Anda di halaman 1dari 18

Penyesuaian Dosis Pada Pasien

Gagal Ginjal
Ginjal merupakan organ penting dalam mengatur
kadar cairan dalam tubuh, keseimbangan elektrolit,
dan pembuangan sisa metabolit dan obat dari dalam
tubuh. Penurunan fungsi ginjal dapat mempengaruhi
farmakokinetika obat, terutama obat yang mengalami
eliminasi utama di ginjal
Jumlah penderita penyakit ginjal kronik terus
meningkat dan dianggap sebagai salah satu masalah
kesehatan yang dapat berkembang pada dekade yang
akan datang. Menurut United State Renal Data System
di Amerika Serikat prevalensi penyakit ginjal kronis
meningkat 20-25% setiap tahun
Pasien dengan penyakit ginjal kronik membutuhkan
pengembangan metode perhitungan dosis individu
obat.
Banyak efek obat yang berubah oleh perubahan
fisiologis yang terjadi pada gangguan fungsi ginjal.
Kegagalan untuk menentukan dosis obat individu
pada populasi ini dapat menyebabkan keracunan
atau respon terapi menurun, yang menyebabkan
kegagalan pengobatan. Pendekatan terapi obat
individual akan menjamin hasil yang optimal
Bersihan kreatinin telah dijadikan tetapan dalam
menentukan fungsi eksresi ginjal serta dapat
digunakan untuk menentukan kecepatan aliran
darah ke ginjal sebagai fungsi dasar ginjal: filtrasi
glomerulus, reabsorbsi tubular dan sekresi tubular
(Guyton & Hall, 2006).
Tujuan utama penentuan indeks fungsi ginjal adalah
mengukur GFR (Glomerulus Filtration Rate) atau
laju filtrasi glomerulus. Bermacam–macam metode
yang digunakan untuk mengukur dan
memperkirakan fungsi ginjal pada perawatan akut
dan rawat jalan. Memperkirakan GFR sangat
penting sebagai awal diagnosis dan monitoring
pasien dengan gagal ginjal kronik. Perkiraan nilai
bersihan kreatinin sangat penting sebagai petunjuk
penyesuaian dosis pada penurunan fungsi ginjal 
Cara yang paling umum digunakan dalam mengukur
laju filtrasi glomerulus adalah dengan mengukur
bersihan kreatinin (Bauer, 2006). Kreatinin
merupakan hasil metabolisme otot yang dilepaskan
dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan
dieksresikan dalam urin dengan kecepatan yang sama.
Oleh karena itu, kadarnya dalam serum hampir
konstan dan berkisar 0,7 sampai 1,5 mg per 100 mL
(nilai ini pada laki–laki lebih tinggi dari pada
perempuan karena massa otot laki–laki lebih besar).
beberapa obat yang memerlukan penyesuaian dosis pada penderita gangguan ginjal antara lain
alopurinol,
lithium,
acyclovir,
amantadine,
fexofenadine,
digoksin,
gabapentin,
metoklopramind,
ranitidin, rivaroxaban, dan
 fesoterodine.
Beberapa antimikroba yang banyak digunakan yang memerlukan penyesuaian dosis pada penderita gangguan
ginjal antara lain
cephalexin,
Vankomisin
amoksisilin,
cefuroxime,
ciprofloxacin,
klaritomisin,
levofloxacin,
nitrofurantoin,
piperacillin/tazobactam,
tetrasiklin,
serta trimetoprim/sulfametoksazol.
Vankomisin merupakan antibiotika glycopeptida
utama untuk pengobatan MRSA dan telah digunakan
secara luas sebagai antibiotika pada pasien diabetes
mellitus dengan infeksi kulit dan jaringan lunak,
pasien penyakit kritis dengan sepsis. Di samping itu,
vankomisin dapat digunakan untuk infeksi komplikasi
seperti meningitis, pneumonia, osteomyelitis,
endocarditis
Vankomisin termasuk antibiotika dengan indeks
terapi sempit dan variabilitas yang besar.
Antibiotika vankomisin merupakan salah satu terapi
lini pertama yang diindikasikan untuk infeksi yang
disebabkan oleh Methicillin resistant staphylococcus
aureus (MRSA) di banyak negara.
Pada gangguan fungsi ginjal dosis antibiotik
disesuaikan dengan bersihan kreatinin.
Perhitungan dosis individu penting untuk obat
dengan indeks terapi sempit yang sedang menderita
penyakit ginjal, karena penurunan laju filtrasi
glomerulus dapat meningkatkan konsentrasi
vankomisin di dalam serum
Perlu dipertimbangkan agar dosis vankomisin sesuai
target pada “kisaran terapeutik” dalam upaya untuk
meningkatkan efektivitas dan meminimalkan efek
toksik potensial dari obat.

penyesuaian dosis vankomisin berdasarkan aspek


farmakokinetika sangat penting dilakukan agar
tercapai tujuan terapi yang aman dan efektif,
terutama pada pasien penyakit ginjal kronis
Dosis obat sesuai: jika dosis vankomisin sesuai
berdasarkan perhitungan pharmacokinetic dosing
method menggunakan data nilai bersihan kreatinin .

Dosis obat tidak sesuai: jika dosis vankomisin tidak


disesuaikan berdasarkan perhitungan
pharmacokinetic dosing method menggunakan data
nilai bersihan kreatinin
Perkiraan Clearance

Cl = 0,695 (Clcr) + 0,05


= Dimana Cl adalah klirens vankomisin dalam mL/menit/kg dan CrCl adalah
klirens kreatinin dalam mL/menit/kg.

Perkiraan Volume Distribusi


= Volume rata-rata distribusi vankomisin adalah 0,7 L/kg

Perkiraan elimination rate constant (ke) dan half-life (t½ )


= ke = Cl / V. (ke dalam jam -1)

Persamaan yang digunakan untuk menghitung regimen dosis individual


τ = (ln Cssmax – ln Cssmin)/ke
KASUS

Ny. Ct (59 th, BB = 48 kg, TB = 152 cm), dating ke rumah


sakit dengan keluhan nyeri pada lambung sudah 3 hari.
Diketahui juga bahwa Ny. Ct menderita gagal ginjal kronis
sejak 6 bulan terakhir menggunakan obat Nifedipine 30 mg
dua kali sehari dan Lisinopril 25 mg sekali sehari serta
digoksin untuk mengatasi gangguan jantung 0,125 mg
sekali sehari. Setelah diperiksa oleh dokter ternyata dokter
meresepkan Ranitidine 50 mg PO 3 kali sehari dan
Sukralfat 3 x sehari satu sendok makan. Hari pertama di
rumah sakit mendapatkan Catapress 0,2 mg tiap jam
dengan infusion pump untuk menangani krisis hipertensi
( Tensi saat masuk 190/120mmHg)
TUJUAN PENATALAKSANAAN TERAPI KASUS

Mahasiswa mampu melakukan penyesuaian dosis


terhadap pasien dengan gagal ginjal kronis, serta
monitoring terapi dan konselingnya sesuai
perkembangan bidang kesehatan dan kefarmasian
terkini.
DESKRIPSI DAN ANALISIS KASUS

a. Subyektif
Nyeri lambung dengan gagal ginjal kronis

b. Obyektif
Pemeriksaan fisik :
Tekanan darah : 170/100mmHg (normal 120/80mmHg)
HR : 25 x per menit
RR : 70 x per menit
Temperatur : 37°C
Pemeriksaan laboratorium:
Proteinuria : +3
K+ : 4,8 mEq/L
SrCr : 8,5 mg/ dl
Na+ : 140 mEq/L
Cl : 97 mEq/L
Urea nitrogen : 40 mg/dl
PEMILIHAN TERAPI RASIONAL

a. Terapi farmakologi
Dengan Clcr Ny. Ct 5,4 ml/menit (sebanding lurus dengan GFR nilai
normalnya 90-150 ml/menit yang menandakan adanya penurunan
fungsi ginjal, maka dilakukan penyesuaian dari beberapa obat yang
digunakan Ny. Ct :
1. Nifedipine : dosis tidak berubah (30 mg 2 x sehari)
2. Digoksin : dosis berubah dari 0,125 mg 1 x sehari, menjadi 0,0625 1x
sehari
3. Lisinopril : dosis tidak berubah (2,5 – 20 mg PO 1 x sehari)
4. Catapress : dengan komposisi Clonidin HCl, dosis tidak berubah
( 0,2 mg/ jam dengan infusion pump
5. Sukralfat : tidak boleh digunakan pada pasien dengan gagal ginjal,
maka obat diganti dengan Lazoprazol dosis 15-30 mg PO

Anda mungkin juga menyukai