Anda di halaman 1dari 13

TUGAS SUMBERDAYA IKAN

“Gracillaria sp.”

KELAS M01
Semester Ganjil 2017/2018

Disusun oleh :

1. Dara Kamardikan W.K. (165080107111004)


2. M. Fikri Yusril I. (165080107111006)
3. M. Alif Halilintar (165080107111007)
4. Galuh Eka Putri (165080107111008)
5. Ishmah Sumayyah (165080107111013)

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah sumberdaya ikan materi Gracillaria sp.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah makalah sumberdaya ikan
materi Gracilaria sp. dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Malang, 30 November 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3


BAB 1. PENDAHULUAN...................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 5
BAB 2. PEMBAHASAN ........................................................................................ 6
2.1 Bioekologi .................................................................................................. 6
2.1.1 Biologi .................................................................................................. 6
2.2 Distribusi .................................................................................................. 10
2.3 Pemanfaatan ............................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 13
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gracilaria sp merupakan salah satu rumput laut komoditas andalan dalam
program Departemen Perikanan dan Kelautan selain ikan kerapu, ikan nila dan
udang windu. Selain itu usaha budidaya teknologinya sangat sederhana, namun
daya serap pasarnya tinggi dan biaya relatif rendah, sehingga masyarakat petani
nelayan dapat melakukan secara perorangan. Secara umum dari periode tahun
1993 sampai dengan tahun 1995 total produksi budidaya laut menunjukan
kenaikan rata-rata 9,33%. Namun dari komoditi rumput laut produksi masih
sangat rendah sekitar 4,68% (Siregar et al., 2012).
Budidaya rumput laut Gracilaria sp dilakukan di tambak merupakan salah
satu pemanfaatam tambak sebagai upaya untuk memenuhi permintaan rumput
laut yang semakin meningkat, selain itu budidaya rumput laut di tambak lebih
banyak keuntungannya bila dibanding dengan budidaya di laut. Keuntungan
tersebut antara lain adalah tanaman rumput laut agak terlindungi dari pengaruh
lingkungan yang kurang menguntungkan seperti ombak, arus laut yang kuat,
predator dan mudah mengontrol kualitas air. Budidaya rumput laut di tambak
secara ekonomis dapat meningkatkan pendapatan (income) dan memberikan
nilai tambah (value added) bagi masyarakat di pesisir pantai, karena masyarakat
dirangsang untuk memanfaatkan lahan produktif untuk kesejahteraan keluarga
melalui kegiatan budidaya rumpur laut (Komarawijaya, 2005).
Pertumbuhan rumput laut dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal
maupun eksternal. Faktor internal yang berpengaruh antara lain : jenis galur,
bagian thallus yang ditanam dan umur. Sedangkan faktor eksternal adalah
keadaan lingkungan fisika, dan kimia yang dapat berubah menurut ruang dan
waktu, penanganan bibit, perawatan tanaman dan metoda budidaya
(Sundari,2014).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana bioekologi Gracilaria sp?
2. Bagaimana distribusi dari Gracilaria sp?
3. Apa saja pemanfaatan dari Gracilaria sp?
1.3 Tujuan
1. Untuk memaparkan bioekologi Gracilaria sp
2. Untuk mendeskripsikan distribusi Gracilaria sp
3. Untuk memaparkan pemanfaatan Gracilaria sp
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Bioekologi

2.1.1 Biologi

a. Klasifikasi Gracilaria sp

Menurut Dawes (1981) dalam Sinulingga (2007), klasifikasi Gracilaria sp.


adalah sebagai berikut:
Divisio : Rhodophyta
Classis : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Familia : Gracilariaceae
Genus : Gracilaria
Species : Gracilaria sp.

b. Ciri-ciri Gracilaria sp
Ciri-ciri khusus dari Gracilaria sp adalah sebagai berikut :
- Thalus berbentuk silindris dan permukaannya licin
- Thalus tersusun oleh jaringan yang kuat,
- Bercabang-cabang dengan panjang kurang lebih 250 mm
- Garis tengah cabang antara 0,5-2,0 mm
- Percabangan alternate yaitu posisi tegak percabangan berbeda tingginya,
bersebelahan atau pada jarak tertentu berbeda satu dengan yang lain
kadang-kadang hampir
- Dichotomous dengan pertulangan lateral yang memanjang menyerupai
rumput.
- Bentuk cabang silindris dan meruncing di ujung cabang.

c. Asal Muasal dan Macam Gracilaria sp


Atmaja (1996) dalam Sinulingga (2007), menyebutkan bahwa Indonesia
memiliki 555 jenis rumput laut. Dari jumlah tersebut 21 jenis diantaranya dapat
menghasilkan agar-agar. Jenis-jenis ini antara lain : Gracilaria sp, Gelidium sp,
Gelidellia sp dan Gelidiopsis sp. Jenis Gracilaria yang sering dijumpai di
Indonesia adalah G. lichenoides, G. gigas, dan G. Verrucosa.

Gracilaria sp. Gelidium sp

Gelidellia sp Gelidiopsis sp
Jenis Gracilaria yang ditemui di Indonesia adalah sebagai berikut :

G. lichenoides G. Verrucosa

G. gigas

d. Siklus Hidup Gracilaria sp

Siklus hidup gracillaria dari subkelas Florideophycidae (alga merah)


bersifat trifasik (mengalami tiga fase pertumbuhan). Ketiga fase tersebut yaitu
fase gametofit, karposporofit, dan tetrasporofit. Dan ketiga fase tersebut terjadi
secara bersamaan.
Fase Gametofit
Gametofit jantan dan betina merupakan thallus hasil germinasi dari
tetraspora atau bentuk tumbuh haploid. Untuk membedakan gametofit jantan dan
gametofit betina antara lain dapat dilihat secara morfologi, yaitu dengan melihat
perbedaan warna thallus. Gametofit jantan warnanya lebih pucat serta memiliki
ukuran yang lebih panjang disbanding dengan gametofit betina.
Fase Karposporofit
Karposporofit adalah bentuk tumbuhan haplo-diploid yang gametofit
betinanya adalah haploid, sementara sistokarp yang menempel pada gametofit
betina tadi mengandung spora diploid. Fase karposporofit dimulai sejak
terjadinya fertilisasi antara karpogonium dan spermatia. Setelah karpogonium
dibuahi,maka trichogyne akan mengerut, karpogonium akan melebur dengan del
dibawahnya yang berbentuk seperti filamen. Filamen ini akan membentuk
beberapa lobus, dari fase inilah gonimoblast dibentuk. Selanjutnya karpospora
dibentuk pada ujung-ujung dari filamen gonimoblast. Sementara itu, supporting
cell dan steril branch juga melebur menjadi satu yang berfungsi sebagai sel
nutrisi. Karpogonium yang telah dibuahi mengalami serangkaian peroses dalam
perkembangan selanjutnya. Terjadi perubahan morfologis dari tumbuhan
Gracillaria, yaitu terlihat bintil-bintil dipermukaan thallus. Bintil tersebut
merupakan hasil dari peroses perkembangan karpogonium.
Fase Tetrasporofit
Karpospora yang telah dilepas ke lingkungan akan bergerminasi dan
tumbuh menjadi bentuk tumbuhan tetrasporofit. Selanjutnya tetrasporofit akan
membentuk tetrasporangium yang akan menghasilkan tetraspora.

e. Reproduksi Gracilaria sp

Bereproduksi secara seksual dengan pembentukan dua ateridium pada


ujung – ujung cabang talus. Arteridium menghasilakn gamet jantan yang berupa
spermatium dan betinanya karpogamium terdapat pada ujung cabang lainnya.
Reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan tetraspora kemudian menjadi
gametania jantan dan gametania betina, akan membentuk satu karkospofrafit.
Karkosporafit akan menghasil tentranspora. Organ Reproduksi Gracillaria
Spermatangium.

2.2 Distribusi
Rumput laut memegang peran penting secara biologi dan ekologi pada
ekosistem laut. Pada kawasan pantai, rumput laut ditemukan di antara area
pasang tertinggi dan surut terendah; dan pada kawasan subtidal ditemukan
hingga kedalaman di mana jangkauan intensitas cahaya masih 0,01% dari
kebutuhan cahaya fotosintesis. Rumput laut alam ditemukan tumbuh subur pada
permukaan batu karang di kawasan pasang surut sebagai hutan bawah laut; dan
diperkirakan sekitar 200 spesies rumput laut menyangga perekonomian
internasional terutama dari produk makanan dan fikokoloid yang nilainya lebih
dari US$ 6,2. Kabupaten Sumbawa memiliki sumberdaya kelautan dan perikanan
yang cukup besar. Rumput laut merupakan salah satu kekayaan alam yang
cukup berlimpah di kabupaten tersebut, di antaranya di perairan pantai
Labuhanbua. Sumberdaya rumput laut alam yang ada di lokasi tersebut telah
dimanfaatkan oleh nelayan setempat terutama dari jenis Sargassum. Aktivitas ini
telah memacu peningkatan perekonomian masyarakat pesisir di lokasi tersebut.
Salah satu aspek yang memengaruhi distribusi dan keberadaan rumput
laut alam adalah tipe substrat dasar perairan. Makroalga di alam hidup
menempel pada substrat yang stabil untuk menjaga posisinya agar tidak hanyut
terbawa oleh arus, gelombang, dan pasang surut. Karakter lingkungan perairan
dengan kecepatan arus sedang merupakan kondisi yang baik untuk keberadaan
rumput laut, sehingga pada lokasi tersebut dapat ditemukan rumput laut dengan
biomassa yang lebih tinggi dibandingkan lokasi lain dengan karakter yang
berbeda.
Gracilaria umumnya hidup sebagai fitobentos, melekat dengan bantuan
cakram pelekat ('hold fast') pada substrat padat. Terdiri dari kurang lebih 100
spesies yang menyebar luas dari perairan tropis sampai subtropis. Hal ini
menyebabkan beberapa penulis menyebutnya sebagai spesies yang kosmopolit.
Gracilaria hidup di daerah litoral dan sub litoral, sampai kedalaman tertentu, yang
masih dapat dicapai oleh penetrasi cahaya matahari. Beberapa jenis hidup di
perairan keruh, dekat muara sungai. Di Indonesia terdapat lebih kurang 15 jenis
Gracilaria yang menyebar di seluruh kepulauan. Di Bangka, Gracilaria
convervoides hidup melekat di atas batu karang pada kedalaman 2-5 meter. Di
Lombok, G. gigas ditemukan di perairan payau. Daerah sebaran Gracilaria di
Indonesia meliputi : Kepulauan Riau, Bangka, Sumatera Selatan, Jawa, Bali,
Lombok, Sumbawa, Flores, Pulau Bawean, Kalimantan, Sulawesi Selatan dan
Maluku.

2.3 Pemanfaatan
a. Konsumsi
Salah satu dari rumput laut yang dapat dikomersialkan adalah Gracilaria
sp dari kelas Rhodophyceae yang termasuk kelompok penghasil agar-agar.
Pengembangan usaha budidaya Gracilaria sp di Indonesia akan memberikan
keuntungan yang besar karena permintaan agar-agar pada saat ini meningkat.
Diperkirakan sekitar 200 spesies rumput laut menyangga perekonomian
internasional terutama dari produk makanan dan fikokoloid yang nilainya lebih
dari US$ 6,2. Rumput laut dengan kandungan gizi yang baik membuatnya
banyak dikonsumsi.
b. Ekologi
Gracilaria ini menjadi pemegang peranan kunci dalam rantai makanan,
menentukan kualitas perairan tambak dan menentukan struktur komunitas dalam
ekosistem (sistem hubungan timbal balik yang komplek antara makhluk hidup
dengan lingkungan biotik dan abiotik yang bersama-sama membentuk suatu
sistem ekologi) perairan, selain itu rumput laut Gracilaria sendiri merupakan
sumber daya laut yang disamping bermanfaat sebagai bahan baku makanan
sehat juga berperan penting dalam mengendalikan kualitas perairan tambak
yakni sebagai faktor penentu dinamika oksigen perairan tambak. Kemampuan
rumput laut dalam memperbaiki kualitas lingkungan perairan tambak telah
terbukti dapat memberikan banyak manfaat terhadap perairan tambak,
diantaranya sebagai faktor pemacu (forcing funciton) untuk menjaga kualitas air
tambak agar tetap kondusif dalam pertumbuhan. Rumput laut Gracillaria
verrucosa juga mampu merubah energi matahari menjadi bahan organik melalui
proses fotosintesis, bahan organik tersebut dimanfaatkan oleh ikan-ikan serta
biota-biota yang ada di dalam perairan tersebut. Selain itu rumput laut Gracillaria
verrucosa juga dapat digunakan sebagai biofilter yakni menyerap bahan-bahan
yang berbahaya bagi biota sehingga air dalam perairan tersebut selalu jernih.
Komunitas ini berperan sebagai tempat pembesaran dan perlindungan bagi
jenis-jenis ikan tertentu dan merupakan makanan alami ikan-ikan dan hewan
herbivore.
c. Fitoremidian

Rumput laut Gracillaria verrucosa juga mampu merubah energi matahari


menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis, bahan organik tersebut
dimanfaatkan oleh ikan-ikan serta biota-biota yang ada di dalam perairan
tersebut. Selain itu rumput laut Gracillaria verrucosa juga dapat digunakan
sebagai biofilter yakni menyerap bahan-bahan yang berbahaya bagi biota
sehingga air dalam perairan tersebut selalu jernih. Gracilaria sp dapat digunakan
sebagai tanaman fitoremidian karena memiliki kemampuan dalam
mengakumulasikan bahan organik kedalam selnya. Tanaman ini juga sebagai
agen fitoremediasi yang memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan suatu
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Erlania dan I. N. Radiarta. 2015. Distribusi rumput laut alam berdasarkan


karakteristik dasar perairan di kawasan rataan terumbu Labuhanbua,
Nusa Tenggara Barat: strategi pengelolaan untuk pengembangan
budidaya. Jurnal Riset Akuakultur. 10(3): 449 – 457.
Komarawidjaja, W. 2005. Rumput laut Gracilaria sp. Sebagai fitoremidian bahan
organik perairan tambak budidaya. J.Tek.Lingkungan. 6(2): 410-415.
Sinulingga, M. Dan S. Darmanti. 2007. Kemampuan mengikat air oleh tanah
pasir yang diperlakukan dengan tepung rumput laut Gracilaria verrucosa.
Kemampuan Mengikat Air oleh Tanah Pasir. 32-38.
Siregar, A. F., A. Sabdono dan D. Pringgenies. 2012. Potensi antibakteri ekstrak
rumpu laut terhadap bakteri penyakit kulit Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus epidermidis, dan Micrococcus luteus. Journal of Marine
Research. 1(2): 152-160.
Sundari, I., W. F. Maruf dan E. N. Dewi. 2014. Pengaruh penggunaan
bioaktivator em4 dan penambahan tepung ikan terhadap spesifikasi
pupuk organik cair rumput laut Gracilaria sp. Jurnal Pengolahan dan
Bioteknologi Hasil Perikanan. 3(3): 88-94.
Widyorini. 2010. Analisis pertumbuhan Gracilaria sp di tambak udang ditinjau dari
tingkat sedimentasi. Jurnal Saintek Perikanan. 6(1): 30 – 36.

Anda mungkin juga menyukai