Sebagai tindak lanjut hasil keputusan tersebut di atas, selanjutnya disusun kesepakatan
secara definitif yang mengatur segala sesuatu tentang pelaksanaan pekerjaan dimaksud dan
dituangkan melalui kontrak No. 414/KTRK089/PNPM/2009 tertanggal 14 Mei 2009. Kontrak
tersebut merupakan landasan utama bagi Asosiasi Konsultan untuk melaksanakan pekerjaan,
dengan didukung oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK/TOR) yang diberikan sebelumnya dalam
proses pelelangan. Atas dasar legalitas tersebut, Asosiasi Konsultan segera memobilisasi
seluruh sumberdaya yang diperlukan dalam pelaksanaan penugasan; untuk melakukan
kegiatankegiatan persiapan awal yang bertujuan agar pada saat pelaksanaan definitif
berlangsung, seluruh sistem maupun mekanisme dan prosedur untuk mengoperasionalkan
kegiatan telah tertata secara baik dan tersusun dengan jelas dalam koridor organisasi serta
manajemen pelaksanaan yang ada.
Di samping itu, kegiatan persiapan awal sangat bermanfaat dalam upaya membangun
pemahaman tentang ruang lingkup penugasan, baik yang terkait dengan lokasi/wilayah
penugasan, potensi serta sumberdaya yang tersedia maupun kendala serta hambatan yang
mungkin akan didapatkan serta ditemukan secara spesifik di masingmasing wilayah
penugasan. Secara lebih khusus, kegiatan persiapan awal ini adalah dapat digunakan untuk
membangun kesamaan orientasi dan pendekatan dalam halhal terkait aspek teknis
substansial maupun aspek administratifmanajerial, sebagai landasan untuk menyusun
strategi operasional dan kerangka pelaksanaan secara realistis; mengingat sangat
bervariasinya latar belakang pengalaman dari SDM maupun personil yang akan mendukung
kegiatan implementasi NMC PNPM Mandiri Perdesaan ini.
Cakupan wilayah penugasan, yang menjadi tanggung jawab NMC berdasarkan KAK/TOR
yang ada, telah mengalami beberapa perubahan sesuai hasil identifikasi serta verifikasi akhir
yang dilakukan oleh pihak Satker PNPM Mandiri Perdesaan di tingkat pusat dibantu oleh Tim
Advisory. Secara menyeluruh cakupan wilayah penugasan untuk PNPM Mandiri Perdesaan,
akan meliputi perwilayahan sebagai berikut:
· Regional1, terdiri dari:
3 Provinsi dan 1 Kepulauan yang meliputi Provinsi Aceh/NAD, Provinsi Sumatera Utara,
Provinsi Sumatera Barat dan Kepulauan Nias serta mencakup 52 Kabupaten dan
662 Kecamatan.
· Regional2, terdiri dari:
7 Provinsi yang meliputi Provinsi Riau, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Bengkulu,
Provinsi Bangka Belitung, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi
Lampung serta mencakup 56 Kabupaten dan 454 Kecamatan.
2
· Regional3, terdiri dari:
6 Provinsi yang meliputi Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Kalimantan Barat,
Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Kalimantan Selatan
serta mencakup 65 Kabupaten dan 797 Kecamatan.
· Regional4, terdiri dari:
6 Provinsi yang meliputi Provinsi Jawa Tengah, Provinsi DI Yogyakarta, Provinsi Jawa
Timur, Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur
serta mencakup 96 Kabupaten dan 1.176 Kecamatan.
· Regional5, terdiri dari:
8 Provinsi yang meliputi Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi
Sulawesi Tenggara, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi
Gorontalo, Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara serta mencakup 75 Kabupaten dan
727 Kecamatan.
· Regional6, terdiri dari:
2 Provinsi yang meliputi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat serta mencakup
36 Kabupaten dan 416 Kecamatan.
Secara terinci, cakupan wilayah penugasan PNPM Mandiri Perdesaan pada tahun 2009
dapat dikelompokkan secara sistematis dalam tabel berikut.
Tabel 1.1
Cakupan Wilayah Penugasan PNPM Mandiri Perdesaan Tahun 2009
Regional1 s/d Regional3
3
Tabel 1.2
Cakupan Wilayah Penugasan PNPM Mandiri Perdesaan Tahun 2009
Regional4 s/d Regional6
Tabel 1.3
Cakupan Menyeluruh Wilayah Penugasan PNPM Mandiri Perdesaan Tahun 2009
B. Latar Belakang Penugasan KMN/NMC
B.1 Tujuan dan Sasaran Bantuan Teknis KMN/NMC
Tujuan utama diadakannya bantuan teknis dan jasa konsultansi melalui PNPM Mandiri
Perdesaan adalah dalam rangka membantu tugastugas PMU dan SatkerPMD, di
Departemen Dalam Negeri sebagai Implementing Agency dalam PNPM Mandiri Perdesaan,
untuk bertanggung jawab terhadap pengelolaan kegiatan/proyek secara menyeluruh di tingkat
nasional. Tanggung jawab utama Satker Pusat PNPM Mandiri Perdesaan, adalah untuk:
4
(1) Menetapkan kebijakan dan arahan implementasi program di bawah koordinasi Komite
Pengarah PNPM (Tim Pengendali),
(2) Melaksanakan pengembangan kapasitas terhadap Satker Provinsi dan Kabupaten di
lokasilokasi PNPM Mandiri Perdesaan,
(3) Menyelenggarakan pengendalian program, pemantauan, evaluasi dan pengelolaan
administrasi kegiatan/proyek secara menyeluruh.
Sasaran yang ingin dicapai melalui bantuan teknis ini adalah disesuaikan dengan sasaran
komprehensif penyelenggaraan PNPM Mandiri Perdesaan, yang meliputi:
(i) Terbangunnya LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat) yang dipercaya, aspiratif,
representatif dan akuntabel.
(ii) Tersedianya Perencanaan Partisipatif di tingkat masyarakat untuk mewujudkan sinergi
program Penanggulangan Kemiskinan yang komprehensif.
(iii) Terbangunnya Forum LKM tingkat Kecamatan dan Kota/Kabupaten untuk terwujudnya
harmonisasi berbagai program di daerah.
(iv) Terwujudnya kontribusi pendanaan dari Pemerintah Kota/Kabupaten dalam PNPM,
berdasarkan tingkat kapasitas fiskal di daerah.
B.2 Peran dan Fungsi Spesifik Penugasan KMN/NMC
Secara spesifik, lingkup konsultansi PNPM Mandiri Perdesaan melalui penugasan KMN/NMC
(Konsultan Manajemen Nasional), diarahkan pada tugastugas pokok dan fungsi sebagai
berikut:
5
3) Sebagai Unit Pengelolaan Basis Data, dengan fungsi untuk memberikan dukungan
terhadap pengelolaan dan implementasi program dengan menyediakan informasi yang
dibutuhkan secara tepat waktu dan tepat guna untuk para pengambil keputusan.
4) Sebagai Pelaksana Audit Internal untuk Penggunaan Alokasi Anggaran PNPM Mandiri
Perdesaan, dengan fungsi untuk melaksanakan audit terhadap penggunaan anggaran
hibah untuk Kecamatan dan implementasi pengelolaan kontrak individual oleh Satker
Provinsi PNPM Mandiri Perdesaan.
B.3 Ruang Lingkup Bantuan Teknis KMN/NMC
Keterlibatan KMN/NMC dalam pelaksanaan konsultansi PNPM Mandiri Perdesaan, adalah
dalam upaya mengembangkan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan untuk memastikan
kualitas kinerja dalam implementasi dan pengembangan program. Secara lebih spesifik,
ruang lingkup bantuan teknis KMN/NMC akan difokuskan pada pekerjaan/penugasan utama
berikut ini:
1) Dalam kaitan manajemen dan hubungan kerja dengan konsultankonsultan lain,
KMN/NMC dengan mandat penuh dari Satker PNPM Mandiri Perdesaan; akan
melakukan tindakan yang diperlukan jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dalam
kinerja yang terkait dengan kualitas implementasi program, kesalahan pelaksanaan atau
kekeliruan, baik yang dilakukan oleh staf konsultan maupun fasilitator Kabupaten,
fasilitator UPK serta fasilitator Kecamatan.
2) KMN/NMC bertanggung jawab terhadap keberhasilan pelaksanaan PNPM Mandiri
Perdesaan, dengan memberikan saran analitis dan juga menyediakan bahanbahan yang
diperlukan; sebagai landasan untuk penetapan kebijakan oleh Satker PNPM Mandiri
Perdesaan. Selanjutnya KMN/NMC diberikan kewajiban untuk memberikan rekomendasi
kepada Satker terkait dengan perbaikanperbaikan dalam pelaksanaan PNPM Mandiri
Perdesaan.
3) KMN/NMC bertugas untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kemajuan
pelaksanaan program secara periodik. Dalam rangka merealisasikan tugas tersebut,
seluruh fasilitator dan staf akan memberikan laporan kepada KMN/NMC. Fasilitator
Kecamatan akan melaporkan kepada Fasilitator Kabupaten, yang selanjutnya diteruskan
kepada Koordinator Provinsi dan selanjutnya mengirimkan kepada Team Leader RMC
untuk dilaporkan kepada KMN/NMC.
4) KMN/NMC harus dapat bekerjasama dan berkoordinasi dengan pelakupelaku lain PNPM
Mandiri Perdesaan; seperti: Sekretariat Nasional, Satker Provinsi, RMC, TDC dan
Perusahaan Percetakan. KMN/NMC harus memberikan laporanlaporan secara reguler
kepada Satker Pusat PNPM Mandiri Perdesaan serta memberikan masukanmasukan
dan rekomendasi untuk perbaikan program.
B.4 Keluaran dan Hasil yang Diharapkan dalam Penugasan KMN/NMC
Penugasan KMN/NMC dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan, diarahkan dan
diharapkan untuk dapat memberikan keluaran serta hasil seperti dalam uraian dan rincian
berikut ini.
1) PNPM Mandiri Perdesaan terkelola oleh KMN/NMC dan dilaksanakan di tingkat
Kabupaten, Kecamatan dan Desa.
2) Rekomendasirekomendasi dapat diberikan kepada Satker Pusat tentang implementasi
program dan perbaikannya, berdasarkan atas analisis kinerja program dibandingkan
terhadap sasaran dan kinerja dari berbagai komponen program; termasuk RMC, Satker
Provinsi, TDC dan lainnya.
6
3) Koordinasi dapat terjaga dan terselenggara dengan programprogram lain PNPM
Mandiri.
4) Kelembagaan lokal dapat diidentifikasi dan dikembangkan dalam upaya mendukung
sasaransasaran PNPM Mandiri, terutama dalam memberikan dukungan terhadap
perencanaan pembangunan partisipatif.
5) Pengoperasian dan pengelolaan dana bergulir exPPK di UPK dan kelompokkelompok
komunitas tetap berkelanjutan, terpantau secara baik dan kelembagaan berkembang
secara lebih kuat serta berkelanjutan.
6) Prasarana dengan kualitas yang baik dapat terbangun dan terpantau, melalui deteksi
terhadap masalahmasalah yang timbul dan dapat diselesaikan secara dini.
7) Kegiatankegiatan pendidikan dan kesehatan, dengan variasi yang lebih luas, dapat
dilaksanakan melalui frekuensi yang terus meningkat.
8) Keberlanjutan kegiatankegiatan pendidikan dan kesehatan dapat dipromosikan.
9) Lokasilokasi yang dilanda bencana alam dapat dibantu secara sistematis dan merata.
10) Sistem peringatan dini (Early Warning System), yang dapat memberikan indikasi
terjadinya keterlambatan, ketidaksesuaian dan masalahmasalah potensial lainnya,
dapat dikelola dan digunakan.
11) Seluruh masalahmasalah penting di lapangan dapat teridentifikasi dan tertangani secara
cepat.
12) Pemantauan independen dilaksanakan dan dilengkapi dengan informasi yang
bermanfaat untuk para perencana dan pelaksana kegiatan/proyek.
13) Data dari lapangan dapat dikumpulkan dan dianalisa sebagai bagian dari evaluasi
sistem.
14) Dana PNPM tercairkan dan dikendalikan secara tepat waktu.
15) Penggunaan dana terpantau dan terawasi, dengan mendeteksi setiap ketidaksesuaian
yang terjadi serta menyelesaikan masalahmasalah terkait keuangan.
16) Laporanlaporan secara akurat dan kebutuhan data dapat disediakan oleh SIM secara
tepat waktu kepada KMN/NMC, Sekretariat dan Spesialisspesialis di Provinsi.
17) Website dapat terpelihara dan selalu dimuthakirkan.
18) Indikator kinerja proyek dapat selalu diukur.
19) Dana dekonsentrasi tercairkan dan dapat dikendalikan melalui audit internal.
20) Prosedur baku/standar dapat diikuti oleh Satker Provinsi.
21) Materimateri promosi dan pendidikan, sebagai publikasi resmi proyek/kegiatan, dapat
diproduksi/dihasilkan.
22) Acaraacara kegiatan nasional dan lokakaryalokakarya dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien.
7
A. Strategi Menyeluruh Pelaksanaan Kegiatan
Strategi pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan, dibangun atas dasar beberapa asumsi
pendekatan; yang dirumuskan sebagai berikut:
a) Penanggulangan Kemiskinan (PK) membutuhkan penanganan secara komprehensif,
mengingat sifatnya yang multidimensi,
b) Pendekatan yang dipilih untuk intervensi adalah keterpaduan antara pendekatan sektoral,
pendekatan kewilayahan dan pendekatan partisipatif,
c) Lokus/lokasi yang dipilih untuk mempertemukan keterpaduan perencanaan, ditetapkan
tingkatan Kecamatan melalui Musrenbang Kecamatan.
Strategi menyeluruh ini digunakan untuk merespon permasalahanpermasalahan maupun isu
strategis yang ada serta diarahkan pada pencapaian sasaransasaran strategis yang
ditetapkan, melalui 2 (dua) bentuk strategi pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:
(1) Strategi pencapaian peningkatan kesejahteraan dan kesempatan kerja bagi masyarakat
miskin di perdesaan adalah dengan menciptakan lapangan kerja di perdesaan melalui
pelaksanaan proyekproyek pembangunan dan pemberian bantuan modal simpan
pinjam.
(2) Strategi penguatan kemandirian masyarakat dalam pengambilan keputusan dan
pengelolaan pembangunan adalah melaksanakan pendekatan pemberdayaan
masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan di perdesaan. Intisari pemberdayaan
masyarakat adalah memberikan kesempatan seluasluasnya kepada masyarakat desa
khususnya masyarakat miskin untuk terlibat dalam pelaksanaan pembangunan melalui
perencanaan pembangunan secara partisipatif, penyaluran dana pembangunan secara
langsung kepada masyarakat (block grant), dan penyediaan tenaga pendamping
masyarakat.
Dalam konteks strategi pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan, perlu dibedakan antara
pengertian strategi pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan secara menyeluruh dan
pengertian tentang strategi operasional secara parsial yang disusun oleh masingmasing unit
atau elemen dalam struktur pengorganisasian PNPM Mandiri Perdesaan, termasuk konsultan
manajemen/pendamping yang terlibat dalam kegiatan implementasi. Kejelasan tentang 2
(dua) pengertian tersebut sangat penting mengingat relevansinya terhadap Hirarki Manajerial
dalam lingkup PNPM Mandiri Perdesaan yang terkait langsung dengan pengaturan
mekanisme hubungan kerja antar pelaku yang terlibat di dalamnya.
8
masing unit atau elemen dimaksud sesuai uraian yang tercantum dalam Kerangka Acuan
Kerja (TOR).
Proses pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan akan dilengkapi dengan suatu siklus
berkelanjutan untuk melakukan langkahlangkah penyelesaian secara bertahap terhadap
masalah kemiskinan di perdesaan, yang berbasis pada keberdayaan dengan model
pemihakan terhadap keadilan; terutama pemihakan kepada komunitas miskin. Esensi
penerapan siklus/alur proses dalam PNPM Mandiri Perdesaan adalah dalam rangka
mengakomodasi kebutuhan dan tuntutan perbaikan terhadap permasalahan kemiskinan,
ketidakberdayaan dan pengangguran di wilayah perdesaan secara bertahap dan
berkelanjutan, yang menghendaki adanya perubahan pandangan dan pemahaman para
pelaksana terhadap proses pembangunan; khususnya pandangan pembangunan yang
menyangkut masyarakat perdesaan. Siklus/alur proses PNPM Mandiri Perdesaan bertujuan
agar pemahaman dan anggapan dasar yang ada selama ini, dengan memposisikan
pemerintah sebagai pihak satusatunya yang berwenang dalam memutuskan kebijakan
maupun melaksanakan seluruh kegiatan pembangunan Perdesaan, dapat mengalami
perubahan secara gradual dan realistis; dimana dalam implementasinya menghendaki
tumbuhnya transparansi serta keterlibatan masyarakat secara proaktif.
i) Melakukan upaya “Merumuskan dan Membangun Sistem Implementasi PNPM Mandiri
Perdesaan” melalui proses pembelajaran dan penguatan kelembagaan serta institusi
pemerintah, di tingkat Pusat dan Daerah, terkait sektor pembangunan perdesaan dan
kesejahteraan sosial secara berkelanjutan dalam perioda jangka panjang.
ii) Melakukan upaya dan mendorong “Keberdayaan dan Kemandirian Masyarakat”, dalam
penanggulangan kemiskinan, dengan prinsipprinsip dan konsep Pengembangan
Masyarakat (Community Development) untuk membangun Masyarakat Warga (Civil
Society) serta melakukan upaya membangun hubungan/keterkaitan (linkage) antara
Rencana Masyarakat dan Program Pembangunan Daerah di sektor pembangunan
perdesaan dan kesejahteraan sosial, dengan mengintegrasikan kebutuhan masyarakat
dan kebutuhan pemerintah dalam suatu Program Pembangunan Jangka Menengah
Daerah yang partisipatif, terutama untuk masyarakat miskin perdesaan.
iii) Melakukan “Pengelolaan Dana Bantuan dan Pinjaman” untuk masyarakat miskin dan tidak
mampu dalam kerangka Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan di Perdesaan dalam
perioda jangka pendek.
Siklus PNPM Mandiri Perdesaan untuk pelaksanaan pekerjaan dikembangkan atas dasar
4 (empat) tahapan utama, yang meliputi:
1. Tahap Pengembangan Fasilitasi; ditujukan untuk penyempurnaan strategi operasional
dan pemantapan konsepkonsep pendekatan maupun perencanaan, melalui pelaksanaan
ujicoba serta upaya pendampingan di tingkat daerah secara intensif terhadap kecamatan
dan desa sasaran dalam implementasi kegiatan pada tahun 2009 s/d tahun 2011.
2. Tahap Penguatan Kapasitas; ditujukan untuk memberikan kemampuan implementasi
terhadap konsep dan pendekatan strategis PNPM Mandiri Perdesaan secara mandiri
kepada daerah, berdasarkan pada hasilhasil penyempurnaan dan uji coba pelaksanaan
selama tahun 2009 s/d 2011, dalam lingkup pemerintah daerah dan masyarakat secara
langsung di seluruh kecamatan dan desa sasaran untuk tahun pelaksanaan 2012 s/d
2013.
9
3. Tahap Pelembagaan, Penyiapan Keberlanjutan dan Pelestarian; difokuskan untuk
mendorong keberlanjutan pola kemitraan dan sumberdaya yang diberikan kepada daerah,
baik pemerintah daerah maupun masyarakat, termasuk di dalamnya rencana tindak lanjut
dari penguatan dan pengembangan kelembagaan di tingkat pemerintah daerah dan
masyarakat dalam mendukung programprogram penanggulangan kemiskinan. Tahapan
pelembagaan, penyiapan keberlanjutan dan pelestarian ini akan diinovasi dan
dikembangkan selama berlangsungnya implementasi pada tahun 2013 s/d tahun 2015.
B. Strategi Pelaksanaan Khusus/Spesifik
Sesuai dengan kebutuhan dan jenis pekerjaan yang akan ditangani oleh PNPM Mandiri
Perdesaan, diperlukan adanya suatu strategi pelaksanaan khusus terutama yang berkaitan
dengan tujuan diadakannya kegiatan ini di seluruh wilayah Provinsi di Indonesia.
Strategi pelaksanaan spesifik, memberikan suatu metoda penanganan untuk halhal dan
masalah khusus yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyiapan, proses
pengembangan strategi dan rencana maupun proses pelaksanaan kegiatan pekerjaan; yang
meliputi: pengembangan manajemen kegiatan/proyek, pengelolaan konsultan, pembangunan
kapasitas, pengembangan kegiatan sosialisasi, penyiapan pengembangan masyarakat,
penyiapan rencanarencana perbaikan saranaprasarana, kegiatan kredit mikro, kegiatan
pengembangan prasarana lingkungan dan kesehatan, kegiatan partisipasi perempuan dan
pendidikan, dukungan kepada daerah, pengelolaan pengaduan serta pengembangan
kegiatan pemantauan dan pelaporan melalui SIM. Seluruh strategi pelaksanaan khusus
tersebut akan didukung melalui bantuan teknis yang menyediakan keahlian/expertise sesuai
dengan kebutuhan bidangbidang seperti tersebut di atas.
Secara lebih spesifik strategi pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan dari Tahun Anggaran
2009 sampai dengan 2015, ditetapkan sebagai berikut:
(1) Menyalurkan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) ke kecamatan lokasi program
secara efektif dan efisien untuk dimanfaatkan sebagai biaya pembangunan infrastruktur
perdesaan, sarana/prasarana kesehatan, sarana/prasarana pendidikan dan modal
simpan pinjam untuk kelompok perempuan.
(2) Menyalurkan Dana Operasional Kegiatan (DOK) ke kecamatan lokasi program untuk
digunakan membiayai kegiatan perencanaan pembangunan secara partisipatif dan
pelatihan masyarakat.
(3) Menyediakan technical assistance (bantuan teknis) ke kabupaten dan kecamatan lokasi
program untuk didayagunakan mendampingi proses pelaksanaan program.
(4) Menyelengarakan perencanaan pembangunan secara partispatif di desa dan antar desa.
(5) Menyelengarakan kegiatan pembangunan infrastruktur perdesaan, sarana/prasarana
kesehatan, sarana/prasarana pendidikan serta modal simpan pinjam untuk kelompok
perempuan yang dilaksanakan secara swakelola.
(6) Menyelenggarakan pelatihan masyarakat yang dilaksanakan secara swakelola.
(7) Merevitalisasi sistem pembangunan partisipatif yang dikelola secara reguler oleh
Pemerintah Kabupaten melalui pendayagunaan best practises PNPM Mandiri
Perdesaan.
(8) Meningkatkan kapasitas aparat Pemerintah Kabupaten berkaitan dengan pemberdayaan
masyarakat.
10
(9) Meningkatkan dukungan politik Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam rangka
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat.
Dalam kerangka strategi ini, diarahkan untuk dapat menyelesaikan seluruh kegiatan
pekerjaan secara simultan dan disesuaikan dengan perioda waktu yang tersedia, dengan
mengelompokkan program pelaksanaan berdasarkan pada wilayah/lokasi sasaran kegiatan,
jenisjenis penugasan serta cakupan komponen kegiatan yang terdapat di dalamnya. Wilayah
kegiatan dibagi menjadi 6 (enam) Regional, sesuai dengan karakter perwilayahan, lokasi
kegiatan dan budaya dari masingmasing wilayah serta dikendalikan dari tingkat pusat di
Jakarta melalui penugasan koordinatorkoordinator wilayah/Provinsi.
C. Strategi Operasional KMN/NMC
Berdasarkan atas pendekatan dan strategi menyeluruh maupun strategi spesifik yang
dirumuskan untuk pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan tersebut di atas, selanjutnya
dikembangkan strategi operasional yang khusus untuk digunakan serta diaplikasikan untuk
pelaksanaan penugasan KMN/NMC.
Secara terinci, strategi operasional untuk pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan dalam
rangka mendukung tugastugas KMN/NMC, dikembangkan atas dasar pendekatan khusus
terhadap aspekaspek berikut:
(1) Pengembangan/Pembangunan Kapasitas (Capacity Building);
Pendekatan terhadap aspek ini ditujukan untuk membangun kemampuan Pemerintah
Daerah, Masyarakat dan Pelaku lain (stakeholders) yang terkait. Sehingga mampu untuk
mengembangkan kesiapan seluruh pelaku dalam membangun kemitraan, sebagai
langkah berkelanjutan untuk memperkuat sinergi dalam upaya pengentasan kemiskinan
di seluruh tingkatan wilayah (Desa, Kecamatan dan Kabupaten).
Bentuk intervensi yang dilakukan terhadap setiap kelompok sasaran dalam aspek
pengembangan kapasitas, dapat dikategorikan sebagai berikut:
· Kelompok sasaran Pemerintah Daerah, yang meliputi Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten, dapat dilakukan melalui bentukbentuk kegiatan Sosialisasi,
Lokakarya dan Pelatihan.
· Kelompok sasaran Pelaku/Stakeholder terkait, yang meliputi individu/kelompok
peduli, perguruan tinggi, pihak swasta dan pengusaha, dapat dilakukan melalui
bentukbentuk kegiatan Sosialisasi dan Lokakarya.
· Kelompok sasaran Organisasi berbasis Masyarakat, yang meliputi LSM/NGO,
LPMD/LPM, Forum BKAD serta organisasiorganisasi adat, dapat dilakukan melalui
bentukbentuk kegiatan Fasilitasi/Pendampingan, Pelatihan dan Pengarahan
Singkat/Coaching.
(2) Pemberdayaan, Advokasi dan Promosi (Public Advocacy & Empowerment);
Pendekatan ini ditujukan agar Perencanaan Partisipatif Masyarakat dan Rencana
Tahunan, yang basis awalnya adalah merupakan perencanaan dalam domain
masyarakat, dapat dilegitimasikan dan dilegalkan secara formal sebagai bentuk
perencanaan dalam domain publik.
Bentuk intervensi yang dilakukan terhadap setiap kelompok sasaran dalam aspek ini,
dapat dikategorikan sebagai berikut:
11
· Kelompok sasaran Pemerintah Kabupaten, dapat dilakukan melalui bentukbentuk
kegiatan Sosialisasi, Promosi dan Advokasi.
· Kelompok sasaran Komunitas/Masyarakat (Akar Rumput), dapat dilakukan melalui
bentuk kegiatan Fasilitasi/Pendampingan.
(3) Pembelajaran Masyarakat (Civic Learning);
Pendekatan dalam aspek ini ditujukan untuk memberikan pembelajaran praktis kepada
masyarakat (Praxis) dengan melakukan Aksi/Tindak Langsung, Refleksi serta Proses
Evaluasi. Sehingga seluruh proses kegiatan pendampingan/fasilitasi akan menjadi
pembelajaran kemandirian untuk melepaskan diri dari belenggu/jebakan kemiskinan.
Bentuk intervensi yang dilakukan terhadap kelompok sasaran ini, yang hanya difokuskan
kepada Komunitas/Masyarakat (Akar Rumput), adalah berupa kegiatan Fasilitasi atau
Pendampingan.
Strategi operasional pada prinsipnya akan merupakan suatu siklus dari rangkaian kegiatan.
Saat ini PNPM Mandiri Perdesaan sedang berada dalam tahapan pembelajaran untuk
melaksanakan pembangunan secara partisipatif. Sehingga bentuk intervensi selalu hanya
difokuskan pada siklus kegiatan di tingkat masyarakat. Pertimbangan lain terkait dengan
strategi operasional adalah wilayah kegiatan yang terdiri dari DesaDesa dalam lingkup
exPPK dan DesaDesa baru dalam lingkup PNPM Mandiri Perdesaan, dimana 2 (dua) jenis
Desa ini membutuhkan proses implementasi yang berbeda.
Di Desa exPPK, proses implementasi diawali dengan mengkajiulang (review) program
partisipatif yang ada dan dilanjutkan dengan melakukan reorientasi terhadap Hasil
Perencanaan Partisipatif serta merevitalisasi Prioritas Usulan yang diorientasikan terhadap
sasaran IPMMDGs. Sedangkan untuk Desa baru dalam lingkup PNPM Mandiri Perdesaan
akan melaksanakan siklus/alur proses reguler seperti proses baku yang ditetapkan. Secara
diagramatis strategi operasional tersebut, disajikan dalam gambar3.1.
B. Kerangka Kerja dan Jadual Pelaksanaan
B.1 Kerangka Kerja Menyeluruh KMN/NMC
Rencana kegiatan menyeluruh KMN, disusun dan dikembangkan berdasarkan pada lingkup
penugasan yang ditetapkan dalam kerangka kerja pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan. Di
samping itu, sesuai dengan hasil perumusan pendekatan penugasan untuk setiap pelaku
yang berlandaskan atas tugas pokok dan fungsifungsi manajemen untuk mendukung
implementasi PNPMM Perdesaan di seluruh wilayah 32 Provinsi di Indonesia; telah
ditetapkan tanggung jawab utama yang harus dilaksanakan oleh masingmasing pelaku kunci
dan perlu untuk direfleksikan dalam suatu rencana kegiatan secara menyeluruh.
Rencana kegiatan menyeluruh tersebut, yang mencakup seluruh aspek dan komponen
kegiatan dalam implementasi PNPM Mandiri Perdesaan, diharapkan dapat menjadi acuan
serta landasan untuk menyusun rencanarencana parsial yang berada di tingkat bawahnya;
baik oleh pelaku PNPMMPd yang berada di tingkat Provinsi, Kabupaten maupun di tingkat
Desa/Masyarakat.
12
akan difungsikan serta digunakan sebagai tolok ukur untuk menilai tingkat kesesuaian antara
rencana dengan tingkat pencapaian kinerja pada setiap tahapan proses oleh setiap pelaku.
GAMBAR 3.1
STRATEGI OPERASIONAL KMN/NMC
PENDEKATAN KELOMPOK SASARAN BENTUK INTERVENSI
Organisasi Berbasis
1. Fasilitasi
Masyarakat 2. Pelatihan
(LSM/NGO, LPMK) 3. Coaching
Proses Pemberdayaan,
Advokasi dan Promosi
Komunitas/ Masyarakat
(Akar Rumput) 1. Fasilitasi
Pembelajaran Masyarakat Komunitas/ Masyarakat
1. Fasilitasi
(Praktis/Praksis) (Akar Rumput)
Penyusunan kerangka kerja pelaksanaan KMN, disesuaikan dengan ruang lingkup bantuan
teknis yang ditetapkan, dimana meliputi penugasanpenugasan utama sebagai berikut:
1) KMN bertanggung jawab untuk membantu PMU/Satker Pusat dalam Pencapaian
Implementasi Lapangan secara Optimal.
13
2) KMN mempunyai tanggung jawab untuk mendukung dan mengendalikan seluruh RMC,
dalam tugasnya memfasilitasi serta membantu seluruh Satker Provinsi maupun Satker
Kabupaten di wilayah penugasannya dalam memberikan dukungan Administrasi Kontrak.
3) KMN bertanggung jawab dalam rangka mengembangkan Kemampuan/Kapasitas dari
seluruh Pelaksana/Aparat terkait yang ada di tingkat Pusat, Provinsi dan tingkat
Kabupaten.
Secara spesifik penugasanpenugasan utama dalam kerangka kerja tersebut di atas, dapat
diuraikan sebagai berikut:
A. Penugasan Utama 1 : Membantu PMU dan Satker Pusat dalam Pencapaian
Implementasi Lapangan secara Optimal.
Tujuan Penugasan ini, adalah:
· Pencapaian dan Pemenuhan Tujuan, Sasaran serta Output Kegiatan PNPM Mandiri
Perdesaan.
· Penanganan isuisu teknis dan pengelolaan rutin/harian terhadap Kegiatan PNPM
Mandiri Perdesaan.
Hasil yang diharapkan dalam Penugasan ini, meliputi:
· Kerangka Kerja Pelaksanaan dan Grand Strategi Implementasi.
· Implementasi secara efisien dan efektif, terutama dalam menggunakan seluruh input
dan sumberdaya yang diberikan.
· Implementasi tepat waktu/onschedule dan konsisten dengan standar maupun
prosedur yang ditetapkan.
Bentuk dan Waktu pemberian Output, mencakup:
· Pengendalian kualitas kegiatan serta operasional proyek secara mingguan, bulanan
dan triwulan.
· Konsistensi dalam pencapaian tujuan, sasaran, keluaran dan hasil kegiatan secara
bulanan, triwulan dan tahunan.
Uraian Penugasan, meliputi:
· Fasilitasi dan pendampingan
· Penguatan kapasitas dan pengendalian RMC/Korprov/Faskab/Fasilitator,
· Perencanaan partisipatif,
· Penyiapan dan Penguatan BKAD/UPK,
· Sistem Informasi Manajemen (SIM),
· Kegiatan pinjaman bergulir,
· Kegiatan infrastruktur,
· Sistem dan mekanisme pengamanan kegiatan/safeguard.
B. Penugasan Utama 2 : Mendukung dan mengendalikan RMC dalam membantu seluruh
Satker Provinsi dan Satker Kabupaten di wilayah penugasan untuk memberikan
dukungan Administrasi Kontrak.
Tujuan Penugasan ini, adalah:
· Mendukung dan mengendalikan pengelolaan kegiatan oleh RMC/Korprov/Faskab
dan Tim Fasilitator.
· Mendukung proses pencairan dan pengadministrasian BLM.
· Mengendalikan kualitas pekerjaan dari RMC/Korprov/Faskab dan Tim Fasilitator
serta memastikan upayaupaya efektif yang telah dilakukan.
14
Hasil yang diharapkan dalam Penugasan ini, meliputi:
· Memastikan bahwa kontrak Korprov/Faskab/Fasilitator telah dikelola secara baik
serta gaji dan DOK telah dibayarkan tepat waktu.
· Ketersediaan prosedur dan hasil evaluasi kinerja secara terukur.
· Ketersediaan catatan dan data BLM secara akurat.
Bentuk dan Waktu pemberian Output, mencakup:
· Pengendalian manajemen kontrak dan administrasi kegiatan/proyek dalam basis
bulanan dan dua bulanan.
· Basis data capaian kinerja personil lapangan dalam basis triwulanan.
· Catatan dan data BLM dalam basis bulanan.
Uraian Penugasan, meliputi:
· Mendukung RMC dalam membantu Satker Provinsi terkait administrasi kontrak dan
pembayaran untuk Korprov/Faskab dan Fasilitator di masingmasing wilayah
penugasan.
· Mendukung RMC dalam membantu Satker Kabupaten terkait administrasi
pembayaran dan pemantauan pencairan/pemanfaatan BLM di masingasing wilayah.
B.2 Jadual Pelaksanaan
Dengan mempertimbangkan pengelompokan penugasan utama berdasarkan lingkup bantuan
teknis oleh KMN dan jadual waktu yang ada, maka diperlukan suatu penyesuaian untuk
15
mengatur kembali rencana tindak lanjut yang akan dilaksanakan; tanpa mempengaruhi
ketentuan batas waktu untuk menyelesaikan programprogram kegiatan secara keseluruhan,
yaitu sekitar 24 (dua puluh empat) bulan kalender.
Dalam jadual pelaksanaan ini, direncanakan untuk menyelesaikan seluruh kegiatan pekerjaan
secara simultan dan disesuaikan dengan perioda waktu yang tersedia, dengan
mengelompokkan program pelaksanaan berdasarkan pada wilayah/lokasi sasaran kegiatan,
jenisjenis penugasan serta cakupan komponen kegiatan yang terdapat di dalamnya. Wilayah
kegiatan dibagi menjadi 32 (tiga puluh dua) Provinsi, sesuai dengan karakter perwilayahan,
lokasi kegiatan dan budaya dari masingmasing wilayah serta dikoordinasikan/dikendalikan
dari tingkat Nasional oleh Team Leader (TL) NMC/KMN melalui penugasan Tim RMC di
masingmasing wilayah Regional yang dipimpin oleh Team Leader (TL) Regional.
Jadual pelaksanaan kegiatan KMN, berdasarkan kerangka Kerja yang ada, disajikan pada
Lampiran2.
C. Pengorganisasian dan Pengendalian Pelaksanaan Kegiatan
C.1 Pengorganisasian
Pengorganisasian pelaksanaan kegiatan di KMN/NMC, dikembangkan serta disesuaikan
berdasarkan atas ketentuan tentang pengaturan pengelolaan kegiatan yang diberikan oleh
pihak Ditjen PMD, Departemen Dalam Negeri serta telah dijelaskan dalam KAK/TOR
penugasan untuk KMN/NMC PNPM Mandiri Perdesaan.
Pengaturan tentang pengelolaan kegiatan mencakup beberapa aspek penting, yang meliputi:
(i) pola pengorganisasian perwilayahan secara efektif, (ii) pola penyelenggaraan tugas pokok
dan fungsi bantuan teknis secara optimal, serta (iii) kerangka koordinasi dan pengendalian
substansi kegiatan secara efisien. Dalam operasionalisasi kegiatan, 3 (tiga) aspek tersebut
telah diakomodasi dan dikonsolidasikan dalam bentuk pengorganisasian secara terstruktur
serta dilengkapi dengan mekanisme dan prosedur internal yang jelas dan baku.
C.2 Pengaturan Hirarki Manajerial dan Hubungan Kerja
Hirarki manajerial dan mekanisme hubungan kerja antar pelaku dalam kegiatan pelaksanaan
PNPMMP, dapat dirangkum dan diterjemahkan sesuai dengan fungsifungsi yang telah
ditetapkan dalam KAK/TOR pengelolaan kegiatan. Dan selanjutnya dapat ditetapkan secara
baku/standar dalam kerangka operasional.
Prinsip utama dalam hirarki manajerial adalah adanya tingkatan kewenangan yang
dicerminkan melalui pembagian fungsi dan tanggung jawab manajemen terkait dengan peran
dari setiap pelaku kunci dalam pengelolaan operasional PNPM Mandiri Perdesaan.
Sesuai dengan tingkatannya, aspek manajerial dalam konteks PNPM Mandiri Perdesaan
secara keseluruhan dapat dibedakan atas: (i) kewenangan kebijakan melalui perumusan
konsep, (ii) kewenangan dalam penetapan dan pengelolaan strategi, (iii) kewenangan dalam
menetapkan dan mengendalikan kerangka operasional, serta (iv) kewenangan untuk
melaksanakan kegiatan.
Pembagian tingkatan kewenangan manajerial, perlu dilengkapi dengan mekanisme dan pola
hubungan kerja antar pelaku yang terlibat dalam sistem dan proses implementasi PNPM
16
Mandiri Perdesaan secara keseluruhan. Sedangkan untuk mengoperasionalkan seluruh
mekanisme hubungan kerja dan hirarki manajerial yang ada, telah dilengkapi juga dengan
bentuk koordinasi minimal yang dibutuhkan untuk menggerakkan secara dinamis kerangka
proses yang dilaksanakan.
Secara diagramatis keterkaitan antara hirarki manajerial dan mekanisme hubungan kerja
antar pelaku PNPMMP, dapat diilustrasikan pada Gambar 3.4.
GAMBAR 3.3
STRUKTUR ORGANISASI KMN/NMC
MANAJEMEN
(PMS)
TEAM LEADER
ASISTEN TL
OFFICE MANAGER
STAF ADMINISTRASI UMUM
17
Berdasarkan pengaturan struktur organisasi KMN/NMC, seperti diagram tersebut di atas,
selanjutnya dapat ditetapkan peran dan fungsi dari setiap elemen pelaku yang ada dalam
struktur organisasi tersebut; terkait implementasi bantuan teknis dan manajemen untuk PNPM
Mandiri Perdesaan di lingkup wilayah penugasan.
GAMBAR – 3.4
HIRARKI MANAJERIAL DAN MEKANISME HUBUNGAN KERJA
Heararkhi Management
Struktur Kelembagaan Media Koordinasi Output
Manag Strategic
TimKoordinasi
PNPMMandiri
Rakor Nas,
Satker PNPM Produktivitas
Policy Visi Rakor Bulanan,
Perdesaan
Rakor Khusus Program
TLKMN PTAmythas
Misi
RMC & KMProv TKProv Training Rakor Prov, Efisiensi
Rakor Bulanan,
Tactical Program
Rakor Khusus
Fas Kab & FT Kab
18
A. Konsep dan Strategi Pengendalian
Dinamika atau pergerakan aktivitas pendampingan, baik pada tingkat masyarakat maupun
tingkat Kabupaten, perlu dikendalikan secara sistemik. Sehingga kerangka tugas monitoring
dan evaluasi berjalan dalam fokus, pendekatan serta tujuan yang jelas. Dalam konteks ini
direkomendasikan kerangka pengendalian pelaksanaan kegiatan seperti berikut:
1) Fokus pengendalian di orientasikan pada upaya efektif memastikan rangkaian tahapan
intervensi kepada Masyarakat maupun Pemda (Kabupaten) dalam melaksanakan
penanggulangan kemiskinan yang makin mandiri. Sehingga setiap pelaku (konsultan) di
berbagai level harus memfasilitasi program sesuai dengan petunjukpetunjuk yang telah
ditetapkan.
2) Menguatkan kegiatan monitoring dan evaluasi yang mutlak dilakukan secara masif di
berbagai tingkatan, sehingga agendaagenda monitoring dan evaluasi benarbenar
menjadi agenda setiap pelaku, pemerintah, konsultan maupun masyarakat.
3) Memastikan pendekatan pengendalian yang berbasis pada pemastian kualitas,
pengendalian kualitas dan perbaikan atas umpan balik dari suatu fakta/kenyataan
(masalah ataupun keberhasilan). Selanjutnya diharapkan pola monitoring dan evaluasi
dapat berjalan sebagai media lesson learned secara cepat. Dengan demikian, strategi
operasional pengendalian disusun seperti berikut:
· Langkah operasional yang perlu ditempuh diantaranya; membangun kesadaran
semua pihak dalam pengendalian kualitas.
· Menjadikan pengendalian kualitas sebagai media pemastian kualitas.
· Mengelola dan memanfaatkan data SIM dan Kemajuan Dua Mingguan secara jujur
dan bertanggungjawab.
· Memastikan validitas data dengan mekanisme uji petik/sampling/spot check.
· Melaksanakan monitoring dan evaluasi secara partisipatif.
· Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan oleh setiap lini manajemen, mulai dari
NMC, RMC, Korprov, Faskab dan FK/FT pada setiap tahapan intervensi.
· Mewujudkan mekanisme partisipatif di tingkat Kelembagaan Masyarakat/BKAD dan
UPK, difasilitasi pembelajarannya oleh Fasilitator (FK/FT).
B. Pengendalian Proses Peningkatan Kapasitas
Pengendalian proses dalam komponen meningkatkan kapasitas, akan dilakukan melalui
dukungan kegiatan pemantauan/monitoring, pengawasan/supervision dan evaluasi untuk
memberikan umpan balik (feedback) terhadap strategi operasional yang ditetapkan dalam
meningkatkan kapasitas untuk PNPM Mandiri Perdesaan. Kerangka pengendalian proses
19
secara terintegrasi sangat dipengaruhi oleh penetapan indikatorindikator kinerja kunci (key
performance indicators), termasuk tolok ukur (benchmarking) yang digunakan. Pelaksanaan
pengendalian akan difokuskan pada langkahlangkah berikut:
· Pemantauan akan dilaksanakan secara rutin (routine monitoring), terutama ditujukan
untuk melakukan pengamatan serta menjaga koridor keberlanjutan program (program
sustainability), yang dapat diindikasikan melalui konsistensi terhadap pencapaian tujuan
normatif PNPM Mandiri Perdesaan,
· Pengawasan atau supervisi akan dilaksanakan secara periodik (periodic supervision)
dan difokuskan serta ditujukan untuk melihat hasilhasil (outcomes) yang telah diperoleh,
dengan membandingkan terhadap target yang ditetapkan dalam perencanaan. Hasil
hasil yang diperoleh akan sangat dipengaruhi oleh tingkat pencapaian keluaran
(outputs).
· Pelaksanaan evaluasi dan penilaian untuk memberikan umpan balik terhadap ketepatan
penerapan strategi operasional, akan diukur melalui tingkat pencapaian dari setiap
indikator yang digunakan, dan untuk dibandingkan dengan tolok ukur yang telah
ditetapkan. Sehingga konsistensi keberlanjutan program dapat dievaluasi dan diukur
melalui rancangan strategi yang digunakan untuk meningkatkan kapasitas.
Konsep sebagaimana telah disebutkan di atas akan memberikan landasan yang kokoh pada
komponen program PNPM Mandiri Perdesaan yang akan menjangkau 2 (dua) hal pokok
berikut ini:
(1) Memberikan bantuan teknis, berupa:
§ Pengorganisasian masyarakat, melalui kelembagaan di tingkat komunitas.
§ Penguatan kemampuan perencanaan dan pemrograman di bidang pelayanan
dasar/publik di tingkat desa/Kecamatan, bagi Pemerintah di daerah dan masyarakat.
§ Peningkatan kesejahteraan, melalui peningkatan usaha, perbaikan sarana prasarana
dasar Desa, santunan/bantuan sosial dan peningkatan kualitas SDM.
(2) Memberikan fasilitasi kepada masyarakat miskin dan komunitas berpenghasilan rendah
di Desa berupa dana yang bersifat hibah untuk pembangunan atau perbaikan prasarana
dan sarana dasar pendukung kegiatan, pinjaman bergulir untuk pengembangan usaha
kecil dan bantuan sosial secara berkelanjutan di wilayah Desa.
C. Mekanisme Pelaksanaan Pengendalian
C.1 Pola Pengendalian tidak Langsung
Pola ini dikembangkan dengan melakukan amatan dalam bentuk analisis hasil capaian, baik
dari sisi progres maupun dari sisi proses. Capaian progres diketahui melalui pengamatan
terhadap data Dua Mingguan, sedangkan capaian proses melalui pengamatan terhadap data
SIM. Acuan untuk capaian progres adalah Master Implementation Schedule, sedangkan
acuan capaian proses adalah indikator dalam PAD; yang dijabarkan dalam key performance
indicators (indikator kinerja kunci). Capaian progres dan capaian proses ini secara periodik
dalam perioda bulanan ditayangkan melalui webPNPM Mandiri Perdesaan. Pola
pengendalian ini untuk memberikan jaminan, bahwa proses yang sedang berjalan dilakukan
sesuai dengan milestone dan substansi yang terkategorikan dalam PAD (SIM).
Sumber data analisis dalam pengendalian tidak langsung, yang menjadi tugas dari NMC,
adalah:
20
(a) Progres berbasis Dua Mingguan, NMC perlu melakukan analisis terhadap capaian
progres data kuantitatif, baik terhadap urutan kegiatan maupun terhadap kecepatan
capaian progresnya.
(b) Capaian Indikator Kinerja berbasis SIM, dimana ada dua hal yang perlu dianalisis yaitu
menyangkut capaian alur proses Pemberdayaan Masyarakat (PM) dan capaian Bantuan
Langsung Masyarakat (BLM).
(c) Pengelolaan Pengaduan Masyarakat (PPM) berbasis mekanisme PPM, NMC perlu
melaporkan semua laporan pengaduan masyarakat di semua tingkatan, baik yang telah
mendapatkan fasilitasi, sedang difasilitasi maupun yang belum terfasilitasi.
(d) Berdasarkan analisis terhadap sumbersumber data sekunder ini, maka NMC perlu
melakukan verifikasi terhadap datadata yang masuk dari lapangan (di tingkat fasilitator)
Apabila ditemukan adanya data yang tidak rasional, data tidak terisi/tidak lengkap, data
yang urutannya tidak logis, adanya kesalahan input data maupun keanehan data yang
lainnya, maka NMC melalui RMC perlu segera menyampaikan data tersebut ke sumber
data terkait (fasilitator), melalui Korprov. Data tersebut selanjutnya harus divalidasi di
tingkat lapang oleh fasilitator, sebelum dikirim kembali ke RMC dan NMC sebagai
perbaikan data.
C.2 Pola Pengendalian Langsung
Pola pengendalian ini merupakan metoda pengendalian yang dilakukan secara langsung di
lapangan, dengan melakukan proses pendampingan atau kunjungan secara langsung untuk
mengamati proses yang sebenarnya terjadi di lokasi kegiatan.
21
Berdasarkan kerangka dan mekanisme pengendalian yang telah diuraikan seperti tersebut di
atas, selanjutnya ditetapkan SDM/personil yang harus bertanggung jawab untuk melakukan
proses pengendalian dimaksud. Unsur pelaksana pengendalian progres maupun substansi
dikelompokkan berdasarkan struktur organisasi dan hirarki manajerial yang ada, dimana
untuk unsur pengendali di tingkat lapangan ada di bawah tanggung jawab Korprov, Faskab
dan Fasilitator Kecamatan. Sedangkan Tim RMC melalui Spesialisspesialisnya akan
bertanggung jawab sebagai unsur pengendali di tingkat Regional dan Provinsi. Tim NMC
dalam kapasitasnya sebagai koordinator pengelolaan dan penggerak implementasi di tingkat
pusat, melalui Divisi Pengendalian Program dan Divisi Internal Audit akan bertanggung jawab
sebagai unsur pengendali kegiatan di tingkat Nasional.
GAMBAR 3.5
STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI
Milestones Indikator
Kegiatan Capaian
Rencana Kerja
Rencana kerja Rencana kerja :
RMC/Korprov Indikator Substansi
Faskab/FK/FT yg sudah disepakati
Status : Status :
‐ Progress Waktu UPK ‐ Progress Indikator
Tindak Lanjut
Strategi
Kuadran Aksi
22
Indikator
Resources Percepatan waktu OK,
Yg diharapkan
allocation
( / + ) ( + / +
) Waktu
23
Matriks Interrelasi
Grand Strategy, Strategi dan Kegiatan Pelaksanaan
Konsultan Manajemen Nasional
Target Tolok Ukur/Benchmark
Grand Strategi Strategi Operasional Rincian Kegiatan
Waktu
Indikator Ukuran Kuantitatif
A. Strategi Umum/Menyeluruh 1. Penguatan kapasitas dan s/d Seluruh panduan dan pelatihan 6 RMC
pengendalian RMC Maret 2010 pembekalan telah terlaksana
1. Pencapaian peningkatan (1) Pengembangan kapasitas,
kesejahteraan dan yang ditujukan untuk
kesempatan kerja bagi membangun kemampuan
masyarakat miskin di Pemda, Masyarakat dan 2. Pengembangan Sistem s/d 32 Provinsi,
perdesaan, dengan Pelaku lain yang terkait. Informasi Manajemen April 2011 Sistem dan mekanisme pelaksanaan 380 Kabupaten
menciptakan lapangan kerja Sehingga mampu untuk di lapangan terdukung dengan baik
di perdesaan melalui mengembangkan kesiapan 3. Dukungan Pelaksanaan Menerus 4.802 Kecamatan
pelaksanaan kegiatan – seluruh pelaku dalam Kegiatan Infrastruktur
kegiatan pembangunan dan membangun kemitraan, 4. Dukungan Pelaksanaan Menerus 4.802 Kecamatan
pemberian bantuan modal sebagai langkah Kegiatan Pinjaman Bergulir
simpan pinjam. berkelanjutan untuk
memperkuat sinergi dalam 5. Pengendalian dan Fasilitasi Menerus Dukungan kebijakan dalam upaya 20 Provinsi,
upaya pengentasan Penguatan Kapasitas serta penanggulangan kemiskinan di
kemiskinan di seluruh Peningkatan Peran Pemda daerah 200 Kabupaten
tingkatan wilayah (Desa, dalam Implementasi Porsi Dana
Kecamatan dan Kabupaten) Pendamping Daerah
minimal 30% dari
Total Kebutuhan
2. Strategi penguatan (2) Pemberdayaan, Advokasi 1. Dukungan untuk Tersedianya dokumen perencanaan 4.802 Kecamatan
kemandirian masyarakat dan Promosi; untuk perencanaan partisipatif pembangunan desa
mendorong perencanaan s/d
dalam pengambilan
partisipatif masyarakat dan 2. Dukungan Fasilitasi dan Nov 2010
keputusan dan pengelolaan Terselenggarakannya proses 30.000 Desa
rencana tahunan, yang Pendampingan
pembangunan, dengan
musyawarah pembangunan desa
melaksanakan pendekatan merupakan perencanaan 3. Dukungan Sistem dan dan kecamatan
pemberdayaan masyarakat dalam domain masyarakat Mekanisme Pengamanan
dalam pelaksanaan dapat dilegalkan secara Kegiatan
24
Target Tolok Ukur/Benchmark
Grand Strategi Strategi Operasional Rincian Kegiatan
Waktu
Indikator Ukuran Kuantitatif
pembangunan di perdesaan formal menjadi bentuk
perencanaan dalam domain 4. Pengendalian dan Terbentuknya Forum BKAD di 380 Forum
Fasilitasi Penguatan Peran tingkat Kabupaten
publik. s/d
LKM/BKAD untuk
menjadi Forum Juni 2011
Komunikasi Pengentasan
Kemiskinan di Perdesaan
B. Strategi Khusus/Spesifik (3) Pembelajaran Masyarakat, 1. Penyiapan dan Penguatan Jaringan kerja UPK dan BKAD yang 4.802 Kecamatan
dengan memberikan UPK dan BKAD akuntabel dan transparan
Dukungan melalui bantuan pembelajaran praktis
teknis yang menyediakan 2. Dukungan kepada RMC
kepada masyarakat (praxis) s/d
keahlian/expertise sesuai dengan melalui aksi/tindak dalam membantu Satker
kebutuhan bidangbidang terkait. Provinsi untuk Juni 2011
langsung, refleksi serta Pengelolaan dan pengendalian 6 RMC, 32 Provinsi dan
proses evaluasi. administrasi kontrak
administrasi kontrak dan BLM 380 Kabupaten
3. Dukungan kepada RMC secara efektif dan efisien
Faskab 1.104 orang
dalam membantu Satker
Fas Kec 8.242 orang
Kabupaten terkait
BLM + Rp 15 triliun
pencairan BLM
25