KONTRAK PERKULIAHAN
SILABUS
1. Pendahuluan
2. Pemeriksaan Hematologi
3. Pemeriksaan Elektrolit
4. Analisa Gas Darah
5. Urinalisis
PENILAIAN
4
LATAR BELAKANG
Contoh:
Bagi pasien dengan pneumonia, selain tekanan darah dan laju
nafas, diperlukan pemeriksaan gas darah arteri, dan kadar urea
serum, untuk menilai keparahan penyakit.
LANJUTAN
2. Penilaian Efektivitas Terapi
Apakah terdapat efek terapetik yang dapat diukur secara langsung misalnya
pemberian kalium dapat dimonitor melalui pengukuran kadar kalium serum
Apakah terdapat respon yang dapat diukur secara langsung walaupun hal
itu bukan merupakan “end point” Misalnya, perpanjangan waktu INR
digunakan sebagai indikator kemampuan warfarin untuk menurunkan risiko
kejadian tromboemboli, perubahan kadar lipid serum digunakan sebagai
indikator kemampuan statin untuk mengurangi risiko kejadian
kardiovaskuler, dan serebrovaskuler.
Apakah jumlah obat di dalam tubuh memadai, yaitu: terdapat dalam
rentang terapi, di atas batas kadar efektif minimal dan di bawah batas kadar
toksik.
14
LANJUTAN
3. Mendeteksi dan mencegah terjadinya Reaksi Obat Yang Tidak
Diinginkan (ROTD)
Dalam mendeteksi reaksi obat yang tidak diinginkan, seorang apoteker dapat
menggunakan hasil uji laboratorium sebagai bukti terjadinya ROTD tersebut
(lihat algoritme Naranjo di Buku Pedoman Visite), misalnya:
Menurunnya jumlah sel darah putih pada pasien yang mendapat klozapin
Meningkatnya kadar glukosa darah atau kadar lipid darah pada pasien yang
mendapat terapi tiazid
15
LANJUTAN
Dalam mencegah ROTD Hasil uji Laboratorium dapat digunakan
untuk:
Menghindarkan penggunaan obat yang tidak
direkomendasikan, misalnya menghindari penggunaan
ketokonazol pada pasien dengan hasil uji fungsi hati yang
abnormal
Merekomendasikan penyesuaian dosis serta monitoring
efektivitas dan efek samping terapi. Misalnya pasien dengan
klirens kreatinin <30 mL/menit maka dosis siprofl oksasin harus
disesuaikan hingga separuh dari dosis normal disertai dengan
pemeriksaan fungsi ginjal dan monitoring efek samping siprofl
oksasin.
16
LANJUTAN
4. Menilai kepatuhan minum obat
Kegagalan terapetik pasien yang mengalami penyakit kronik sering
merupakan akibat dari ketidakpatuhan terhadap terapi obat
maupun terapi non obat. Hail uji laboratorium dapat digunakan untuk
menilai kepatuhan melalui pengukuran:
• Jangka pendek
– Kadar obat digoksin, antikonvulsan dalam darah
– Kadar glukosa darah pada penggunaan obat antidiabetes
– INR pada penggunaan warfarin
– Kolesterol pada penggunaan statin
– Kadar kalium serum pada penggunaan spironolakton
• Jangka panjang
– HbA1c pada penggunaan obat antidiabetes 17
LANJUTAN
Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium oleh apoteker
bertujuan untuk:
• Menilai kesesuaian terapi (contoh: indikasi obat, ketepatan
pemilihan obat, kontraindikasi obat, penyesuaian dosis obat,
risiko interaksi obat),
• Menilai efektivitas terapi (contoh: efektivitas pemberian
kalium diketahui melalui kadar kalium dalam darah, efektivitas
warfarin diketahui melalui pemeriksaan INR,
• Efektifi tas allopurinol di ketahui dari menurunnya kadar asam
urat,
• Mendeteksi dan mencegah reaksi obat yang tidak dikehendaki
(contoh: penurunan dosis siprofl oksasin hingga 50% pada
kondisi klirens kreatinin 18
BAHAN (SPESIMEN)
Dalam melakukan uji laboratorium diperlukan bahan (spesimen)
yang didapatkan melalui tindakan invasif (menggunakan alat yang
dimasukkan ke dalam tubuh) atau non invasif.
Contoh spesimen antara lain:
Darah lengkap (darah vena, darah arteri)
plasma, serum,
urin,
feses,
sputum,
keringat,
saliva,
sekresi saluran cerna, cairan vagina, cairan serebrospinal
dan jaringan.
19
Hasil pemeriksaan laboratorium dapat dinyatakan sebagai
Angka kuantitatif, kualitatif atau semikuantitatif.
20
LANJUTAN
Hasil pemeriksaan laboratorium dapat dinyatakan dalam
berbagai satuan. Pada tahun 1960 diupayakan adanya standar
pengukuran kuantitatif yang berlaku di seluruh dunia tetapi
sampai sekarang banyak klinisi tetap menggunakan satuan
konvensional,
Contoh: rentang nilai normal kolesterol adalah <200mg/dL
(satuan konvensional) atau <5,17 mmol/L (Satuan
Internasional).
21
LANJUTAN
Nilai klinik pemeriksaan laboratorium tergantung pada sensitifitas,
spesifisitas dan akurasi.
Sensitifitas menggambarkan kepekaan tes,
Spesifisitas menggambarkan kemampuan membedakan
penyakit/gangguan fungsi organ,
Akurasi adalah ukuran ketepatan pemeriksaan.
22
LANJUTAN
Nilai klinik pemeriksaan laboratorium tergantung pada sensitifitas,
spesifisitas dan akurasi.
Sensitifitas menggambarkan kepekaan tes,
Spesifisitas menggambarkan kemampuan membedakan
penyakit/gangguan fungsi organ,
Akurasi adalah ukuran ketepatan pemeriksaan.
23
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Faktor yang terkait pasien antara lain: umur, jenis kelamin, ras,
genetik, tinggi badan, berat badan, kondisi klinik, status nutrisi
dan penggunaan obat.
Faktor yang terkait laboratorium antara lain: cara pengambilan
spesimen, penanganan spesimen, waktu pengambilan, metode
analisis, kualitas spesimen, jenis alat dan teknik pengukuran.
Kesalahan terkait hasil laboratorium patut dicurigai jika
ditemukan tingkat kesalahan pembacaan yang sangat besar dari
hasil pemeriksaan tidak sesuai dengan gejala dan tanda klinik
pasien.
24
TERIMAKASIH
25
PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI
Oleh: apt. Irwandi, M.Farm
DARAH
Komponen:
• Air (90 %)
• Garam mineral: Klorida (Cl), Natrium (Na), Kalium (K),
Kalsium
• (Ca), Magnesium (Mg) dan Fosfat (S).
• Protein plasma: Albumin, Globulin, Fibrinogen,
Protrombin dan
• Heparin.
LANJUTAN
• Zat-zat nutrisi : glukosa, asam amino, asam lemak
(kolesterol,
• HDL, LDL, trigliserid), gliserol, vitamin (A,B,C,D,E,K).
• Gas terlarut: oksigen, karbondioksida, nitrogen.
• Sisa metabolisme sel: urea, kreatinin, asam urat.
• Antibodi dan antitoksin: IgG, IgM
• Hormon dan Enzim
Zat terlarut dalam Plasma
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI
Pemeriksaan panel hematologi (hemogram) terdiri dari :
1. Leukosit,
2. Eritrosit,
3. Hemoglobin,
4. hematokrit,
5. indeks eritrosit dan
6. trombosit.
• Nilai normal :
Pria : 13 - 18 g/dL SI unit : 8,1 - 11,2 mmol/L
Wanita: 12 - 16 g/dL SI unit : 7,4 – 9,9 mmol/L
LANJUTAN
• Hemoglobin yang mengangkut oksigen darah
(dalam arteri) berwarna merah terang
• Sedangkan hemoglobin yang kehilangan
oksigen (dalam vena) berwarna merah tua.
• Satu gram hemoglobin mengangkut 1,34 mL
oksigen.
• Kapasitas angkut ini berhubungan dengan
kadar Hb bukan jumlah sel darah merah.
LANJUTAN
• Penurunan protein Hb normal tipe A1, A2, F
(fetal) dan S berhubungan dengan anemia sel
sabit.
• Hb juga berfungsi sebagai dapar melalui
perpindahan klorida kedalam dan keluar sel
darah merah berdasarkan kadar O2 dalam
plasma (untuk tiap klorida yang masuk
kedalam sel darah merah, dikeluarkan satu
anion HCO3).
LANJUTAN
• Penetapan anemia didasarkan pada nilai
hemoglobin yang berbeda secara individual
karena berbagai adaptasi tubuh (misalnya
ketinggian, penyakit paru-paru, olahraga).
• Secara umum, jumlah hemoglobin kurang dari
12 gm/Dl menunjukkan anemia.
• Pada penentuan status anemia, jumlah total
hemoglobin lebih penting daripada jumlah
eritrosit.
Implikasi klinik
• Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia
(terutama anemia karena kekurangan zat
besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan,
peningkatan asupan cairan dan kehamilan.
• Peningkatan nilai Hb dapat terjadi pada
hemokonsentrasi (polisitemia, luka bakar),
penyakit paru-paru kronik, gagal jantung
kongestif dan pada orang yang hidup di
daerah dataran tinggi.
Implikasi klinik
• Konsentrasi Hb berfluktuasi pada pasien yang
mengalami perdarahan dan luka bakar.
• Konsentrasi Hb dapat digunakan untuk menilai
tingkat keparahan anemia, respons terhadap
terapi anemia, atau perkembangan penyakit
yang berhubungan dengan anemia.
Faktor pengganggu
Orang yang tinggal di dataran tinggi mengalami
peningkatan nilai Hb demikian juga Hct dan sel
darah merah.
Asupan cairan yang berlebihan menyebabkan
penurunan Hb
Umumnya nilai Hb pada bayi lebih tinggi
(sebelum eritropoesis mulai aktif)
Nilai Hb umumnya menurun pada kehamilan
sebagai akibat peningkatan volume plasma
Contoh obat yang dapat meningkatkan Hb yaitu
gentamisin dan metildopa
Olahraga ekstrim menyebabkan peningkatan Hb
Hal yang harus diwaspadai
1. Implikasi klinik akibat kombinasi dari
penurunan Hb, Hct dan sel darah merah.
Kondisi gangguan produksi eritrosit dapat
menyebabkan penurunan nilai ketiganya.
2. Nilai Hb <5,0g/dL adalah kondisi yang dapat
memicu gagal jantung dan kematian. Nilai
>20g/dL memicu kapiler clogging sebagai
akibat hemokonsenstrasi
Penatalaksanaan
• Perhitungan :
MCV (femtoliter) = 10 x Hct (%) : Eritrosit (106 sel/μL)
• Nilai normal : 80 – 100 (fL)
Implikasi klinik
Penurunan nilai MCV terlihat pada pasien
anemia kekurangan besi, anemia pernisiosa
dan talasemia, disebut juga anemia
mikrositik.
Peningkatan nilai MCV terlihat pada penyakit
hati, alcoholism, terapi antimetabolik,
kekurangan folat/vitamin B12, dan terapi
valproat, disebut juga anemia makrositik.
Pada anemia sel sabit, nilai MCV diragukan
karena bentuk eritrosit yang abnormal.
Implikasi klinik
MCV adalah nilai yang terukur karenanya
memungkinkan adanya variasi berupa
mikrositik dan makrositik walaupun nilai MCV
tetap normal.
MCV pada umumnya meningkat pada
pengobatan Zidovudin (AZT) dan sering
digunakan sebagi pengukur kepatuhan secara
tidak langsung.
2. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)
(Hemoglobin Korpuskuler rata – rata)
Indeks MCH adalah nilai yang mengindikasikan
berat Hb rata-rata di dalam sel darah merah,
dan oleh karenanya menentukan kuantitas
warna (normokromik, hipokromik,
hiperkromik) sel darah merah.
MCH dapat digunakan untuk mendiagnosa
anemia.
LANJUTAN
Perhitungan :
MCH (picogram/sel) = hemoglobin/sel darah
merah
Cairan tubuh adalah air yang berada di dalam tubuh dan solute
atau zat terlarut yang terdiri dari elektrolit, seperti natrium,
kalium, kalsium, magnesium, karbonat, klorida, sulfat, fosfat dan
bikarbonat dan non-elektrolit seperti glukosa, asam urat,
kreatinin dan bilirubin).
Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang berdisosiasi
menjadi partikel yang bermuatan (ion) positif atau negatif. Ion
bermuatan positif disebut kation dan ion bermuatan negatif
disebut anion.
Difusi
Transport
Osmosis Aktif
Filtrasi
Difusi
Difusi adalah proses dimana partikel yang
terdapat dalam cairan bergerak dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi
keseimbangan.
LANJUTAN
Faktor-faktor yang meningkatkan difusi
1. Peningkatan suhu
2. Peningkatan konsentrasi partikel
3. Penurunan ukuran atau berat molekul dari partikel
4. Peningkatan area permukaan yang tersedia untuk
difusi
5. Penurunan jarak lintas dimana massa partikel harus
berdifusi
Transport Aktif
• Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi dengan
adanya energi seperti adanya daya aktif dari tubuh seperti
pompa jantung
• Banyak zat terlarut penting ditransport secara aktif melewati
membran sel meliputi: natrium, kalium, hidrogen, glukosa dan
asam amino.
Filtrasi (penyaringan)
• Filtrasi adalah adalah merembesnya suatu cairan melalui
selaput permeable.
• Arah perembesan adalah dari daerah dengan tekanan yang
lebih tinggi ke daerah dengan tekanan yang yang lebih
rendah.
Osmosis
Proses Konsentrasi
Membran
transpor cairan tubuh
Konsentrasi cairan tubuh
Larutan Larutan
hipotonik hipertonik
Macam-macam sifat larutan :
Isotonik adalah suatu larutan yang osmolalitasnya sama
dengan plasma darah. Pemberian larutan isonik melalui
intravena akan mencegah perpindahan cairan dan elektrolit
dari kompartemen intrasel.
Osmoreseptor di hipotalamus
mendeteksi peningkatan tekanan
osmotik dan mengaktivasi jaringan
saraf yang dapat mengakibatkan
sensasi rasa dahaga
Anti Diuretik Hormon (ADH)
Hipovolemik
Hipervolemia
HIPOVOLEMIK
Penyebab :
• Pemberian deuritik yang lama
• Hilangnya sekresi gastrointestinal yang abnormal (diare,
muntah) tanpa cairan pengganti
• Luka bakar
• Penyakit ginjal
• Insufisiensi adrenal
• Pengeluaran keringat meningkat
• Asidosis metabolik
• Gangguan pompa natrium-kalium disertai penurunan kalium sel
dan natrium serum
Lanjutan
Tanda dan gejala :
• Kejang perut, mual, diare, muntah
• Hipotensi postural
• Kasus berat ; nadi cepat dan lemah, tekanan darah turun, kulit
dingin dan lembab, konvulsi, koma
Penyebab :
• Diare
• Nafas cepat
• Penurunan masukan cairan karena koma lama
• Pemberian cairan intravena yang berlebihan yang
mengandung kadar natrium tinggi
• Dialisa peritoneal yang menggunakan cairan glukosa
hipertonik.
• Sekresi aldosteron yang berlebihan
Lanjutan
Tanda dan gejala :
Rasa haus yang berlebihan
Membran mukosa kering
Turgor jaringan yang jelek
Lidah kasar dan berwarna merah
Kulit kemerahan dan bengkak
Konvulsi
Peningkatan suhu
Oliguria atau anuria
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar
natrium >145 meq/L, osmolalitas serum >295 mOsm/kg
dan BJ urine >1,015
Kalium
• Kation utama intra seluler
• Lebih kurang 80% - 90% kalium dikeluarkan
dalam urin melalui ginjal.
• Berfungsi sebagai exitabiliy neuromuskuler
dan kontraksi otot
• Untuk pengaturan keseimbangan asam basa
• Normal: 3,5-5,5 mEq/lt
Hipokalemia
Penyebab :
• Kehilangan cairan gastro intestinal (diare, muntah)
• Pemberian diuretik.
• Luka bakar parah,
• Penggunaan steroid berlebihan
• Alkalosis metabolik
• Sindarom Cushing atau tumor yang dapat memproduksi
hormon adrenal
• Poliuria
• Pengeluaran keringat berlebihan
Lanjutan
Tanda dan gejala :
• Nadi lemah dan tak teratur
• Nafas dangkal
• Tekanan darah turun
• Anoreksia, nousea, vomitus, kembung
• Otot lemah, kelemahan, keletihan
• Aritmia
• Bising usus turun
• Apnoe, kegagalan pernafasan jika kadar kalium 2,0 mEq/L.
• Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar kalium
<3,5 meq/L.
Hiperkalemia
Penyebab :
Penyakit ginjal
Luka bakar
Pemberian kalium yang berlebihan
Asidosis metabolik
Trauma jaringan massif (kalium dikeluarkan langsung dari sel)
Pemberian deuretik hemat kalium
Dehidrasi hipertonik
Insufisiensi adrenal
Lanjutan
Tanda dan gejalanya
• Mual
• Hiperaktifitas system cerna
• Disritmia jantung
• Badan terasa lemas
• Denyut nadi tidak teratur dan lambat
• Hipotensi
• Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan
kadar kalium >5,3 mEq/L.
Kalsium
Penyebab :
• Hipoparatiroid
• Pemberian darah berlebihan yang mengandung sitrat
• Pemberian cairan intravena yang tidak mengandung kalsium
• Alkalosis metabolik
• Peritonitis
• Nutrisi parenteral total
• Penyakit-penyakit pankreas
• Hipoalbumin
• Defisiensi vitamin D
• Penyakit neoplastik
Lanjutan
Parestesia; kesemutan pada daerah jari-jari dan
sirkumoral
Refleks hiperaktif
Tanda Trousseau’s : spasme karpopedal terjadi jika
sirkulasi ke ekstremitas berkurang
Tanda Chvostek’s : terjadinya kontraksi otot wajah
sebagai respons terhadap ketukan di daerah yang
dipersarafi oleh saraf fasial.
Tulang-tulang yang berpori-pori dan berongga tampak
pada foto sinar X.
Hipokalsemia kronik ; Tetani, kram otot, fraktur patologis.
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar
kalsium <4,3 mEq/L.
Hiperkalsemia
Penyebab :
• Hiperparatiroidisme
• Metastasis kanker luas
• Fraktur multiple
• Mieloma multiple
• Immobilisasi lama
• Osteoporosis
Lanjutan
Tanda dan gejala :
– Penurunan tonus otot
– Anoreksia, mual dan muntah
– Kelemahan
– Letargi
– Penurunan kesadaran
– Henti jantung
– Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar kalsium
>5 mEq/L, sinar X menunjukkan adanya osteoporosis yang
menyeluruh, peningkatan BUN >25 mg/100 ml, peningkatan
kreatinin >1,5 mg/100 ml.
Magnesium
Penyebab :
• Asupan yang tidak adekuat ; malnutrisi dan alkoholisme
• Absorbsi yang tidak adekuat ; diare, muntah, drainase
nasogastrik, fistula, diet kalsium yang berlebihan, penyakit
usus kecil
• Hipoparatiroidisme
• Kehilangan magnesium yang berlebihan akibat penggunaan
diuretic
• Kelebihan aldosteron
• Poliuria
Lanjutan
Tanda dan gejala :
– Gangguan susunan syaraf pusat, tremor, kejang
– Hipertensi
– Kebingungan
– Disorientasi
– Takikardia
– Tanda Chvostek dan tanda Trousseau positif
– Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar
magnesium <1,5 mEq/L.
Pengaturan Klorida
• Klorida terdapat di dalam cairan ekstrasel dan intrasel.