Anda di halaman 1dari 5

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Udang merupakan komoditi ekspor andalan pemerintah dalam
meningkatkan devisa (Amri & Kanna, 2008). Akan tetapi, beberapa jenis udang
yang dibudidayakan telah mengalami penurunan dan kegagalan karena terinfeksi
penyakit, contohnya pada udang windu. Oleh karena itu salah satu upaya untuk
meningkatkan produktivitas udang yaitu dengan mengintroduksikan udang
varietas unggul lainnya yaitu udang vaname (Litopenaeus vannamei). Udang
vaname memiliki keunggulan seperti nilai gizi yang sangat tinggi, bernilai
ekonomis dengan prospek keuntungan yang lebih besar, karena memiliki
pertumbuhan lebih cepat, tahan terhadap kualitas lingkungan yang buruk, serta
waktu pemeliharaan yang lebih pendek yakni sekitar 90-100 hari per siklus.
Udang vaname merupakan udang asli perairan Amerika Latin. Udang ini
dibudidayakan mulai dari pantai Barat Meksiko ke arah selatan hingga daerah
Peru. Sejak 4 tahun terakhir, budidaya udang ini mulai merebak dengan cepat di
kawasan Asia, seperti Cina, Malaysia, dan Indonesia (Haliman & Adijaya, 2005).
Jumlah produksi udang vaname tahun 2009-2014 mengalami peningkatan rata-
rata hingga 16%. Pada tahun 2009, jumlah produksi udang vaname 244.650 ton
dan pada tahun 2014 jumlah produksinya mencapai 511.000 ton (Direktorat
Jendral Perikanan Budidaya, 2014).
Budidaya udang vaname dapat dilakukan secara konvensional, semi
intensif dan intensif. Kegiatan kultivasi udang vaname meliputi kegiatan
pembenihan dan pembesaran. Untuk menghasilkan komoditas udang vaname
yang unggul, maka proses pemeliharaan harus memperhatikan aspek internal
meliputi asal dan kualitas benih, serta faktor eksternal mencakup kualitas air
budidaya, pemberian pakan, teknologi yang digunakan, serta pengendalian
hama dan penyakit. Permasalahan utama yang sering ditemukan pada budidaya
udang vaname yaitu kegagalan produksi udang vaname yang disebabkan oleh
buruknya kualitas air selama masa pemeliharaan, terutama pada tambak intensif.
Padat tebar yang tinggi dan pemberian pakan yang banyak pada sistem
budidaya intensif dapat menurunkan kondisi kualitas air. Hal ini diakibatkan
adanya akumulasi bahan organik (Yuniasari, 2009), karena udang hanya
meretensi protein pakan sekitar 16.3-40.87% dan sisanya dibuang dalam bentuk
ekskresi residu pakan serta feses (Hari et al., 2004). Dampak lanjut yang

1
ditimbulkan dari kondisi kualitas air yang buruk yaitu terjadinya serangkaian
penyakit yang menimbulkan kerugian besar. Langkah antisipasif dapat dilakukan
melalui penerapan teknik budidaya dengan berpedoman pada kaidah
keseimbangan ekosistem sehingga dapat memberikan solusi untuk mencegah
kerusakan yang lebih serius (Suwoyo, 2010), salah satu langkah antisipasif yang
dapat dilakukan yaitu melalui manajemen kualitas air selama proses
pemeliharaan yang baik. Oleh karena itu pengetahuan dan keterampilan tentang
manajemen kualitas air yang baik perlu diketahui agar dapat menunjang
keberhasilan usaha dan dapat meningkatkan kualitas serta produktifitas udang
vaname.
PT. Varia Indowin Perkasa yang terletak di Wongserojo, Kabupaten
Banyuwangi, Jawa Timur merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang pembesaran udang vaname. Perusahaan ini menerapkan sistem
biosecurity serta memiliki fasilitas yang memadai, sehingga perusahaan ini
menghasilkan udang vaname dengan kualitas yang baik pula. Berdasarkan hal
tersebut, penulis memilih lokasi ini sebagai lokasi Praktik Kerja Lapang II (PKL
II), sehingga diharapkan setelah melaksanakan PKL II di perusahaan tersebut
penulis dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan di bidang pembesaran
udang vaname khususnya tentang monitoring kualitas air yang dapat
diaplikasikan di masa depan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan (PKL II) yaitu:
1. Mengamati, mengukur, menganalisis kualitas air serta mempelajari
pengelolaan kualitas air yang baik dalam usaha pembesaran udang vaname di
tambak PT. Varia Indowin Perkasa.
2. Mengetahui dan menganalisis hubungan manajemen kualitas air dengan
tingkat pertumbuhan udang di tambak PT. Varia Indowin Perkasa.

2
II. METODOLOGI

2.1 Tempat dan Waktu


Kegiatan (PKL) ini dilaksanakan pada tanggal 16 September sampai 13
Oktober 2018 yang berlokasi di tambak udang vaname PT. Varia Indowin
Perkasa, Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

2.2 Metode Praktik


Metode yang digunakan adalah mengikuti secara langsung seluruh
kegiatan di lokasi PT. Varia Indowin Perkasa guna meningkatkan keterampilan
budidaya udang vaname, Selain itu pada PKL II ini dapat menggunakan metode
wawancara secara langsung pada pembimbing lapang di lokasi PKL II serta
mendokumentasikan kegiatan yang dilaksanakan.

2.3 Jenis Data


Secara umum data yang diperlukan dibagi menjadi dua bagian
berdasarkan sumbernya, yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
secara langsung dari sumber data utama. Data primer disebut juga sebagai data
asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Data primer dalam penelitian ini
diperoleh dari hasil observasi, partisipasi aktif, wawancara dan dokumentasi
dengan pihak terkait beserta masyarakat yang ada di sekitar PT. Varia Indowin
Perkasa.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari pihak lembaga maupun masyarakat yang
terkait dengan pembesaran udang vaname dan juga diperoleh dari laporan,
jurnal, majalah, laporan PKL, skripsi, tesis, disertasi, dan situs internet serta
pustaka yang dapat dijadikan sebagai pustaka untuk menunjang hasil
pengamatan.

2.4 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang diperoleh pada PKL II dilakukan melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi yaitu:

3
a. Observasi
Observasi yaitu pengumpulan data secara langsung dari suatu objek
penelitian melalui pengamatan, kemudian dicatat dan direduksi serta disajikan
secara sistematis untuk menggambarkan objek yang diamati (Musfiqon, 2012).
Pada PKL II ini dilakukan observasi tentang data yang berhubungan dengan
kualitas air meliputi parameter kualitas air dan pengelolaan kualitas air di petakan
yang di amati
b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu kegiatan untuk pengumpulan data melalui
tanya jawab secara lisan dengan sumber data secara langsung dan tanpa atau
dengan daftar pertanyaan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara untuk mengumpulkan data melalui
mempelajari, mencatat, menyalin dokumen atau catatan yang bersumber dari
peninggalan tertulis seperti arsip, termasuk juga buku tentang teori, pendapat,
dalil dan hukum (Widiastuti, 2014).

2.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data


Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi
diolah melalui metode sabagai berikut:
1. Editing
Editing dilakukan dengan cara meneliti kembali data yang terkumpul.
Langkah tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul
sudah cukup baik.
2. Tabulasi
Tabulasi data artinya penyajian data ke dalam bentuk tabel untuk
memudahkan pengamatan atau evaluasi di lokasi (PKL II).
Setelah data diolah, data dianalisis dengan analisis deskriptif dengan cara
menggambarkan keadaan subjek atau objek yang diamati berdasarkan keadaan
sebenarnya dan penyajian data berupa tabel atau gambar.

4
5

Anda mungkin juga menyukai