BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Keterangan :
a. Ventral
b. Anterior
c. Dorsal
d. Posterior
Keterangan :
a. Mantel h. Cangkang
b. Gonad i. Engsel
c. Otot j. Lambung
d. Insang k. Usus
e. Mulut l. Anus
f. Kaki m. Jantung
g. Bisus n. Bosis
2.2. Proses pembuatan mutiara
a. Secara alami
Di alam, mutiara terbentuk akibat adanya irritant yang masuk ke dalam mantel kerang
mutiara. Fenomena adanya irritant ini sering juga ditafsirkan dengan masuknya pasir atau benda
padat ke dalam mantel kemudian benda ini pada akan terbungkus nacre sehingga jadilah mutiara.
Secara teoritis, Elisabeth Strack (secara mendalam terdapat dalam buku Pearls tahun 2006)
mendeskripsikan terbentuknya mutiara alami terbagi atas dua bagian besar, terbentuk akibat
irritant dan masuknya partikel padat dalam mantel moluska. Pada prinsipnya, mutiara terbentuk
karena adanya bagian epithelium mantel yang masuk ke dalam rongga mantel tersebut. Bagian
epithelium mantel ini bertugas mengeluarkan/mendeposisikan nacre pada bagian dalam
cangkang kerang disamping membentuk keseluruhan cangkang. Teory irritant mengungkapkan
bahwa pada suatu saat bagian ujung mantel sang kerang dimakan oleh ikan, hal ini
dimungkinkan karena kerang akan membuka cangkang dan menjulurkan bagian mantelnya untuk
menyerap makanan. Saat mantelnya putus, bagian remah eptiheliumpun masuk ke dalam rongga
mantel. Teory irritant juga mengungkapkan bahwa bisa saja mutiara terbentuk akibat masuknya
cacing yang biasanya menempati moluska pada masa perkembangannya kemudian berpindah ke
organisme lain. Cacing ini merusak dan memasuki rongga mantel. Cacing ini tanpa sengaja
membawa bagian epithelium yang ada di permukaan mantel bersamanya. Bila cacing mati dalam
rongga mantel, maka cacing ini akan dibungkus oleh epithelium, membentuk kantung mutiara
dan akhirnya terbentuklah mutiara. Kalaupun cacing itu bisa melepaskan diri, maka epithelium
yang tinggal dalam rongga mantellah yang akan membentuk mutiara setelah sebelumnya
membentuk kantung mutiara.
Sementara teori yang kedua adalah masuknya partikel padat ke dalam rongga mantel. Partikel
padat bisa saja terperangkap di dalam tubuh kerang akibat dorongan air. Saat kerang ini tak bisa
mengeluarkannya, partikel inipun bisa saja masuk ke rongga mantel. Saat dia masuk, epithelium
juga ikut bersamanya. Epithelium ini akhirnya membungkus partikel padat sehingga terbentuklah
kantung mutiara. Kantung mutiara ini akhirnya akan mendeposisikan nacre ke partikel padat
tersebut. Namun demikian sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori masuknya
pasir ke dalam mantel kerang mutiara walaupun teori ini dipahami sejak lama. Dari beberapa
mutiara alami yang dibedah, menunjukkan bahwa bagian inti mutiaranya bukanlah partikel
padat.
b. Mutiara hasil budidaya
Sebelum kegiatan operasi, kerang mutiara jauh hari sebelumnya sudah mengalami proses
yang disebut weakening (membuat kerang mutiara menjadi lemah). Proses ini biasanya dari 2
minggu sampai sebulan tergantung jenis dari kerang mutiara. Proses ini dimaksudkan supaya
kerang mutiara akan akan mengalami stress dan memasuki fase reproduksi dengan cepat
sehingga apabila operasi dilaksanakan gonadnya sudah kosong. Bila gonad dalam keadaan penuh
maka kegiatan operasi akan menyulitkan dan bahkan banyak mengalami kegagalan. Proses
weakening ini bisa dengan menutup kerang mutiara dengan sarung yang berpori sangat kecil
sehingga partikel makanan tersaring atau bahkan kerang mutiaranya ditumpuk bersama
kemudian dibungkus dengan sarung berpori kecil.
Dalam kondisi ini, kerang mutiara masih bisa bertahan hidup walau makanan dalam partikel
yang lebih besar sudah tak ada lagi. Setelah proses ini, kerang mutiara diangkat ke darat (bila
operasi dilaksanakan di darat) dan mengalami proses weakening lanjutan di dalam tanki. Mereka
ditumpuk bersama sehingga mereka makin lemah akibat konsumsi makanan dan oksigen yang
rendah. Bila operasi dilakukan tanpa proses ini, kerang mutiara masih sangat kuat untuk
menendang keluar nucleus yang dimasukkan ke dalam gonadnya. Bahkan untuk jenis kerang
terbesar P. Maxima, otot mereka sangat kuat bila tak melewati proses weakening sehingga
cangkangnya sangat susah dibuka. Pada saat-saat tertentu air dikeluarkan dari tanki sehingga
memaksa kerang untuk membuka cangkangnya.
Saat kerang membuka cangkang peg (pengganjal) disisipkan diantara kedua cangkang
kemudian kerang siap dioperasi. Pada saat tanpa air, kerang akan membuka cangkang sementara
mantelnya akan tertarik ke dalam. Hal ini memudahkan kegiatan pegging karena saat ditutupi air
kerang akan membuka cangkang namun bagian tepinya akan tertutup mantel, akibatnya apabila
dilakukan pengganjalan maka peg akan melukai mantel kerang. Mutiara hasil budidaya
menggunakan prinsip terbentuknya mutiara alami dengan sebuah nucleus sebagai dasar
terbentuknya mutiara. Seorang teknisi terlatih akan menyiapkan inti mutiara yang biasanya bulat
dan berasal dari cangkang kerang lain dan potongan mantel atau disebut juga saibo yang diambil
dari kerang mutiara lain. Pemilihan donor ini mempertimbangkan warna dan kualitas nacre
Mother of Pearl-nya (yang terdapat pada bagian sisi dalam cangkang kerang). Awalnya sang
teknisi akan membunuh kerang donor dengan hati-hati agar supaya tak menyentuh mantelnya.
Bila mantelnya tersentuh, maka mantel akan berkeriput akibat reaksi dari si kerang.
Membunuh kerang donor dilakukan dengan menyisipkan pisau di antara dua cangkang dan
memotong otot aduktor dari kerang donor. Saat terbelah, kerang didiamkan sampai benar-benar
mati sehingga saat bagian mantelnya disentuh dia tak bereaksi lagi. Selanjutnya dipotonglah
bagian mantel yang menempel pada kedua cangkang dan mantel tersebutpun dipotong lagi kecil-
kecil (kira-kira 3 x 3 mm). Bagian mantel yang dipersiapkan untuk penyisipan disebut saibo,
sehingga kerang donor disebut juga kerang saibo. Saat operasi penyisipan, kerang penerima
sudah dipegging (ditempatkan pasak antara kedua cangkang). Kerang penerima ini ditempatkan
sedemikian rupa agar mudah dioperasi. Shell opener bertugas untuk membuka cangkang lebar-
lebar, kemudian teknisi akan mengiris tipis bagian antara gonad dan kaki dari kerang sebagai
tempat masuknya inti dan saibo.
Ukuran Intipun dipilih sesuai dengan ukuran gonad. Setelah itu intipun dimasukkan se dalam-
dalamnya ke dalam gonad kemudian disusul dengan satu lembar saibo. Lembar saibo ini
ditempatkan sedemikian rupa agar melekat di inti dengan bagian ectoderm (yang berisi
epithelium penghasil nacre) menghadap inti. Karena bila terbalik maka kemungkinan terbentuk
mutiara bulat sangat kecil. Setelah itu kerangpun ditempatkan ke keranjang atau panel dan
akhirnya dikembalikan ke laut.
Teknik operasi dan pasca operasi bervariasi setiap perusahaan mutiara. Pada prinsipnya,
dengan menerapkan teknik-teknik tertentu, kerang mutiara tak akan”menendang” keluar inti
yang disisip dan akhirnya bisa menghasilkan mutiara bulat yang berkualitas baik. Proses
pemilihan kerang untuk penerima/penghasil mutiara juga mempertimbangkan umur kerang dan
masa reproduksinya. Bila kerang dalam masa reproduksi maka gonadnya akan penuh, sehingga
dianggap tak cocok untuk disisipkan inti. Kemampuan teknisi akan menentukan kualitas mutiara
yang dihasilkan nanti.
Proses budidaya tiram mutiara secara garis besar melalui tiga tahapan,yaitu:
a. Pengoprasian tiram
Cara pemasangan inti mutiara bulat pada tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya,dengan
menempatkannya dalam penjepit dengan posisi bagian anterior menghadap ke pemasang inti.
Setelah posisi organ bagian dalam terlihat jelas, dibuat sayatan mulai dari pangkal kaki menuju
gonad dengan hati-hati. Penempatannya harus bersinggung an dengan mantel. Setelah
pemasangan inti selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharan
b. Proses pemeliharaan
Tiram mutiara yang dipasangi inti mutiara bulat perlu dilakukan pengaturan posisi pada waktu
awal pemeliharaan, agar inti tidak dimuntahkan keluar. Disamping itu tempat dimasukan inti
pada saat operasi harus tetap berada dibagian atas.
Pemeriksaan inti dengan sinar-X dilakukan setelah tiram mutiara dipelihara selama 2-3 bulan,
dengan maksud untuk mengetahui apabila inti yang dipasang dimuntahkan atau pada tempatnya.
Pembersihan cangkang tiram mutiara dan keranjang pemeliharaannyaharus dilakukan secara
berkala; tergantung dari kecepatan /kelimpahan organisme penempel.
Selain proses budidayanya ada syarat-syarat lokasi budidaya tiram mutiara yaitu ketepatan
pemilihan lokasi merupakan salah satu syarat keberhasilan budidaya tiram mutiara. Ada
beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi budidaya, yaitu :
1. Faktor Ekologi
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup tiram, diantaranya
kualitas air, pakan, dan kondisi fisiologis organisme. Batasan faktor ekologi yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi lokasi budidaya adalah :
a. Lokasi terlindung
Lokasi usaha untuk budidaya tiram mutiara ini berada di perairan laut yang tenang. Pemilihan
lokasi pembenihan maupun budidaya berada dekat pantai dan terlindung dari pengaruh angin
musim dan tidak terdapat gelombang besar. Lokasi dengan arus tenang dan gelombang kecil
dibutuhkan untuk menghindari kekeruhan air dan stress fisiologis yang akan mengganggu kerang
mutiara, terutama induk.
b. Dasar perairan
Dasar perairan sebaiknya dipilih yang berkarang dan berpasir. Lokasi yang terdapat pecahan-
pecahan karang juga merupakan alternatif tempat yang sesuai untuk melakukan budidaya tiram
mutiara.
c. Arus air
Arus tenang merupakan tempat yang paling baik, hal ini bertujuan untuk menghindari
teraduknya pasir perairan yang masuk ke dalam tiram dan mengganggu kualitas mutiara yang
dihasilkan. Pasang surut air juga perlu diperhatikan karena pasang surut air laut dapat
menggantikan air secara total dan terus-menerus sehingga perairan terhindar dari kemungkinan
adanya limbah dan pencemaran lain.
d. Salinitas
Dilihat dari habitatnya, tiram mutiara lebih menyukai hidup pada salinitas yang tinggi. Tiram
mutiara dapat hidup pada salinitas 24 ppt dan 50 ppt untuk jangka waktu yang pendek, yaitu 2 –
3 hari. Pemilihan lokasi sebaiknya di perairan yang memiliki salinitas antara 32 – 35 ppt.
Kondisi ini baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup tiram mutiara.
e. Suhu
Perubahan suhu memegang peranan penting dalam aktivitas biofisiologi tiram di dalam air.
Suhu yang baik untuk kelangsungan hidup tiram mutiara adalah berkisar 25 – 30 0 C. Suhu air
pada kisaran 27 – 31°C juga dianggap layak untuk tiram mutiara.
f. Kecerahan air
Kecerahan air akan berpengaruh pada fungsi dan struktur invertebrata dalam air. Lama
penyinaran akan berpengaruh pada proses pembukaan dan penutupan cangkang. Cangkang tiram
akan terbuka sedikit apabila ada cahaya dan terbuka lebar apabila keadaan gelap. Untuk
pemeliharaan sebaiknya kecerahan air antara 4,5 – 6,5 m. Jika kisaran melebihi batas tersebut,
maka proses pemeliharaan akan sulit dilakukan. Untuk kenyamanan, induk tiram harus
dipelihara di kedalaman melebihi tingkat kecerahan yang ada.
g. Derajat keasaman
Derajat keasaman air yang layak untuk kehidupan tiram pinctada maxima berkisar antara pH
7,8 – pH 8,6 agar tiram mutiara dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pada prinsipnya,
habitat tiram mutiara di perairan adalah dengan pH lebih tinggi dari 6,75. Tiram tidak akan dapat
berproduksi lagi apabila pH melebihi 9,00. Aktivitas tiram akan meningkat pada pH 6,75 – pH
7,00 dan menurun pada pH 4,0 – 6,5.
h. Oksigen terlarut
Oksigen terlarut dapat menjadi faktor pembatas kelangsungan hidup dan perkembangannya.
Tiram mutiara akan dapat hidup baik pada perairan dengan kandungan oksigen terlarut berkisar
5,2 – 6,6 ppm. Pinctada Maxima untuk ukuran 40 – 50 mm mengkonsumsi oksigen sebanyak
1,339 l/l, ukuran 50 – 60 mm mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,650 l/l, untuk ukuran 60 – 70
mm mengkonsumsi sebanyak 1,810 l/l.
2. Faktor Risiko
a. Pencemaran
Lokasi budidaya tiram mutiara harus berada di lokasi yang bebas dari pencemaran, misalnya
limbah rumah tanga, pertanian, maupun industri. Limbah rumah tangga dapat berupa deterjen,
zat padat, berbagai zat beracun, dan patogen yang menghasilkan berbagai zat beracun.
Pencemaran yang berasal dari kegiatan pertanian berupa kotoran hewan, insektisida, dan
herbisida akan membahayakan kelangsungan hidup tiram mutiara.
b. Manusia
Pencurian dan sabotase merupakan faktor yang juga perlu dipertimbangkan dalam
menentukan lokasi budidaya mutiara. Risiko ini terutama pada saat akan panen atau setelah satu
tahun penyuntikan inti bulat (nukleus).
4. Bahan baku
Bahan baku yang dibutuhkan untuk budidaya mutiara ini ada dua macam, yaitu : (1). spat
(benih) tiram mutiara jenis pinctada maxima; dan (2) inti bundar (nukleus).
Kedua jenis bahan baku ini merupakan bahan baku utama yang harus ada dalam proses
budidaya tiram mutiara. Inti bundar atau nukleus merupakan benda yang disuntikkan kedalam
tiram untuk menghasilkan mutiara.
1. Teknologi
Teknologi yang digunakan pada budidaya tiram mutiara ini merupakan kombinasi antara
teknologi sederhana dan teknologi modern. Teknologi sederhana yang digunakan dalam
budidaya mutiara ini adalah penggunaan fasilitas rakit apung, sedangkan teknologi modern yang
digunakan adalah bioteknologi untuk perawatan tiram dari spat sampai tiram siap untuk
dioperasi. Teknologi operasi peletakan nukleus pada kerang yang telah cukup umur (ukuran
minimal 9 cm) sangatlah rumit dan kompleks.
Untuk pengoperasian ini digunakan tenaga kerja asing yang sebagian besar berasal dari Jepang.
2. Proses produksi
Proses budidaya tiram mutiara secara garis besar melalui tiga tahapan, yaitu:
a. Pengoperasian tiram
b. Pemeliharaan
c. Panen
Penentuan kualitas mutiara didasarkan pada standar kelas mutiara, namun secara umum
mutiara ditentukan oleh:
1) ukuran mutiara, dimana makin besar ukurannya makin mahal. Perbedaan harganya bahkan
sangat besar apabila ukuran diameter mutiara sudah berada di atas 7 milimeter,
2) bundar tidaknya mutiara, mutiara bundar cenderung disukai dengan demikian harganya
cenderung lebih mahal, namun ada juga bentuk-bentuk tertentu seperti bentuk air mata yang juga
diminati konsumen mutiara,
3) lustre mutiara, istilah untuk menggambarkan daya pantul mutiara terhadap obyek atau cahaya,
4) permukaannya tidak cacad, goresan atau bercak di permukaan menurunkan kualitas mutiara, dan
5) warna mutiara, warna pink banyak disukai orang Amerika, orang Eropa cenderung menyukai
warna krem dan perak, orang Timur Tengah lebih banyak memilih warna krem dan emas
sebagaimana juga orang Amerika Latin.
Hal ini sepertinya sudah menjadi sebuah sindikat penjualan mutiara sehingga agak
sulit bagi kita untuk mendata berapa jumlah hasil produksi ataupun kemana produksi
itu di pasarkan. Sebagaimana yang terjadi di beberapa perusahaan yang ada di
Indonesia, terutama di NTB yang menjadi sentra mutiara nasional.
2. Harga
Harga mutiara sangat fluktuatif tergantung pada kualitas dan bentuk dari mutiara
yang dihasilkan. semakin baik kualitasnya maka harganyapun semakin tinggi. Untuk
jenis Round (bundar sempurna) dan Semi round (agak bundar) untuk kualitas A
dapat mencapai harga 40 sampai 50 US $. Bahkan dalam situs www.balipos.com
menyebutkan harga jual mutiara kualitas baik berkisar antara 100 sampai dengan 200
US$. Untuk jenis lain, seperti Drop (bentuk tetesan air), Oval (lonjong), dan Barok
(bentuk tidak beraturan) harganya sangat bervariatif, rata-rata saat ini adalah US $
20. Selain itu harga mutiara juga sangat tergantung pada perubahan kurs yang terjadi,
karena harga mutiara dari pengusaha budidaya kepada pedagang besar dari dalam
dan luar negeri biasanya dalam bentuk dolar Amerika.
3. Pemasaran
Secara umum, kegiatan pemasaran hasil budidaya tiram mutiara ini hampir tidak
menemui kendala yang berarti mengingat sistem pemasaran yang selama ini terjadi
adalah dimana pembeli baik yang berasal dari dalam ataupun luar negeri biasanya
menjadi pelanggan tetap dan siap menampung atau menerima mutiara hasil produksi
ansalkan sesuai dengan kualitas yang di tetapkan. Mutiara yang dihasilkan, terutama
hasil budidaya perusahaan menengah dan besar sudah dapat dipastikan terserap
pasar, baik dalam ataupun luar negeri terutama Jepang, Amerika dan Eropa.
Mutiara yang dihasilkan sangat tergantung dari teknik menyuntik dan kondisi alam selama
proses penyuntikan sampai dengan panen. Mutiara yang dihasilkan dengan cara budidaya yang
biasa, terbagi menjadi 3 tingkatan, yaitu :
a. Grade A : 40 persen
b. Grade B : 30 persen
c. Grade C : 30 persen.
C. Produksi optimum
Kapasitas produksi optimum tergantung pada jumlah blok yang dimiliki, setiap blok biasanya
berukuran lebar 10 meter dan panjang rentang tali 100 meter. Untuk setiap blok terdapat 11 buah
rentang tali yang berjarak masing-masing 1 meter. Rata-rata jarak antar blok 10 – 15 meter dan
sangat tergantung pada ketersediaan lokasi.
Jumlah kerang berukuran 10 centimeter yang siap dioperasi sekitar 10 persen dari jumlah
seluruh kerang yang dimiliki. Kerang besar dimasukkan ke dalam kantung jaring berbingkai besi
dengan ukuran 40 cm x 70 cm untuk 8 – 12 kerang.
D. Kendala produksi
Pengusaha mutiara mengalami kesulitan karena mutiara yang dihasilkan pada satu musim
panen tidak seragam baik keseragaman bentuk maupun keseragaman kualitas. Selain itu risiko
keamanan dari pencurian dan perampokan merupakan kendala produksi yang seringkali
mengakibatkan kerugian sampai miliaran rupiah, bahkan kebangkrutan.
a. Mutiara Abernathy
Mutiara alami dari air tawar ini ditemukan oleh William Abernathyl, sang penyelam mutiara di
sungai Tay pada tahun 1967. Dengan berat 44 grains, mutiara ini dianggap mutiara yang paling
sempurna yang ditemukan dari sungai-sungai di Skotlandia. Mutiara ini diberi nama “the little
willie”.
b. Mutiara Big Pink
Mutiara besar bewarna pink ini berharga 4.7 juta dollar amerika pada tahun 1991. Dia dicatat
dalam buku Guiness Book of Records sebagai mutiara yang paling besar yang ditemukan dari
abalone (Haliotis). Berbentuk baroque dan memilik berat 470 carat setara dengan 94 gram.
Mutiara ini dimiliki oleh Wesley Rankin yang menemukannya di Salt Point State Park,
California pada tahun 1990.
c. La peregrine
La peregrina atau Sang pengelana (musafir) adalah mutiara yang ditemukan di Kepulauan Perlas,
lepas pantai Panama pada tahun 1500-an. Konon, mutiara ini ditemukan oleh seorang budak
yang menginginkan kebebasan sebagai bayaran dari mutiara yang ditemukannya. Mutiara ini
dibawa dan diserahkan kepada Raja Spanyol Phillip II dan sang raja menghadiahkannya kepada
Ratu Maria, sebagai hadiah perkawinan. Saudara dari Napoleon I, Joseph Bonaparte mengambil
mutiara ini dan membawanya ke Prancis dan akhirnya sampailah mutiara ini kepada Duke of
Abercrombie. Akhirnya, mutiara ini dibeli dengan harga 37 ribu dollar amerika oleh Richard
Burton dan menghadiahkannya sebagai hadiah Valentine’s Day kepada Elizabeth Taylor.
Keunikan dari mutiara ini, disamping perjalanannnya yang begitu panjang, dia memiliki bentuk
seperti air mata atau buah pir, dan memiliki berat 10.192 gram.
Biasanya kerang yang menghasilkan mutiara yang paling bagus akan dipergunakan lagi untuk
memproduksi mutiara berikutnya, namun untuk pemanenan mabe, biasanya kerang akan dibunuh
dan mabe diambil, atau juga cangkangnya akan menjadi bahan kerajinan tangan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas mengenai pasca panen kerang mutiara Pinctada sp. Maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Hampir semua moluska bercangkang bisa menghassilkan beberapa jenis mutiara, melalui proses
alami.
2. Mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan yang berrnilai ekonomi tinggi dan
memiliki prospek pengembangan usaha di masa datang.
3. Jenis mutiara yang mempunyai nilai ekonomis tinggi yaitu : pinctada sp. Yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi adalah : pinctada martensii, pinctada margaritifera, pinctada maxima.
Sedangkan penghasil mutiara di air tawar yaitu : Margaritifera margaritifera, Hyriopsis
cumingii, Cristaria plicata
4. Penentuan kualitas mutiara didasarkan pada standar kelas mutiara, namun secara umum mutiara
ditentukan oleh: ukuran mutiara, bundar tidaknya mutiara, lustre mutiara, permukaannya tidak
cacad, dan warna mutiara.
5. Manfaat kerang selain menjadi makanan konsumsi. kerang juga menghasilkan mutiara dan
sering dibuat menjadi perhiasaan seperti, dibuat perhiasan, cangkangnya dibuat acsesoris.
Namun di masa lalu, mutiara juga digunakan sebagai hiasan pada pakaian – pakaian mewah.
Mutiara juga dapat dihancurkan dan digunakan dalam kosmetik, obat – obatan, atau dalam
formula cat.
3.2. Saran
Berdasarkan pernyataan diatas setelah kita mengetahui potensi kerang mutiara ternyata
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan sangat memberikan banyak manfaat yang sangat
baik. Jadi, yang kita harus lakukan yaitu dengan tetap menjaga pelestarian alam temtat asli hidup
kerang mutiara dan dalam membudidayakan harus tetap memperhatikan kondisi lingkungan
supaya habitat kerang mutiara dapat berlangsung dengan baik. Serta tetap terus tingkatkan
budidaya kerang mutiara yang akan memberikan nilai ekonomis tinggi.