Anda di halaman 1dari 36

SPESIFITAS & LINIERITAS

Members:
• Distyshinta P 185070500111002
• Ruben Ero 185070500111004
• Ajeng Widyastuti 185070500111006
• Atqillah Irbah 185070500111008
• Anatasya Ayu P 185070500111010
• Zakiyyatul Fitriyah 185070500111012
DEFINISI

Spesifitas merupakan kemampuan suatu


metode analisa secara tegas dengan
keberadaan lain yang mungkin ada seperti
komponen matriks, pengotor, hasil degradasi,
dan lain-lain. Pada spektrometri UV Vis,
metode dikatakan memenuhi spesifitas jika
pada panjang gelombang terpilih akan hanya
muncul satu puncak pada kromatogram.
DEFINISI

Linieritas merupakan hubungan antara


konsentrasi dan respon analit yang dalam
metode spektrofotometri UV Vis berupa
absorban. Linieritas digambarkan dalam
persamaan garis regresi Y=bx+a, dimana bisa
dikitakan linier jika nilai koefisien relasi
r=0.999.
Larutan Uji
Larutan induk dibuat dengan cara
melarutkan paracetamol 50,5 mg ke
dalam pelarut HCl 0,1 N sebanyak 50
ml. sehingga didapatkan konsentrasi
larutan induk sebesar 1000,01 ppm.
Kemudian diencerkan menjadi 5
larutan dengan konsentrasi yang
berbeda.
Konsentrasi Pengenceran
• 1000,01 ppm . 1 ml = x . 100 ml
x = 10,0001 ppm
• 1000,01 ppm . 2 ml = x . 100 ml
x = 20,0002 ppm
• 1000,01 ppm . 3 ml = x . 100 ml
x = 30,0003 ppm
• 1000,01 ppm . 4 ml = x . 100 ml
x = 40,0004 ppm
• 1000,01 ppm . 5 ml = x . 100 ml
x = 5,0005 ppm
Konsentrasi
Absorbansi Persamaan regresi
ppm
Panjang
gelombang max:
10.0001 0.597 234

Y = bx + a
20.0002 1.243 Y = 0.058x + 0.054

R = 0.998
30.0003 1.834

40.0004 2.466

50.0005 2.913
Kurva Baku
3.5

3
y = 0.0585x + 0.0541
2.5 R² = 0.9964

2
absorbansi

1.5

0.5

0
0 10 20 30 40 50 60

konsentrasi (ppm)
• Y = bx + a
0,597 = 0,058x + 0,054
x = 9,36 ppm = 9,36 x 10−3 mg/ml
• Y = bx + a
1,243 = 0,058x + 0,054
x = 20,5 ppm = 2,05 x 10−3 mg/ml
• Y = bx + a
1,834 = 0,058x + 0,054
x = 30,689 ppm = 3,069 x 10−3 mg/ml
• Y = bx + a
2,446 = 0,058x + 0,054
x = 41,586 ppm = 4,159 x 10−3 mg/ml
• Y = bx + a
2,913 = 0,058x + 0,054
x = 49,293 ppm = 4, 929 x 10−3 mg/ml
• Sy = 0,927

0,927
• Vx0 = 0,058 x 100%= 15,98%
𝑆𝑦 0,927
• LOD = x3 = 0,058 x 3 = 47,948 mg/ml
𝑏

𝑆𝑦 0,947
• LOQ = x 10 = x 10 = 159,828 mg/ml
𝑏 0,058
Persyaratan Spesifitas
Dalam analisis kromatografi, sulit untuk
memastikan apakah puncak dalam
kromatogram murni atau terdiri lebih dari
suatu senyawa. Sebelumnya, parameter
kromatografi seperti komposisi fase gerak
dimodifikasi untuk menyelidiki kemurnian
puncak. Sedangkan baru-baru ini digunakan
detector ultraviolet/visible diode-array.
Tingkat pengotor yang dapat dideteksi dengan
instrument ini tergantung pada perbedaan
spectra, pada kinerja ditektor dan pada
algoritma perangkat lunak. Dalam kondisi
ideal, kotoran puncak pada level 0,5% dapat
didekteksi.
SPESIFITAS
Berdasarkan spectrum serapan
larutan uji paracetamol panjang
gelombang maksimum 243 nm. Dari
hasil uji dapat dikatakan spesifik
karena hanya menghasilkan satu
puncak spectrum yang tajam.
Pengukuran pada panjang
gelombang maksimum dilakukan
karena perubahan absorban untuk
setiap satuan konsentrasi paling
besar pada panjang gelombang
maksimum sehingga akan diperoleh
kepekaan analisis yang maksimum.
Persyaratan Linieritas
Linieritas biasanya ditunjukkan melalui regresi
kuadrat terkecil. Penerimaan data linieritas sering
dinilai dengan memeriksa koefisien korelasi dan
intersep-y, dan jumlah kuadrat. Untuk metode
pengujian, koefisien korelasi lebih dari 0,999
umumnya dianggap sebagai bukti kesesuaian data
dengan garis regresi. Untuk metode pengotor,
koefisien korelasi lebih dari 0,999 umumnya dapat
diterima. Persamaan regresi linier yang diterapkan
pada hasil harus memiliki intersepsi yang tidak
berbeda secara signifikan dari 0. Hasil ini harus
didorong dari penilaian statistic kurva kalibrasi.
Juga diterima bahwa intersep-y harus kurang dari
beberapa persen dari respons yang diperoleh
untuk analit pada konsentrasi target.
Persyaratan Linieritas
Linieritas harus dievaluasi secara grafis. Evaluasi
dilakukan secara visual dengan memeriksa plot area puncak
sebagai fungsi konsentrasi analit. Untuk rentang linier dalam
kurva kalibrasi, penyimpangan harus didistribusikan secara
merata antara nilai positif dan negative.
Selain pendekatan ini, nilai plot yang diperoleh dengan
mengurangi nilai yang diamati dari nilai prediksi (dari
persamaan linear) terhadap konsentrasi dapat membantu
menilai linieritas. Untuk rentang linier dalam kurva kalibrasi,
penyimpangan harus didistribusikan secara merata antara
nilai positif dan negatif.
SYARAT LINIERITAS
• Hubungan linier yang ideal dicapai jika
nilai b = 0 dan r = +1 atau –1 bergantung
pada arah garis. Sedangkan nilai a
menunjukkan kepekaan analisis terutama
instrumen yang digunakan. Parameter lain
yang harus dihitung adalah simpangan
baku residual (Sy).
• Proses Relatif Standar Deviasi (VxO)
dinyatakan linier jika nilainya <2%.
(Harmita, 2004)
Nilai LOD & LOQ
Nilai limit deteksi sebesar 47,948 mg/mL dapat
diartikan bahwa alat spektrofotometer yang
digunakan ini mampu memberikan
respon/data/hasil untuk analisis paracetamol
dengan jumlah analit paracetamol terkecil yang
masih mampu untuk dianalisis sebesar 47,948
mg/mL.
Nilai limit kuantisasi sebesar 159,828 mg/mL
artinya alat spektrofotometr ini apabila
digunakan untuk analisis paracetamol dengan
menghasilkan sebesar 159,828 mg/mL mampu
memberikan respon/data/hasil dengan nilai
akurasi dan presisi yang dapat diterima atau
yang diharapkan dalam analisis paracetamol.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan didapatkan panjang gelombang
sebesar 243 nm dan menghasilkan satu
puncak gelombang yang curam pada
spektrum yang berarti metode analisis
dapat dikatakan spesifik. Sedangkan
untuk uji linieritas, nilai koefisien korelasi
belum bisa dibilang linier karena nilai Vxo
> 5% dan nilai r sendiri masih kurang dari
0,999 sehingga belum didapatkan data
yang linier pada praktikum ini.
AKURASI
&
PRESISI
DEFINISI

Keakuratan prosedur analitis menyatakan


kedekatan antara nilai yang diterima baik
sebagai nilai sebenarnya atau nilai
referensi yang diterima dan nilai yang
ditemukan. Akurasi dapat ditentukan
dalam empat cara. Salah satunya adalah
akurasi dapat dinilai dengan menganalisis
sampel dengan konsentrasi diketahui
(bahan referensi) dan membandingkan
nilai yang diukur ke nilai sebenarnya (ICH,
2006)
DEFINISI

Presisi adalah derajat kedekatan diantara


hasil uji dari satu seri pengukuran berulang
pada sampel yang homogen. Presisisi diukur
sebagai simpangan baku atau simpangan
baku relatif (koefisien variasi). Presisi dapat
dinyatakan sebagai repeatability
(keterulangan) atau reproducibility
(ketertiruan). (Riyadi, 2009)
Label: (Formula 80%)
Paracetamol 1200 mg
PVP 600 mg Replikasi Penimbangan Absorbansi
Talk 150 mg+
1950 mg 1 0.1611 g 1.152
Hasil Penimbangan 1933 mg

2 0.1611 g 1.367
Kadar Paracetamol yang dibutuhkan:100 mg
3 0.1611 g 1.222

x = 161,1 mg

(Berat campuran yang harus ditimbang)


Replikasi 1

Replikasi 2
Replikasi 3

Analit Hasil Uji


SYARAT AKURASI
• Akurasi Data harus dinilai
menggunakan minimal 9
penentuan dengan minimal 3
tingkat konsentrasi yang mencakup
rentang yang ditentukan (mis. 3
konsentrasi / 3 replikasi tiap
prosedur analisis).
• Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan
kembali (recovery) analit yang ditambahkan
Setelah didapatkan absorbansi dari sampel
setiap replikasi uji diketahui kadar yang
terkandung. Berdasarkan kadar tersebut
didapatkan massa analit hasil uji dari setiap
replikasi. Hasil tersebut digunakan untuk
menghitung % recovery dan didapatkan nilai
pada replikasi 1 sebesar 94.65%, replikasi 2
sebesar 113.19%, dan replikasi 3 sebesar
100.65%.

Dari hasil ini hanya replikasi ketiga yang dapat


dikatakan akurat karena masuk dalam rentang
standar 98-101%.
Secara umum, % recovery yang kurang
dari 60-70% harus melalui penyelidikan
yang mengarah pada peningkatan.
Sementara itu %recovery rata-rata yang
lebih besar dari 110% menunjukkan
perlunya pemisahan yang lebih baik. %
Recovery yang lebih besar dari 100% tidak
boleh dianggap sebagai hal yang mustahil.
Hasil yang lebih dari 100% ini merupakan
sisi positif yang diharapkan dari distribusi
hasil analitik pada analit yang ada (AOAC,
2002)
Presisi prosedur analitis menyatakan kedekatan
(Derajat sebaran) antara serangkaian
pengukuran yang diperoleh dari banyak
pengambilan sampel dari sampel homogen yang
sama dalam kondisi yang ditentukan. Presisi
dapat dipertimbangkan pada tiga tingkatan:
repeatability, intermediate precision and
reproducibility. Presisi sendiri harus diselidiki
menggunakan sampel yang homogen dan
otentik.

Namun, jika tidak mungkin untuk mendapatkan


sampel yang homogen, sampel dapat dibuat
secara artifisial atau larutan sampel. Ketepatan
prosedur analitis biasanya dinyatakan sebagai
varians,standar deviasi atau koefisien variasi dari
serangkaian pengukuran (ICH, 2006)
SYARAT PRESISI
• Dokumentasi dalam mendukung studi presisi
(pengulangan) harus mencakup deviasi standar
dan interval kepercayaan. Kriteria presisi dari
metode pengujian untuk bahan farmasi aktif
massal tidak boleh lebih dari 1,0%, dan itu
untuk produk yang diformulasikan tidak lebih
dari 2,0%. Untuk metode pengotor yang
menentukan

• senyawa dalam jumlah kecil, presisi tidak boleh


lebih dari 10% (ICH, 2006)
• Dari data yang ada didapatkan standar deviasi
sebesar= 9.148% dengan %b/b replikasi
pertama 58.25%, replikasi kedua 69.6%, dan
replikasi ketiga 61.93%. Pengukuran presisi
dilakukan pada tingkatan intermediate
precision karena dilakukan dengan variasi lab
berupa analis yang berbeda. Berdasarkan nilai
tersebut data yang didapatkan belum dapat
dikatakan presisi karena nilainya yang lebih
besar dari 1.0%. Hal ini dapat terjadi karena
setiap replikasi dilakukan oleh analisi yang
berbeda dengan tingkat ketelitian masing-
masing analisis yang berbeda.
Kesimpulan
• Telah didapatkan replikasi sempel
sebanyak 3X. Hanya hasil replikasi
ke-3 yang dapat dinyatakan akurat
karena memasuki rentang recovery
98%-102%, yaitu 100,65%. Ketiga
data tidak presisi karena memiliki
RSD ≥ 2% yaitu 9,148%
Daftar Pustaka:
• AOAC Guidelines for Single Laboratory Validation of
Chemical Methods for Dietary Supplements and Botanicals.
2002
• ICH Topic Q 2 (R1) Validation of Analytical Procedures: Text
and Methodology .1995

• International Conference on Harmonization of Technical


Requirements for Registration of Pharmaceuticals for
Human Use. Impurities in New Drug Substances, Q3A
(R2), 2006.

• Harmita.2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode Dan


Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I,
No.3, 117 - 135

• Riyadi, Wahyu. 2009. Validasi Metode Analisis. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai