Anda di halaman 1dari 24

PRAKTIKUM TEKNOLOGI FERMENTASI

MODUL III: PENGENALAN INSTRUMEN FERMENTOR dan


FERMENTASI MENGGUNAKAN Enterobacter aerogenes ADH43

Rabu, 2 Maret 2022


KP B
KELOMPOK 1
1. Elizabeth Felicia (170219009)
2. Gabriela Deta Ferisca (170219012)
3. Leonardo William (170219013)

ASISTEN DOSEN
1. Jonathan Raphael Honantha (170118006)
2. Fitri Paramita Halim (170118013)
3. Marcella Reina (170118031)
DOSEN
1. Yayon Pamula Mukti, S.TP., M.Eng.
2. Christina Mumpuni Erawati, STP., M.Si

PROGRAM KEKHUSUSAN BIONUTRISI DAN INOVASI PANGAN


PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS TEKNOBIOLOGI
UNIVERSITAS SURABAYA
SURABAYA
2022
I. Tujuan
1. Mengetahui bagian – bagian fermentor
2. Memahami langkah – langkah kerja menggunakan fermentor
3. Mengamati parameter – parameter fermentasi oleh E.aerogenes ADH43
pada fermentor
II. Dasar Teori
Fermentasi merupakan suatu metode tertutup dan steril dalam kondisi
optimal untuk pertumbuhan mikroorganisme dalam menghasilkan
metabolit. Selama fermentasi berlangsung, akan terjadi perubahan kimia
dari suatu substrat organic dengan katalisa dari enzim mirkoorganisme
dalam membentuk produk fermentasi. Fermentasi dapat berlangsung
secara spontan maupun secara non-spontan. Factor-faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan fermentasi adalah suhu, pH awal
fermentasi, inoculum, substrat dan kandungan nutrisi medium. Pada
fermentasi batch, mikroorganisme melewati semua proses pertumbuhan
sebelum terjadi pengumpulan produk. Jika dalam kontinyu,
mikroorganisme dipertahankan pada tingkat puncak pertumbuhan (fase
eksponensial). Bioreactor atau fermentor merupakan satu kesatuan
system yang mampu menyediakan lingkungan yang optimum
(terkontrol baik dalam parameter suhu, tekanan, pH, oksigen maupun
substrat) untuk optimasi reaksi biokimia dari substrat menjadi produk.
Reaksi yang terjadi pada fermentor ini melibatkan mikroorganisme
yang dimana dapat menghasilkan biokimia aktif secara aerobic atau
anaerobic. Pada reactor, diguakan agen biologis termobilisasi dan
tersuspensi. Bioreactor dilengkapi dengan agitator agar sel dan medium
tersebar secara homogen, sterilisasi serta aerasi untuk mensuplai
kebutuhan oksigen selama proses fermentasi. Pengisian fermentor
sebanyak 20-25% volume total untuk mencegah larutan meluber akibat
foaming, aerasi dan splashing. Fermentor memungkinkan penambahan
substart seminimal mungkin dengan hasil metabolit mikroba
semaksimal mungkin. Terdapat 2 tipe fermentor, yaitu tertutup dan
terbuka. Semua nutrient ditambahkan pada awal fermentasi dan pada
akhir fermentasi dikeluarkan bersama produknya selama fermentasi
tertutup. Contohnya adalah dalam pembuatan bir (brewing), antibiotic
dan enzim. Sedangkan pada system terbuka memungkinkan terjadinya
pemasukan medium kultur dan pengeluaran medium Bersama produk
secara kontinyu, contohnya seperti SCP (petrokimia). Fermentasi batch
dilakukan secara tertutup sebanyak 1 siklus, penambahan media hanya
pada bagian awal serta produk dikeluarkan dipanen setelah fermentasi
selesai. System fermentasi batch memungkinkan pembentukan etanol
konsentrasi tinggi tetapi produktivitasnya rendah, substrat terbatas,
pertumbuhan bakteri dan pembuatan produk terbatas serta beresiko
terbentuk produk beracun. Fermentasi kontinyu secara terbuka
memungkinkan penambahan media dan pengeluaran produk maupun
kultur sepanjang jalannya proses fermentasi. Penambahan substrat
dilakukan bersamaan dengan pengurangan produk sehingga dapat
menjaga volume fermentor tetap konstan. Apabila system kontinyu
dilakukan dengan waktu tinggal panjang (dilution rate rendah) maka
produk hasil akan serupa dengan system batch (Madigan et al., 2006).
Melalui proses biologis, gas hydrogen diproduksi dengan fermentative
untuk menghasilkan produk akhir gas hydrogen yang ramah lingkungan,
lebih cepat serta mudah dan tidak membutuhkan energi sebesar
elektrokimia. Fermentasi hydrogen dapat berlangsung tanpa cahaya
dengan mikroorganisme anaerobic obligatif seperti Enterobacter
aerogenes tidak memerlukan bahan eliminator oksigen dari reactor
sehingga lebih praktis. Enterobacter merupakan jenis bakteri gram
negative uum, anaerob fakultatif, berbetuk batang, non-spora dari
keluarga Enterobacteriaceae. Jenis substrat dalam fermentasi hydrogen
adalah glukosa, sukrosa, pati dan lignoselulosa. Enzim amilase,
terutama α-amilase dan glukoamilase berperan menghidrolisis pati
menjadi glukosa. Penambahan inoklum Enterobacter aerogenes
ATCC35029 sebesar 18% merupakan kondisi optimum dalam produksi
biohydrogen. Suhu optimum bagi pertumbuhan mikroba adalah 30-
37°C. pengukuran viabilitas sel yang hidup dapat dilakukan pada jenis
bakteri melalui 2 cara, yaitu dengan menghitung jumlah sel/ml yang
hidup menggunakan mikroskop atau dengan melihat tingkat kekeruhan
(Optical Density, OD) yang terbaca melalui nilai absorbansi dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 680 nm(?) (Liasari, 2018).

III. Cara Kerja


i. Langkah Kerja
Disterilisasi vessel di autoklav

Perakitan vessel dengan semua tube dan trobe ke control modul

Dipreparasi dan dikalibrasi probe

Diatur kondisi fermentor

Dilakukan sampling

Dimatikan dan dibersihkan fermentor

a. Preparasi medium fermentasi dan kultur starter sel E.aerogenes ADH43


Botol 1 (NB 2 g pada 350ml aquades)
Botol 2 (glukosa 5 g pada 100ml aquades)

Disterilisasi
50ml kultur starter sel
E.anaerogenes ADH43 OD600

50ml NB glukosa inokulasi dengan sel E.anaerogenes ADH43

Diinkubasi pada 37°C

b. Fermentasi E.aerogenes ADH43


50ml kultur starter sel E.anaerogenes ADH43 nilai OD600 0.8-1.0

450ml medium NB-glukosa steril


Dimasukkan vessel dan disiapkan probe pengadukan 120rpm, pH 6-7,
suhu 37°C dengan sistem fermentasi batch

Difermentasi sistem batch selama 1-2 jam dan sampling T0

Diambil sampel T0 dan dilanjutkan sampling sampai T2880 (kelipatan 15 menit)

Diamati parameter OD600, pH, gula reduksi, ammonium dan biomasaa


450ml medium NB-glukosa steril
Dilakukan fermentasi sistem continuous

Disampling sistem continuous sampel T0 sampai sampai T90 (kelipatan 30 menit)

Diamati parameter OD600, pH, gula reduksi, ammonium dan biomasaa


c. Pengambilan sampel (sampling)
cairan fermentasi

Dilakukan sampling aseptis melalui sampling port


Disedot dengan Respirometer menggunakan tube sebanyak 20ml

Diamati parameter OD600, pH, gula reduksi, ammonium dan biomasaa


gas

Dilakukan sampling aseptis melalui sampling port dengan Respirometer menggunakan tube

d. Pengukuran Gula Reduksi (DNS)


1ml sampel hasil fermentasi

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


1ml reagen DNS 1%
Ditutup dengan aluminium foil dan dipanaskan selama 10 menit di suhu 90°
0,33 ml Garam Rochelle
Didinginkan di suhu ruang dan diamati absorbansi λ 575 nm
e. Pengukuran Ammonium (Nessler)
1ml sampel hasil fermentasi

1ml reagen DNS 1%


Dikocok dengan vortex

Diamati absorbansi λ 575 nm


f. Pengukuran Biomassa Sel (Dry Weight)
1 cawan evaporasi aluminium
10ml cairan fermentasi
Dioven pada suhu 105°C
Disentrifuge selama 5 menit pada 1000 rpm
Didinginkan dalam desikator
Dibuang supernatannya
Dihitung berat konstan dari cawan kosong
10ml aquades
Diresuspensikan dengan dikocok Cawan evaporasi aluminium

Dibuang Dimasukkan ke dalam oven


sampai air menguap (2-3 jam)

Didinginkan dalam desikator


Dihitung berat konstan dari cawan+sel

IV. Hasil dan Contoh Perhitungan


a. Data Pengukuran OD600 dan pH
sistem waktu OD600 pH
fermentasi (menit)
T0 0.144 5.29
T15 0.133 6.07
T30 0.189 6.06
batch T45 0.141 6.04
T60 0.188 6.01
T75 0.148 6
T2880 0.430 4.3
T0 0.146 6
continuous T30 0.158 5.98
T60 0,176 5.98
T90 0.178 5.98

b. Data Pengukuran Gula Reduksi (DNS)


sistem waktu absorbansi pengenceran konsentrasi
fermentasi (menit) gula reduksi (g/mL)
T0 0.029 100x 9.63
T15 0.017 100x 5.63
T30 0.027 100x 8.97
batch T45 0.019 100x 6.3
T60 0.029 100x 9.63
T75 0.018 100x 5.97
T2880 0.003 500x 4.83
T0 0.018 2500x 149.2
continuous T30 0.015 2000x 99.33
T60 0.027 1000x 89.67
T90 0.01 2500x 82.5
Persamaan garis linear → y = 0,0003x + 0,0001
Contoh perhitungan T0 :
0,029 = 0,0003x + 0,0001
x = [(0.029 – 0,0001) / 0.0003] x 100 = 9633,33 mg/mL = 9.63 g/mL
c. Data Pengukuran Ammonium (Nessler)
sistem waktu absorbansi pengenceran konsentrasi
fermentasi (menit) (g/L)
T0 0.808 500x 9.44
T15 0.305 100x 0.54
T30 0.301 100x 0.53
batch T45 0.210 200x 0.58
T60 0.166 200x 0.34
T75 0.197 150x 0.38
T2880 0.352 500x 3.35
T0 0.238 180x 0.66
continuous T30 0.218 500x 1.55
T60 0.205 100x 0.28
T90 0.341 500x 3.2
Persamaan garis linear → y = 0,0374x + 0,1017
Contoh perhitungan T0 :
0,808 = 0,0374x + 0,1017
x = [(0.808 – 0,1017) / 0.0374] x 500 = 94425,51mg/L = 9,44 g/L
d. Data Pengukuran Biomassa (Dry Weight)
sistem waktu cawan kosong cawan dan sel Vsampel biomassa [X]
fermentasi (menit) [a] (gram) [b] (gram) (mL) (mg/mL)
T0 0.7736 0.7773 10 0.37
T15 1.6125 1.6149 10 0.24
T30 1.1311 1.1457 10 1.46
batch T45 1.0795 1.084 10 0.45
T60 1.3092 1.317 10 0.78
T75 1.7416 1.7552 10 1.36
T2880 1.0334 1.0365 10 0.31
T0 2.5762 2.5775 10 0.12
continuous T30 1.5208 1.5244 10 0.36
T60 1.4683 1.4796 10 1.13
T90 1.2052 1.2096 10 0.44
Rumus → x = (b – a) / v
Contoh perhitungan T0 :
x = (0,7773 – 0,7736) / 10 = 0,00037 g/mL = 0,37 mg/mL
Laju pertumbuhan spesifik
Batch

V. Pembahasan
Pada praktikum dilakukan fermentasi dengan starter bakteri Enterobacter
aerogenes ADH43 yang merupakan bakteri gram negatif anaerob fakultatif dan
melalui fermentasi gelap dapat menghasilkan H2. Enterobacter aerogenes
ADH43 dalam pH netral (6-7) dan inkubasi pada suhu 37⁰ C dapat
menghasilkan gas sebagai hasil fermentasi substrat gula, seperti glukosa,
galaktosa, fruktosa, maltosa, laktosa, dll. Hasil fermentasi glukosa
menghasilkan asam organik seperti asam asetat, asam laktat, asam butirat,
alkohol dan etanol. Digunakannya media Nutrien Broth sebagai sumber karbon
dan nitrogen dalam pertumbuhan bakteri dan penambahan glukosa sebagai
substrat fermentasi biohidrogen (Nath & Das, 2014). Glukosa dikonversi
menjadi butirat, asam asetat, karbon dioksida, dan H2 (Thauer et al., 2017).
Doubling time adalah waktu yang dibutuhkan bagi massa sel untuk
menggandakan diri. Dari hasil uji DNS dapat dilihat pada metode batch terus
terjadi penurunan jumlah gula reduksi karena gula reduksi dikonversi menjadi
produk fermentasi. Tetapi berbeda dengan metode continuous dimana terjadi
penurunan hasil absorbansi DNS yang menunjukkan gula digunakan selama
pertumbuhan bakteri (untuk mempertahankan fase stationer) diikuti kenaikan
absorbansi. Jika terjadi kenaikan absorbansi DNS itu menunjukkan baahwa gula
tidak digunakan selama fase kematian (Zhao et al., 2019).
Dalam media terdapat protein yang berperan sebagai sumber nitrogen yang
akan terkonversi menjadi ammonia. Pembentukan amonia berasal dari asam
amino tunggal dan selama produksi amonia ada efek substrat yang difermentasi
melalui reaksi enzimatis. Kadar ammonia diukur untuk melihat banyaknya
protein yang digunakan oleh bakteri. Reagen nessler (K2HgI4) khususnya HgI4
akan bereaksi dengan ammonia, dengan reaksi sebagai berikut :
NH4+ + 2[HgI4]2− + 4OH−→ HgO·Hg(NH2)I + 7 I− + 3H2O (Zhao et al., 2019)
Dari reaksi terdebut dapat dilihat bahwa terbentuk endapan kecoklatan
(HgO·Hg(NH2)I) yang diukur absorbansinya dengan spektrofotometer 425 nm.
Semakin tinggi nilai absorbansi menunjukkan bahwa semakin banyak endapan
yang terbentuk berkorelasi positif pada pembentukan ammonia. Dalam kondisi
minim gula bakteri barulah melakukan deaminasi asam amino untuk
mendapatkan sumbar karbon sehingga menghasilkan ammonia sebagai hasil
sampingan. Saat nilai absorbansi semakin meningkat, hal tersebut
menunjukkan pembentukan ammonia semakin banyak yang menandakan
bakteri berada pada fase adaptive - fase log. Dalam fermentasi continuous,
terjadi penurunan ammonia karena dalam fermentasi continuous dilakukan
penambahan gula sehingga bakteri tidak memecah protein melainkan gula
yang ditambahkan. Hal ini akan membuat jumlah ammonia yang terbentuk
menjadi menurun dan ditambah dengan adanya persaingan penggunaan
ammonia (Haringa et al., 2018)
Pengujian biomassa dilakukan untuk menunjukkan berat kering sebagai
ukuran banyaknya massa sel serta kandungan bahan organik dan inorganiknya.
Pengukuran berat kering ini memiliki kelebihan yaitu proses pengerjaannya
lebih cepat dibandingkan dengan haemocytometer. Pada pengukuran biomassa,
dilakukan sentrifuge untuk memperoleh endapan sel. Endapan sel diresuspensi
lalu dikeringkan dalam crucible menggunakan oven suhu 105o C. Kemudian,
kadar air diuapkan sehingga dapat meminimalisir bias massa sel akibat variasi
kadar air. Dari fermentasi ini didapatkan gas biohydrogen, dimana pengukuran
H2 akan diukur dengan respirometer dan gas CO2 akan bereaksi dengan
Ca(OH)2 sehingga terbentuk CaCO3.

VI. Kesimpulan
1. Terdapat bagian-bagian dari fermentor yaitu : Vessel, control modul, tube,
probe vessel
2. Dilakukan sterilisasi terlebih dahulu pada bagian vessel, kemudian
pengambilan sampel dan diatur probe pada fermentor
3. Pada system batch dan system kontinyu yaitu dilakukan parameter
pengujian gula reduksi, uji ammonium dan pada pengukuran pertumbuhan
bakteri Enterobacter aerogenes ADH43 dilihat pada absorbansi pada
OD600, pengukuran pH dan biomassa sel
VII. Daftar Pustaka
Haringa, C., Mudde, R.F. and Noorman, H.J., 2018. From Industrial
Fermentor to CFD-Guided Downscaling: What Have We Learned?.
Biochemical Engineering Journal.
Liasari, Y., 2018. Pengaruh Konsentrasi Gula dan Enterobacter Aerogenes
ADH43 Pada Produksi Biohidrogen dari Limbah Padat Tapioka
(Onggok) dengan Metode Separate Hydrolysis Fermentation (shf).
CALYPTRA, 3(1), pp.1-20
Madigan, M. T. & Martinko, J. M., 2006. Biology of Microorganism. New
Jersey : Practice Hall.
Nath, K. and D. Das, 2014. Improvement of Fermentative Hydrogen
Production: Various Approaches. Biotechnol Vol 65: 520-529
Thauer, R.K., K. Jungermann, dan K. Decker. 2017. Energy Conservation
in Chemotrophic Anaerobic Bacteria. Bacteriological Reviews Vol.
41(1): 100–80.
Zhao, Yun X., Run Shi, Xuanang Bian, Chao Zhou, Yufei Zhao, Shuai
Zhang, Fan Wu, Geoffrey I. N. Waterhouse, Li‐Zhu Wu, Chen‐Ho
Tung, dan Tierui Zhang. 2019. Ammonia Detection Methods in
Photocatalytic and Electrocatalytic Experiments: How to Improve the
Reliability of NH3 Production Rates?. Advanced Science Vol. 6 (8)
VIII. Lampiran
Lampiran 1. Perhitungan Parameter (batch dan continuous)
a. Perhitungan OD600
sistem waktu OD600 pH
fermentasi (menit)
T0 0.144 5.29
T15 0.133 6.07
T30 0.189 6.06
batch T45 0.141 6.04
T60 0.188 6.01
T75 0.148 6
T2880 0.430 4.3
T0 0.146 6
continuous T30 0.158 5.98
T60 0,176 5.98
T90 0.178 5.98

b. Perhitungan Gula Reduksi (DNS)


sistem waktu absorbansi pengenceran konsentrasi
fermentasi (menit) gula reduksi (g/mL)
T0 0.029 100x 9.63
T15 0.017 100x 5.63
T30 0.027 100x 8.97
batch T45 0.019 100x 6.3
T60 0.029 100x 9.63
T75 0.018 100x 5.97
T2880 0.003 500x 4.83
T0 0.018 2500x 149.2
continuous T30 0.015 2000x 99.33
T60 0.027 1000x 89.67
T90 0.01 2500x 82.5
Perhitungan
Persamaan garis linear → y = 0,0003x + 0,0001
- Batch T0
0,029 = 0,0003x + 0,0001
x = [(0,029 – 0,0001) / 0,0003] x 100
= 9633,33 mg/mL = 9,63 g/mL
- Batch T15
0,017 = 0,0003x + 0,0001
x = [(0,017 – 0,0001) / 0,0003] x 100
= 5633,33 mg/mL = 5,63 g/mL
- Batch T30
0,027 = 0,0003x + 0,0001
x = [(0,027 – 0,0001) / 0,0003] x 100
= 8966,667 mg/mL = 8,97 g/mL
- Batch T45
0,019 = 0,0003x + 0,0001
x = [(0,019 – 0,0001) / 0,0003] x 100
= 6300 mg/mL = 6,3 g/mL
- Batch T60
0,029 = 0,0003x + 0,0001
x = [(0,029 – 0,0001) / 0,0003] x 100
= 9633,333 mg/mL = 9,63 g/mL
- Batch T75
0,018 = 0,0003x + 0,0001
x = [(0,018 – 0,0001) / 0,0003] x 100
= 5966,66 mg/mL = 5,97 g/mL
- Batch T2880
0,003 = 0,0003x + 0,0001
x = [(0,003 – 0,0001) / 0,0003] x 500
= 4833,33 mg/mL = 4,83 g/mL
- Continuous T0
0,018 = 0,0003x + 0,0001
x = [(0,018 – 0,0001) / 0,0003] x 2500
= 149166,6 mg/mL = 149,2 g/mL
- Continuous T30
0,015 = 0,0003x + 0,0001
x = [(0,015 – 0,0001) / 0,0003] x 2000
= 99333,33 mg/mL = 99,3 g/mL
- Continuous T60
0,027 = 0,0003x + 0,0001
x = [(0,027 – 0,0001) / 0,0003] x 1000
= 89666,66 mg/mL = 89,67 g/mL
- Continuous T90
0,01 = 0,0003x + 0,0001
x =[(0,01 – 0,0001) / 0,0003] x 2500
= 82500 mg/mL = 82,5 g/mL

c. Perhitungan Ammonium (Nessler)


sistem waktu absorbansi pengenceran konsentrasi
fermentasi (menit) (g/L)
T0 0.808 500x 9.44
T15 0.305 100x 0.54
T30 0.301 100x 0.53
batch T45 0.210 200x 0.58
T60 0.166 200x 0.34
T75 0.197 150x 0.38
T2880 0.352 500x 3.35
T0 0.238 180x 0.66
continuous T30 0.218 500x 1.55
T60 0.205 100x 0.28
T90 0.341 500x 3.2
Perhitungan
Persamaan garis linear → y = 0,0374x + 0,1017
- Batch T0
0,808 = 0,0374x + 0,1017
x = [(0,808 – 0,1017) / 0,0374] x 500
= 94425,51 mg/L = 9,44 g/L
- Batch T15
0,305 = 0,0374x + 0,1017
x = [(0,305 – 0,1017) / 0,0374] x 100
= 543,58 mg/L = 0,54 g/L
- Batch T30
0,301 = 0,0374x + 0,1017
x = [(0,301 – 0,1017) / 0,0374] x 100
= 532,89 mg/L = 0,53 g/L
- Batch T45
0,210 = 0,0374x + 0,1017
x = [(0,210 – 0,1017) / 0,0374] x 200
= 579,14 mg/L = 0,58 g/L
- Batch T60
0,166 = 0,0374x + 0,1017
x = [(0,166 – 0,1017) / 0,0374] x 200
= 343,85 mg/L = 0,34 g/L
- Batch T75
0,197 = 0,0374x + 0,1017
x = [(0,197 – 0,1017) / 0,0374] x 150
= 382,219 mg/L = 0,382 g/L
- Batch T2880
0,352 = 0,0374x + 0,1017
x = [(0,352 – 0,1017) / 0,0374] x 500
= 3346,256 mg/L = 3,35 g/L
- Continuous T0
0,238 = 0,0374x + 0,1017
x = [(0,238 – 0,1017) / 0,0374] x 180
= 655,9893 mg/L = 0,66 g/L
- Continuous T30
0,218 = 0,0374x + 0,1017
x = [(0,218 – 0,1017) / 0,0374] x 500
= 1554,81 mg/L = 1,55 g/L
- Continuous T60
0,205 = 0,0374x + 0,1017
x = [(0,205 – 0,1017) / 0,0374] x 100
= 276,20 mg/L = 0,28 g/L
- Continuous T90
0,341 = 0,0374x + 0,1017
x = [(0,341 – 0,1017) / 0,0374] x 500
= 3199,197 mg/L = 3,2 g/L
d. Perhitungan Biomassa (Dry Weight)
sistem waktu cawan kosong cawan dan sel Vsampel biomassa [X]
fermentasi (menit) [a] (gram) [b] (gram) (mL) (mg/mL)
T0 0.7736 0.7773 10 0.37
T15 1.6125 1.6149 10 0.24
T30 1.1311 1.1457 10 1.46
batch T45 1.0795 1.084 10 0.45
T60 1.3092 1.317 10 0.78
T75 1.7416 1.7552 10 1.36
T2880 1.0334 1.0365 10 0.31
T0 2.5762 2.5775 10 0.12
continuous T30 1.5208 1.5244 10 0.36
T60 1.4683 1.4796 10 1.13
T90 1.2052 1.2096 10 0.44
Perhitungan
Rumus → x = (b – a) / vol
Berat sampel = {(berat cawan + sel) - berat cawan kosong} / volume sampel
- Batch T0
x = (0,7773 – 0,7736) / 10 = 0,00037 g/mL = 0.37 mg/mL
- Batch T15
x = (1,6149 – 1.6125) / 10 = 0,00024 g/mL = 0.24 mg/mL
- Batch T30
x = (1,1457 – 1,1311) / 10 = 0,00146 g/mL = 1,46 mg/mL
- Batch T45
x = (1,084 – 1,0795) / 10 = 0,00045 g/mL = 0,45 mg/mL
- Batch T60
x = (1,317 – 1,3092) / 10 = 0,00078 g/mL = 0,78 mg/mL
- Batch T75
x = (1,7552 – 1,7416) / 10 = 0,00136 g/mL = 1,36 mg/mL
- Batch T2880
x = (1,0365 – 1,0334) / 10 = 0,00031 g/mL = 0,31 mg/mL
- Continuous T0
x = (2,5772 – 2,5762) / 10 = 0,13mg/mL
- Continuous T30
x = (1,5244 – 1,5208) / 10 = 0,36 mg/mL
- Continuous T60
x = (1,4796 – 1,4683) / 10 = 1,13 mg/mL
- Continuous T90
x = (1,2096 – 1,2052) / 10 = 0,44 mg/mL
Lampiran 2. Dokumentasi selama praktikum

Gambar 1. Analisa pH T45 (batch) Gambar 5. Analisa DNS T45 (batch)

Gambar 2. Analisa OD600 T45 (batch) Gambar 6. Abosrbansi DNS T45 (batch)

Gambar 7. Analisa Nessler T45 (batch)


Gambar 3. Berat cawan kosong

Gambar 8. Abosrbansi Nessler T45 (batch)

Gambar 4. Berat cawan + sampel


Lampiran 3. Laporan Sementara

Gambar 6. Berat cawan


Kurva absorbansi OD600 terhadap waktu Fermentasi
sistem batch
0.5
0.45 y = 1E-04x + 0.1535
0.4 R² = 0.9565
0.35
Absorbansi

0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
Waktu fermentasi sistem batch (menit)

Kurva absorbansi OD600 terhadap waktu fermentasi sistem


kontinyu
0.2
0.18 y = 0.0004x + 0.1474
R² = 0.9296
0.16
Abosrbansi (OD600)

0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu fermentasi sistem kontinyu (menit)
Kurva pH terhadap waktu fermentasi sistem batch
7

5
y = -0.0006x + 5.9312
4 R² = 0.8155
pH

0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
Waktu fermentasi sistem batch (menit)

Kurva pH terhadap waktu fermentasi sistem kontinyu


6.005

5.995

5.99
pH

5.985

5.98
y = -0.0002x + 5.994
5.975 R² = 0.6

5.97
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu fermentasi sistem kontinyu (Menit)
Kurva konsentrasi gula reduksi terhadap waktu fermentasi
sistem batch
12
Konsentrasi (Gula reduksi (mg/l))

10

6
y = -0.001x + 7.7301
4 R² = 0.282

0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
Waktu fermentasi sistem batch (Menit)

Kurva konsentrasi gula reduksi terhadap waktu fermentasi


sistem kontinyu
160
Konsentrasi gula reduksi (mg/l)

140

120

100

80 y = -0.6992x + 136.64
R² = 0.8068
60

40

20

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu fermentasi sistem kontinyu (Menit)
Kurva konsentrasi amonium terhadap waktu fermentasi
sistem batch
10
9
8
Konsentrasi amonium

7
6
5
4
y = 0.0004x + 1.9722
3 R² = 0.0192
2
1
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
Waktu fermentasi sistem batch (menit)

Kurva konsentrasi amonium terhadap waktu fermentasi


sistem kontinyu
1.8
1.6
1.4
Konsentrasi amonium

1.2
1
0.8
0.6
y = -0.0063x + 1.02
0.4 R² = 0.085
0.2
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu fermentasi sistem kontinyu (menit)
Kurva biomassa sel terhadap waktu fermentasi sistem
batch
1.6

1.4

1.2
Biomassa sel (mg/l)

0.8

0.6

0.4 y = -0.0002x + 0.7801


R² = 0.1114
0.2

0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
Waktu fermentasi sistem batch (Menit)

Kurva biomassa sel terhadap waktu fermentasi sistem


kontinyu
1.8
1.6 y = 0.0168x + 0.0317
R² = 0.9159
1.4
Biomassa sel (mg/l)

1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu fermentasi sistem kontinyu (menit)

Anda mungkin juga menyukai