleh kasir.
6. Kasir Resep, Bertugas menerima resep dari pasien, menginput nama
dan harga obat, mengecek dan menyerahkan obat kepada pasien dan
memberikan informasi produk atau obat kepada pasien.
7. Kasir Swalayan, Bertugas dan bertagungjawab melayani pelanggan
di area Swalayan Apotek, menata dan menyusun barang-barang di
Apotek dengan rapi dan menarik.
8. Juru Racik, Bertugas meracik obat yang telah disiapkan oleh Asisten
Apoteker sesuai dengan resep dokter, delivery obat, dan membantu
kebersihan lingkungan Apotek.

67
9. Security, Bertangung jawab atas keamanan lingkungan apotek,
membantu dalam pelaksanaan protokol kesehatan.
10. Dokter, memberikan pelayanan konsultasi terkait penyakit dan obat
kepada pasien di Apotek Roxy secara gratis.
11. Beberapa SPG (Sales Promotion Girl) dari pabrik obat yang
dipekerjakan di Apotek Roxy (Biak) untuk mempromosikan
produknya.

3.2.4 Kegiatan Teknis Kefarmasian


Apotek Roxy Biak telah melakukan pengelolaan sediaan farmasi,
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dengan baik yaitu :
a. Perencanaan
Sistem perencanaan dalam pengadaan barang dilakukan
melalui dua cara yakni kalkulasi purchase order dan pembelian post
in time (cito). Kalkulasi purchase order merupakan sistem yang
terkomputerisasi yang terdapat di Apotek Roxy yaitu dengan
melihat stok barang yang habis atau terjual pada rentang waktu
tertentu, umumnya dilakukan pada kisaran dari ke 8 hingga hari ke
15. Berdasarkan data tersebutlah maka perencanaan dalam
pengadaan barang dapat dilakukan.
b. Pengadaan
Pengadaan barang di Apotek Roxy Biak dilakukan
berdasarkan komputerisasi dengan cara pemesanan melalui email
ke Pusat Distribusi Apotek Roxy yang dilakukan setiap hari
sedangkan untuk pemesanan obat golongan narkotika dan
psikotropika dilakukan dengan menggunakan Pemesanan (SP)
khusus dan pemesanan dilakukan secara langsung ke PBF. Untuk
pemesanan prekursor dan OOT bisa langsung ke pusat distribusi
Roxy ataupun bisa secara langsung ke PBF.
c. Penerimaan
Setiap barang yang datang langsung diperiksa kesesuainnya

68
antara fisik dengan bukti laporan pembelian barang (LPB) serta
Surat Pemesanan (SP) yang meliputi alamat tujuan, nama dan
jumlah obat, expired date, nomor batch, lalu dituliskan pada surat
jalan dan form service level barang untuk yang tidak datang, salah
datang, dan kurang kirim. Form service level berfungsi sebagai
bukti bagi apotek apabila menerima obat yang kurang kirim, lebih
kirim, salah kirim, tidak datang agar Apotek Roxy pusat distribusi
dapat mengganti apabila terjadi hal tersebut.
d. Penyimpanan
Penyimpanan obat dan alat kesehatan di ruang penyimpanan
dilakukan oleh Apoteker dan asisten apoteker. Penyimpanan obat
ethical dilakukan berdasarkan bentuk sediaan, farmakologi, dan
alfabetis, sedangkan untuk golongan obat narkotika dan
psikotropika memiliki ketentuan tersendiri yaitu disimpan pada
lemari khusus yang terbuat dari bahan yang kuat, tidak mudah
dipindahkan dan mempunyai 2 kunci yang berbeda. Lemari khusus
diletakan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum. Kunci
lemari khusus dipegang oleh APA atau Apoteker yang ditunjuk
atau pegawai lain yang dikuasakan. Produk yang dapat dijual
bebas diletakkan di swalayan farmasi disusun berdasarkan bentuk
dan jenis sediaan. Pada pengeluaran obat – obatan di apotek Roxy
memberlakukan sistem FEFO (First Expired First Out dan FIFO
(First in First Out) sehingga barang yang memiliki mengurangi
risiko terjadinya kadaluarsa sebelum obat terjual. Untuk
mengontrol stok barang dilakukan pengecekan stok setiap harinya.
e. Pemusnahan
Obat kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusanahan obat dibuat berita acara
pemusnahan obat kadarluarsa atau rusak, selain narkotika dan
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga
kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik sedangkan

69
pemusnahan obat yang mengandung narkotika dan psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat dilakukan dengan cara
dihancurkan, direndam dalam air, dan dibuang ke kloset kamar
mandi. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker apabila telah
disimpan melebihi jangka waktu 5 tahun dengan disaksikan oleh
sekurang - kurangnya petugas lain di apotek dengan cara
dihancurkan atau dibakar serta dibuat bukti dengan berita acara
pemusnahan resep, sedangkan untuk obat narkotika dan
psikotropika belum pernah dilakukan pemusnahan dikarenakan
untuk obat narkotika dan psikotropika telah terjual sebelum masa
kadaluarsanya habis.
f. Pengendalian
Pengendalian Persediaan di Apotek Roxy dilakukan
menggunakan kartu stok baik secara komputerisasi maupun manual.
Kegiatan pengendalian yang rutin dilakukan Apotek Roxy Biak
adalah dengan melakukan pengecekan stok harian, stock opname
setiap bulan oleh intern cabang dan setiap 3 bulan oleh bagian audit
kantor pusat untuk mencocokan antara kesesuaian jumlah obat
secara fisik dengan jumlah stok di komputer. Stock opname
dilakukan untuk mencegah kehilangan obat atau barang serta
melakukan perencanaan jumlah obat atau barang yang akan dipesan
secara otomatis berdasarkan data pembelian yang diatur ke dalam
sistem komputer. Masing-masing asisten apoteker memiliki
tanggung jawab terhadap setiap obat sesuai farmakologinya.
g. Pencatatan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi
pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok),
penyerahan (nota atau struk penjualan ) dan pencatatan lainnya
disesuaikan dengan kebutuhan. Pencatatan dilakukan dengan

70
menggunakan sistem komputerisasi yang akan secara otomatis
tercatat dan terhitung sebagai stok.
h. Pelaporan
Apoteker setiap bulannya melakukan kegiatan input data
penggunaan psikotropika dan narkotika melalui situs website
SIPNAP (Sistem Pelaporan dan Narkotika dan Psikotropika).
Resep yang mengandung narkotika dan psikotropika dipisahkan
dan diberi garis bawah dengan menggunakan tinta merah. Hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah apoteker dalam pembuatan
laporan penggunaan narkotika dan psikotropika.

3.2.5 Pelayanan Farmasi Klinik


Pelayanan farmasi klinik di Apotek Roxy Biak terdiri dari :
A. Pengkajian Resep
Dalam Proses Pelayanan resep di Apotek Roxy Biak, apabila
resep datang maka terlebih dahulu dilakukan pengkajian resep
seperti skrining farmasetik terhadap obat yang diminta dalam resep
oleh Apoteker maupun asisten apoteker. Setelah itu, dilakukan
penetapan harga resep. Jika harga yang ditetapkan telah disetujui
pasien dilanjutkan dengan penyiapan, pengemasan, dan penyerahan
obat.
B. Dispensing
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Di Apotek, peracikan obat atau
dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian obat.
Setelah melakukan pengkajian resep di Apotek Roxy dilakukan hal
sebagai berikut :
1. Penyiapan obat sesuai dengan permintaan resep
a. Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep

71
b. Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan
keadaan fisik obat.
2. Melakukan peracikan obat
Kegiatannya meliputi hitung dosis, penimbangan bahan,
pencampuran bahan – bahan atau obat, dan pengemasan akhir.
3. Memberikan Etiket dengan ketentuan sebagai berikut
a. Warna putih untuk obat dalam/oral
b. Warna biru untuk obat luar dan suntik
c. Menempelkan label” kocok Dahulu” pada sediaan suspensi
atau emulsi
4. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk
obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari
penggunaan yang salah.
Setelah penyiapan obat dilakukan hal sebagai berikut :
a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada
etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat
(keseuaian antara penulisan etiket dengan resep).
b. Memanggil nama atau nomor tunggu pasien
c. Memeriksa ulang nomor struk, nama, alamat pasien, dan
nomor telepon pasien
d. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
e. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal – hal
yang terkait dengan obat antara lain manfaat obat, makanan
dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek
samping, cara penyimpanan obat dan lain – lain.
f. Memastikan bahwa menerima obat adalah pasien atau
keluarganya
g. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf
oleh Apoteker (apabila diperlukan)

72
h. Menyimpanan resep pada tempatnya (mengarsipkan resep)
C. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Di Apotek Roxy Biak, penyerahan obat disertai dengan
pemberian informasi yang dilakukan oleh Apoteker Pengelola
Apotek, Apoteker Pendamping maupun asisten Apoteker. Informasi
obat yang diberikan dapat berupa dosis, aturan pakai obat, rute dan
metode pemberian, kemungkinan efek samping obat, keamanan pada
ibu hamil dan menyusi dan lain-lain.
D. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien atau keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran, dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Kegiatan konseling dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek atau
Apoteker Pendamping yang bertugas di Apotek Roxy Biak.

3.2.6 Kegiatan Non Teknis Kefarmasian


Kegiatan non teknis kefarmasian meliputi kegiatan administrasi,
pengawasan, dan target omset. Kegiatan ini bertujuan untuk menunjang
kelancaran usaha suatu apotek dan sebagai alat kontrol.
1. Kegiatan Administrasi
Kegiatan administrasi yang dilakukan oleh Roxy Biak adalah :
a. Pembuatan laporan hasil penjualan baik yang tunai atau kredit
pertanggal
b. Pencatatan biaya – biaya operasional yang dikeluarkan
Biaya Operasional yang dikeluarkan seperti pembayaran listrik,
pembayaran air,pembayaran jasa Apoteker, Pembayaran Gaji
Pegawai.
c. Administrasi resep kredit sampai menjadi alat tagih (faktur)
2. Sistem Informasi
Apotek Roxy Biak menggunakan sistem komputerisasi

73
trasentral dalam pelaksaannya di apotek sehingga dapat memantau
jumlah dan keluar masuk obat, serta mengetahui ketersediaan obat
yang ada di Pusat Distribusi dan apotek cabang lain untuk
memudahkan permintaan jika stock obat di salah satu apotek habis.
3. Target Omset
Apotek Roxy Group membagi semua cabang berdasarkan
besarnya omset rata-rata yaitu menjadi 9 kelompok target yang akan
mempengaruhi besarnya bonus dan perhitungan uang lembur.
a. Target 500 juta yaitu cabang Kebalen, Kaliabang, Babelan,
Pondok Ungu
b. Target 600 juta yaitu cabang Perwira, Seroja, Potara, Ujung
Harapan, Mendut
c. Target 700 juta yaitu cabang Pamulang, Rawa Kalong,
Pahlawan
d. Target 800 juta yaitu cabang Tanah Pasir, Cinangka,
Jakasampurna, Sawangan
e. Target 1 milliar yaitu cabang Jatibaru, Mekasari, Pondok Cabe,
Beringin
f. Target 1,5 miliar yaitu cabang Jati Kramat, Pondok Labu,
Poltangan, Hasyim Ashari
g. Target 1,8 miliar yaitu cabang Mauk, Cileduk, Teluk Gong,
Pademangan, Keamanan, Depok, Condet
h. Target 2 miliar yaitu cabang Galaxy, Klender, Jagakarsa
i. Target 3,5 miliar yaitu cabang Tanjung Duren, Mangga Besar,
Biak

74
BAB IV
PEMBAHASAN

Apotek Roxy Biak terletak di Jl. Biak No.39 Jakarta Pusat, lokasi ini
terbilang cukup strategis dimana apotek berada ditepi jalan yang berdekatan
dengan persimpangan jalan utama yang banyak dilalui masyarakat saat berangkat
maupun pulang kerja. Selain itu, Apotek Roxy Biak juga berada diantara
pemukiman penduduk dan banyak tempat praktek dokter disekitarnya. Lokasi
yang strategis tersebut merupakan faktor penting dalam penjualan karena
konsumen dengan mudah datang ke apotek sehingga dapat meningkatkan omset
penjualan. Desain eksterior apotek seperti nama Apotek Roxy dengan ciri khas
berwarna kuning dan bangunan cukup besar terlihat jelas dari dua arah jalur
kendaraan, memiliki fasilitas tempat parkir yang cukup luas untuk meningkatkan
kenyamanan/kepuasan pelanggan yang berkunjung ke apotek. Sumber daya
manusia yang terdapat di Apotek memiliki struktur organisasi dan SOP yang
jelas sehingga pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab menjadi terarah,
dengan tujuan untuk meminimalisir kesalahan saat bekerja, serta memudahkan
pengawasan agar kegiatan apotek dapat berjalan dengan lancar.
Dalam melakukan pelayanan kefarmasian, apotek merupakan unit bisnis
retail yang melakukan pengelolaan perbekalan farmasi dan menjalankan standar
pelayanan farmasi. Oleh karena itu, diperlukan sistem manajerial yang baik
agar bisnis berjalan dengan lancar dan sistem ini telah berlaku di Apotek Roxy
Biak itu sendiri. Namun, pengelolaan apotek juga tidak lepas dari pelayanan
farmasi yang berorientasi kepada pasien (patient oriented). Untuk mencapai
keberhasilan dalam pelayanan tersebut, Apotek Roxy Biak melakukan pelayanan
kefarmasian selama 24 jam.
Apotek Roxy Biak memiliki 1 Bussines Manager, 1 Apoteker penanggung
jawab, 1 Apoteker pendamping, 1 Administrasi dibantu dengan 11 AA (Asisten
Apoteker), 6 kasir, 6 juru racik, 2 satpam dan 2 cleaning service. Sehingga
berdasarkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang
pekerjaan kefarmasian, Apotek Roxy Biak telah memenuhi standar yang telah

75
ditentukan.
Selain itu disaat PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) sekarang ini
Apotek Roxy juga melakukan protokol kesehatan sesuai anjuran dari pemeritah
yaitu mewajibkan konsumen menggunakan masker, menyediakan hand sanitizer,
pengukuran suhu tubuh oleh satpam, serta memberi tanda pada lantai dan bangku
dengan berwarna merah agar konsumen menjaga jarak dengan konsumen lainnya
(phisical distancing). Semua karyawan juga diharuskan menggunaan masker dan
face shields saat bererja.

4.1 Desain Apotek


Jika dilihat dari Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,
yaitu apotek harus memiliki ruang penerimaan, ruang pelayanan resep dan
peracikan atau produksi sediaan secara terbatas, ruang penyerahan obat, ruang
konseling, ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai, ruang arsip. Namun, Apotek Roxy Biak masih belum
memiliki ruangan khusus untuk melakukan konseling, sehingga kegiatan
konseling dilakukan bersamaan saat penyerahan dan pemberian informasi
obat (PIO) atau menggunakan ruang meeting yang berada di lantai 2. Apotek
Roxy Biak memiliki papan nama berlogo Apotek Roxy yang cukup besar
dengan ciri khas berwarna kuning, hal ini merupakan tanda pengenal bagi
keberadaan Apotek Roxy Biak sehingga mudah untuk dikenali dan diingat
oleh masyarakat. Sedangkan jika dilihat dari desain interior, terdapat ruang
tunggu, swalayan, tempat penerimaan resep, kasir, ruang penyimpanan obat,
ruang peracikan dan tempat penyerahan resep. Ruang tunggu apotek juga
dilengkapi dengan AC dan Televisi yang disediakan agar pasien merasa
nyaman. Swalayan apotek terletak berdekatan dengan ruang tunggu pasien
dan sudah tertata dengan baik. Barang yang terdapat di swalayan merupakan
obat-obat over the counter (OTC), herbal, jamu, kosmetik dan lain-lain.
Barang-barang yang disediakan sudah cukup lengkap dengan penataan
berdasarkan bentuk dan jenis barang, alfabet dan fungsinya. Hal ini

76
bertujuan untuk memudahkan pelanggan dalam mencari produk yang
diinginkannya.

4.2 Pengelolaan Sediaan Farmasi


Pengelolaan Sediaan Farmasi di apotek Roxy Biak terdiri atas:
1. Pengadaan
Pengadaan barang di Apotek Roxy Biak dilakukan berdasarkan
pareto penjualan, kebutuhan pelanggan, konsumsi dan epidemiologi
pengadaan obat-obatan di semua Apotek Roxy sudah dilakukan online
dan komputerisasi langsung ke Pusat Distribusi Roxy Group yaitu PBF
PT. Kreanova Phatmaret untuk pemesanan obat-obat bebas, bebas
terbatas, dan obat keras. Untuk menghindari kekosongan barang,
Apotek dapat melakukan permintaan barang kepada Cabang Roxy
lainnya dengan membuat surat jalan transfer antar outlet Apotek Roxy,
dengan adanya sistem komputerisasi masing-masing cabang dapat
mengetahui stok obat yang ada di cabang lain. Selain itu sistem
komputerisasi juga memudahkan apotek dalam administrasi obat
seperti stok obat, bentuk sediaan, dosis, harga, pencarian tempat
penyimpanan obat, histori pembelian berdasarkan nomor resi kasir,
mencetak etiket, dan lainnya.
Pengadaan kepada PBF lain seperti Kimia Farma untuk
narkotik harus menggunakan surat pemesanan (SP) rangkap empat
untuk satu macam dosis dan jenis obat yang ditujukan untuk BPOM,
PBF, Dinas Kesehatan dan untuk apotek sendiri. SP tersebut harus
ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek. Sedangkan untuk
obat psikotropika menggunakan surat pesanan dua rangkap untuk PBF
dan apotek sendiri. Untuk SP obat psikotropika bisa digunakan untuk
pemesanan beberapa jenis obat psikotropika.
Pengadaan yang lain adalah dari peracikan atau produksi
sediaan secara terbatas yang dibuat di Apotek Roxy Biak seperti OBH,
Peroxyd 3 %, Alkohol 70 %, serta pembelian kembali dari obat yang

77
telah dibeli oleh pasien dengan syarat maksimal 3 (tiga) bulan dan obat
masih keadaan masih baru dengan harga dibawah harga pembelian. .
2. Penerimaan
Setelah pesanan barang datang, maka dilakukan
penerimaan barang oleh orang yang bertanggung jawab menerima
barang dan dilakukan pemeriksaan antara fisik barang dengan bukti
Laporan Pembelian Barang (LPB) serta Surat Pemesanan (SP) yang
meliputi alamat tujuan, nama dan jumlah obat, expired date, nomor
batch, dan kondisi barang, nomor batch, setelah sesuai dengan
pemesanan yang diminta lalu barang disimpan dan siap untuk
dijual/didistribusikan kepada pasien.
3. Penyimpanan
Adapun sistem penyimpanan obat di Apotek Roxy Biak:
A. Bentuk Sediaan dan Lokasi Penyimpanan
Semua produk yang tersedia pertama kali dipisahkan
berdasarkan lokasi penyimpanan untuk produk umum seperti obat
bebas fast moving, kosmetik, vitamin, produk keperluan harian
dipajang didepan kasir dekat ruang tunggu pasien sebagai swalayan,
untuk obat CCP disimpat di kulkas yang dilengkapi alat pengukur
suhu, sedangkan obat keras disimpan di belakang kasir dan
khusus untuk narkotika, psikotropika, prekursor, OOT (Obat-obat
tertentu) disimpan di lemari khusus dengan rangkap pintu dan
terkunci, kemudian obat dipisahkan berdasarkan bentuk sediaan
seperti sediaan tablet/kapsul, krim/salep, sirup, tetes mata,
inhaler/discus, ovule, injeksi, alat kesehatan.
B. Alfabetis dan Farmakologis
Setelah obat dipisahkan berdasarkan bentuk sediaan,
penyimpanan obat disusun berdasarkan alfabetis dengan tujuan
untuk memudahkan dalam pencarian obat. Khusus obat tablet dan
kapsul karena macamnya banyak maka dipisahkan lagi yaitu ditata
berdasarkan Indikasi atau tujuan terapi obat farmakologi).

78
C. First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEF0).
Penyimpanan obat di Apotek Biak telah sesuai dan
mengarah pada Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
no.9 Tahun 2017 tentang Apotek, yang menjelaskan penyimpanan
obat berdasarkan FIFO dan FEFO dengan cara obat yang baru
datang ditaroh di belakang. Hal ini terbukti dari minimnya kejadian
atau jarang terdapatnya obat-obatan expired yang tanpa diketahui
oleh petugas di Apotek.
D. Daftar Departemen Obat
Obat-obatan di Apotek Roxy yang dibagi dalam
beberapa departemen dalam pencarian di komputer, terdiri dari:

Tabel 41. Daftar Departemen Obat di Apotek Roxy


Dept Keterangan Dept Keterangan
1 Narkotika 30 Nootropik atau Neurotropik
2 Psikotropika 31 Lambung
3 Prekursor Non Pusdis 32 Antiemetik
4 Prekursor Ethical Pusdis 33 Antidiare dan Spasmodik
5 OOT Non Pusdis 34 Hemoroid
6 OOT Pusdis 35 Antibiotik
7 Tablet Loss 36 TBC
8 Bahan Baku 37 Anti Jamur
9 Sirup 38 Anti Virus
10 Drop 39 Cacing dan Protozoa
11 - 40 Antihipertensi
12 Topikal 41 Cardiovascular
13 Infus dan Injeksi 42 Antiplatelet
14 Alkes 43 Kolesterol
15 Insulin 44 Asam Urat
16 Ovula dan Suppositoria 45 Diabetes
17 Aan – Maak 46 Hormon dan Kontrasepsi
18 Tetes Hidung 47 Tiroid dan Antitiroid
19 Tetes Telinga 48 Saluran Kemih Prostat
20 Tetes Mata 49 Tulang dan Sendi
Immunosupresan Terapi
21 Inhalasi dan Nebulasi 50
Kanker
22 Asma dan Paru 51 Liver
Vitamin Mineral Ibu Hamil
23 Batuk dan Pilek 52
dan Menyusui

79
24 Antihistamin dan Alergi 53 Vitamin dan Mineral
25 Analgetik Antipiretik 54 Hemostatik
26 Antiinflamasi 55 Relaksasi Otot
Rheumathoid Arthitis dan
27 Kortikosteroid 56
Osteo Arthritis
28 Migren dan Vertigo 57 Antiobesitas
Antidepresan, Psikotik
29 58 Disfungsi Ereksi
dan Konvulsan

Penggunakan departemen yang berbeda pada setiap kelas terapi


bertujuan untuk memudahkan dalam pencarian obat sehingga akan
mempercepat proses pelayanan.
Penyimpanan persediaan obat juga harus memperhatikan kondisi
yang dapat menjamin kestabilan dari obat, oleh karena itu disediakan
lemari es untuk menyimpan obat-obat termolabil seperti serum, dan
suppositoria yang perlu disimpan pada suhu rendah.
E. Penyimpanan obat Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan OOT
Obat-obat golongan Psikotropika, dan golongan Narkotik dan
di Apotek Roxy Biak disimpan terpisah yaitu dalam satu bagian
rangkaian lemari kayu secara khusus dengan 2 pintu dan 2 kunci serta
tidak terlihat oleh umum dengan tujuan menghindari penyalahgunaan
Narkotika, Psikotropika. Pelaporan pemasukan dan pengeluaran
Narkotika diarsipkan dan dilaporkan setiap bulan kepada Kepala
Dinas Kesehatan setempat, dengan tembusan Kepala Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan DKI Jakarta. Hal ini telah sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan no 3 tahun 2015 pasal 45.
Golongan Prekursor dan obat-obat tertentu di Apotek Roxy
Biak juga sudah memenuhi standar penyimpanan sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan no 3 tahun 2015 pasal 36 ayat 2 yang
menyebutkan bahwa harus menyimpan Prekursor Farmasi dalam
bentuk obat jadi di tempat penyimpanan obat yang aman berdasarkan
analisis risiko sehingga penyimpanannya dibuat terpisah dari obat-
obat golongan lainnya.

80
4. Pengeluaran dan Distribusi
Penyimpanan dan pengeluaran barang dilakukan dengan
menggunakan sistem kombinasi First In First Out (FIFO) dan First
Expired First Out (FEFO) untuk menghindari kerusakan dan batas
kadaluarsa, sehingga barang yang memiliki kadaluarsa yang lebih cepat
dikeluarkan terlebih dahulu. Setiap barang yang keluar akan mengurangi
stok obat di komputer secara otomatis.
5. Pengendalian
Pengendalian obat di Apotek dilakukan dengan melakukan
pengecekan stok harian, dan stock opname. Stock opname dilakukan
setiap tiga bulan sekali oleh tim audit, dan setiap satu bulan sekali
dilakukan oleh asisten apoteker, seluruh kegiatan stock opname di bawah
tanggung jawab APA dengan menghitung jumlah fisik obat
dibandingkan dengan jumlah yang terdapat di kartu stok dan komputer.
Jika terjadi ketidak sesuaian jumlah maka perlu ditelusuri penyebabnya.
Selain melihat jumlahnya, yang harus diperhatikan juga adalah tanggal
kadaluarsa obat tersebut, untuk obat yang masa kadaluarsanya sisa 8
bulan, maka obat tersebut dipindahkan ke departemen Expired atau obat
tersebut kemudian dapat dikembalikan ke PBF (dengan kesepakatan PBF)
6. Pencatatan
Untuk pencatatan setiap obat narkotika dan psikotropika dilakukan
secara langsung ketika obat dikeluarkan maupun ditambahkan jumlahnya
dalam kartu stok manual serta dilakukan juga secara komputerisasi.
Dalam pencatatan obat narkotika dan psikotropika harus diperhatikan
tanggal, nama pasien dan jumlah obat yang digunakan, karena
penggunaan obat narkotika dan psikotropika harus dilaporkan setiap
bulannya secara online ke Dinas Kesehatan melalui SIPNAP (Sistem
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) yang disebut LANAPSI (Laporan
Narkotik dan Psikotropika).

81
4.3 Sumber Daya Manusia (SDM)
Apotek Roxy Biak merupakan apotek 24 jam yang menggunakan
sistem kerja 3 shift, masing-masing shift selama 8 jam kerja yaitu shift pagi,
sore dan malam yang dibagi berdasarkan banyaknya konsumen yang datang.
Pelayanan kasir pagi terdiri dari 2 orang dan untuk shift sore terdapat 4
petugas kasir karena konsumen lebih banyak yang berkunjung pada sore hari,
sehingga kecepatan pelayanan harus ditingkatkan, sedangkan untuk shift
malam hanya 1 orang kasir.
Apotek Roxy menciptakan budaya yaitu kejujuran, ketelitian,
knowledge, kecepatan, kebersihan, kerapian, keindahan, kenyamanan,
kelengkapan, keramahan, keadilan, kreativitas.
Saat bekerja karyawan tidak diperbolehkan membawa tas ke dalam
ruang kerja karena itu Apotek Roxy menyediakan loker yang berada di lantai
2, namun memperbolehkan karyawan untuk membawa HP (hand phone)
untuk memberikan kebebasan bagi karyawan sedang melanjutkan kuliah
karena sebagian besar assistant apoteker di Apotek Roxy Biak hanya lulusan
SMF (Sekolah Menengah Farmasi) yang STRTTK sudah tidak berlaku.
Apotek Roxy juga memperhatikan kesejahteraan karyawan dengan
memberikan bonus setiap 3 bulan sekali dan besarnya uang lembur dihitung
berdasarkan target/rata-rata omset cabang tersebut, menyediakan fasilitas
tempat tinggal bagi karyawan dan seragam kerja.

4.4 Pelayanan Kefarmasian


Apotek Roxy Biak belum sepenuhnya menerapkan semua aspek
pelayanan Farmasi Klinis seperti menurut PMK No 73 tahun 2016. Apotek
Roxy Biak hanya melakukan aspek pelayanan farmasi klinik berupa
pengkajian resep, pelayanan informasi obat dan konseling.
Kegiatan kefarmasian Apotek Roxy Biak meliputi pengkajian resep.
Resep diterima di kasir oleh Tenaga Teknis Kefarmasian kemudian
dilakukan skrining resep yang meliputi persyaratan administratif (seperti
nama dokter, SIK dokter, Tanggal penulisan resep dan nama pasien),

82
kesesuaian farmasetik (seperti bentuk sediaan, cara dan lama pemberian)
dan pertimbangan klinis (seperti adanya efek samping dan interaksi obat).
Setelah dilakukan skrining resep, kemudian pengecekan ketersediaan obat
dan pemberian harga. Bila harga disetujui oleh pasien maka obat disiapkan
dengan tahapan :

1. Perjanjian dan pembayaran : Pengambilan obat semua atau sebagian,


ada/tidak penggantian obat atas persetujuan dokter/pasien.
2. Peracikan : Penyiapan etiket/penandaan obat dan kemasan, peracikan
obat (hitung, dosis, timbang, campur, kemas) dan penyajian hasil akhir.
3. Pemeriksaan akhir : Kesesuaian hasil peracikan dengan resep (nomor
resep, nama obat, bentuk dan jenis sediaan, jumlah dan aturan pakai,
nama pasien, umur, alamat dan nomor telepon).
4. Penyerahan obat dan pemberian informasi : Penyerahan obat harus
disertai dengan penjelasan informasi (nama obat, bentuk dan jenis
sediaan, dosis, jumlah dan aturan pakai, cara penyimpanan, efek samping
yang mungkin timbul dan cara mengatasinya), tanda terima
pasien/penerima obat.
5. Layanan purna jual : Komunikasi dan informasi setiap waktu,
penggantian obat bila diperlukan atas permintaan dokter.

Apotek Roxy Biak juga memberikan pelayanan plus seperti :


1. Apotek siap dengan cermat dan higienis dalam melayani kebutuhan
konsumen, proses penyiapan obat dan racikan dilakukan berdasarkan
SOP yang ada dan crosscheck untuk meminimalkan kesalahan.
2. Melayani pesanan via telepon/resep via fax dan via WhatsApp sehingga
konsumen tidak harus keluar rumah/kantor dan pengantaraan secara
gratis dengan minimal pembelian Rp. 500.000
3. Terdapat Pelayanan Konsultasi gratis dengan dokter umum yang
disediakan oleh Apotek Roxy pada jam 07.30 - 14.30.

83
4. Apotek Roxy sudah bekerja sama dengan aplikasi Good Dokter sehingga
memudahkan pasien dalam memesan obat, dan sedang dalam proses
kerjasama dengan HaloDoc
5. Metode pembayaran di apotek Roxy juga sudah cukup modern, yaitu
tersedia pembayaran Online menggunakan mesin EDC BCA, transfer,
OVO dan ShopeePay.
6. Apotek juga menyediakan fasilitas seperti pengecekan kadar glukosa,
kolesterol, asam urat, dan tekanan darah secara gratis pada waktu-waktu
tertentu.
7. Item obat di Apotek juga cukup lengkap, sehingga banyak obat yang
tidak tersedia di apotek lain dapat dibeli di Apotek Roxy Biak
Pelayanan informasi obat dan konseling meliputi :
1. Menjelaskan aturan pakai obat dengan atau tanpa resep dokter.
2. Menjelaskan kegunaan obat.
3. Menjelaskan cara penyimpanan obat.
4. Menjelaskan efek samping obat.
5. Menjelaskan harapan setelah meminum obat.

4.5 Analisa SWOT


Analisa terhadap kekuatan dan kekurangan, serta kesempatan dan ancaman
yang ada di dapat Apotek Roxy Baik dapat diliat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Analisa SWOT

Strength (Kekuatan) Weakness (Kekurangan)

 Apotek Roxy sudah banyak dikenal  Pelayanan Farmasi Klinis masih


 Apotek Roxy Jl. Biak adalah apotek kurang
pertama sehingga memiliki banyak  Obat yang disediakan banyak
pelanggan tetap macam sehingga beberapa obat
 Harga obat relatif murah dan tidak laku dan expired
banyak obat generik
 Ketersediaan obat lengkap
 Lokasi cukup stategis dan banyak
tempat praktek dokter disekitarnya

84
Opportunity (Kesempatan) Threat (Ancaman)

 Apotek merupakan bidang usaha  Terdapat pesaing yaitu Apotek Puji


kesehatan yang boleh beroperasi yang lokasinya hampir bersebelahan
saat PSBB  Saat PSBB penjualan beberapa obat
 Penjualan produk sanitasi sangat golongan psikotropika sangat
banyak pada masa PSBB seperti menurun sedangkan stok masih
alkohol, masker, dan vitamin banyak
sehingga meningkatkan omset  Beresiko terhadap penularan Covid-
19 karena Apotek Roxy Biak
banyak pengunjung

85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang telah
dilakukan di Apotek Roxy Biak yang dimulai dari tanggal 14 September –
10 Oktober 2020, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Apotek Roxy Biak adalah Apotek pelayanan sudah mempunyai struktur
organisasi dan SOP yang jelas sehingga pembagian tugas dan tanggung
jawab dari setiap karyawan menjadi terarah dengan manajemen yang baik.
2. Adanya penerapan budaya di Apotek Roxy yang harus dijalankan oleh
setiap karyawan untuk melakukan pelayanan kefarmasian sesuai standar
pelayanan kefarmasian seperti yang tercantum pada Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 73 tahun 2016.
3. Peran dan fungsi apoteker untuk menjalankan fungsi manajerial dan
farmasi klinis sudah sesuai peraturan perundang - undangan, di Apotek
Roxy Biak dilakukan oleh Apoteker Pendamping.
4. Sistem administrasi produk di Apotek Roxy Biak telah didukung dengan
sistem komputerisasi sehingga meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pelayanan di apotek
5. Kegiatan pengadaan sebagian besar sediaan farmasi dilakukan di Apotek
Roxy Biak menggunakan sistem administrasi secara terpusat (grouping
system) yaitu Pusat Distribusi PT. Kreanova Pharmaret yang berada di
Apotek Roxy cabang Hasyim dan transfer antar cabang Roxy.
6. Apotek Roxy Biak menyediakan pelayanan pengantaran gratis dengan
minimal pembelian Rp 500.000 serta konsultasi gratis dengan dokter
umum pada jam 07.30 - 14.30 dan dibantu oleh beberapa SPG dari pabrik
obat yang ditugaskan di Apotek Roxy setiap harinya untuk informasi dan
promosi barang swalayan.
7. Promo discount di Apotek Roxy Biak bekerjasama dengan HalloDoc
minimal pembelian Rp 1.000.000, serta menerima pembayaran dengan

86
OVO dan ShoopePay yang memberikan cashback sebesar 30% atau
maksimal Rp 10.000.
8. Adanya sistem target omset untuk setiap cabang yang mempengaruhi
pemberian bonus dan besarnya uang lembur membuat karyawan menjadi
semangat. Apotek Roxy Biak merupakan cabang dengan target omset
terbesar yaitu 3,5 miliar
9. Karyawan di Apotek Roxy Biak banyak yang sudah bekerja lama dan
memperbolehkan karyawan untuk melanjutkan pendidikan khususnya
assistan apoteker, serta diberikan fasilitas seragam kerja dan tempat
tinggal yaitu 5 (lima) kamar beserta dapur dan mushola.
10. Gedung Apotek Roxy Biak di lantai 2 (dua) disewakan untuk praktek
dokter gigi sebagai fasilitas penunjang.

5.2 Saran
1. Disarankan menyediakan Ruang Konseling di Lantai 1 agar proses
konseling obat ke pasien lebih efektif dan lebih nyaman.
2. Disarankan Apotek Roxy Biak melakukan pelayanan kefarmasian di rumah
(home care), pemantauan terapi obat (PTO), dan monitoring efek samping
obat (MESO)
3. Disarankan untuk mencetak dan memasang label nama obat-obat di rak
penyusunan obat sehingga memudahkan dalam pengambilan obat dan
dapat meminimalisir terjadi kesalahan penempatan obat atau obat nyasar di
rak lain .
4. Disarankan untuk selalu menguprade harga produk swalayan, sehingga
memudahkan pembeli untuk memperkirakan jumlah harga transaksi yang
akan dilakukan.
5. Disarankan agar letak ruang racik dapat terlihat dari depan sehingga proses
peracikan dapat dilihat langsung oleh konsumen. Penambahan kipas
exhaust pada ruang racik agar cemaran debu obat yang diracik dapat
diminimalkan, serta peralatan peracikan sebaiknya selalu dibersihkan
setelah dipake khusunya alat susun kapsul.

87
6. Disarankan untuk membuat website khusus untuk penjualan online Apotek
Roxy untuk memudahkan pasien dalam memesan obat ke seluruh cabang
Apotek Roxy dan meningkatkan penjualan terutama di saat PSBB
sekarang ini yang membuat konsumen segan untuk keluar rumah.
7. Disarankan penyimpanan narkotika dan psikotropika dikunci (kunci tidak
selalu tergantung pada lemari) dan pengisisan kartu stok secara manual
untuk pengambilan obat narkotika dan psikotropika masih kurang
dilaksanakan karena hanya 2 (dua) obat tersebut yang memiliki kartu stock
secara manual selain secara sistem komputer.

88
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang


Kesehatan.

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah No. 51 tentang Pekerjaan


Kefarmasian. Jakarta: 2009.

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 tahun 2017
tentang Apotek.

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 tahun 2016
tentang Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan RI


No.1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
Jakarta: 2004.

7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Obat
Bebas Terbatas. Jakarta: 2006.

8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan RI


No.919/Menkes/Per/X/1993 tentang Kriteria Obat yang dapat Diserahkan Tanpa Resep.

9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Undang-undang No. 35 Tahun 2009 tentang


Narkotika. Jakarta; 2009.

10. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Undang-undang No. 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika. Jakarta; 1997.

11. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia. No. HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat
Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. 2010.

12. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia. No.03/MENKES/PER/2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan
Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi. Jakarta: 2015.

13. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan.
No. 28 tahun 2018 tentang Pedoman Pengelolaan Obat-Obat Tertentu Yang Sering
Disalahgunakan.

89
Lampiran 1. APOTEK ROXY
Jl. Biak No. 39, Cideng, Jakarta Pusat

(tampak depan)

(tampak samping jalanan)

90
Lampiran 2. Area Parkir

Lampiran 3. Papan Nama Apotek dan Praktek Apoteker

91
Lampiran 4. Ruang ‘Front Office’ dan Kasir

92
Lampiran 5. Barang Swalayan

(Daftar Harga Barang Swalayan)

93
Lampiran 6. Ruang Tunggu

Lampiran 7. Toilet

94
Lampiran 8. Ruang Konseling di Meeting Room (Lantai 2)

Lampiran 9. Loker Karyawan (Lantai 2)

(Karyawan tidak boleh membawa tas ke ruang kerja)

95
Lampiran 10. Ruang Apoteker, Asisten Apoteker dan Administrasi

Lampiran 11. Rak Obat

(Tempat Penerimaan Barang Masuk & Penyimpanan Obat Injeksi dan Alkes)

96
(Penyusunan berdasarkan Bentuk sediaan, Farmakologi, dan Abjad)

97
Lampiran 12. Lemari Narkotika dan Psikotropika

Lampiran 13. Lemari Prekursor dan OOT

98
Lampiran 14. Lemari Pendingin (Kulkas)

Lampiran 15. Pengukuran Suhu dan Kelembaban Ruangan Penyimpanan Obat

(Termometer Kulkas) (Termometer dan Kelembaban Ruangan)

99
(Grafik Suhu Lemari Es - dicatat setiap hari)

(Grafik Suhu dan Kelembaban Ruangan Penyimpanan Obat - dicatat setiap hari)

100
Lampiran 16. Ruang Racik

(Ruang Racik di pojok belakang tidak terlihat dari depan)

101
Lampiran 17. Surat Izin Apotek (SIA)

102
Lampiran 18. Sertifikat ISO 9001:2015

(Berlaku sampai 20 February 2022 : Tentang Pelayanan)

103
Lampiran 19. Struktur Organisasi

Lampiran 20. Peraturan Pemerintah dan SOP Apotek

104
Lampiran 21. Visi - Misi dan Budaya Apotek Roxy

105
Lampiran 22. Etiket Obat (Komputer)

Lampiran 23. Stok Obat (Komputer)

106
(Kartu Stok manual hanya untuk Narkotika dan Psikotropika)

Lampiran 24. Surat Pemesanan Barang

Surat Pesanan Barang ke Pusat Distribusi Apotek Roxy


(PBF PT.Kreanova Pharmaret)

107
(Surat Pemesanan Narkotika)

(Surat Pemesanan Psikotropika)

108
Lampiran 25. Surat Penolakan Pesanan

(Surat ini diminta bila Obat yang dipesan tidak datang / tidak ada)

109
Lampiran 26. Rincian Barang Masuk dari Pusat Distribusi

110
Lampiran 27. Transfer Barang Antar Cabang di Apotek Roxy

(Surat Permintaan Barang ke Cabang)

(Surat Transfer Barang antar Cabang)

111
Lampiran 28. Resep Dokter (Intern Apotek Roxy)

Lampiran 29. Kwitansi Apotek

112
TUGAS KHUSUS

Rekap Resep yang diterima periode 14 September 2020 - 10 Oktober 2020

Hari Tanggal Narkotika Psikotropika Prekusor OOT OK TOTAL

Senin 14-Sep-21 6 16 4 3 43 72
Selasa 15-Sep-21 2 7 2 2 38 51
Rabu 16-Sep-21 1 17 3 2 44 67
Kamis 17-Sep-21 2 14 0 4 40 60
Jumat 18-Sep-21 7 16 3 3 47 76
Sabtu 19-Sep-21 3 13 4 1 46 67
Minggu 20-Sep-21 0 3 0 1 22 26
Senin 21-Sep-21 4 17 1 0 37 59
Selasa 22-Sep-21 4 16 4 5 41 70
Rabu 23-Sep-21 0 15 5 2 45 67
Kamis 24-Sep-21 1 9 1 1 44 56
Jumat 25-Sep-21 2 8 3 0 30 43
Sabtu 26-Sep-21 0 17 2 2 58 79
Minggu 27-Sep-21 1 8 1 0 23 33
Senin 28-Sep-21 4 13 1 2 49 69
Selasa 29-Sep-21 0 11 3 1 37 52
Rabu 30-Sep-21 5 16 1 2 31 55
Kamis 1-Oct-21 0 14 3 1 51 69
Jumat 2-Oct-21 3 12 4 2 60 81
Sabtu 3-Oct-21 3 11 5 2 48 69
Minggu 4-Oct-21 1 11 2 1 46 61
Senin 5-Oct-21 2 16 1 1 60 80
Selasa 6-Oct-21 0 12 1 2 41 56
Rabu 7-Oct-21 2 16 7 2 54 81
Kamis 8-Oct-21 1 13 0 2 35 51
Jumat 9-Oct-21 2 9 2 0 55 68
Sabtu 10-Oct-21 0

113

Anda mungkin juga menyukai