Anda di halaman 1dari 8

I.

Data Hasil Percobaan dan Perhitungan


Sampel serbuk kulit kopi = 3 g/90 mL
= 100 ×3000 mg/100 mL
90
≈ 3333,3333 mg/100 mL
Konsentrasi DPPH : 39 mg/L
Absorbansi larutan kontrol : 0,126

A. Perhitungan presentase penghilangan radikal bebas dengan metode


DPPH

Konsentrasi sampel
Pengenceran A % Inhibisi (%)
(mg/100 mL)
1000x 0,024 3,3333 80,95
2000x 0,042 1,6667 66,67
4000x 0,051 0,8333 59,52
8000x 0,076 0,4167 39,68
16000x 0,102 0,2083 19,05

Perhitungan konsentrasi sampel dan % inhibisi pada pengenceran 1000x


Konsentrasi sampel = 3333,3333 𝑚𝑔/100 𝑚𝐿 ≈ 3,3333 mg/100 mL
1000
% Inhibisi (%) = 𝐴0−𝐴1
× 100%
𝐴0

=
0,126−0,024 × 100% ≈ 80,95%
0,126

Catatan: perhitungan lengkap berada pada lampiran perhitungan

B. Perhitungan IC50

Pengenceran A Log C sampel % Inhibisi (%)


1000x 0,024 0,5229 80,95
2000x 0,042 0,2219 66,67
4000x 0,051 -0,0792 59,52
8000x 0,076 -0,3802 39,68
16000x 0,102 -0,6813 19,05

Perhitungan log C sampel pada pengenceran 1000x


Log C Sampel = Log(3,3333) ≈ 0,5229

Catatan: perhitungan lengkap berada pada lampiran perhitungan

1
Perhitungan IC50
Persamaan regresi linier pada kurva % inhibisi (%) terhadap log C sampel
(terlampir):
𝑥 = log C sampel 𝑦 = % inhibisi (%)
𝑚 = slope = 50,091 𝑐 = intercept = 57,141
𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐
𝑦 = 50,091𝑥 + 57,141 R² = 0,9715
𝑦 = 50
50 = 50,091𝑥 + 57,141
𝑥 = 50−57,141 = -0,1425605398
50,091
IC50 = 10x = 10-0,1425605398 ≈ 0,7202 mg/100 mL

C. Perhitungan AAE
Menggunakan kurva standar yang memiliki persamaan regresi linier:
𝑥 = log C sampel 𝑦 = % inhibisi (%)
𝑚 = slope = 35,1561 𝑐 = intercept = 23,081
𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐
𝑦 = 35,1561𝑥 + 23,081

𝑥 Konsentrasi
Pengenceran % Inhibisi (%) (log C sampel (mg
sampel) AAE/100 mL)
1000x 80,95 1,65 44,67
2000x 66,67 1,24 17,38
4000x 59,52 1,04 10,96
8000x 39,68 0,47 2,95
16000x 19,05 -0,11 0,78

Perhitungan 𝑥 (log C sampel) dan konsentrasi sampel pada pengenceran


1000x
80,95−23,081
𝑥 = 35,1561 ≈ 1,65
Konsentrasi sampel = 10x = 101,65 ≈ 44,67

Catatan: perhitungan lengkap berada pada lampiran perhitungan

II. Pembahasan
Ekstrak sampel pada percobaan penentuan kadar aktivitas antioksidan
ini diperoleh dari metode ekstraksi maserasi kulit biji kopi dengan pelarut
double-distilled water (ddH2O). ddH2O merupakan pelarut yang bersifat
polar sehingga mampu melarutkan komponen antioksidan pada kulit biji
kopi yaitu senyawa polifenol yang juga bersifat polar. Ekstraksi dilakukan
selama 2 hari dalam suhu ruang untuk dapat mengekstraksi senyawa-
senyawa dalam sampel yang memiliki aktivitas antioksidan secara optimal
(Sadeli, 2016). Pada pengujian aktivitas antioksidan pada ekstrak sampel
kulit biji kopi yang didapatkan dilakukan dengan metode pengujian
menggunakan reagen DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Metode pengujian
menggunakan reagen DPPH ini dipilih karena merupakan metode yang
sederhana, mudah, cepat dan peka serta hanya memerlukan sedikit sampel
untuk analisis aktivitas antioksidannya (Suena dan Antari, 2020).
DPPH sendiri merupakan senyawa radikal bebas yang stabil yang biasa
digunakan dalam penentuan aktivitas antioksidan pada ekstrak tanaman.
Penambahan reagen DPPH dalam praktikum adalah sebagai senyawa radikal
bebas (Sadeli, 2016). Dalam mempersiapkan larutan DPPH dilakukan pada
ruang gelap dan dalam botol yang telah terlapisis aluminum foil. Penutupan
dan peletakan larutan dalam kondisi terbungkus aluminum foil dan dalam
ruangan yang gelap bertujuan untuk menghindari terpaparnya larutan DPPH
dengan cahaya. Hal ini sesuai dengan Alam dkk (2013) yang menyatakan
bahwa DPPH sensitif terhadap cahaya dan dapat mengurangi efektivitas
kerja DPPH. Selain itu digunakan juga pelarut metanol dalam preparasi
larutan DPPH karena metanol tidak mengganggu reaksi DPPH serta tidak
mengganggu pengukuran absorbansi (Alam et al., 2013).
Prinsip pengukuran aktivitas antioksidan secara kuantitatif
menggunakan metode DPPH ini adalah adanya perubahan intensitas warna
ungu DPPH yang sebanding dengan konsentrasi larutan DPPH tersebut.
Radikal bebas DPPH yang memiliki elektron tidak berpasangan akan
memberikan warna ungu. Warna akan berubah menjadi kuning saat
elektronnya berpasangan. Perubahan intensitas warna ungu ini terjadi karena
adanya peredaman radikal bebas yang dihasilkan oleh bereaksinya molekul
DPPH dengan atom hidrogen yang dilepaskan oleh senyawa antioksidan
pada ekstrak sampel sehingga terbentuk senyawa difenil pikril hidrazin dan
menyebabkan terjadinya peluruhan warna DPPH dari ungu ke kuning
(Rizkayanti et al., 2017). Perubahan warna ini akan memberikan perubahan
absorbansi pada panjang gelombang maksimum DPPH menggunakan
spektrofotometer UV- Vis sehingga akan diketahui nilai aktivitas peredaman
radikal bebas yang dinyatakan dengan nilai IC50 (Inhibitory concentration).
Nilai IC50 didefinisikan sebagai besarnya konsentrasi senyawa uji yang
dapat meredam radikal bebas sebanyak 50%. Semakin kecil nilai IC 50 maka
semakin tinggi aktivitaas antioksidannya (Martiningsih et al., 2016). Dalam
mengukur absorbansi larutan uji digunakan panjang gelombang 517 nm
karena gugus kromofor dan auksokrom pada radikal bebas DPPH
memberikan absorbansi
7
maksimum pada panjang gelombang tersebut sehingga menimbulkan warna
ungu (panjang gelombang maksimum). Dimana panjang gelombang
maksimum dapat memberikan serapan paling maksimal dari larutan uji dan
memberikan kepekaan paling besar (Rizkayanti et al., 2017). Hasil
hubungan antara aktivitas antionsidan dari ekstrak sampel dengan seri
logaritma konsentrasi ekstrak sampel dapat dilihat dari persamaan regresi
liner 𝑦 = 50,091𝑥 + 57,141 dengan koefisien korelasi (r2) adalah 0,9715.
Hasil ini menunjukkan bahwa metode untuk penentuan aktivitas antioksidan
sangat baik untuk digunakan sesuai dengan yang disampaikan oleh Harmita
(dalam Suena dan Antari, 2020) bahwa jika kurva hasil perhitungan
memiliki nilai r mendekati 1 atau sama dengan 1 maka data hasil penelitian
yang diperoleh sangat baik. Pada praktikum dianalisis juga absorbansi dari
larutan kontrol yang merupakan larutan DPPH yang dilarutkan dalam
metanol dengan tujuan untuk mendapatkan serapan DPPH tanpa gangguan
serapan dari senyawa- senyawa lain dalam sampel. Absorbansi yang
didapatkan digunakan dalam menentukan aktivitas antioksidan pada ekstrak
sampel (Sadeli, 2016).
Menurut Mardawati (dalam Muzdalifa dan Jamal, 2019) menyatakan
bahwa suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai
IC50 < 50 mg/L, kuat untuk IC50 bernilai 50-100 mg/L, sedang jika IC50
bernilai 100-150 mg/L, lemak jika IC50 adalah 150-200 mg/K dan sangat
lemah jika nilai IC50 adalah >200 mg/L. Pada praktikum didapatkan nilai
IC50 dari ekstrak sampel kulit biji kopi adalah 7,202 mg/L sehingga dapat
dikatakan bahwa ekstrak sampel kulit biji kopi memiliki aktivitas
antioksidan yang sangat kuat.
Selain itu hasil analisis juga digunakan untuk mencari aktivitas
antioksidan sampel ekstrak dalam AAE (Ascorbic Acid Equivalence) yaitu
jumlah kesetaraan miligram asam askorbat (vitamin C) dalam 100 mL
sampel. Kurva kalibrasi yang digunakan dalam penentuan ini adalah kurva
standar asam askorbat dengan persamaan regresi linier adalah 𝑦 = 35,1561𝑥
+ 23,081.

III. Kesimpulan
Dari hasil analisis didapatkan bahwa prinsip penentuan aktivitas
antioksidan dengan metode DPPH adalah adanya perubahan intensitas
warna ungu DPPH yang sebanding dengan konsentrasi DPPH dalam
larutan. Parameter yang digunakan dalam mengetahui kemampuan aktivitas
antioksidan dalam ekstrak sampel adalah IC50 yang dapat ditentukan melalui
persamaan regresi linier 𝑦 = 50,091𝑥 + 57,141 dan menggunakan % inhibisi
(y) 50. Dari hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak sampel kulit biji kopi
dengan metode DPPH ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit biji kopi
yang digunakan pada praktikum kali ini memiliki aktivitas antioksidan yang
sangat kuat.
IV. Daftar Pustaka
Alam, M. N., Bristi, N. J. dan Rafiquzzaman, M. 2013. Review on In Vivo
and In Vitro Methods Evaluation of Antioxidant Activity. Saudi Pharm.
Journal, 21(2): 143-152.
Hani, R. C. dan Milanda, T. 2016. Review: Manfaat Antioksidan pada
Tanaman Buah di Indonesia. Farmaka, 14(1): 184-190.
Marcelinda, A., Ridhay, A., Prismawiryanti. 2016. Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Limbah Kulit Ari Biji Kopi (Coffea sp.) Berdasarkan Tingkat
Kepolaran Pelarut. Online Journal of Natural Science.
Martiningsih, N. W., Widana, G. A. B. dan Kristiyanti, P. L. P. 2016.
Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun
Matoa (Pometia pinnata) dengan Metode DPPH. In Prosiding Seminar
Nasional MIPA, Vol. 0, Issue 0.
Muzdalifa, D. dan Jamal, S. 2019. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Fraksi
Kulit Biji Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex. A.Froehner)
terhadap Pereaksi DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Indonesia
Natural Research Pharmaceutical Journal, 4(2): 41-50.
Rizkayanti, Diah, A. W. M. dan Jura, M. R. 2017. Uji Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera). Jurnal
Akademika Kimia, 6(2): 125-131.
Sadeli, R. A. 2016. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH (1,1-
diphenyl-2-picrylhydrazyl) Ekstrak Bromelain Buah Nanas (Ananas
comosus L.). Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.
Setiawan, F., Yunita, O. dan Kurniawan, A. 2018. Uji Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Etanol Kayu Secang (Caesalpinia sappan) menggunakan
Metode DPPH, ABTS, dan FRAP. Media Pharmaceutica Indonesiana,
2(2): 82-89.
Suena, N. M. D. S. dan Antari, N. P. U. 2020. Uji Aktivitas Antioksidan
Maserat Air Biji Kopi (Coffea canephora) Hijau Pupuan dengan
Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Jurnal Ilmiah
Medicamento, 6(2): 111-117.
Teixeira, J., Gaspar, A., Garrido, E. M., Garrido, J., Borges, F. 2013.
Hydroxycinnamic Acid Antioxidants: An Electrochemical Overview.
BioMed Research International.
V. Lampiran Perhitungan
A. Perhitungan presentase penghilangan radikal bebas dengan metode
DPPH

Konsentrasi sampel
Pengenceran A % Inhibisi (%)
(mg/100 mL)
1000x 0,024 3,3333 80,95
2000x 0,042 1,6667 66,67
4000x 0,051 0,8333 59,52
8000x 0,076 0,4167 39,68
16000x 0,102 0,2083 19,05

Perhitungan konsentrasi sampel dan % inhibisi pada pengenceran 1000x


Konsentrasi sampel = 3333,3333 𝑚𝑔/100 𝑚𝐿 ≈ 3,3333 mg/100 mL
1000
% Inhibisi (%) = 𝐴0−𝐴1 × 100%
𝐴0
0,126−0,024 × 100% ≈ 80,95%
= 0,126
Perhitungan konsentrasi sampel dan % inhibisi pada pengenceran 2000x
Konsentrasi sampel = 3333,3333 𝑚𝑔/100 𝑚𝐿 ≈ 1,6667 mg/100 mL
2000
% Inhibisi (%) = 𝐴0−𝐴1 × 100%
𝐴0
0,126−0,042 × 100% ≈ 66,67 %
= 0,126
Perhitungan konsentrasi sampel dan % inhibisi pada pengenceran 4000x
Konsentrasi sampel = 3333,3333 𝑚𝑔/100 𝑚𝐿 ≈ 0,8333 mg/100 mL
4000
% Inhibisi (%) = 𝐴0−𝐴1 × 100%
𝐴0
0,126−0,051 × 100% ≈ 59,52 %
= 0,126
Perhitungan konsentrasi sampel dan % inhibisi pada pengenceran 8000x
Konsentrasi sampel = 3333,3333 𝑚𝑔/100 𝑚𝐿 ≈ 0,4167 mg/100 mL
8000
% Inhibisi (%) = 𝐴0−𝐴1 × 100%
𝐴0
0,126−0,076 × 100% ≈ 39,68%
= 0,126
Perhitungan konsentrasi sampel dan % inhibisi pada pengenceran 16000x
Konsentrasi sampel = 3333,3333 𝑚𝑔/100 𝑚𝐿 ≈ 0,2083 mg/100 mL
16000
% Inhibisi (%) = 𝐴0−𝐴1 × 100%
𝐴0

=
0,126−0,0102 × 100% ≈ 19,05 %
0,126
B. Perhitungan IC50

Pengenceran A Log C sampel % Inhibisi (%)


1000x 0,024 0,5229 80,95
2000x 0,042 0,2219 66,67
4000x 0,051 -0,0792 59,52
8000x 0,076 -0,3802 39,68
16000x 0,102 -0,6813 19,05

Perhitungan log C sampel pada pengenceran 1000x


Log C Sampel = Log(3,3333) ≈ 0,5229
Perhitungan log C sampel pada pengenceran 2000x
Log C Sampel = Log(1,6667) ≈ 0,2219
Perhitungan log C sampel pada pengenceran 4000x
Log C Sampel = Log(0,8333) ≈ -0,0792
Perhitungan log C sampel pada pengenceran 8000x
Log C Sampel = Log(0,4167) ≈ -0,3802
Perhitungan log C sampel pada pengenceran 16000x
Log C Sampel = Log(0,2083) ≈ -0,6813

C. Perhitungan AAE
Menggunakan kurva standar yang memiliki persamaan regresi linier:
𝑥 = log C sampel 𝑦 = % inhibisi (%)
𝑚 = slope = 35,1561 𝑐 = intercept = 23,081
𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐
𝑦 = 35,1561𝑥 + 23,081

𝑥 Konsentrasi
Pengenceran % Inhibisi (%) (log C sampel (mg
sampel) AAE/100 mL)
1000x 80,95 1,65 44,67
2000x 66,67 1,24 17,38
4000x 59,52 1,04 10,96
8000x 39,68 0,47 2,95
16000x 19,05 -0,11 0,78

Perhitungan 𝑥 (log C sampel) dan konsentrasi sampel pada pengenceran


1000x
80,95−23,081
𝑥 = 35,1561 ≈ 1,65
Konsentrasi sampel = 10x = 101,65 ≈ 44,67
Perhitungan 𝑥 (log C sampel) dan konsentrasi sampel pada pengenceran
2000x
66,67−23,081
𝑥 = 35,1561 ≈ 1,24
Konsentrasi sampel = 10x = 101,24 ≈ 17,38
Perhitungan 𝑥 (log C sampel) dan konsentrasi sampel pada pengenceran
4000x
59,52−23,081
𝑥 = 35,1561 ≈ 1,04
Konsentrasi sampel = 10x = 101,04 ≈ 10,96
Perhitungan 𝑥 (log C sampel) dan konsentrasi sampel pada pengenceran
8000x
39,68−23,081
𝑥 = 35,1561 ≈ 0,47
Konsentrasi sampel = 10x = 100,47 ≈ 2,95
Perhitungan 𝑥 (log C sampel) dan konsentrasi sampel pada pengenceran
16000x
19,05−23,081
𝑥 = 35,1561 ≈ -0,11
Konsentrasi sampel = 10x = 10-0,11 ≈ 0,78

VI. Lampiran Kurva

Kurva % Inhibisi (%) terhadap Log Konsentrasi Sampel 90.00


80.00

70.00
60.00
y = 50.091x + 57.141
% Inhibisi (%)

50.00 R² = 0.9715
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00

-0.8000 -0.6000 -0.4000 -0.2000 0.00000.20000.40000.6000


Log Konsentrasi Sampel

Kurva 1. Kurva % Inhibisi (%) terhadap Log Konsentrasi Sampel

Anda mungkin juga menyukai